Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas semester lima mata kuliah
Legal Drafting
Dosen Pengampu :
Rifah Roihanah, S. H., M. KN.
SA. B
Disusun oleh :
SA. B
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang baik,
berkualitas, dan layak serta berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat yang merupakan hak asasi yang dijamin
pemenuhannya oleh negara untuk melindungi kehidupan segenap bangsa
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. bahwa salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan yang baik dan
berkualitas perlu dilakukan pengoptimalan mengenai sistem zonasi sekolah
sehingga kualitas pendidikan semakin berkembang;
c. bahwa pengaturan sistem zonasi sekolah saat ini masih tersebar dalam
berbagai Peraturan Perundang-undangan dan belum diatur secara terpadu dan
komprehensif;
MEMUTUSKUAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Zonasi adalah pembagian atau pemecahan suatu area menjadi beberapa bagian, sesuai
dengan fungsi dan tujuan pengelolaan.
2. Sistem zonasi sekolah adalah memberikan prioritas lebih kepada calon peserta didik
untuk masuk sekolah yang dekat dengan zonasi tempat tinggalnya.
3. Sekolah adalah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
4. Sekolah Dasar, yang selanjutnya disingkat SD, adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang
pendidikan dasar
5. Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya disingkat SMP, adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada
jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI.
6. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
7. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
8. Kementerian adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
9. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan.
10. Penerimaan Peserta Didik Baru, yang selanjutnya disingkat PPDB, adalah sistem atau
aturan yang mengatur pelaksanaan penerimaan calon peserta didik baru.
Pasal 2
Pasal 3
BAB II
SISTEM ZONASI SEKOLAH
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
(1) Dalam melaksanakan PPDB melalui jalur zonasi dengan kuota paling sedikit 75%
(tujuh puluh lima persen) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) , Sekolah
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah wajib menerima calon peserta didik
yang berdomisili sesuai zona yang ditetapkan Pemerintah Daerah.
(2) Domisili calon peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan alamat
pada kartu keluarga yang diterbitkan paling singkat 1 (satu) tahun sebelum
pelaksanaan PPDB.
(3) Kartu keluarga dapat diganti dengan surat keterangan domisili dari rukun tetangga
atau rukun warga yang dilegalisir oleh lurah/kepala desa setempat yang menerangkan
bahwa peserta didik yang bersangkutan telah berdomisili paling singkat 1 (satu) tahun
sejak diterbitkannya surat keterangan domisili.
(4) Sekolah memprioritaskan peserta didik yang memiliki kartu keluarga atau surat
keterangan domisili dalam satu wilayah kabupaten/kota yang sama dengan Sekolah
asal.
Pasal 7
(1) Kuota paling sedikit 75% (Tujuh puluh lima persen) dalam jalur zonasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) termasuk kuota bagi:
a. Peserta didik tidak mampu; dan/atau
b. anak penyandang disabilitas pada Sekolah yang menyelenggarakan layanan
inklusif
(2) Peserta didik baru yang berasal dari keluarga ekonomi tidak mampu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dibuktikan dengan bukti keikutsertaan peserta didik
dalam program penanganan keluarga tidak mampu dari Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.
(3) Orang tua/wali peserta didik wajib membuat surat keterangan yang menyatakan
bersedia diproses secara hukum, apabila terbukti memalsukan bukti keikutsertaan
dalam program penanganan keluarga tidak mampu dari Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Peserta didik yang orang tua/walinya terbukti memalsukan bukti keikutsertaan dalam
program penanganan keluarga tidak mampu dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), akan dikenai sanksi pengeluaran dari
Sekolah
(5) Sanksi pengeluaran dari Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan
berdasarkan hasil evaluasi Sekolah bersama dengan komite Sekolah dan dinas
pendidikan sesuai dengan kewenangannya.
(6) Dalam hal terdapat dugaan pemalsuan bukti keikutsertaan dalam program penanganan
keluarga tidak mampu dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Sekolah bersama Pemerintah Daerah wajib melakukan
verifikasi data dan lapangan serta menindaklanjuti hasil verifikasi sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
(7) Sanksi pengeluaran dari Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berlaku juga
bagi peserta didik yang memalsukan keadaan sehingga seolah-olah peserta didik
merupakan penyandang disabilitas.
Pasal 8
(1) Penetapan zonasi dilakukan pada jenjang SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah
Menengah Pertama) oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya, dengan
prinsip mendekatkan domisili peserta didik dengan Sekolah.
(2) Penetapan zonasi oleh Pemerintah Daerah pada setiap jenjang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memperhatikan jumlah ketersediaan daya tampung yang
disesuaikan dengan ketersediaan jumlah anak usia Sekolah pada setiap jenjang di
daerah tersebut.
(3) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib memastikan semua wilayah
administrasi masuk dalam penetapan zonasi sesuai dengan jenjang pendidikan.
(4) Dinas Pendidikan wajib memastikan bahwa semua Sekolah yang diselenggarakan
oleh Pemerintah Daerah dalam proses PPDB telah menerima peserta didik dalam
zonasi yang telah ditetapkan.
(5) Penetapan zonasi pada setiap jenjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
diumumkan paling lama 1 (satu) bulan sebelum pengumuman secara terbuka
pendaftaran PPDB.
(6) Dalam menetapkan zonasi pada setiap jenjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah Daerah melibatkan musyawarah atau kelompok kerja kepala Sekolah.
(7) Bagi Sekolah yang berada di daerah perbatasan provinsi atau kabupaten/kota,
penetapan zonasi pada setiap jenjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan berdasarkan kesepakatan secara tertulis antar Pemerintah Daerah.
(8) Penetapan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan kepada
Menteri melalui lembaga penjaminan mutu pendidikan setempat.
Pasal 9
(1) Ketentuan mengenai jalur pendaftaran PPDB melalui zonasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 8 dikecualikan untuk:
a. Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat;
b. SMK yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah;
c. Sekolah Kerja Sama;
d. Sekolah Indonesia di luar negeri;
e. Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus;
f. Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan layanan khusus;
g. Sekolah berasrama;
h. Sekolah di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar; dan
i. Sekolah di daerah yang jumlah penduduk usia Sekolah tidak dapat memenuhi
ketentuan jumlah peserta didik dalam 1 (satu) Rombongan Belajar.
(2) Pengecualian ketentuan jalur pendaftaran PPDB bagi Sekolah di daerah yang jumlah
penduduk usia Sekolah tidak dapat memenuhi ketentuan jumlah peserta didik dalam 1
(satu) Rombongan Belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i ditetapkan
oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dan dilaporkan kepada
direktur jenderal yang menangani bidang pendidikan dasar dan menengah.
BAB III
RADIUS ZONASI SEKOLAH
Pasal 10
(1) Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon peserta
didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari Sekolah.
(2) Radius zona terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di tetapkan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan kondisi di daerah tersebut berdasarkan :
a. Ketersediaan anak usia Sekolah di daerah tersebut; dan
b. Jumlah ketersediaan daya tampung dalam rombongan belajar pada masing-masing
Sekolah.
(3) Dalam menetapkan radius zona sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemerintah
daerah melibatkan musyawarah/kelompok kerja kepala sekolah.
BAB IV
Pasal 11
(1) Sekolah wajib melaporkan pelaksanaan sistem zonasi sekolah dan perpindahan
peserta didik antar Sekolah setiap tahun pelajaran kepada Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya.
(2) Dinas pendidikan provinsi atau kabupaten/kota wajib memiliki kanal pelaporan untuk
menerima laporan masyarakat terkait pelaksanaan zonasi sekolah.
Pasal 12
Pasal 13
BAB V
SANKSI
Pasal 14
(1) Pelanggaran terhadap Peraturan Menteri ini diberikan sanksi dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pemerintah melalui kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam negeri memberikan sanksi kepada gubernur atau bupati/walikota bagi
Pemerintah Daerah yang membuat peraturan tidak sesuai dengan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang.
b. Pemerintah melalui kementrian terkait memberikan sanksi berupa pengurangan
bantuan Pemerintah Pusat dan/atau realokasi dana bantuan operasional Sekolah
kepada Sekolah yang melakukan pelanggaran ketentuan Undang-Undang.
c. Gubernur atau bupati/walikota memberikan sanksi kepada pejabat dinas
pendidikan provinsi atau kabupaten/kota berupa:
1. Teguran tertulis;
2. Penundaan atau pengurangan hak;
3. Pembebasan tugas; dan/atau
4. Pemberhentian sementara/tetap dari jabatan.
d. Dinas pendidikan provinsi atau kabupaten/kota memberikan sanksi kepada kepala
Sekolah, guru, dan/atau tenaga kependidikan berupa:
1. Teguran tertulis;
2. Penundaan atau pengurangan hak;
3. Pembebasan tugas; dan/atau
4. Pemberhentian sementara/tetap dari jabatan.
(2) Pengenaan sanksi juga berlaku pada komite Sekolah atau pihak lain yang melanggar
ketentuan dalam Undang-Undang ini.
(3) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), selain sanksi
administratif juga dapat diberlakukan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Tata cara pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d
dilaksanakan berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 15
Kebijakan atau peraturan daerah dalam pelaksanaan zonasi sekolah wajib berpedoman
pada Undang-Undang ini.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 16
Dinas Pendidikan wajib memastikan bahwa semua sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah dalam proses PPDB telah menerima peserta didik sesuai dengan radius
zonasi yang telah ditetapkan.
Pasal 17
Penerapan ketentuan tentang sistem zonasi sekolah dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kesiapan masing-masing daerah.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak,
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah
Kejuruan, dan semua Peraturan Perundang undangan yang mengatur tentang Sistem Zonasi
Sekolah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 19
Disahkan di Jakarta
Pada tanggal...
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal...
MUHADJIR EFFENDY