INFLASI
Kelompok 6
Assyifa Puteri Shansari 17311194
Agung Prasetyo 18311055
Ratna Nadhira 18311214
Farah Putri Maruf 18311221
Pranandafirdaus 18311448
PRODI MANAJEMEN
YOGYAKARTA
2020
A. Pengertian Inflasi
Sebenarnya inflasi tidak akan terjadi jika sistem perekonomian tidak menggunakan
uang sebagai alat tukar. Awalnya, roda perekonomian hanya menggunakan sistem barter.
Namun seiring perkembangan zaman maka uang adalah sebagai alat untuk mempermudah
sistem pembayaran. Karena ketidakstabilan pengguanaan alat tukar uang maka terjadilah
inflasi.
Secara bahasa menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) inflasi memiliki arti
kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar
sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Dalam ilmu ekonomi sendiri, yang
dimaksud dengan inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga secara umum dan
terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi juga
merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah
inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat
inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Jika dikemas dengan bahasa yang lebih mudah, secara sederhana inflasi adalah
kondisi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terjadi terus
menerus dalam kurun waktu tertentu. Hal ini membuat nilai mata uang melemah. Sebagai
contoh, anda baru saja membeli beras di warung dekat rumah dengan harga Rp 14.800 per
kilogram. Harga ini naik dibandingkan bulan lalu yang sebesar Rp 14.000. Apakah ini bisa
disebut inflasi? Jawabannya, tidak, karena kenaikan harga barang yang mengalami kenaikan
hanya beras. Selain beras, terdapat banyak barang yang dijual di Indonesia. Bisa jadi hanya
beras yang harganya naik, sedangkan harga barang lainnya tetap atau justru turun. Di
samping itu, kenaikan harga hanya ada di warung dekat rumah Anda. Belum tentu harganya
juga naik di pasar, di kota lain, atau di provinsi lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi
terjadi ketika bukan hanya satu barang saja yang harganya naik, melainkan ketika barang-
barang pada umumnya (banyak) mengalami kenaikan harga. Lalu dapat disimpulkan juga
bahwa inflasi terjadi tidak di hanya satu warung atau daerah yang cakupannya sangat sempit
melainkan inflasi terjadi jika daerah cakupannya luas seperti contohnya suatu negara.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat,
dan hiperinflasi. Inflasi ringan ditandai dengan peningkatan laju inflasi yang rendah.
Biasanya, kurang dari 10% setahun. Ciri dari inflasi ini adalah kenaikan harga yang relatif
lambat dan berlangsung dengan lambat. Inflasi sedang, inflasi ini sedikit lebih tinggi
dibandingkan inflasi ringan. Lajunya berkisar antara 10-30% per tahun. Jenis inflasi ini
ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dalam waktu yang singkat. Inflasi berat,
sesuai dengan namanya, kategori inflasi ini adalah inflasi yang tergolong berat. Mencakup
laju mulai dari 30-100% setahun. Pada tingkat ini, harga kebutuhan masyarakat naik secara
signifikan dan sulit dikendalikan. Lalu yang terakhir adalah hiperinflasi. Inflasi jenis ini dapat
sangat dirasakan karena terjadi secara besar-besaran dan mencapai lebih dari 100% setahun.
Inflasi tidak terlalu berbahaya apabila bisa diprediksikan dengan baik, karena setiap orang
akan mempertimbangkan prospek harga yang lebih tinggi di masa yang akan datang dalam
setiap pengambilan keputusan. Di dalam kenyataannya, inflasi tidak bisa diprediksikan.
Secara garis besar ada 3 teori mengenai inflasi, masing-masing memiliki aspek – aspek
tertentu dari proses infasi dan masing – masing bukan teori inflasi yang lengkap yang
mencakup semua aspek penting dari proses kenaikan harga. Untuk menerapkan teori ini harus
menentukan aspek mana yang dalam kenyataan penting di dalam proses inflasi di suatu
negara dan dengan demikian teori mana yang lebih cocok untuk diterapkan.
2. Teori Keynes
Menurut Keynes, inflasi terjadi karena masyarakat menginginkan barang dan jasa
yang lebih besar daripada yang mampu disediakan. Hal ini menimbulkan inflationary
gap karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia. Pemerintah bisa
berusaha memperoleh lebih banyak barang dengan cara mencetak uang untuk
mendanai kebutuhan tersebut.
3. Teori Strukturalis
Teori ini memberikan titik tekan pada ketegaran atau infleksibilitas dari struktur
perekonomian negara – negara sedang berkembang. Faktor strukturalis ini
menyebabkan perekonomian negara yang sedang berkembang berjalan sangat lambat
dalam jangka panjang. Teori ini sering kali disebut teori jangka panjang. Menurut
teori ini ada dua ketegaran yang dapat menimbulkan inflasi, Pertama,
ketidakefisienan penerimaan ekspor yaitu pertumbuhan nilai ekspor yang lamat
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lainnya. Hal ini disebabkan oleh dua faktor
utama yaitu jenis barang ekspor yang kurang respons terhadap kenaikan harga dan
nilai tukar barang ekspor yang semakin memburuk, sehingga mengakibatkan inflasi
yang dikarenakan adanya ekonomi biaya yang tinggi. Kedua, ketidakelastisan
produksi bahan makanan di dalam negeri. Dalam hal ini laju pertumbuhan bahan
makanan di dalam negeri tidak secepat laju pertumbuhan pendudukan dan laju
pendapatan perkapita.
B. Penyebab Inflasi
Secara umum, penyebab inflasi adalah karena terjadinya kenaikan permintaan dan biaya
produksi. berikut beberapa penyebab inflasi:
Penyebab inflasi ini terjadi disebabkan karena peningkatan permintaan untuk jenis
barang/jasa tertentu. Dalam hal ini, peningkatan permintaan jenis barang/jasa tersebut terjadi
secara agregat (agregat demand). Sehingga perubahan permintaan akan memengaruhi tingkat
harga karena tingginya permintaan yang lebih besar dibandingkan dengan penawaran.
Faktor yang bisa menyebabkan terjadinya inflasi ini diantaranya adalah meningkatnya belanja
pemerintah meningkatnya permintaan barang untuk diekspor meningkatnya permintaan
barang untuk swasta.
Penyebab inflasi ini terjadi karena meningkatnya biaya produksi. Adanya peningkatan biaya
produksi disebabkan oleh kenaikan harga bahan bahan baku seperti harga bahan bakar
naik,hingga upah buruh naik.
Contoh, suatu serikat pekerja menuntut kenaikan upah dan perusahaan menerima tuntutan
tersebut, maka peningkatan upah pekerja akan mengakibatkan biaya produksi. Oleh karena
itu, perusahaan menaikkan dan membebankan biaya produksi terhadap konsumen melalui
harga yang lebih tinggi.
Penyebab inflasi ini terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibanding
yang dibutuhkan. Ketika jumlah barang tetap sedangkan uang yang beredar meningkat dua
kali lipat, maka bisa terjadi kenaikan harga-harga hingga 100%
Hal ini bisa terjadi ketika pemerintah menerapkan sistem anggaran defisit, dimana
kekurangan anggaran tersebut diatas dengan mencetak uang baru. Namun hal ini malah
membuat jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin bertambah dan mengakibatkan
inflasi.
4) Inflasi Campuran (Mixed Inflation)
Inflasi campuran ini terjadi karena adanya kenaikan penawaran dan permintaan. Hal ini
terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan titik ketika
permintaan terhadap suatu barang atau jasa bertambah, kemudian mengakibatkan penyediaan
barang dan faktor produksi menjadi turun. Sementara itu, pengganti atau substitusi untuk
barang dan jasa tersebut terbatas atau tidak ada titik keadaan yang tidak seimbang ini akan
menyebabkan harga barang dan jasa menjadi naik. Inflasi jenis ini akan sangat sulit diatasi
atau dikendalikan ketika kenaikan supply akan suatu barang atau jasa lebih tinggi atau
tidaknya setara dengan permintaan.
Inflasi ekspetasi disebabkan akibat perilaku masyarakat yang berpendapat bahwa kondisi
ekonomi di masa yang akan datang akan jauh lebih baik. Namun, hal tersebut sangat sulit
sekali diprediksi sehingga banyak yang meremehkan nilai mata uang negara sendiri. Inflasi
jenis ini tergolong sulit untuk dideteksi karena kejadiannya tidak terlalu signifikan.
Menjelaskan penyebab inflasi dari segi struktural ekonomi yang kaku . Produsen tidak bisa
mencegah dengan cepat kenaikan permintaan yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk
titik. Sehingga kondisi seperti ini akan menyebabkan harga barang yang dibutuhkan melonjak
dan stok yang ada di pasaran kurang mencukupi. Akhirnya permintaan sulit dipenuhi saat ada
pertumbuhan jumlah penduduk. Tentunya kondisi tersebut akan sangat berpengaruh kepada
harga barang.
Bila suatu negara dalam kondisi yang tidak aman, maka harga barang yang ada di negara
tersebut akan menaik. Kenaikan harga tersebut sebagai langkah sebelum kerusahan yang bisa
ditimbulkan dari pertikaian politik timbul. Hal ini pernah terjadi di Indonesia ketika
terjadinya kekacauan politik dan ekonomi pada tahun 1998. Pada masa itu, level inflasi di
Indonesia mencapai 70% padahal inflasi normal di angka 3 – 4%. Padahal barang atau jasa
yang mengalami kenaikan harga merupakan barang yang banyak dibutuhkan oleh
masyarakat.
8) Keputusan Perusahaan
Terkadang inflasi terjadi secara alami ketika pasokan menurun dan permintaan meningkat
atau datar, tetapi di lain waktu inflasi diatur oleh perusahaan sendiri. Perusahaan yang
membuat barang-barang popular sering menaikkan harga hanya karena konsumen bersedia
membayar jumlah berapapun. Perusahaan juga menaikkan harga secara bebas ketika barang
yang dijual adalah sesuatu yang dibutuhkan konsumen untuk kebutuhan sehari-hari.
9) Hutang Nasional
Saat hutang negara meningkat, maka pemerintah memiliki dua opsi yaitu mereka dapat
menaikkan pajak atau mencetak lebih banyak uang untuk melunasi hutang. Kenaikan pajak
akan menyebabkan bisnis bereaksi dengan menaikkan harga untuk mengimbangi kenaikan
tarif pajak. Namun, jika pemerintah memilih opsi yang terakhir maka akan terjadinya
devaluasi mata uang negara dan kenaikan harga.
Inflasi juga bisa disebabkan oleh faktor eksternal, misal kenaikan berkelanjutan dalam harga
minyak mentah atau komoditas impor lainnya, bahan makanan dan minuman. Hal ini
berkaitan dengan jumlah ekspor dan impor, investasi asing di dalam negeri, jumlah tabungan
serta jumlah penerimaan negara yang terus mengalami penurunan. Sehingga mau tidak mau
devisa negara akan terkuras. Kondisi seperti ini tentu akan membuat perekonomian dalam
negeri akan menjadi kritis.
C. Dampak Inflasi
Inflasi yang terkendali bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian bangsa.
Dampak positif ini berhubungan dengan pendapatan masyarakat dalam bekerja. Betapa tidak,
inflasi yang terkontrol akan mendorong pengusaha dalam meningkatkan jumlah produksinya.
Ketika produksinya ditambah, jelas ini akan membuka lowongan pekerjaan baru bagi
masyarakat.
Masyarakat yang ditarik bekerja jelas akan mendapatkan pendapatan. Ini menjadi
bagian dari penentasan kemiskinan. Semuanya bisa berjalan baik bila ada kontrol dari
pemerintah yang bisa mengendalikannya juga dengan baik. Selain itu, ada pihak lain yang
diuntungkan. Terutama bagi peminjam uang, misalnya dulunya meminjam uang 100 ribu
rupiah, lalu akibat dari inflasi, uang 100 ribu yang dulunya terbilang mahal bisa menjadi lebih
ringan karena nilainya menurun.
Hal ini mungkin terdengar asing dikala sebuah inflasi bisa menjadi sebuah
keuntungan bagi beberapa pihak. Jadi, bagi sebagian pihak, misalnya debitur (orang yang
menerima utang) akan mendapatkan untung karena dengan adanya inflasi, uang yang dia
kembalikan akan mempunyai nilai lebih rendah dibanding saat meminjam. Orang-orang yang
mendapat untung dengan adanya inflasi yaitu para pengusaha yang mempunyai pendapatan
yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan biaya produksinya. Jika harga barang naik (saat
inflasi), produsen akan terdorong untuk meningkatkan jumlah barangnya. Sehingga,
peningkatan jumlah barang ini tentu akan meningkatkan penghasilan produsen. Apalagi kalau
barang yang dijual merupakan kebutuhan pokok yang akan tetap dibeli orang banyak
meskipun harganya naik
Dampak Negatif
Inflasi menjadi sulit ketika berada pada nilai yang tinggi dimana ketika masyarakat tidak
memiliki kesempatan untuk menghadapi hal tersebut. Maka, bank harus menyesuaikan
tingkat suku bunga mereka sementara pada kreditur dan debitur menjadi dirugikan karena
kenaikan harga yang tidak termasuk dalam suku bunga. Kenaikan harga barang dalam negeri
dibandingkan dengan harga barang impor akan mengakibatkan produsen dalam negeri
semakin tidak kompetitif didalamnya.
1. Kreditur
Sebaliknya, dampak negatif akan terasa bagi para kreditur/pemberi pinjaman. Karena dengan
adanya inflasi, nilai uang yang mereka terima akan lebih rendah dibandingkan saat
meminjamkan.
Mereka yang mempunyai penghasilan tetap seperti PNS, pegawai swasta, polisi, tentara akan
mendapatkan dampak buruk dari inflasi ini. Dengan adanya inflasi, harga-harga barang akan
naik, sementara pendapatan (gaji) yang mereka terima tidak ikut naik. Lebih jauh, ini
berarti inflasi bisa menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat karena daya belinya yang
semakin rendah.
3. Perekonomian Nasional
Jika dilihat secara keseluruhan dari sudut pandang negara, inflasi akan menguntungkan bagi
mereka yang mempunyai tingkat pendapatan lebih besar daripada laju inflasinya. Akan tetapi,
jumlah mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan orang-orang yang mengalami
kerugian akibat inflasi. Oleh karena itu, pola pembagian pendapatan di suatu negara menjadi
berat sebelah dan tidak merata.
Tidak bisa dipungkiri bahwa inflasi akan menyebabkan terganggunya stabilitas ekonomi. Hal
ini dikarenakan sewaktu terjadi inflasi, pasti akan ada kemungkinan bahwa inflasi akan
berlangsung terus menerus, yang berarti, harga-harga akan terus naik. Oleh karena itu, para
konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian besar-besaran sebelum harga naik, yang
menyebabkan permintaan meningkat.
Di sisi lain, produsen akan menurunkan penawaran, karena proses penjualan ketika inflasi
akan menyebabkan produsen mendapat keuntungan yang lebih besar. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa naiknya permintaan dan menurunnya penawaran akan mempercepat laju
inflasi. Hasilnya, kondisi ekonomi secara umum akan menjadi lebih buruk lagi
Inflasi dapat menggerus daya beli masyarakat. Jika, daya beli menurun maka masyarakat
jadi irit belanja. Padahal motor penggerak ekonomi Indonesia masih ditopang konsumsi
masyarakat. Jika masyarakat mengurangi belanja, otomatis pertumbuhan ekonomi nasional
akan bergerak lambat atau stagnan, bahkan lebih menurun drastis.
Inflasi tentu saja merugikan masyarakat yang menjadi konsumen karena gaji atau penghasilan
stagnan, tapi pengeluaran atau belanja membengkak lantaran kenaikan harga barang atau jasa
yang menjadi kebutuhan utama.
Inflasi juga mempengaruhi kemampuan ekspor sebuah negara. Akibat inflasi, biaya ekspor
jadi lebih mahal dan daya saing produk ekspor menurun. Akhirnya devisa jadi berkurang.
Inflasi akan mengurangi minat orang menabung di bank. Penyebabnya bunga simpanan
tabungan yang kecil karena tergerus inflasi. Apalagi menabung di bank juga mengeluarkan
biaya administrasi setiap bulan, sehingga bunga yang diperoleh nasabah makin minim,
bahkan nyaris tak terasa.
Inflasi dapat mempengaruhi kestabilan mata uang rupiah. Kestabilan kurs rupiah
mengandung dua aspek, yakni kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
kestabilan terhadap mata uang negara lain.
D. Penanggulangan Inflasi
Setelah menyadari dampak inflasi yang begitu merugikan baik bagi negara maupun
masyarakat, ada baiknya untuk memahami bentuk penanggulangannya agar dapat
diimplementasikan guna mencegah atau mengatasi inflasi di masa yang akan mendatang.
Berdasarkan penyebab inflasi yang telah dipaparkan, kami mengidentifikasi cara mengatasi
inflasi baik dari negara atau pemerintah maupun dari masyarakat.
Pada umumnya, langkah yang dapat diambil pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah
dengan melakukan kebijakan berikut ini :
1. Kebijakan moneter
2. Kebijakan fiskal
3. Sanering
Ini merupakan kebijakan Bank Sentral yang memotong nilai mata uang dalam negeri jika
negara sudah mengalami hiperinlasi yaitu inflasi diatas 100%. Dengan begitu, maka nilai
mata uang yang beredar dapat dikurangi
Kebijakan Bank Sentral mengurangi uang yang beredar dengan cara menarik atau
memusnahkan uang lama yang beredari di kalangan masyarakat. Misal uang logam
senilai Rp. 50,00 ;Rp. 10,00; dan Rp. 25,00 ditarik kembali.
Salah satu penyebab inflasi yaitu tingginya peredaran uang, lalu untuk mengatasinya
adalah melalui kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah mengenai pembatasan
pencetakan uang baru, agar jumlah uang yang beredar tidak semakin bertambah,
Adapun cara pemerintah menanggulangi inflasi diluar kebijakan moneter dan fiskal, yaitu
dengan meningkatkan hasil produksi, mempermudah masuknya barang impor, tidak
mengimpor barang dari negara yang sedang mengalami inflasi, menetapkan harga
maksimum, melarang penimbunan barang, menstabilkan pendapatan masyarakat (tingkat
upah), menetapkan harga maksimum, serta melakukan pengawasan dan distribusi barang.
Di samping tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah, kita sebagai masyarakat,
juga dapat berkontribusi untuk mengatasi dan mencegah inflasi dengan melakukan bentuk
penanggulangan seperti tidak berlebihan dalam berbelanja atau memborong barang.
Mengonsumsi barang terlalu banyak akan meningkatkan permintaan dan hal ini mampu
memicu kenaikan harga. Contohnya ketika permintaan sembako khususnya di tengah
pandemi COVID-19 ini melonjak dikarenakan panic buying yang dilakukan oleh masyarakat.
Hal ini justru akan mendongkrak harga lebih tinggi karena permintaan yang besar.
E. DAFTAR PUSTAKA
Koesnoadi. 2017. Jenis-jenis Inflasi yang Bisa Terjadi dalam Sebuah Negara.
https://blog.ruangguru.com/jenis-inflasi. Diakses pada tanggal 10 April 2020
Abdi, Husnul. 2019. Jenis-jenis Inflasi, Penyebab, dan Cara Menanganinya yang Perlu
Diketahui. https://hot.liputan6.com/read/4065934/jenis-jenis-inflasi-penyebab-dan-cara-
menanganinya-yang-perlu-diketahui. Diakses pada tanggal 11 April 2020
Merah Putih. 2018. Kenali Inflasi dan Dampaknya Bagi Perekonomian Indonesia.
https://merahputih.com/post/read/inflasi-dampak-perekenomian-indonesia. Diakses pada
tanggal 12 April 2020
Diniari, Embun Bening. 2017. Dampak Positif dan Negatif Inflasi terhadap Negara.
https://blog.ruangguru.com/dampak-positif-dan-negatif-inflasi-terhadap-negara. Diakses pada
tanggal 12 April 2020
Ariyanti, Fiki. 2019. Inflasi: Pengertian, Penyebab, Rumus Menghitung dan Dampaknya ke
Ekonomi RI. https://www.cermati.com/artikel/inflasi-pengertian-penyebab-rumus-
menghitung-dan-dampaknya-ke-ekonomi-ri. Diakses pada tanggal 12 April 2020