MATA KULIAH
TEORI PERUNDANG-UNDANGAN
Yang diampu oleh :
ABDUL ROHMAN,S.H.,S.PD.I,M.H.
Disusun Oleh :
2. Peristilahan
E.M. Meyers
Leon Duguit
hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang
daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai
jaminan dari kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi
bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
Immanuel Kant
hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari
orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang
lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.
S.M. Amin
M.H. Tirtaatmidjaja
hukum adalah semua aturan atau norma yang harus diturut dalam tingkah
laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman harus mengganti
kerugian jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri, atau
harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya
Pejabat atau lembaga yang berwenang adalah pejabat yang secara atribusi
atau delegasi mempunyai kewenangan membuat peraturan per-uu-an. Secara umum
Pemberian kewenangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a) pemberian kewenangan yang sifatnya atributif ;
(1) Pelimpahan wewenang hanya boleh dilakukan oleh badan atau organ
(3) Penerima wewenang (delegataris) harus bertindak untuk dan atas nama
sendiri. Karena itu segala akibat hukum yang timbul dari pendelagisian
(4) Tata cara dan akibat hukum pada pelimpahan wewenang antara “delegans”
Dalam hubungan dengan atribusi , delegasi dan sub delegasi ini perlu juga
diperhatikan segi positif dan negatifnya. Segi positifnya antara lain disebutkan :
delegasi.
dengan UU.
demokrasi ).
baik.
berisi Aturan tingkah laku. Aturan pola tingkah laku secara umum dapat
Tanda Penduduk.
2. peraturan-perundang-undangan yang sifatnya larangan. Artinya
penjara.
BAB III
HUBUNGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN
NEGARA HUKUM
Negara hukum adalah suatu gagasan bernegara yang paling ideal. Gagasan
negara hukum ini telah berkembang sejak Plato menulis Nomoi atau bahkan jauh
sebelum itu. Gagasan negara hukum didasari oleh suatu keyakinan bahwa
kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar hukum yang baik dan adil. Sejarah
kenegaraan
menunjukan bahwa pengisian dan pengertian negara hukum selalu
berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat dan zaman saat perumusan negara
hukum itu dicetuskan. Aristoteles yang melihat pemerintahan dalam polis dengan
wilayah yang kecil serta penduduk sedikit memberikan ciri-ciri negara hukum,
adalah :
1. Segala urusan negara dilakukan dengan musyawarah;
2. seluruh warganegara ikut serta dalam urusan penyelenggaraan negara;
3. berdiri di atas hukum yang mencerminkan keadilan.
Konsep negara hukum modern inipun dalam penerapannya masih
dipengaruhi oleh system hukum yang digunakan oleh suatu negara. Literatur lama
membagi system hukum dalam dua bagian besar yaitu system hukum Anglo Saxon
dan Eropa Kontinental. Sistem hukum Eropa Kontinental merupakan system hukum
yang mengutamakan hukum tertulis, dengan demikian peraturan perundang-
undangan merupakan sendi utama system hukumnya.
Negara-negara yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental, lebih
banyak mengarahkan hukumhukumnya dalam bentuk tertulis, bahkan dituangkan
dalam suatu sistematika yang diupayakan selengkap mungkin dalam sebuah kitab
undang-undang
yang penyusunannya disebut kodifikasi. Karena itu, system hukum Eropa
kontnental sering pula disebut system hukum kodifikasi (codified law system).
Dalam pada itu system hukum Anglo Sistem, tidak menjadikan peraturan
perundang-undangan sebagai sendi utama system hukumnya. Sendi utamanya
terletak pada putusan pengadilan (Yurisprudensi). Sistem hukum Anglo sakson
berkembang dari kasus-
kasus kongkret, dan dari kasus 31 tersebut lahir berbagai kaidah dan asas-asas
hukum. Karena itu, system hukum ini sering disebut system hukum yang
berdasarkan kasus (case law system).
Sistem hukum Eropa Kontinental melahirkan konsep negara hukum Eropa
Kontinental atau disebut Rechtstaats dan system hukum Anglo Saxon melahirkan
konsep negara hukum Anglo Saxon atau disebut Rule of Law. Sedangkan literature
yang dating kemudian menambahkan dengan system hukum Islam yang melahirkan
konsep negara hukum Islam, system hukum Sosialis yang melahirkan negara hukum
Socialist Legality, dan system hukum Pancasila yang melahirkan konsep negara
hukum Pancasila. Dalam negara hukum konsep Eropa kontinental negara dikatakan
sebagai negara hukum, bila memenuhi unsure-unsur :
1. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
2. Trias Politica,
3. Wetmatig Bestuur,
4. Peradilan Administrasi
tertinggi,
perbedaan forum peradilan baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat
administrasi negara.
yang telah ada. Sedangkan dalam system anglo saxon sendi utamnya
(Syariah). Dalam Syariah ini diatur dua aspek hubungan, yaitu hubungan vertical
dan horizontal. Hubungan vertical ialah hubungan manusia dengan Allah disebut
ibadah dan hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan manusia serta
dan tak berubah, yang berlaku pada setiap tempat dan pada segala jaman. Namun
Islam tidak mengatur seribu satu permasalahan secara teknis terinci, Islam hanya
mempunyai satu aturan dalam ibadah 33 yaitu semua dilarang kecuali apa yang
diperintahkan dan satu untuk muamalat yaitu semua diperbolehkan kecuali yang
dilarang.
yang dilarang maka dengan sendirinya hal tersebut memberi kebebasan kepada
begitu manusia tidak dapat sekehendak hatinya merinci dan mengembangkan aturan
ini, tetapi harus selalu mengikuti rambu-rambu yang terdapat dalam Qur‟an dan
Sunah Rasul. Dengan demikian dalam negara hukum Islam rasio meanusia digunakan
hasil rasio manusia dapat dalam bentuk peraturan perundangundangan dapat pula
Indonesia sebagai negara yang lahir pada abad modern menyatakan diri
sebagai negara hukum. Landasan berpijak yang dapat digunakan untuk menyatakan
UUD‟45 dalam Pasal 1 Ayat (3) yang menyatakan “Negara Indonesia adalah negara
hukum”. Terhadap isi penjelasan UUD‟45 di atas Sri Soemantri M. memberikan
adalah hukum (Pancasila). Negara Indonesia yang berdasarkan atas hukum itu tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka. Hal tersebut menyiratkan bahwa dalam negara
Sedangkan arti dari negara hukum Pancasila itu sendiri adalah setiap
harus mendasarkan diri atas norma-norma hukum yang berlaku, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis, dan norma hukum itu harus berdasarkan Pancasila.
negara,
selalu 35 berdasarkan atas hukum yang berlaku baik yang tertulis maupun
pengaruh lainnya.
yang berlaku, yaitu sistem hukum adat, sistem hukum agama, dan sistem
hukum barat, menganggap Indonesia sebagai suatu negara hukum yang unik.
Dikatakan unik karena Hukum adat yang merupakan hukum tidak tertulis yang
terwujud melalui putusan penguasa adat lebih dekat pada sistem Anglo Saxon,
sistem hukum agama yang menonjol adalah hukum Islam, sedangkan sistem
Negara hukum yang mempunyai arti negara yang menempatkan hukum sebagai dasar
dilakukan di bawah kekuasaan hukum. Penerapan konsep negara hukum dalam setiap negara
dipengaruhi oleh faktor cita negara yang menjiwai tiap bangsa dan sistem hukum yang
digunakan. A. Hamid S. Attamimi mengatakan bahwa dalam suatu negara hukum yang
1. memberikan bentuk pada endapan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan
lain fungsi eksternal ini disebut juga sebagai fungsi sosial hukum.
Peraturan Daerah merupakan salah satu bentuk dari peraturan perundang-undangan tentu
juga mengemban dua fungsi tersebut. Fungsi internal terdiri dari fungsi penciptaan hukum,
pembaharuan hukum, fungsi integrasi pluralisme sistem hukum,33 dan fungsi kepastian
hukum. Sedangkan fungsi eksternal terdiri dari pertama fungsi perubahan yang mengandung
masyarakat dibidang ekonomi, sosial, dan budaya. Kedua fungsi stabilisasi peraturan
dikemukan oleh Sjachran Basah, yang menyatakan ada lima fungsi hukum sehingga beliau
menyebut dengan istilah panca fungsi hukum.35 Kelima fungsi hukum tersebut adalah
pertama direktif artinya hukum sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk
masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara. Kedua
integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa. Ketiga Stabilitatif sebagai pemelihara dan
administrasi negara maupun sikap tindak warga negara apabila terjadi pertentangan dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dan kelima korektif sebagai pengoreksi atas sikap
tindakbaik
administrasi negara maupun warganegara apabila terjadi pertentangan hak dan
Hal tersebut tentunya berlaku juga bagi Indonesia yang merupakan negara hukum
Modern. Tujuan dari Negara Indonesia sebagai suatu negara hukum adalah sebagaimana yang
Perangkat hukum yang digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah peraturan
dalam negara hukum Indonesia. Peranan yang besar dari peraturan perundang-undangan ini
disebabkan oleh pengaruh sistem hukum Eropa kontinental. Namun selain pengaruh sistem
hukum Eropa Kontinental Bagir Manan memberikan empat alasan lain, yaitu :
hukum tertulis, bentuk, jenis, dan tempatnya jelas begitu pula pembuatnya,
memungkinkan untuk diperiksa kembali dan diuji baik segi-segi formal maupun
materi muatannya,
4. pembentukan dan pengembangan peraturan perundang-undangan dapat
direncanakan.
Faktor ini sangat penting bagi negara yang sedang membangun termasuk membangun
sistem hukum baru yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
yang baik dari suatu peraturan perundang-undangan. Bagir manan menyatakan ada empat
dasar atau landasan agar peraturan perundang-undangan berlaku dengan baik, yaitu :
1. landasan Yuridis,
2. landasan sosiologis,
3. landasan filosofis,
Landasan yuridis adalah landasan hukum yang menjadi dasar pembuatan suatu peraturan
tidak hanya dilihat dari aspek dasar hukum penerbitannya, tetapi juga perlu diketahui dasar
hukum kewenangan pembuatnya, tata cara pembentukan, dan dasar logika yuridisnya.
apabila ada peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pejabat atau lembaga
selain dari yang telah ditentukan, maka peraturan perundang-undangan itu batal demi
hukum (nietig van recthswege). Dianggap tidak pernah ada, segala akibatnya batal
dengan sendirinya.
2. Bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan dengan materi yang harus diatur di
dibentuk,
3. Prosedur atau tata cara tertentu. Apabila tata cara tersebut tidak diikuti, maka
ada Peraturan Daerah yang tidak mencantumkan kalimat tersebut maka batal demi
mengikat.
dibuat itu tidak boleh bertentangan dengan peraturan dasarnya atau yang lebih tinggi
yang bertentangan dengan UUD, dan seterusnya. Dalam kaitan ini Hans Kelsen
menyatakan bahwa setiap kaidah hukum harus berdasarkan pada kaidah yang lebih
hukum mengikat kalau menunjukan hubungan keharusan atau memaksa antara suatu
1. Landasan yuridis formal, yaitu kaidah-kaidah hukum yang menjadi dasar kewenangan
mengarah kepada lembaga atau instansi yang berwenang membuatnya. Misal Pasal 5
Ayat (1) UUD‟45 amandemen pertama merupakan dasar hukum bagi DPR untuk
membuat UU.
2. Landasan yuridis materiil, yaitu kaidah-kaidah hukum yang menghendaki suatu hal
yuridis materiil ini mengarah pada materi muatan yang seyogyanya diatur dalam
dasar hukum (landasan yuridis materiil) untuk dibuatnya UU No. 14 Tahun 1985
hidup dalam masyarakat atau tata nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat.
Mencerminkan kenyataan yang hidup dalam masyarakat, tidak berarti bahw aproduk
(moment opname), akan tetapi harus dapat pula mengakomodasi kecenderungan (trend) dan
harapan-harapan masyarakat.
Landasan filosofis adalah pandangan, ide-ide atau cita hukum (recthsidee), dimana suatu
peraturan perundang-undangan sedapat mungkin dijiwai oleh nilainilai luhur berupa nilai
etik, estetika, dan moral yang dianut dalam hubungan bermasyarakat. Nilai-nilai yang
dijungjung tinggi itu tentunya diharapkan tetap eksis dan mampu mempedomani tingkah laku
masyarakat.
BAB IV
The Liang Gie menyatakan bahwa asas merupakan suatu dalil umum yang
yang tepat bagi perbuatan itu.36 Bila kata asas ini diikuti kata hukum menjadi asas
pandangan kesusilaaan pada hukum, yang merupakan sifat-sifat umum dengan segala
Hal ini sejalan dengan pendapat Moh. Koesnoe yang menyatakan bahwa asas
hukum merupakan suatu pokok ketentuan atau ajaran yang berdaya cakup menyeluruh
terhadap segala persoalan hukum didalam masyarakat yang bersangkutan dan berlaku
sebagai dasar dan sumber materiil ketentuan hukum yang diperlukan.38 Hal ini
dengan asas hukum atau dengan kata lain aturan-aturan dari tata hukum harus sesuai
dengan asas hukum yang dianut oleh masyarakatnya. Asas hukum ini mempunyai dua
fungsi yaitu fungsi dalam hukum dan fungsi dalam ilmu hukum.
pembentuk undang-undang dan hakim atau dengan kata lain fungsi mengesahkan
serta mempunyai pengaruh yang normatif dan mengikat para fihak. Sedangkan
fungsi dalam ilmu hukum hanya bersifat mengatur dan aksplikatif atau menjelaskan
dengan tujuan memberi ikhtisar, tidak normatif sifatnya dan tidak termasuk hukum
positif.
2. Asas-asas Pembuatan Peraturan Perundangundangan
yang sebenarnya sekaligus pula termuat dalam asas-asas hukum yang umum.
„Asas- asas hukum yang umum‟ adalah asas-asas yang boleh dipakai oleh hakim
undangan yang baik‟ adalah asas asas yang harus selalu dipenuhi oleh setiap
peraturan.
asas-asas ini harus selalu ada dalam pembuatan peraturan perundang-undangan. Atau
dengan kata lain asas-asas ini harus selalu tercermin dalam pembuatan peraturan
daerah.
Ada beberapa asas yang harus diperhatikan dalam teknis perancangan yang
oleh Van der Vlies dibagi menjadi dua asas, yaitu asas formal dan asas materiil.
konstitusi.
teknis, tepat, cocok untuk mencapai maksud dan tujuannya tanpa menghamburkan
energi (tenaga) yang tidak perlu. Selain itu, menurut Irawan Soejito,
1. Dibuat dengan kalimat yang pendek, tetapi padat dan dibuat secara teliti
dan jelas;
Soejito dihubungkan dengan yang dikemukakan oleh Bagir Manan di atas, maka ciri-
ciri yang dikemukakan oleh Irawan Soejito tersebut merupakan bagian dari unsur
teknik perancangan peraturan perundang-undangannya Bagir Manan.
sedapat mungkin mengatur hal-hal bagi peristiwa yang akan datang, yang
2. perumusan harus jelas arti, maksud, dan tujuannya; gaya bahasa harus
3. istilah harus konsisten, sedapat mungkin bersifat mutlak dan tidak relatif,
tepat.
Asas-asas pembuatan peraturan yang baik pun semakin dibedakan antara asas-
asas formal dan material. Dalam arti sempit, ini bukan pembedaan. Jika orang,
misalnya, tidak mendengarkan pendapat suatu kelompok tertentu dan pihak yang
berkepentingan, ini dapat berakibat besar pada isi suatu peraturan. Jadi, asas bahwa
pihak yang berkepentingan harus didengar, mempunyai pengaruh atas isi. Asas ini
memang tidak begitu saja mempunyai kaitan langsung atas isi peraturan. Asas ini
hanya menetapkan bahwa isi suatu peraturan yang akan dibuat harus dicari dengan
cara tertentu. Karena itulah asas ini disebut asas formal. Selain asas-asas
yang mengatur mengenai proses pembuatan suatu peraturan, ada asas-asas yang
mengatur mengenai sistematika dan saat-berlaku suatu peraturan. Semua asas ini
asas mengenai tujuan. Setiap pembuat peraturan harus bertanya pada diri sendiri
apakah suatu peraturan harus diadakan dan jenis peraturan apa yang harus diadakan.
Untuk itu umumnya ia harus berkonsultasi dengan para ahli dan mendengar pendapat
diadakan, harus mempunyai dasar kuat. Argumentasi ini tidak boleh sekedar
Dengan melihat uraian di atas, kita dapat membuat pembagian berikut, yang
peraturan;
suatu peraturan;
mempunyai arti khusus. Beberapa aturan tertulis memiliki sifat-sifat suatu asas atau
contoh, pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 pasca perubahan mengandung asas negara
hukum, dan pasal 27 UUD1945 pasca perubahan mengandung asas
hak-hak asasi
Setiap pembuat peraturan wajib menghormati hak-hak asasi. Akan tetapi, dalam
pandangan ini kedudukan hak-hak asasi tidak berbeda 54 dari kedudukan ketentuan-
ketentuan (penting) lain UUD atau suatu ketentuan yang, bagi si pembuat peraturan,
yang ada. Perintah ini berkaitan erat dengan isi suatu peraturan, yang konsekuensinya
bagi setiap peraturan tentu saja berbedabeda. Bagi hak-hak asasi, ini dapat diperjelas
Pasal 27 ayat (2) UUD1945 pasca perubahan (mengenai kesempatan kerja) tidak
begitu saja ditujukan pada setiap kegiatan pembuatan peraturan (meskipun pasal ini
sama berlaku juga bagi pengaturan mengenai kedudukan hukum bagi pencari kerja
yang tersirat dari pasal ini. Ketentuan Pasal ini lebih merupakan suatu perintah
kepada pembuat undangundang untuk mengatur suatu masalah tertentu, sama seperti
misalnya perintah pasal 23A UUD1945 pasca perubahan mengenai pajak. Apabila
mempelajari katalog hak-hak asasi seperti yang termuat dalam bab XA UUD1945
pasca perubahan, akan sampai pada kesimpulan bahwa hanya hak asasi dalam pasal
28A UUD1945 pasca perubahan sajalah yang secara struktural berlaku bagi setiap
peraturan. Pasal-pasal lain dalam bab ini memuat batas-batas yang harus diperhatikan
oleh pembuat peraturan lainnya ataupun masalah-masalah yang harus diatur oleh
undang dengan isi tertentu, tetapi pasal-pasal ini bukanlah asas-asas yang berkaitan
dengan sifat dari peraturan perundang-undangan. Selain itu, ada hak-hak asasi yang
Asas kesamaan yang ada dalam pasal 27 UUD1945 pasca perubahan erat
menjamin adanya perlakuan yang sama antara warga negara, orang harus membuat
suatu peraturan yang dapat berlaku bagi semua orang. Jika di dalam peraturan itu
dimuat suatu pengecualian tanpa alasan-alasan yang layak, peraturan itu tidak akan
mencapai tujuannya. Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa hak-hak asasi tidak
mempunyai makna langsung sebagai suatu asas pembuatan peraturan yang baik,
dengan catatan bahwa hak asasi yang mengenai perlakuan yang sama mempunyai
kedudukan tersendiri. Hak-hak asasi ini lebih berkait dengan hukum material yang
peraturan yang baik, selain asas-asas yang ada dalam undang-undang : 1) saran-saran
Raad van State, 2) berkas-berkas dan pembahasan RUU di dewan perwakilan rakyat,
undang-undang dan peraturan pemerintah yang keduanya ini didasarkan pada laporan
akhir itu. Sebutan nama yang digunakan di atas tidak terlalu penting; yang
penting adalah isinya yaitu syarat-syarat umum yang dapat ditetapkan bagi
bidang ini
Bahwa saran-saran Raad van State penting bagi pengembangan asas-asas. Raad
tertentu tidak memenuhi syarat. Meskipun Raad hanya menguji konsep UU-dalam-
arti-formal dan PP, kriteria pengujiannya penting juga bagi peraturan tingkat
perundang- undangan serta pentingnya lembaga ini sebagai sumber bagi asasasas.
Peradilan merupakan sumber klasik untuk mengetahui apa yang merupakan hukum.
Bagaimanapun, perlu dicatat bahwa hakim tidak menguji apa yang hanya dapat diuji
dengan isi semata-mata (asas-asas material). Hal ini agak berbeda dengan di
perundang-undangan.
Ada bebarapa asas yang harus diperhatikan dalam teknis perancangan yang
oleh Van der Vlies dibagi menjadi dua asas, yaitu asas formal dan asas materiil.
c. Asas sesuai dengan prinsip - prinsip negara berdasar atas hukum; dan
konstitusi.
g. Asas keterbukaan
a. Pengayoman
b. Kemanusiaan
c. Kebangsaan
d. Kekeluargaan
e. Kenusantaraan
Berikut ini akan diuraikan tentang asas-asas formal dari suatu peraturan
Asas ini menghendaki agar suatu organ memberi penjelasan bahwa pembuatan
suatu peraturan tertentu memang masuk dalam kewenangannya, dan agar suatu organ,
sendiri pengaturan atas suatu materi tertentu, tetapi menugaskannya kepada organ
lain. Asas ini merupakan kelanjutan logis dari asas tujuan yang jelas. Jika suatu saat
sudah jelas apa yang harus dilakukan, selanjutnya akan dilihat siapakah yang harus
hal yang kurang penting dimuat dalam peraturan yang lebih rendah dan seterusnya.
Apa yang menurut sifatnya termasuk dalam kewenangan badan-badan lebih rendah,
UUD. Pembagian ini sebagian agak jelas, sebagian diserahkan kepada praktek hukum.
Contoh dari pembagian kewenangan yang boleh dikata jelas, dapat ditemukan dalam
pasal 5 ayat (1), pasal 5 ayat (2), Pasal 22, Pasal 24, UUD 1945 setelah perubahan.
Bagi hal-hal lainnya yang tidak dimuat dalam UUD, dapat timbul masalah-masalah
undang dan pemerintah, pemerintah dan menteri, serta pemerintah pusat dan
Pemerintah daerah.
Aspek lain dari asas ini adalah pembagian kewenangan antara organ pusat dan
rendah.
3. Asas Kemendesakan
Jika tujuan sudah terumus dengan jelas, masalah berikutnya ialah apakah
tujuan itu memang harus dicapai dengan suatu peraturan. Asas ini lahir dari kenyataan
dalam masyarakat, dimana bila timbul sesuatu yang dirasakan tak adil, hampir
Masalah yang dirasakan tak adil diminta untuk diatur kembali dengan baik dalam
harus dibuat suatu rencana yang menjelaskan bagaimana situasi yang akan terjadi
Asas ini terutama penting dalam tahap proses pembentukan suatu peraturan.
Asas ini tidak dipakai sebagai dasar pengujian oleh hakim. Asas ini pada umumnya
penting bagi praktek hukum karena asas ini mendorong adanya kejelasan atas
dalam suatu peraturan. Antara lain harus ada dukungan sosial yang cukup, sarana
yang memadai bagi organ atau dinas yang akan melaksanakan suatu peraturan,
dukungan keuangan yang cukup, dan sanksi-sanksi yang sesuai. Asas ini lahir dari
pemikiran para politisi di Den Haag yang beranggapan bahwa suatu masalah sudah
dipecahkan jika suatu undang-undang selesai dibuat. Oleh banyak orang (antara lain
bahwa pembuatan suatu peraturan itu baru sekedar awal penyelesaian masalah.
Penyelesaiannya baru benar-benar terjadi jika undang-undang itu
5. Asas konsensus
Asas ini berisi bahwa perlu diusahakan adanya konsensus antara pihak-pihak
isinya. Cara konsensus akan dicapai harus diuraikan dalam suatu laporan.
Dalam asas ini tampak prinsip penting demokrasi : orang atau badan hukum
tidak boleh dibebani suatu kewajiban tanpa persetujuan sebelumnya dari mereka atau
Pertama sekali, asas ini penting pada proses pembentukan suatu peraturan, tetapi asas
ini pun dapat menjadi pegangan bagi pengujian di kemudian hari. Di dalam praktek
Semakin
besar jaminan yang telah diperhatikan pada proses pembentukan suatu peraturan,
semakin kecil pula kemungkinannya hakim akan mengutak-atik isi peraturan itu.
Dalam bahasa yang singkat kelima asas formal yang diuraikan di atas
Pertama Asas tujuan yang jelas menghendaki adanya suatu tujuan peraturan
yang jelas, yang harus tampak pula dalam penjelasannya. Peraturan itu sendiri tidak
saja harus jelas, tetapi kerangka umum tempat peraturan itu diletakkan harus pula
Kedua Asas organ yang tepat menghendaki agar suatu peraturan dikeluarkan
oleh organ yang tepat dan agar tidak ada organ yang melakukan pelanggaran
kewenangan.
Ketiga Asas kemendesakan bermaksud untuk menghindarkan kemungkinan
dianggap perlu itu hendaknya dituangkan dalam bentuk yang amat mudah.
untuk menegakkan suatu peraturan di dalam prakteknya, jika peraturan itu telah
dikeluarkan.
Selain kelima asas formal tersebut dikenal pula asas materiil yang terdiri dari:
Menurut asas ini suatu peraturan harus jelas, baik kata-kata yang
digunakan maupun strukturnya.47 Asas ini lahir dari para ahli hukum
menjadi sesuatu yang misterius bagi orang awam melalui penggunaan kata
yang jauh menyimpang dari bahasa sehari-hari. Ini terjadi juga pada
Suatu peraturan harus dapat diketahui oleh setiap orang yang perlu
sama penting, harus sedapat mungkin diatur bersama dengan para pihak
memungkinkan untuk itu dengan cara yang sama bagi para pihak yang
memuat rumusan norma yang tepat, bahwa peraturan tidak diubah tanpa
akan terjamin. Masyarakat mengetahui apa yang harus mereka taati dalam
hubungan hukum antara mereka dan apa yang boleh mereka harapkan dari
yang khusus.
baik. Dalam bahasa yang lebih singkat ke lima asas tersebut meliputi :
Pertama asas peristilahan yang jelas dan sistematika yang jelas, suatu
Ketiga Asas kesamaan hukum merupakan asas dasar yang dapat dilihat
dari berbagai sudut. Pada dasarnya asas ini berkaitan dengan masalah
terhadap asas ini tidak boleh terlalu jauh, dalam arti peraturan tidak dapat
kepentingan.
Kelima Asas penerapan hukum yang khusus menisbikan pentingnya
akan dibuat.
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya
negara.
Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas
PEMBENTUKNYA
1.Pendahuluan
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
dari :
a. UUD,
b. UU,
c. Perpu, dan
d. PP
namun dalam praktek dikenal pula bentuk
1. Penetapan Presiden,
2. Peraturan Presiden,
3. Penetapan Pemerintah,
4. maklumat pemerintah, dan
5. maklumat presiden.
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 15 Agustus 1950 (Konstitusi RIS).
Pada periode ini ada tiga kelompok daerah berlakunya hukum, yaitu di
a. UU,
b. UU darurat,
a. UU,
b. Perpu,
c. PP, dan
adalah :
a. UU,
b. UU darurat,
c. PP, dan
d. Peraturan
pelaksana lainnya
seperti Kep.Pres,
Permen, dan
Kepmen.
e. Peraturan Daerah.
Kurun waktu ini kembali berlaku UUD 1945 sehingga bentuk peraturan
a. UUD,
b. UU,
c. Perpu, dan
d. PP
a. Penetapan Presiden,
b. Peraturan Presiden,
c. Peraturan Pemerintah,
d. Keputusan Presiden,
f. Keputusan Menteri.
dari :
a. UUD 1945,
b. TAP MPR
c. Undang-undang/Perpu
d. PP
Inmen,dll.
Tap MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
c. Undang-Undang,
e. Peraturan Pemerintah,
g. Peraturan Daerah.
sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi. Hal ini membawa konsekwensi
teori penjenjangan norma dari Hans Kelsen menjadi berlaku. Berarti tidak
Atau jika mengikuti pembagian konstitusi dari K.C. Wheare UUD ini
undangan yang berlaku sekarang sebagai mana diatur dalam UU No. 10 tahun
2. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah
BAB VI
A. Judul;
B. Pembukaan; C.
Batang Tubuh D.
Penutup;
A. JUDUL
Contoh:
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN
2002
TENTANG
Contoh:
2002
TENTANG
TENTANG
perubahan sebelumnya.
Contoh:
TENTANG
NOMOR.....TAHUN.....TENTANG
Contoh:
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR....TAHUN....
TENTANG
NILAI 1984
Contoh:
1985
TENTANG
TENTANG
Contoh:
2003
TENTANG
MENJADI UNDANG-UNDANG
sebagai teks resmi, nama perjanjian atau persetujuan ditulis dalam Bahasa
indonesia, yang diikuti oleh teks resmi bahasa asing yang di tulis dengan
urung.
Contoh:
1999
TENTANG
MATTERS)
tidak digunakan sebagi teks resmi, nama perjanjian atau persetujuan ditulis
dalam Bahasa Inggris dengan huruf cetak miring, dan diikuti oleh
kurung.
Contoh:
1997
TENTANG
SUBTANCES 1998
PSIKOTROPIKA,1998)
B. PEMBUKAAN
3. Konsiderans;
4. Dasar Hukumnya; dan
5. Diktum
dengan huruf kapital yang diletakkan ditengah marjin dan diakhiri dengan
B.3. Konsiderans
uraian singkat mengenai pokokpokok pikiran yang menjadi latar belakang dan
dianggap perlu untuk dibuat adalah kurang tepat karena tidak mencerminkan
tersebut.
Jika konsiderans memuat lebih dari satu pokok pikiran, tiap-tiap pokok
Contoh:
Menimbang :
a. Bahwa...;
b. Bahwa...;
sebagai berikut :
Contoh:
Menimbang :
a. bahwa ...;
b. bahwa...;
peraturan daerah:
Menimbang :
a. bahwa...;
b. bahwa...;
Cukup memuat satu pokok pikiran yang isinya menujuk pasalpasal dari
Contoh :
pasal atau beberapa pasal yang berkaitan Frase Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 di tulis sesudah penyebutan pasal terakhir dan
Contoh:
Mengingat :
Contoh:
Mengingat :
1. ...;
dalam Bahasa Indonesia dan kemudian judul asli Bahasa Belanda dan
dilengkapi dengan tahun dan nomor staatsblad yang di cetak miring diantara
Contoh :
Mengingat :
2. ...;
tanggal 27 Desember 1949. Jika dasar hukum memuat lebih dari satu
Contoh :
Mengingat :
1. ...;
2. ...;
3. ...;
B.5.Diktum
a. Kata Memutuskan;
b. Kata Menetapkan;
diantara suku kata dan diakhiri dengan tanda baca titik dua serta diletakan di
tengah marjin.
Contoh Undang-Undang:
dan
daerah), yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diletakkan di tengah
marjin.
dan GUBERNUR...(nama
daerah) MEMUTUSKAN :
kata Menetapkan ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca
titik dua.
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik.
Contoh :
MEMUTUSKAN:
PERIMBANGAN
Undang-Undang.
C. BATANG TUBUH
Batang tubuh Peraturan Perundang-undangan memuat semua subtansi
1. Ketentuan umum;
5. Ketentuan Penutup;
masuk ke dalam bab yang ada atau dapat pula di muat dalam bab tersendiri
dalam judul yang sesuai denagn materi yang diatur. Substansi yang berupa
sanksi administratif atau keperdataan terdapat lebih dari satu pasal, sanksi
yang sekaligus memuat sanksi pidana, sanksi perdata, dan sanksi administratif
daya paksa polisional. Sanksi keperdataan dapat berupa, antar lain, ganti
kerugian.
Pengelompokan materi Peraturan Perundangundangan dapat disusun
secara sistematis dalam buku, bab, bagian, dan paragraf. Jika Peraturan
diletakan dalam pasal-pasal awal. Ketentuan umum dapat membuat lebih dari
tujuan.
umum, dan jika tidak ada pengelompokan bab, ,materi pokok yang diatur
kelompok yang lebih kecil dilakukan menurut kriteria yang dijadikan dasar
pembagian.
Contoh :
pidana atas pelanggaran terhadap ketentuan yang berisi norma larangan atau
umum ketentuan pidana yang terdapat dalam buku kesatu kitab undang-
undang Hukum pidana, karena ketentuan dalam buku kesatu berlaku juga bagi
kecuali jika oleh undangundang ditentukan lain (pasal 103 kitab undang-
ditempatkan dalam bab tersendiri, yaitu bab ketentuan pidana yang letaknya
sesudah materi pokok yang diatur atau sebelum bab ketentuan peralihan. Jika
bab ketentuan peralihan tidak ada, letaknya adalah sebelum bab ketentuan
penutup. jika didalam peraturan perundang-undangan tidak diadakan
pengelompokan bab per bab, ketentuan pidana ditempatkan dalam pasal yang
tidak ada pasal yang berisi ketentuan peralihan, ketentuan pidana diletakan
lain.
peralihan dimuat dalam bab ketentuan peralihan dan ditempatkan diantara bab
ketentuan penutup.
berlaku, segala hubungan hukum yang ada atau tindakan hukum yang terjadi
baik sebelum, pada saat, maupun sesudah peraturan perundang-
undangan yang baru itu dinyatakan mulai berlaku, tunduk pada kemampuan
mengenai status dari tindakan hukum yang terjadi, atau hubungan hukum yang
secara tegas dan rinci tindakanhukum dan hubungan hukum mana yang
sementara tersebut.
Perundang- uandangan atas norma tertentu dalam batang tubuh. Oleh karena itu,
penjelasan hanya memuat ueraian atau jabaran lebih lanjut dari norma yang di
atur dalam batang tubuh . Dengan demikian, penjelasan sebagai sarana untuk
peraturan lebih lanjut . Oleh karena itu, hindari membuat rumusan norma di
dalam bagian penjelasan. Dalam penjelasan harus di hindari rumusan yang isinya
bersangkutan.
yang bersangkutan.
PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Ketentuan umum yang memuat batasan pengertian atau definisi dari kata
atau istilah, tidak perlu diberikan penjelasan karena itu batasan pengertian atau
definisi harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti tanpa
memerlukan penjelasan lebih lanjut. Pada pasal atau ayat yang tidak memerlukan
penjelasan ditulis frase cukup jelas yang diakhiri dengan tanda baca titik, sesuai
dengan makna frase penjelasan pasal demi pasal tidak digabungkanwalaupun
terdapat beberapa pasal berurutan yang tidak memerlukan penjelasan.
F. LAMPIRAN ( JIKA DIPERLUKAN )
Dalam hal Peraturan Perundang-undangan memerlukan lampiran, hal
tersebut harus dinyatakan dalam batang tubuh dan pernyataan bahwa lampiran
tersebut merupakan bagian bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan
Perundangundangan yang bersangkutan. Pada akhir lampiran harus dicantumkan
nama dan tanda tanga pejabat yang mengesahkan/menetapkan Peraturan Perundang-
undangan yang bersangkutan.