Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran menuju

pendewasaan bagi seorang manusia, tepatnya suatu proses dalam

menemukan jati diri dalam melaksanakan kehidupannya di masa-

masa mendatang. Melalui pendidikan inilah manusia dididik untuk

menemukan cara bagaimana ia akan memenuhi kebutuhan hidupnya

menuju suatu tingkat kepuasan yang dinamakan kebahagiaan.

Hal dilematis muncul pada seorang anak ketika mereka

diminta untuk memilih sesuatu yang berhubungan dengan masa

depannya.. Pengaruh yang terus datang kepada diri anak tersebut

membuat pikiran anak menjadi semakin bingung. Harus kemana ia

harus memilih yang baik untuknya. Apalagi jika sifat gengsi yang

tinggi dimiliki oleh seorang anak. Pasti anak tersebut tidak akan bisa

sukses di masa depannya karena yang ia jalankan selama ini

tidaklah dari hati melainkan dari kegengsian yang ia miliki agar

‘terpandang’ di depan teman-temannya.

Harapam kami dalam pemilihan jurusan IPA atau IPS

harusnya sesuai hati nurani dan kemampuan, dan tidak

mengedepankan faktor gengsi dari anak maupun dari pihak orang


tua. Pemilihan jurusan sangat ber-pengaruh terhadap masa depan

siswa tersebut, seharusnya orang tua dan anak mengetahui ke arah

mana potensi si anak , apakah di bidang IPS atau di bidang IPA.

Semakin majunya era globalisasi seharusnya para orang tua

mengerti apa yang terbaik untuk anaknya. Bukan malah memaksa

kehendak seorang anak. Peran orang tua adalah sebagai pengarah

sang anak. Jika seorang anak tidak mampu mewujudkan keinginan

orang tua, mungkin lebih baik orang tua mencoba untuk mengerti

kemampuan anak. Sehingga pada saat harus menentukan

penjurusan orang tua dan anak tidak perlu ribut mempermasalahkan

pilihan yang berbeda.

Namun pada kenyataannya ada juga siswa yang masuk

dalam program IPA tidak mengedepankan otak tetapi

mengedepankan ke-gengsiannya dan tidak sedikit juga

mengandalkan orang tuanya agar dapat masuk ke dalam program

yang bergengsi yaitu IPA. Orangtua cenderung memvonis anak

mereka bodoh kalau nilai matematikanya rendah. Padahal

kecerdasan bukan hanya berkutat dengan ilmu hitung. Masih banyak

kecerdasan lain yang bisa dikembangkan. Namun setelah lulus SMA

tidak sedikit anak ipa melakukan lintas jurusan, seperti ada anak IPA

yang masuk dalam bidang ekonomi misalnya. Latar belakang inilah

yang memlatar belakangin menulis dalam mengambil judul karya

tulis ini.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan materi di atas, penulis menarik beberapa

rumusan masalah, yaitu :

1. Apakah siswa SMAN 1 Garut memilih jurusan sesuai

dengan hasil test psikotest?

2. Apakah sebagian besar anak IPA melakukan lintas

jurusan saat menempuh jenjang perguruan tinggi ?

3. Apakah keinginan orang tua berpengaruh dalam

pengambilan keputusan di sekolah ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui apakah siswa SMAN 1 Garut memilih

jurusan sesuai dengan hasil test psikotest

2. Mengetahui apakah siswa tersebut akan tetap konsisten

pada jurusannya saat menempuh jenjang perguruan tinggi.

3. Mengetahui pengaruh keinginan orang tua dalam

keputusan memilih jurusan


1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan didapat dengan membaca atau

menulis karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pedoman bagi siswa yang tertarik untuk

mengetahui dan menyadari potensi diri untuk memilih jurusan

2. Sebagai ilmu pengetahuan tambahan bagi penulis

maupun pembaca terutama bagi siswa SMA Negeri 1 Garut

mengenai kesadaran akan potensi diri dalam memilih jurusan

3. sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain

untuk menggali dan melakukan eksperimen tentang kesadaran diri

akan potensi diri memilih jurusan SMA Negeri 1 Garut

1.5 Metode Penelitian

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan

beberapa metode penelitian untuk melengkapi data data yang

diperlukan dalam menyusun karya tulis ini, metode tersebut

diantaranya sebagai berikut :

1. Studi pustaka
Mengumpulkan data atau informasi yang bekenaan dengan judul

yang diambil melalui internet dan buku yang dapat dijadikan sumber

acuan dalam penulisan karya tulis ini.

2. Metode Kuantitatif

Mengumpulkan data atau informasi yang berkenaan dengan judul

melalui pembagian angket kepada siswa – siswi yang dapat

dijadikan sebagai acuan dalam penulisan karya tulis ini.

1.6 Populasi dan Sampel

Agar penulis dapat mencapai sasaran dan tujuan yang

diharapkan, maka penelitian ini dibatasi pada kelas 12 MIPA dan 12

IPS siswa/siswi SMA Negeri 1 Garut sebanyak 120 orang.


1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan karya tulis ini disusun menjadi empat bab dengan

sistematika seperti berikut :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.5 Metode Penelitian

1.6 Populasi dan Sampel

1.7 Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN TEORI

2.2 Pengertian Sekolah Menengah Atas

2.2 Penjurusan minat belajar di SMA

2.2.1 Jurusan IPA dan IPS

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan IPA

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan IPS

2.2.4 Faktor-faktor yang berpengaruh dalam

pemilihan jurusan

2.2.5 Lintas Jurusan


BAB III PEMBAHASAN

1.1 Hasil Penelitian

1.2 Perbedaan Keinginan diri sendiri ( Potensi diri)

dengan Tuntutan Orang Tua

1.3 Menjadi Pribadi yang Seimbang

BAB IV PENUTUP

4.1Kesimpulan

4.2 Saran
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Sekolah Menengah Atas

SMA merupakan jenjang pendidikan menengah yang

mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang

lebih tinggi dengan pengkhususan. (Depdiknas, 2004: 112).

SMA adalah kepanjangan dari Sekolah Menengah Atas yang

merupakan tingkat pendidikan formal di Indonesia yang setara

dengan SMA di luar negeri. Jenjang pendidikan yang ditempuh

setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau

setaranya. SMA ditempuh dalam kisaran waktu tiga tahun, dari kelas

X (kelas 1), kelas XI (kelas 2) hingga kelas XII (kelas 3). Untuk siswa

yang cerdas, ada program akselerasi yang biasanya hanya ditempuh

hanya dalam waktu dua tahun. Pada kelas X, siswa SMA memiliki

pilihan untuk masuk ke salah satu dari tiga departemen, yaitu Sains,

Sosial dan Bahasa (sebelumnya, tidak pernah ada pilihan jurusan

atas nama ilmu pengetahuan, ilmu sosial, dan bahasa. Kemudian,

Fisika, Biologi , Sosial, dan Bahasa).

Pada akhir kelas XII (tahun ketiga), siswa-siswi diwajibkan

untuk menjalani Ujian Nasional . Setelah itu, ketika sudah lulus


tingkat SMA, siswa-siswi bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan

Tinggi, tetapi ada juga yang langsung dapat bekerja.

Secara umum, Pengertian Sekolah Menengah Atas adalah

sekolah anak-anak yang berusia 16 sampai 18 tahun. Namun, di luar

itu banyak siswa yang berusia 14 atau 15 sudah di SMA. Sebaliknya,

ada juga siswa yang berusia 20 atau 21 tahun masih seragam SMA.

Pada dahulu kala, saat kolonialisme Belanda, SMA disebut

dengan nama Algemeene Middelbare School (AMS). Di era

penjajahan Jepang, SMA disebut dengan Sekolah Menengah Tinggi

(SMT). Pasca kemerdekaan, SMT berganti nama lagi menjadi

Sekolah Menengah Oemoem Atas (SMOA). Dan tak lama kemudian,

SMOA berubah menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada tahun

akademik 1994/1995, SMA berubah menjadi Sekolah Menengah

Umum (SMU).

Namun, hanya sepuluh tahun, setelah tahun 2003/2004

sekolah, sebutan SMA digunakan lagi sampai sekarang. SMA

diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta. Sebelum

daerah otonom diberlakukan pada tahun 2001, pengelolaan SMA

negeri di Indonesia di bawah Departemen Pendidikan Nasional

(Depdiknas:2004).

Sekarang, manajemen merupakan tanggung jawab kabupaten

/ kota. Departemen Pendidikan telah menjadi peran yang terbatas


regulator dalam standar nasional pendidikan. Dengan demikian,

secara struktural, negara kini telah menjadi sekolah tinggi unit

pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten / kota.

2.2 Pengambilan Keputusan dalam Memilih Jurusan

2.2.1 Definisi Pengambilan Keputusan

Kehidupan manusia adalah kehidupan yang selalu diisi oleh

peristiwa pengambilan keputusan kita dapat mengatakan “Tiada hari

tanpa mengambil keputusan” (Dermawan:2004:1). Adanya asumsi

bahwa segala tindakan merupakan pencerminan hasil proses

pengambilan keputusan dalam pikirannya, sehingga sebenarnya

manusia sudah sangat terbiasa dalam membuat keputusan. Sejak

proses identifikasi masalah sampai pemilihan solusi terbaik ini yang

disebut proses pengambilan keputusan menurut Wikipedia

pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau

keluaran dari proses mental dan kognitif yang membawa pada

pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif yang

tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan

satu pilihan final. Pengambilan keputusan terjadi setiap saat

sepanjang hidup manusia. Pengambilan keputusan ialah proses

memilih atau menentukan berbagai kemungkinan di antara situasi

situasi yang tidak pasti.


Keputusan (decision) memiliki arti kata yang artinya pilihan

(choice) yaitu pilihan dari beberapa kemungkinan (Salusu,1996:51).

Dapat dikatakan bahwa keputusan merupakan hasil proses

pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif

yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang

dihadapinya.

Pembuat keputusan (decision making) ialah proses memilih

atau menentukan berbagai kemungkinan di antara situasi situasi

yang tidak pasti pembuat keputusan terjadi dalam situasi yang

meminta seseorang harus: (Suharnan,2005:194)

a) Membuat prediksi atau gambaran kedepan

b) Memilih salah satu dianatar banyak pilihan

c) Membuat keputusan berdasarkan kejadian kejadian

Hal diatas serupa dengan yang diungkapkan oleh Rahmat bahwa

keputusan yang diambil beranekaragam tapi ada tanda-tanda

umumnya:

a) Keputusan merupakan hasil akhir, hasil usaha intelektual

b) Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif

c) Keputusan selalu melibatkan tindak nyata, walaupun dalam

pelaksanaannya boleh ditanggung atau dilupakan


Pengambilan keputusan merupakan ilmu dan seni yang harus

dicari dipelajari dimiliki dan dikembangkan secara mendalam oleh

setiap orang (Dermawan: 2004:194). Pengambilan keputusan

merupakan suatu proses interaksi sosial yang bersifat dasar bagi

perilaku manusi. Kita dapat mengatakan bahwa setiap orang dalam

kehidupannya merupakan seorang pengambil keputusan ( Decesion

Maker). Sudah tentu dengan derajat dan arti yang berbeda-beda.

Manusia adalah makhluk pembuat keputusan penentuan tersebut

pilihan dari beberapa banyak pilihan yang harus kita pilih.

Davis juga memberikan pendapatnya tentang pengambilan

keputusan bahwa pengambilan keputusan adalah hasil pemecahan

masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus

dilakukan dan seterusnya mengenai unsur perencanaan

(Syamsi,2003:3)

Menurut Suharnan pengambilan keputusan ialah proses

memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien

sesuai situasi (2005:276). Menurut Siagian pengambilan keputusan

adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu

masalah pengumpulan data dan fakta penentuan yang matang dari

alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan menurut

perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat ( Syamsi, 2000:5)


Dengan kata lain jika seorang hendak mengambil keputusan

maka harus melewati beberapa tahap atau langkah sebelum

akhirnya keputusan tersebut dipilih. Ada tahapan tersendiri dalam

proses pengambilan keputusan seperti yang telah dikemukakan oleh

Siagian yaitu menganalisa hakikat suatu masalah, mengumpulkan

data dan fakta yang diperlukan, mengambil keputusan yang

dianggap paling tepat dengan kemudian melakukannya.

Menurut Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan

alternatif perilaku atau kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif

yang ada. ( Syamsu,2000:5). Bila manusia gagal menguasai bidang

tersebut maka munculnya beragam masalah-masalah yang muncul

dalam pencapaian tujuan dapat dihubungkan dengan

ketidakmampuan kita dalam melakukan proses pengambilan

keputusan dalam menentukan pilihan yang tepat. Kita tidak lagi

menguasai dengan benar dan baik bagaimana seharusnya

pengambilan keputusan dilakukan. Bila penguasaan kita atas ilmu

dan seni pengambilan keputusan rendah maka peluang kita untuk

menghadapi masalah juga besar. Hal penguasaan ilmu dan seni ini

berlaku bagi individu maupun bagi organisasi. Pengambilan

keputusan merupakan saripati penggerak tindakan. Sebuah tindakan

selalu dan pasti akan didahului oleh pengambilan keputusan, dimulai

dengan pemilihan satu alternatif solusi.


Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan adalah

“ sekali kerangka yang tepat sudah diselesaikan keputusan harus

dibuat” (Brinkcloe,et al..:1977). Dan sekali keputusan dibuat sesuatu

akan mulai terjadi dengan kata lain keputusan mempercepat

diambilnya satu tindakan mendorong lahirnya gerakan dan

perubahan. (Hill, et al..:1979). Jadi aturan ini menegaskan bahwa

harus ada tindakan yang dibuat kalau sudah tiba saatnya dan

tindakan itu tidak dapat ditunda. Sekali keputusan dibuat harus

diberlakukan dan kalau tidak sebenarnya itu bukan keputusan, tetapi

lebih tepat dikatakan suatu hasrat atau niat yang baik. (Drucker.

1967: Hoy,1978) (Salusu,2000:48)

Dari banyaknya definisi tentang pengambilan keputusan yang

telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif

yang terbaik dari beberapa alternatif dengan sistematis dan dengan

pertimbangan untuk digunakan sebagai cara pemecahan masalah

yang berfungsi untuk melakukan tindakan yang paling tepat.

2.2.2 Definisi Pemilihan Jurusan di SMA

dalam perkembangan pendidikan formal di Indonesia teramati

bahwa penjurusan telah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan yaitu

tahun 1945 sampai sekarang yang dipilih menjadi siswa diberi

beberapa pilihan untuk melanjutkan sekolah. Setelah Sekolah


Menengah Pertama dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas yang

memiliki tiga jurusan kejuruan, yaitu IPA, IPS dan Bahasa.

Sekolah Menengah Atas menjadi pilihan siswa pada zaman

dahulu karena Sekolah Menengah Atas tidak memungut biaya

apapun atau gratis. Sekolah Menengah Atas juga menyediakan

jurusan yang sudah mampu membantu siswa sesuai kemampuan

dan potensi dirinya.

Penjurusan ini dilakukan sebagai bagian atau upaya untuk

mencapai tujuan pendidikan yakni mewujudkan potensi anak didik

sesuai dengan kemampuannya pada masing-masing gugus ilmu

pengetahuan dan bakat yang dimilikinya.

Bakat adalah sifat atau kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang yang akan berkembang dengan sangat baik jika

mendapat stimulasi yang tepat tujuan mengetahui bakat adalah

untuk memahami potensi yang ada pada seseorang sehingga dapat

memprediksi kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang

tertentu di masa yang akan datang. Bakat juga menunjang minat

yang akan mendorong kita melakukan suatu hal yang bermanfaat

dan membuahkan kesuksesan di masa yang akan datang.

(Crow&crow:1977) mengartikan minat sebagai penguat

pendorong yang menyebabkan individu memberikan perhatian


terhadap objek yang bisa melupakan seseorang situasi maupun

aktivitas tertentu.

Penjurusan merupakan upaya yang strategis dalam

memberikan fasilitas kepada siswa untuk menyalurkan bakat minat

kemampuan yang paling potensial untuk dikembangkan secara

maksimal.

Dalam pandangan masyarakat umum atau publik penjurusan

bukan hanya menyangkut kecerdasan serta kemampuan manusia

untuk belajar selain itu juga, menyangkut persaingan kelas sosial

karena penjurusan dipandang sebagai peletakan posisi siswa dan

keluarganya dalam masyarakat, bahkan juga menyangkut

pengendalian emosi dalam arti apakah orang tua dan siswa dapat

menerima jika siswa tidak masuk jurusan yang diinginkan.

Jadi pengambilan keputusan dalam memilih jurusan ialah

proses pemilihan jurusan yang mana yang cocok dan tersedia di

sekolah yang akan dipilih untuk ditindak lanjuti atau digunakan

sebagai suatu cara pemecahan masalah dengan tindakan yang

dianggap paling tepat yang berguna sebagai pengarah haluan dalam

kehidupan seseorang seperti jenis pekerjaan nilai yang dianut syarat

kepribadian yang dimilikinya.


2.2.3 Tujuan Pengambilan Keputusan

Tujuan atas pengambilan keputusan dibagi menjadi dua, yaitu

sebagai berikut: (Syamsi,hal:7)

a) Tujuan yang bersifat tunggal: tujuan ini terjadi apabila

keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu

masalah Artinya bahwa sekali diputuskan tidak ada

kaitannya dengan masalah lain

b) Tujuan yang bersifat ganda: tujuan ini terjadi apabila

keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu

masalah artinya satu keputusan yang diambil itu sekaligus

memecahkan dua masalah atau lebih yang sifatnya

kontradiktif atau tidak bersifat kontradiktif

2.2.4 Dasar Pengambilan Keputusan dalam

Memilih Jurusan

Dilihat dari sejarah pengambilan keputusan akan terlihat

bahwa ada beberapa Dasar atau cara yang sampai sekarang ini

telah dikenal oleh manusia dalam mengambil keputusan George R

Terry menyebutkan 3 dasar dalam pengambilan keputusan yaitu:

(Syamsi,2000:17)

a) Pengembilan Keputusan berdasarkan Intuisi:

keputusan memilih jurusan yang diambil


berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat

subjektif yaitu mudah terkena sugesti pengaruh luar

dan faktor kejiwaan lain biasanya seorang remaja

ingin membuat keputusan sendiri dan cenderung

ingin mengatur kehidupan mereka sendiri seperti

memilih jurusan sesuai pikirannya sendiri tanpa

mempertimbangkan kemampuan diri sendiri

pengambilan keputusan berdasarkan intuisi Ini

mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan

b) Pengambilan keputusan rasional: keputusan

memilih jurusan yang bersifat rasional berkaitan

dengan daya guna. Masalah yang dihadapi

merupakan masalah yang memerlukan pemecahan

rasional. Dalam memilih jurusan remaja akan

memperhitungkan positif dan negatifnya keputusan

tersebut bagi dirinya. Keputusan yang dibuat

berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat

objektif pada pengambilan keputusan secara

rasional.

c) Pengambilan keputusan berdasarkan fakta : [15:11,

12/12/2019] sekarratriia: ada yang berpendapat

bahwa sebaiknya pengambilan keputusan memilih

jurusan didukung oleh sejumlah fakta yang


memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan

dengan istilah data dan informasi dengan demikian

data harus lebih dulu menjadi informasi yang

kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan

dalam memilih jurusan

d) Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman:

banyak kejadian terjadi bahwa sebelum mengambil

keputusan dalam memilih jurusan seseorang

mengingat-ingat apakah kasus seperti ini

sebelumnya pernah terjadi, selain belajar dari

pengalaman dirinya sendiri ,biasanya remaja juga

akan belajar dari pengalaman orang lain yang terjadi

dan jadikan dasar dalam memilih jurusan.

e) Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang :

Dalam kenyataannya remaja tidak mendapat

pendidikan untuk mengambil keputusan sendiri.

Masih banyak siswa yang memilih suatu jurusan

bukan berdasarkan kemampuan potensi, minat ,dan

bakat yang dimilikinya. Dalam proses pengambil

keputusan mereka, menimbulkan ketidakpastian

,kebingungan stres ,serta tekanan fisik dan mental.

Banyak remaja yang masih belum mengerti dengan

baik tentang apa yang akan diputuskan baik secara


pengetahuan yang kurang atau kesalahpahaman

dalam memberikan makna pilihan, sehingga

pengambilan keputusan ini menjadi seperti beban

bagi remaja itu tersendiri. Remaja membutuhkan

nasehat untuk membantu mereka dalam mengambil

keputusan dalam hidup mereka, sehingga orangtua

perlu melibatkan anak dalam mengambil keputusan

yang tepat pengambilan keputusan berdasarkan

wewenang juga memiliki beberapa kelebihan dan

kekurangan.(Syamsi,2000:122)

Anda mungkin juga menyukai