EKONOMI MANAJERIAL
“ Pasar Oligopoli Dan Artsitektur Perusahaan “
DOSEN PENGAMPU
Kamsidik, S.Kom, M.M
DISUSUN OLEH
Amelia Septiani 171010507765
Dwiky Syahputra 171010507512
Hesti 171010508937
Remigius Ngai Ceme 171010502437
Winda Guswindari 171010501720
Yuli Khotimah 2016051661
UNIVERSITAS PAMULANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Pasar Oligopoli dan Arsitektur Perusahaann ini
tepat pada waktunya.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV ................................................................................................................................... 34
PENUTUP .............................................................................................................................. 34
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 34
4.2 Saran ...................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu ekonomi adalah suatu bidang studi yang sudah cukup lama
berkembang. Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-
perusahaan dan masyarakat secara keseluruhannya akan selalu menghadapi
persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi, yaitu persoalan yang menghendaki
seseorang atau suatu perusahaan ataupun suatu masyarakat membuat keputusan
tentang cara yang terbaik untuk melakukan suatu kegiatan ekonomi.
Dalam perekonomian perusahaan-perusahaan dikembangkan untuk
mengahasilkan barang dan jasa yang diperlukan oleh individu, perusahaan lain,
dan pemerintah. Pemilik-pemilik perusahaan menjalankan kegiatannya untuk
mencari keuntungan, dan keuntungan yang maksimal hanya akan didapat
apabila pemilik atau pemimpin perusahaan membuat pilihan yang teliti.
Berdasarkan hal di atas, maka dalam makalah kami ini akan membahas
mengenai bentuk-bentuk pasar yakni salah satunya yaitu pasar oligopoli.
1
Latar Belakang Study Kasus
Minuman berkarbonasi, atau yang lebih akrab disebut soft drink
merupakan suatu varian minuman yang sangat lekat dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Definisi dari minuman berkarbonasi sendiri adalah
minuman yang ditambahkan gas karbondioksida. Semua kalangan tentu pernah,
bahkan sering mengonsumsi minuman tersebut. Selain mudah didapat,
beberapa restoran waralaba terkenal menyertakan soft drink sebagai bagian dari
menu minumannya. Rasanya yang nikmat, menyegarkan, dan tersedia dalam
berbagai varian rasa membuat minuman berkarbonasi begitu lekat dalam
kehidupan masyarakat.
Penulis melihat bahwa industri minuman berkarbonasi di Indonesia
termasuk dalam bentuk pasar oligopoli, di mana hanya terdapat beberapa
produsen saja, yaitu; PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (produsen Coca-Cola,
Fanta, Sprite, dan lain-lain), PT. Prima Cahaya Indobeverages (produsen Pepsi,
7up, dan lain-lain, awalnya bernama PT. Pepsi-Cola Indobeverages, namun
kemudian diakusisi oleh salah satu anak perusahaan Indofood), dan PT. AJE
Indonesia (produsen Big Cola). Setiap perusahaan tersebut memiliki ciri
tersendiri, baik dari segi produk, strategi pemasaran, hingga manajemennya.
Penulis melihat bahwa bentuk pasar oligopoli dalam industri minuman
berkarbonasi ini sangat menarik untuk diteliti, karena industri ini bukan
merupakan industri yang bisa berdiri sendiri di Indonesia. Dapat dilihat dari
tiga perusahaan yang telah disebutkan penulis sebelumnya, perusahaan-
perusahaan tersebut merupakan cabang dari perusahaan internasional dan telah
memiliki reputasi yang kuat, sehingga tidak menciptakan celah bagi produsen
baru (lokal) untuk ikut serta meramaikan industri tersebut.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pasar Oligopoli ?
2. Apa saja bentuk-bentuk dari pasar oligopoli ?
3. Apa saja ciri-ciri dari pasar oligopoli ?
4. Apa saja dampak positif dan negatif dari pasar oligopoli ?
5. Bagaimana keseimbangan harga dalam pasar oligopoli ?
6. Apakah model pasar oligopoli yang tepat bagi industri minuman berkarbonasi
di Indonesia?
7. Perusahaan manakah yang tepat untuk disebut sebagai perusahaan dengan
arsitektur yang ideal?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah Oligopoli berasal dari bahasa Yunani, yaitu: Oligos Polein yang
berarti: yang menjual sedikit atau beberapa penjual. Beberapa penjual dalam
konteks ini, maksudnya di mana penawaran satu jenis barang di kuasai oleh
beberapa perusahaan, beberapa dapat berarti paling sedikit 2 dan paling banyak
10 atau 15 perusahaan. Teori oligopoli memiliki sejarah yang cukup
panjang.Istilah oligopoly pertama kali digunakan oleh Sir Thomas Moore
dalam karyanya pada tahun1916, yaitu “Utopia” 11.Dalam karya tersebut
4
dikatakan bahwa harga tidak harus berada pada tingkat kompetisi ketika
perusahaan di pasar lebih dari satu.
Keterangan :
5
sesuai garis D1. Apabila pesaing tidak ikut menaikkan harga bila perusahaan
menaikkan harga akan mengakibatkan (pada waktu harga diatas P0), quantity
demanded akan bergerak sepanjang garis D2. Jadi kurva demand (demand
curve) dari perusahaan yang menghadapi situasi ini adalah garis ABD1.
Jadi garis demand dari barang yang dihasilkan oleh perusahaan yang
beropersidipasar oligopoli, sangat tergantung dari respon pesaingnya. Apabila
pesaing tidak mengikuti perubahan harga yang dillakukan oleh perusahaan,
maka demand curve dari produk perusahaan mengikuti garis demand D1. Untuk
memaksimumkan keuntungan (profit maximizing), maka MR(Marginal
Revenue) harus mengikuti garis D1, dan harus sama dengan MC (Marginal
Cost). Demikian pula sebaliknya apabila pesaing tidak mengikuti perbahan
harga yang dilakukan oleh perusahaan, maka demand curve dari produk
perusahaan mengikuti garis D2 , dan manager kalau ingin memaksimumkan
labanya MR-nya harus mempertimbangkan garis D2 , dan MR harus sama
dengan MCPada pasar oligopoli aturan untuk memaksimumkan
keuntungan/laba adalah sama dengan (persis seperti) aturan pada pasar
monopoli.
6
2.2 Bentuk Bentuk Pasar Oligopoli
Bentuk pasar oligopoli dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu:
7
2. Oligopoli longgar, dimana terdapat penggabungan 4 perusahaan
terkemuka yang memiliki 40% atau kurang dari pangsa pasar, kesepakatan
diantara mereka untuk menetapkan harga sebenarnya tidak mungkin. Sebagai
contoh: Kayu, perangkat keras, perkakas rumah (mebel).
3. Terdapat halangan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan diluar pasar
untuk masuk kedalam pasar.
8
Antara perusahaan yang satu dengan yang lain, kadang-kadang
harus mengeluarkan biaya produksi yang berbeda-beda meskipun untuk
menghasilkan output yang sama. Hal ini disebabkan karena:
(product recognition).
(product differentiation).
9
2.4 Dampak Positif dan Dampak Negatif dari Pasar Oligopoli
Adapun dampak positif dari pasar oligopoli, yaitu antara lain:
10
Dalam UU No. 5 Tahun 1999 dalam hal pasal Oligopoli :
Bagian Pertama
Oligopoli
Pasal 4
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk
secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan
penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, sebagaimana
dimaksud ayat (1), apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu
Bagian Kedua
Penetapan Harga
Pasal 5
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar
oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalaim ayat (1) tidak berlaku bagi:
a. suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau
b. suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.
11
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang
memuat persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa tidak akan menjual
atau memasok kembali barang dan atau jasa yang diterimanya, dengan harga
yang lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Penejelasan
12
dominan di dalam pasar untuk secara bersama-sama menentukan harga yang
tinggi yang harus dibayar konsumen. Praktek-praktek seperti kartel maupun
penetapan harga (price fixing) antara oligopolis sangat mungkin untuk
menjauhkan pasar dari efisiensi secara mandiri dan membuat konsumen
membayar harga yang tinggi yang ditetapkan secara sewenang-wenang antara
para oligopolis. Tindakan dari oligopolis yang dapat membahayakan
persaingan di pasar tersebut juga menjadi perhatian pembuat undang-undang
dalam menyusun UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dalam UU No. 5 Tahun 1999, oligopoli
dikelompokkan ke dalam kategori perjanjian yang dilarang, padahal umumnya
oligopoli terjadi melalui keterkaitan reaksi, khususnya pada barang-barang
yang bersifat homogen dan identik.
13
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Landasan Teori
3.1.1 Oligopoli dan Konsentrasi Pasar
Oligopoli adalah suatu bentuk organisasi pasar di mana penjual atas
sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit. Jika hanya
terdapat dua penjual, maka yang terjadi adalah duopoli (duopoly). Jika
produknya homogen, maka yang terjadi adalah oligopoli murni (pure
oligopoly). Jika produknya terdiferensiasi, maka yang terjadi adalah oligopoli
terdiferensiasi (differentated oligopoly).
14
3. Beberapa perusahaan bisa jadi memiliki hak paten untuk secara
eksklusif memproduksi suatu komoditas atau memanfaatkan
suatu proses produksi tertentu.
4. Perusahaan yang sudah berdiri mungkin memiliki pelanggan
setia karena kualitas produk dan pelayanannya, sehingga
perusahaan baru sulit untuk menyainginya.
5. Beberapa perusahaan bisa jadi memiliki atau menguasai seluruh
penawaran bahan baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan
suatu produk
6. Pemerintah bisa jadi memberikan hak monopoli hanya kepada
beberapa perusahaan untuk beroperasi dalam pasar.
15
menurunkan harga karena pesaingnya akan dengan cepat melakukan hal yang
sama.
16
7. Aktif dan mampu merespon dengan cepat berbagai perubahan kondisi
pasar
Pada tahun 1971, dengan pertambahan usaha dan modal, IBL berubah nama
menjadi PT. Djaya Beverages Bottling Company (PT. DBBC) yang merupakan
pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia. Adanya penambahan modal
tersebut meningkatkan kapasitas pabrik yang diikuti pula dengan penambahan
macam produk yang dihasilkan dalam berbagai ukuran kemasan.
Pada tahun 1993 seluruh saham PT. DBBC diambil alih oleh Coca-Cola Amatil
Ltd, suatu grup perusahaan pembotolan Coca-Cola dikawasan Asia Pasifik dan
EropaTimur yang bermarkas di Sydney, Australia. Adanya perpindahan saham
tersebut mengakibatkan nama PT. DBBC berubah menjadi PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia (PT. CCAI). Tahun 2000, seluruh pabrik pembotolan
minuman merek dagang Coca-Cola yang ada di Indonesia resmi bergabung
menjadi satu dibawah PT. CCAI.
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia Bottling (PT. CCAIB) dan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
17
Distribution (PT. CCAID). PT. CCAIB bertugas untuk memproduksi minuman
ringan (Soft Drink), sedangkan PT. CCAID yang bertugas untuk memasarkan
dan mempromosikan minuman ringan (Soft Drink) yang dihasilkan PT.
CCAIB. Untuk meningkatkan volume penjualan keseluruh wilayah Indonesia,
maka PT. CCAI mengoperasikan pabrik pembotolan di 10 kota besar Indonesia,
yaitu Medan, Padang, Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Pandaan, Bali,
Makassar, dan Banjar Baru.
Pada tahun 2002, PT. CCAIB berubah nama menjadi PT. Coca-Cola Bottling
Indonesia (PT. CCBI) dan PT. CCAID menjadi PT. Coca-Cola Distribution
Indonesia (PT. CCDI). Seluruh pabrik pembotolan Coca-Cola di Indonesia
berada dibawah manajemen PT. Coca-Cola Indonesia (PT. CCI). PT. Coca-
Cola Indonesia ini merupakan perwakilan dari The Coca-Cola Company yang
menyuplai bahan baku konsentrat keseluruh pabrik pembotolan Coca-Cola di
Indonesia dan menetapkan seluruh standar bahan baku yang digunakan oleh
pabrik.
18
• Inovasi: Selalu mencari cara yang terbaik
• Keunggulan: Senantiasa melakukan pekerjaan yang terbaik.
• Warga negara yang baik: Melakukan hal yang benar dari perusahaan,
masyarakat dan sesama. Perusahaan diharuskan untuk memelihara
nilai-nilainya dengan selalu mempertahankan standar dalam
berperilaku.
19
bahwa bahan-bahan tersebut dalam kondisi memuaskan, Coca-Cola telah
menempatkan standar tertentu di tempat yang harus dipatuhi oleh para pemasok
(The Supplier Guiding Principles). Di dalamnya termasuk; kepatuhan dengan
hukum dan standar, hukum dan peraturan, kebebasan berserikat dan
perundingan bersama, pekerja anak, penyalahgunaan tenaga kerja,
diskriminasi, upah dan tunjangan, jam kerja dan lembur, kesehatan dan
keselamatan, lingkungan, dan demonstrasi dari kepatuhan (Coca-Cola 2006).
20
Coca-Cola juga memanfaatkan momentum tertentu, seperti demam Piala
EURO 2004 atau SEA GAMES 2011. Dengan memanfaatkan event berskala
nasional dan internasional, Coca-Cola mencoba tampil dengan strategi
pemasaran baru yang menarik masyarakat.
21
Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea dalam kemasan Tetra Wedge yang
lebih mudah dan praktis untuk dibawa. Pada akhir 2003, Coca-Cola, Sprite, dan
Fanta hadir dalam kemasan kaleng ramping baru yang unik. Pada tahun 2004
ini, Coca-Cola hadir dengan inovasi terbaru yaitu botol gelas berbobot lebih
ringan 30 % dengan desain mungil, imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk
akan terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru.
Strategi pemasaran Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan
kreatif. Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang sedang
berlangsung, baik melalui konser musik, pameran, promo penukaran tutup
botol, hadiah kejutan, maupun iklan TV. Pada tahun 2004 ini, iklan Coca-Cola
versi Kabayan dinobatkan sebagai iklan paling efektif dalam bulan Februari dan
Maret versi survey TV Ad Monitor MRI. Promo Coca-Cola juga memanfaatkan
momentum tertentu, misalnya: Demam Piala EURO 2004. Dengan
memanfaatkan event berskala nasional maupun internasional, Coca-Cola
mencoba tampil dengan strategi pemasaran baru yang menarik masyarakat.
Kunci sukses inovasi tersebut adalah kolaborasi yang baik antara Coca-Cola
Bottling Indonesia dan Coca-Cola Company, pengembangan varian minuman
cepat saji dengan rasa baru, serta keinginan untuk menjadikan Coca-Cola
Indonesia sebagai perusahaan minuman cepat saji yang lengkap.
22
pencucian, pengisian dan penutupan, pengkodean, pemeriksaan, pengemasan,
dan pengangkutan.
Saat ini ada delapan pabrik pembotolan yang tersebar di seluruh Indonesia,
yaitu di Cibitung-Bekasi, Medan, Padang, Lampung, Bandung, Semarang,
Surabaya dan Denpasar. Semua pabrik diwajibkan untuk mematuhi dan bahkan
kerap kali melampaui standarisasi internasional dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pabrik Coca-Cola juga teratur melaksanakan audit di
bidang pengawasan mutu, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Satu hal yang perlu dicatat, tim sales perusahaan yang sangat besar tak hanya
menjual produk-produk kepada para pelanggan tetapi juga memberikan tips
dalam menempatkan produk Coca-Cola. Sales supervisor perusahaan juga
23
teratur mengunjungi para pelanggan, memberikan bimbingan, serta
menampung masukan yang disampaikan para pelanggan.
24
mengembalikan lisensi produk minuman ringan kepada pihak Pepsi Cola
Internasional.
25
80 buah armada, PT. Prima Cahaya Indobeverages banyak menghasilkan
variasi produk untuk memenuhi tuntutan konsumen yang sangat beragam.
Selain itu, PT. PCI juga memperluas wilayah dan jaringan distribusi untuk
memasarkan produk yang dihasilkan dengan mendirikan gudang-gudang
distribusi atau warehousedi wilayah Yogyakarta, Pekalongan, Kudus, Ungaran,
Solo dan Surabaya.
26
Produk minuman ringan yang dihasilkan diposisikan sebagai minuman ringan
generasi baru (New Generation). Hal iniuntuk membedakan dari produk-
produk pesaingnya terutama terhadap pesaing utamanya yaitu Coca-Cola
Company. Segmen pasar yang dimasuki adalah orang muda dan masyarakat
perkotaan dengan penyebaran yang lebih luas kepada mereka yang suka
olahraga, musik, dan berjiwa petualang.
Mata rantai terakhir dari rantai pemasaran PT. PCI adalah konsumen.
Konsumen dibagi menjadi dua kelompok yaitu customer (pelanggan) dan
consumer (pemakai akhir). PT. PCI mengelompokkan para customer ke dalam
kelompok agen, horeca (hotel, restauran, dan cafetaria), toko P&D, sekolah,
warung, pedagang kaki lima, dan lain-lain. Kelompok consumer dibedakan atas
mereka yang minum di tempat (on-premise) dan mereka yang membawa pulang
produk (take-home). Perilaku pembelian untuk produk-produk PT. PCI didasari
oleh faktor budaya dan faktor pribadi. Faktor budaya menunjukkan kebiasaan
masyarakat untuk mengkonsumsi produk minuman ringan. Sedangkan faktor
pribadi meliputi usia, gaya hidup, dan keadaan ekonomi yang mendasari
konsumen untuk membeli produk-produk minuman ringan.
Produk minuman ringan yang dihasilkan dikemas dalam kemasan botol gelas,
kaleng, botol plastik PET (polietilen), dan dalam kemasan khusus premix dan
27
postmix. Botol gelas kemasan terdiri dari ukuran 5.8 oz, 7 oz, dan 10 oz.
Kemasan kaleng berukuran 330 ml, sedangkan botol plastik PET memiliki
ukuran 1.25 l.
Kualitas produk PT. PCI didefinisikan sebagai produk berkualitas dalam hal
karakteristik produk (aroma dan rasa) dan penampilan yang sesuai dengan
standar produk PepsiCo International. Penampilan produk melalui desain
spesifik yang menjadi ciri khas produk-produk PepsiCo membantu untuk
menanamkan citra produk ke dalam benak konsumen. Citra produk yang ada
dalam benak konsumen diharapkan dapat menciptakan kelompok konsumen
yang loyal sehingga memberikan keunggulan bersaing kepada perusahaan.
28
Letak Dari Pasar-Pada dasarnya proses produksi dilaksanakan untuk
menghasilkan suatu produk yang pada akhirnya mudah didistribusikan ke
pasar. PT. Prima Cahaya Indobeverages mendirikan perusahaan yang akses ke
pasarnya mudah untuk dijangkau, dengan demikian dapat dilakukan penekanan
terhadap biaya transportasi. Selain itu, perusahaan juga mendirikan gudang-
gudang distribusi di beberapa lokasi yang strategis untuk menunjang
pemasaran.
29
suplai tenaga listrik dalam jumlah yang memadai. Kekurangan suplai tenaga
listrik akan menyebabkan terganggunya kelancaran proses produksi. PT. Prima
Cahaya Indobeverages didirikan di lokasi yang dekat dengan sentral
pembangkit tenaga listrik “Piring Jabar Jaya” Ungaran sehingga suplai listrik
dapat memenuhi kebutuhan produksi secara keseluruhan.
30
perusahaan, yaitu menjadi salah satu dari 20 perusahaan multinasional
terpenting pada tahun 2020.
31
perubahan pada produk yang bersangkutan. Konsumen dapat bebas memilih kemasan
mana yang akan dibeli sesuai dengan keinginan dan tentu saja finansial.
Persaingan nonharga ini juga jelas tampak ketika PT. AJE Indonesia muncul
dengan produk BIG Cola-nya, yang sudah terkenal sebagai soft drink dengan harga
murah. Menanggapi kemunculan BIG Cola, respon dari dua perusahaan lain biasa saja.
Kedua perusahaan yang lain tidak serta merta menurunkan harga produknya (seperti
yang lazim terjadi pada indsutri-industri besar lain), namun tetap bertahan dengan
harga yang telah ditetapkan, pun dengan kualitasnya. Seperti yang sudah penulis bahas
dalam profil masing-masing perusahaan, tiap perusahaan tersebut lebih bersaing dalam
hal promo dan iklan untuk menarik konsumen baru dan tentu saja mempertahankan
konsumen lama. Cara-cara tersebut terbukti ampuh dan tentu saja mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan. Perusahaan berperilaku sesuai kebutuhannya
masing-masing, namun tetap mengawasi kondisi pasar, dan tidak berperang dengan
harga.
Berdasarkan aspek-aspek yang telah dibahas pada profil tiap perusahaan, maka
perusahaan dengan arsitektur ideal adalah PT. Coca-Cola Amatil Indonesia dan
PT. Prima Cahaya Indobeverages. Kedua perusahaan tersebut memenuhi syarat-syarat
perusahaan dengan arsitektur yang ideal seperti yang telah dibahas oleh penulis pada
landasan teori, yaitu:
32
PCI terbukti selalu melakukan inovasi pada produknya, seperti mengeluarkan
kemasan baru, dan lain sebagainya.
3. Mempunyai struktur organisasi yang datar dan garis perintah yang pendek
untuk mempermudah komunikasi dan interaksi-PT. CCAI dan PT. PCI
memiliki sistem manajemen yang ringkas dan ampuh untuk menghadapi situasi
pasar minuman berkarbonasi di Indonesia.
4. Mengoperasikan pabrik yang sangat terspesialisasi dan mampu berpindah
dengan cepat untuk memproduksi pabrik baru-PT.CCAI dan PT. PCI
mempunyai beberapa pabrik yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.
5. Mengombinasikan fisik (physic) dan maya (virtual)¬PT.CCAI dan PT. PCI
memiliki fasilitas website.
6. Bisa dengan segera bereaksi (real-time enterprise)-PT.CCAI dan PT. PCI
mampu mengambil tindakan cepat dalam menghadapi berbagai situasi dan
kondisi yang terjadi baik internal maupun eksternal.
7. Aktif dan mampu merespon dengan cepat berbagai perubahan kondisi pasar-
PT.CCAI dan PT. PCI mampu merespon situasi pasar dengan cepat melalui
berbagai tindakan yang diambil.
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Industri minuman berkarbonasi di Indonesia termasuk dalam pasar oligopoli.
Hal ini terjadi karena hanya ada sedikit perusahaan dalam industri tersebut, yaitu PT.
Coca-Cola Amatil Indonesia, PT. Prima Cahaya Indobeverages, dan PT. AJE
Indonesia. Ketiga perusahaan tersebut merupakan hasil ekspansi dari tiga perusahaan
multinasional, yaitu The Coca-Cola Company, PepsiCo International, dan AJE Group.
Bentuk pasar oligopoli yang tepat bagi industri tersebut adalah model kurva permintaan
terpatah, dimana persaingan yang terjadi adalah persaingan nonharga (promo, iklan,
dan lain sebagainya).
Namun tetap saja, ukuran pengalaman yang lebih lama membuat PT. CCAI dan
PT. PCI berhak menyandang status sebagai perusahaan dengan arsitektur yang ideal,
karena memenuhi kriteria-kriteria yang ada.
34
4.2 Saran
Ketiga perusahaan tersebut harus terus menjaga konsistensi yang telah
terbangun. Dengan pengertian bahwa ketiga perusahaan tersebut jangan sampai
mengalami penurunan kualitas dari segala aspek yang ada pada tiap perusahaan, agar
keuntungan tetap terjaga dan kepuasan konsumen tetap tercapai.
35
DAFTAR PUSTAKA
Case, Karl E dan Ray C Fair. 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: Indeks.
http://yushendratmo.blogspot.com/value-chain-ptcocacolaamatilindonesia.html.
(diakses pada tanggal 1 Januari 2014, pukul 11.30 WIB)
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/30718/Bab%20IV_F96YYI.p
df?sequence=9.html (diakses pada tanggal 1 Januari 2014, pukul 13.41 WIB)
http://jembatanmatematikaku.blogspot.com/2013/08/laporan-pkl-smti-di-pepsi-cola-
ungaran.html (diakses pada tanggal 1 Januri 2014, pukul 19.00 WIB)
http://tugaspom.wordpress.com/2011/12/08/laporan-company-visit-coca-cola-amatil-
indonesia/ (diakses pada tanggal 2 Januari 2014, pukul 07.17 WIB)
http://roda2blog.com/2013/11/13/big-cola-dari-peru-mengguncang-coca-cola-di-
indonesia/ (diakses pada tanggal 2 Januari 2014, pukul 08.55 WIB)
36