1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan petunjuknya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang disusun untuk memenuhi ujian tengah semester mata
kuliah Praktikum Manajemen Farmasi
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian
makalah ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat
menambah pengetahuan pembaca.
Demikian makalah ini penulis susun, apabila ada kata- kata yang kurang berkenan
dan banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar- besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Kefarmasian.............................................................................3
2.2 Pelayanan Kefarmasian di Apotek.............................................................4
2.3 Penerapan Sistem Informasi Manajemen di Apotek.................................4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek.........................................................5
3.2 Sarana dan Prasarana.................................................................................6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Farmasi klinik dapat didefinisikan sebagai suatu keahlian khas ilmu kesehatan,
bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan sesuai pada pasien,
melalui penerapan pengetahuan dan berbagai fungsi terspesialisasi dalam perawatan pasien
yang memerlukan pendidikan khusus (spesialisasi) dan/atau pelatihan terstruktur tertentu.
Keahlian ini mensyaratkan penggunaan pertimbangan dalam pengumpulan dan interpretasi
data pasien, serta keterlibatan khusus pasien dan interaksi langsung antar profesional.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pengaturan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian,
menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan melindungi pasien dan masyarakat
dari penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)
(Menkes, 2014). Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya
berfokus kepada pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pelayanan Obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Tujuan utama pelayanan farmasi klinik adalah meningkatkan keuntungan terapi obat
dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat. Karena itu, misis
farmasi klinik adalah meningkatkan dan memastikan kerasionalan, kemanfaatan, dan
keamanan terapi obat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, disebutkan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan Kefarmasian di Apotek
meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelayanan farmasi klinik di apotek?
2. Apa saja pelayanan farmasi klinik di apotek?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pelayanan farmasi klinik diapotek.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pelayanan farmasi klinik diapotek.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
keamanan dan khasiat dari obat dan perbekalan kesehatan. Oleh karena itu dimanapun
Apoteker bekerja, harus memahami dan dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian yang
baik dan benar (Menkes, 2016).
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
d. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang berbeda
untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan
dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain,
pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan
herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat
kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
obat yang digunakan.
Apotek merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, maka dari
itu apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Apotek harus memiliki sarana dan prasarana
yang dapat menjamin mutu dan kualitas dari sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis
habis pakai, serta praktik pelayanan kefarmasian. Dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian, terdapat beberapa komponen sarana dan prasarana yang dapat menunjang
keberlangsungan praktik tersebut diantaranya sebagai berikut (Susanti, 2015):
a. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep ditempatkan di bagian paling depan yang mudah terlihat oleh
pasien. Ruang penerimaan Resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat penerimaan Resep, 1
set meja dan kursi, serta 1 set komputer.
6
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan Resep dan peracikan meliputi rak obat yang disusun sesuai kebutuhan
serta meja peracikan. Di ruang peracikan sekurangkurangnya disediakan peralatan peracikan,
timbangan obat, air minum untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat. Ruang ini diatur
agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin
ruangan.
c. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat dapat berupa konter penyerahan obat yang dapat digabungkan
dengan ruang penerimaan resep.
d. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi konseling,
lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling
dan formulir catatan pengobatan pasien.
e. Ruang penyimpanan
Ruang penyimpanan dibutuhkan untuk menyimpang beragam sediaan farmasi, alat
kesehatan, serta bahan medis habis pakai. Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi
sanitasi, temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet,
pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan
psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
f. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai 23 serta pelayanan kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu yang telah ditentukan.
7
BAB IV
KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2009. Peraturan pemerintah republik Indonesia no 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian. Pemerintah republik Indonesia. Jakarta.
Menteri Kesehatan. 2016. Peraturan Menteri kesehatan republik Indonesia nomor 73 tahun
2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek . menteri kesehatan. Jakarta.
Mentri kesehatan 2002 . keputusan menteri kesehatan republic Indonesia tentang ketentuan
dan tatacara pemberian izin apotek . menteri kesehatan republik Indonesia. Jakarta
Susanti.2015. system informasi managemen ( SIM) pembelian dan penjualan pada apotek
mahkota. UIN Raden fatah. Palembang.