Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH BAHASA INDONESIA

“ MANAJEMEN PEMASARAN MINYAK GORENG ”

NAMA : HUSNI
NPM : 0219101231

Dosen:
Mamay Sutiamah, Dra., M.Hum
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah karunia dan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat
waktu. Adapun maksud dan tujuan penyusun ini adalah untuk membahas
mengenai Penelitian Usaha Minyak Goreng.
Tugas makalah ini, tidak lepas dari bantuan pihak-pihak yang
bersangkutan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang turut membantu
dalam penyelesaian tugas ini. Penulis berharap penyusun tugas ini dapat
memberikan sumbangan yang positif bagi penulis.

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Minyak Goreng .............................................................. 5
2.2 Aspek Pemasaran ....................................................................... 5
2.2.1 Permintaan ......................................................................... 6
2.2.2 Harga ................................................................................. 7
2.3 Aspek Teknik ............................................................................... 7
2.3.1 Lokasi ................................................................................. 7
2.3.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ........................................ 7
3.2.3 Peralatan ............................................................................ 7
2.3.4 Aspek Teknik Produksi ....................................................... 8
2.3.5 Produksi ............................................................................. 8
2.3.6 Usaha Pembuatan Gula Aren ............................................ 9
2.4. Aspek Manajemen ...................................................................... 9
2.5 Aspek SDM ................................................................................. 10
2.6 Aspek Finansial ........................................................................... 11
2.7 Aspek yuridis ............................................................................... 12
2.8 Aspek Lingkungan ....................................................................... 12
BAB III KESIMPULAN ................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak goreng menjadi salah satu kebutuhan pokok rumah
tangga.Pasalnya, gorengan merupakan bagian tak terpisahkan dari
makanan kita sehari-hari.Minyak goreng merupakan satu dari sembilan
bahan pokok dan dianggap sebagai komoditas.Persaingan bisnis minyak
goreng di Tanah Air semakin ramai.Pasarnya yang renyah kini dihuni oleh
lebih dari 30 merek.Beberapa pemain baru mulai meramaikan pasar
dengan jurus-jurus marketingnya.

Menurut Data Bank Indonesia, laju inflasi selama periode paruh pertama
tahun 2007 lebih banyak dipicu oleh kenaikan inflasi kelompok bahan
makanan 2. Dari sekian banyak komoditi bahan makanan, minyak goreng
adalah penyumbang terbesar kenaikan baik laju inflasi bahan makanan
maupun laju inflasi umum, masing-masing sebesar 17,04% dan 1,84%.
Minyak goreng masuk kedalam sub-kelompok lemak & minyak dimana
sub-kelompok ini merupakan bagian dari kelompok bahan makanan.
Proporsi minyak goreng dalam sub-kelompok minyak dan lemak sangat
dominan mencapai ±75% sehingga kurang lebih menyumbang 1,28%
terhadap indeks harga konsumen atau 5% terhadap kelompok bahan
makanan.

Kendati demikian, sebagai pelopor dalam industry minyak gorengdi


Indonesia. Bimoli sukses memimpin pasar selama tiga dasawarsa dan
menjadi top of mind di benak konsumen. Bimoli merupakan minyak
goreng branded pertama di Indonesia. Untuk mempertahanan Bimoli
sebagai market leader dibangun dengan mengedepankan kualitas produk.
Selain itu, Bimoli juga melakukan inovasi agar tidak terkesan oldies, tetapi
lebih modern dan premium. Bimoli memiliki instalasi pabrik berteknologi
canggih modern dan higienis. Dari perkebunan sawit yang luas, bahan-
bahan alami diolah menjadi minyak goreng berkualitas. Kemudian melalui
jaringan distribusi yang luas dan efisien, Bimoli disalurkan melalui
berbagai pasar, toserba, hiper-market hingga akhirnya tiba di dapur dan
meja konsumen. Selama lebih dari satu dekade, Bimoli terus menjadi
pilihan utama.

4|Page
PT Intiboga Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri pengolahan minyak goreng kelapa sawit yang tergabung
dalam Salim Group.Perusahaan ini merupakan gabungan dari beberapa
perusahaan yang sebelumnya telah berdiri. Adapun sejarah awal
berdirinya PT Intiboga Sejahtera bermula dari sebuah perusahaan yang
berdiri pada tanggal 17 Maret 1953 dengan nama NV Perusahaan
Dagang, Perkebunan dan Penggilingan Beras Sajang Heulang, dimana
pada saat itu perusahaan bergerak dalam bidang penggilingan beras dan
pengolahan kopra menjadi minyak goreng kelapa. Sejak tanggan 29 Juni
1979 perusahaan dibeli oleh Salim Group dan berganti nama menjadi PT
Sajang Heulang. Perusahaan ini tidak lagi memproduksi beras, tetapi
memproduksi minyak kelapa.

Dengan berubahnya nama perusahaan menjadi PT Sajang Heulang dan


atas anjuran pemerintah untuk menggalakkan penggunaan kelapa sawit
sebagai bahan baku minyak goreng, maka pada tahun 1979 perusahaan
mulai memproduksi minyak goreng kelapa sawit. Minyak goreng kelapa
sawit diperuntukkan bagi kebutuhan dalam negeri.Untuk produksi minyak
goreng kelapa difokuskan untuk kebutuhan luar negeri.

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN

Brand Minyak Goreng Bimoli

Minyak goreng adalah salah satu produk barang yang dipasarkan


di Indonesia. Menurut Utama (2008) merek Bimoli adalah yang sampai
saat ini masih menjadi market leader dalam persaingan industri minyak
goreng bermerek dengan menguasai market share sebesar 40 persen,
disusul kemudian produk Filma sebagai challenger dengan penguasaan
30 persen, Tropical sebagai follower 20 persen sedangkan sisanya Sania
sebagai nicher. Para produsen berlomba memperebutkan sebanyak
mungkin konsumen karena tingkat konsumsi salah satu dari bahan pokok
ini meningkat tingkat konsumsinya dari tahun ke tahun. Ini disebabkan
turunan minyak sawit ini telah menjadi kebutuhan sehari-hari di Indonesia.

Bimoli sukses memimpin pasar selama tiga dasawarsa dan menjadi


top of mind di benak konsumen. Bimoli merupakan minyak goreng
branded pertama di Indonesia. Untuk mempertahanan Bimoli sebagai
market leader dibangun dengan mengedepankan kualitas produk. Selain
itu, Bimoli juga melakukan inovasi agar tidak terkesan oldies, tetapi lebih
modern dan premium. Bimoli memiliki instalasi pabrik berteknologi
canggih modern dan higienis. Dari perkebunan sawit yang luas, bahan-
bahan alami diolah menjadi minyak goreng berkualitas. Kemudian melalui
jaringan distribusi yang luas dan efisien, Bimoli disalurkan melalui
berbagai pasar, toserba, hiper-market hingga akhirnya tiba di dapur dan
meja konsumen. Selama lebih dari satu dekade, Bimoli terus menjadi
pilihan utama(Etriya, 2004).

6|Page
Segmentasi Minyak Goreng Bimoli

Menurut Pride & Ferrel (1995) mendefinisikan segmentasi pasar


sebagai suatu proses pembagian pasar keseluruhan menjadi kelompok–
kelompok pasar yang terdiri dari orang–orang yang secara relatif memiliki
kebutuhan produk yang serupa. Dengan melakukan segmentasi pasar,
pemasaran akan lebih terarah dan efektif sehingga dapat memberikan
kepuasan kepada konsumen. Didalam segmentasi pasar terdapat tiga
acuan untuk menentukan segmentasi yang tepat dalam memasarkan.
Acuan tersebut yaitu dilihat dari segi demografis, geografis dan pikografis.

Dilihat dari segi demografisnya minyak bimoli diperuntukkan untuk


wanita yang telah menikah, keluarga merupakan segmen utama Bimoli.
Segmen ini memiliki ciri demografis berupa penghasilan dan tingkat
pendidikan yang cukup tinggi, sehingga diharapkan dalam melakukan
pembeliannya segmen ini bersifat rasional, yaitu membeli produk karena
mutu dan nilai tambah yang dapat diperolehnya. Dari segi geografis,
minyak bimoli dapat dipasarkan dalam taraf nasional (bagi semua
masyarakat di seluruh Indonesia). Minyak tersebut tersebar di berbagai
kota, meski tidak sedikit masyarakat desa yang mengkonsumsinya.
Sedangkan dari sisi psikografisnya, minyak bimoli lebih diminati oleh
kalangan masyarakat yang berpendapatan menengah ke atas seperti
mayarakat atau pembeli yang menyukai merek (Liking The Brand),
terlebih para pengusaha kuliner, seperti restoran, perhotelan yang lebih
mementingkan kualitas bagi produk yang mereka jual(Nala, 2003).

Target Pemasaran

Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan bahwa target pasar adalah


sekelompok pembeli (buyers) yang memiliki kebutuhan atau karakteristik
yang sama yang menjadi tujuan promosi perusahaan. Minyak Bimoli
dipasarkan pada konsumen yang memiliki pendapatan menengah ke atas,
hal ini dikarenakan harganya yang relatif mahal. Sehingga masyarakat
kalangan menengah ke bawah jarang untuk dapat memanfaatkannya.

7|Page
Posisi Pemasaran Pada Produk Minyak Bimoli

Positioning adalah suatu tindakan atau langkah-langkah dari


produsen untuk mendesain citra perusahaan dan penawaran nilai dimana
konsumen didalam suatu segmen tertentu mengerti dan menghargai apa
yang dilakukan suatu segmen tertentu, mengerti dan menghargai apa
yang dilakukan suatu perusahaan, dibandingkan dengan pesaingnya.
Positioning memiliki empat bentuk yaitu posisi leader, challenger, follower
dan nicher. Posisi leader merupakan posisi suatu brand produk yang
menempati urutan pertama permintaan para konsumen. Posisi
challenger(penantang) adalah posisi dimana adanya brand baru yang
berusaha untuk bersaing dengan brand produk utama(leader). Posisi
follower adalah posisi pengikut brand produk utama atau challenger.
Sedangkan posisi nicher merupakan posisi paling bawah dan target
pasarnya juga kalangan bawah(Etriya, 2004).

Produk minyak Bimoli menjadi leader bagi brand produk minyak


yang lainnya. Hal ini dikarenakan minyak Bimoli memiliki merek yang
lebih dulu dikenal, sehingga bernilai lebih di mata konsumen meskipun
harganya lebih mahal. Pemilihan Bimoli sebagai objek pembahasan dalam
makalah ini karena Bimoli merupakan market leader untuk produk minyak
goreng kemasan bermerek yang memiliki banyak kompetitor yang serupa
untuk saat ini.

Marketing Mix Produk Minyak Bimoli

Produk (product)

Merek pada produk minyak bimoli ini selain mudah diucapkan juga
mudah diingat oleh semua kalangan masyrakat. Minyak bimoli ini tidak
mudah berbusa, dan berwarna kuning keemasan yang menandakan
adanya beta karoten. Para ahli juga melakukan penelitian dan
menghasilkan adanya kandungan Omega 9 sebanyak 40%-45% dalam
minyak goreng Bimoli. Dikenal sebagai asam oleat, Omega 9 umumnya
terdapat pada minyak sawit namun berangsur hilang saat proses
pembuatan minyak goreng. Proses pemurnian Bimoli terbukti dapat
mempertahankan kebaikan dari Omega 9 ini dan tahan terhadap panas
tinggi. Kini Omega 9 telah menjadi paradigma baru dalam pengaturan diet
penderita jantung koroner akibat kolesterol berlebih.

8|Page
Pemakaian produk minyak bimoli ini terkenal dengan menjadikan
makanan menjadi renyah atau crispy saat dimakan. Disamping itu, banyak
pula jenis ukuran produk minyak goreng bimoli yang ditawarkan, sehingga
memudahkan konsumen dalam pembeliannya.

Tempat (place)

Minyak goreng termasuk salah satu dari sembilan bahan pokok dan
dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada
di perkotaan maupun di pedesaan. Salah satu merek minyak goreng yang
menjadi pelopor kemunculan minyak goreng kemasan bermerek adalah
Bimoli. Banyaknya merek minyak goreng kemasan yang beredar di
masyarakat saat ini, membuat PT. Indofood sebagai perusahaan yang
memasarkan Bimoli untuk mempertahankan konsumen supaya tidak
pindah ke merek pesaing. Salah satu strategi pemasaran yang dilakukan
PT.Indofood ialah bauran pemasaran melalui tempat/ saluran distribusi.
Dengan bauran pemasaran yang tepat akan membantu PT. Indofood
untuk mempertahankan konsumennya untuk melakukan pembelian ulang
terhadap minyak goreng Bimoli.(Berlian, 2012).

Dari sisi penyebaran produk, tim sales dan distribusi Indofood


Indonesia telah berhasil menempatkan Minyak Goreng Bimoli mulai dari
pasar modern (hypermarket, supermarket, minimarket) hingga general
trade ( toko kelontong, pasar). Sehingga, harganya pun mempunyai range
yang pas terhadap setiap income level ( mass maupun semi premium).

Harga (price)

Menurut Utama (2008) tingkat harga minimum (IPP) bagi produk


minyak goreng berada pada tingkat harga Rp 22.500,- Berdasarkan garis
perpotongan tersebut didapatkan bahwa tingkat harga optimum bagi
produk minyak goreng Bimoli berada pada tingkat harga Rp 23.500,-.
Tingkat harga tertinggi (MEP) bagi produk Bimoli adalah Rp 26.500,- dan
tingkat harga terendah (MCP) Rp 20.500,-. Harga minyak goreng Bimoli
saat ini yaitu Rp 22.900,- berada pada rentang harga optimum yang dapat
diterima yaitu antara harga minimum Rp 20.500,- dan harga optimum Rp
26.500,-(Etriya, 2004).

9|Page
Promosi (promotion)

Untuk mempertahankan market leadership, Bimoli terus melakukan


aktifitas promosi baik berupa advertising, brand activation maupun sales
promotion. Tema komunikasi Bimoli adalah ‘Simbol Kesempurnaan
Minyak Goreng’. Bimoli menggunakan TV commercial, print ad, editorial
dan event-event untuk mengedukasi konsumen mengenai teknologi
pemrosesan PMP (Pemurnian Multi Proses), kandungan Omega 9 dan
benefit lain dari Bimoli. Event yang rutin dilakukan sebagai brand
activation Bimoli seperti lomba masak, demo masak, bazar dan
sponsorship. Beberapa kegiatan ini dilakukan melalui kerjasama dengan
berbagai media, baik off air maupun on air.

Strategi Produk

Salah satu strategi perusahaan pada produk minyak Bimoli untuk


menjaga kepuasan pelanggan adalah dengan manjaga loyalitas distributor
itu sendiri agar selalu menjaga kualitas dan keamanan produk. Untuk
menjaga distributor, agar distributor menjaga kualitas dan keamanaan
produk hingga ke tangan konsumen, maka perusahaan harus
melaksanakan kerjasama sesuai dengan kesepakatan yang
menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Dalam hal ini misalnya perusahaan memberikan harga yang


disepakati yang menguntungkan pihak perusahaan namun juga
menguntungkan bagi pihak distributor, dalam segi pembayaran sebaiknya
dilakukan tepat waktu dan tidak membuat distributor kesulitan melakukan
kegiatan distribusi berikutnya akibat keterlambatan pembayaran, juga
dilakukan kegiatan kontrol produk (dengan menempatkan perwakilan
perusahaan pada posisis tertentu dalam kegiatan pendistribusian).

Dalam marketing mix(bauran pemasaran) pada produk bimoli,


terdapat juga gambaran operasionalisasi variabel yang dapat menjelaskan
bagaimana konsep pemasaran pada produk tersebut.

Terdapat sedikit perbedaan antara STP dan Marketing mix pada produk
minyak bimoli ini. Seperti halnya pada segi geografis (STP),
penjelasannya lebih global mencakup hampir semua daerah sedangkan
pada marketing mix dari segi place lebih spesifik dalam penentuan
tempat/saluran, ketersediaan selalu kontinyu disetiap tempat distribusi.

10 | P a g e
BAB III

KESIMPULAN

Dalam makalah ini disimpulkan bahwa pada minyak bimoli memiliki


kekuatan sebagai berikut proses produksi yang higienis dan
menggunakan peralatan canggih, packaging yang memenuhi standar
internasional, bahan baku yang berkualitas, jangkauan distribusi, brand
yang sudah terkenal dan kandungan Bimoli . Kekuatan ini digunakan
untuk mengahadapi kelemahanya yang terletak pada harga produknya
yang relative mahal. Dimana konsumen akan mendapatkan feedback
yang sesuai . Ancaman yang dihadapi adalah ketatnya persaingan yang
dilakukan pesaing dalam hal iklan maupun inovasi produk , yang dihadapi
dengan adanya peluang produk Bimoli dimana Bimoli ebagai market
leader di pasar serta diversifikasi produknya yang memberikan variasi.

Analisis porter’s five yang dihadapi Bimoli pada Threat of intense segment
rivalry adalaha adanya persaingan iklan maupun harga dengan produk
minyak lainya. Pada Threat of new entrants terjadi banyaknya persaingan
yang dihadapi dari pendatang baru menyebabkan Bimoli semakin
meningkatkan program marketingnya, menambah positioning baru ,kreasi
iklan , jaringan distribusi serta meningkatkan pelayananya. Threat of
substitute products ,untuk menghadapi produk penggantinya Bimoli
memiliki banyak strategi salah satunya dalam meningkatkan kualitas
produknya. Threat of suppliers’ growing bargaining power ,pada distribusi
bahan bakunya Bimoli dapat meminimaliskan dengan adanya lahan yang
dimiliki sendiri untuk menanam pohon sawit.

Minyak Goreng Bimoli termasuk dalam Pasar Persaingan Monopolistis


dimana banyaknya produsen yang menghasikan produk yang sama. Hal
ini diatasi Bimoli dengan menambah variannya serta mengoptimalkan
kualitas produknya.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Etriya, Sumarwan.Ujang, Kirbandro. 2004. Analisis Ekuitas Berbagai
Merek Minyak Goreng. Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol. 2. FP IPB:
Bogor.

Nala Sastri, Pritha. 2003. Kajian Perilaku Minyak Goreng Bimoli dan
Iimplikasinya Terhadap Strategi Pemasaran Produk Bimoli. Jurnal IPB:
Bogor.

Utama Nasution, Indra. 2008. Analisis Sensitivitas Harga Dan Loyalitas


Konsumen Terhadap Minyak Goreng Merek Bimoli Di Kota Bogor. FP IPB:
Bogor.

Ester, Berlian. 2012. Pengaruh Bauran Pemasaran PT. Indofood


Terhadap Loyalitas Konsumen Minyak Goreng Bermerek Bimoli (Suatu
Kasus Pada Konsumen Bimoli Di LotteMart Whosale Pasar Rebo). Unpad:
Bandung. http://pustaka.unpad.ac.id/.

12 | P a g e
13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai