Anda di halaman 1dari 3

Strategi industry hijau terdiri atas Green of Existing Industries (mengembangkan industry

yang sudah ada) dan Creation of New Green Industries (membangun industry baru dengan
prinsip industry hijau). Stratrgi industry hijau tersebut diwujudkan dengan menetapkan Standar
Industri Hijau (SIH) sebagai wujud penerapan prinsip industry hijau yang meliputi:

1. Efisiensi bahan baku


2. Penggunaan bahan baku yang terbarukan dan ramah lingkungan
3. Penggunaan teknologi proses
4. Penerapan 3R
5. Penggunaan kemasan yang ramah lingkungan

Industry hijau merupakan industry yang dalam prosesnya mengutamakan efisiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan
pembangunan industry dengan kelestarian lingkungan serta memberikan manfaat bagi
masyarakat.

Pada PP No. 41 Tahun 2015 tentang pembangunana sumber daya industri menerangakan
bahwa perusahaan industry dan perusahaan kawasan industry wajib memanfaatkan sumber daya
alam secara efisien, ramah lingkunan, dan berkelanjutan melalui pengurangan limbah,
penggunaan kembali, pengolahan kembali dan pemulihan.

Penghargaan industry hijau didasarkan pada Permen Perindustrian No. 18/M-


IND/PER/3/2016 tentang penghargaan industry hijau, Peraturan Kepala BPPI No
88/BPPI/PER/3/2018 tentang Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau. Kementrian
perindusrian telah melakukan penghargaan industry hijau sejak 2010 dengan jumlah 1039
industri perusahaan dimana penghargaan level 4 dan 5 berjumlah 895 industri.

Sertifikasi hijau merupakan perwujudan industry yang ramah lingkungan. Dasar


hukumnya adalah UU No. 3 Tahun 2014 dan Permen Perin No.51 Tahun 2015 tentang
penyusunan standar industry hijau. Terdapat dua persyaratan dari industry hijau yaitu teknis dan
management.

Terdapat 13 standar industry hijau yang telah diterbitkan, diantaranya:

1. Semen Portland (Permenperin No. 26 Tahun 2018)


2. Pupuk urea, SP-36, ZA (Permenperin No. 27 Tahun 2018)
3. Pengolahan susu bubuk (Permenperin No. 28 Tahun 2018)
4. Karet remah (Permenperin No. 9 Tahun 2019)
5. Ribbed Smoked Sheet Rubber (RSS) (Permenperin No. 10 Tahun 2019)
6. SIH bubur karet dan bubur kertas terintegrasi kertas (Permenperin No.11 Tahun 2019)
7. SIH ubin keramik (Permenperin No. 12 Tahun 2019)
8. SIH tekstil pencelupan, pencapan, dan penyempurnaan (Permenperin No. 13 Tahun
2019)
9. SIH penyamakan kulit dari sapi, kerbau, domba, dan kambing (Permenperin No. 37
Tahun 2019)
10. SIH cat berbasis cair (Permenperin No. 38 Tahun 2019)
11. SIH batik (Permenperin No. 39 Tahun 2019)
12. SIH kertas budaya (Permenperin No. 40 Tahun 2019)
13. SIH minyak goring dari kelapa sawit (Permenperin No.40 Tahun 2019)

Dalam SIH kendala yan dialami diantaranya kebutuhan teknologi yang efisien dan
ramah lingkungan, industry masih menggunakan teknologi yang oboulet, terbatasnya
kompetensi SDM industry dan belum adanya insentif dan bantuan pendanaan. Sejak tahun
2017-2019 ada 33 industry yang sudah tersertifikasi. Sertifikat tersebut berlaku sampai 4
tahun dan dilakukan evaluasi setiap tahun.

Kementrian perindustrian pada tahun 2018 telah mengembangkan industry 4.0 yang
menjadi agenda nasional. Strategi implementasi industry 4.0 adalah memperbaiki aliran
barang, desain ulang kawasan industry dan zona industry, implementasi keberlanjutan,
pemberdayaan IKM, membangun infrastruktur digital nasional, meningkatkan daya tarik
investasi asing, peingkatan kapasitas SDM, menerapkan ekosistem inovasi, pemberian
insentif untuk inovasi, oplimalisasi ulang regulasi. Selain industry 4.0 pemerintah juga
mengembangkan program Cyrcular Economy yaitu memenfaatkan limbah menjadi bahan
baku.

Beberapa industry yang dapat dilakukan pengembangan circular economy adalah


industry elektronik, kemasan, plastic, kertas, tekstil, logam, peralatan rumah tangga,
otomotif, dan alat angkut, bahan/ karet, furniture. Selain itu, focus juga pada pengolahan
sampah yang masih dapat digunakan kembali.

Kementrian perindustrian juga telah melakukan berbagai upaya pengendalian limbah


industry, diantaranya adalah pengendalian emisi, pengolahan B3 dan LB3, pengelolaan
limbah cair, dan program pengurangan sampah. Selain melakukan kegiatan tersebut, juga
dilakukan kegiatan bimbingan tentang pengelolaan IPAL, Monitoring terhadap kualitas
lingkungan baik limbah cair, udara, maupun kebisingan dan langkah lainnya sehingga
tercipta lingkungan bersih.

Pada dasarnya langka pembangunan industry berwawasan lingkungan harus


dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Selain itu, pemilihan teknologi
juga sangat penting dan sangat erat kaitannya dengan tingkat limbah/ cemaran yang
dihasilkan dalam hal penghematan bahan baku dan energy, mengurangi limbah, daur ulang,
penggunaan bahan yang masih bisa digunakan kembali, dan pemungutan kembali bahan yang
masih bernilai dari bahanbuangan.

Pada pengelolaan limbah industry, khususnya industry tekstil adalah dengan


melakukan produksi bersih. Menurut UNEP produksi bersih adalah strategi pencegahan
dampak lingkungan terpadu yang diterapkan pada proses, produk, jasa, untuk meningkatkan
efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko terhadap manusia maupun lingkungan.

Jenis limbah yang dihasilkan dari industry tekstil diantaranya adalah limbah cair,
udara dan padat. Pengolahan limbah cair terdiri dari proses primer (fisika/ kimia), sekunder
(proses biologi) dan proses tersier (proses lanjutan).

Pada proses fisika, bertujuan untuk menghilangkan/ mengurangi parameter pemcemar


dengan menggunakan gaya fisika seperti gaya gravitasi dan ukuran fisik partikel pencemar.
Sedangkan proses kimia dilakukan untuk menghilangkan/ mengurangi parameter pencemar
dengan menggunakan bahan kimia. Unit-unit pengolahan fisika kimia adalah screening untuk
menyisihkan materi kasar. Koagulasi untuk proses destabilisasi muatan partikel-partikel
koloid dengan bantuan bahan kimia sehingga menjadi gumpalan kecil. Flokulasi untuk proses
menggabungkan gumpalan kecil menjadi gumpalan besar sehingga mudah untuk mengendap.
Pengendapan/ sedimentasi berfungsi untuk menurunkan material padatan dalam limbah cair
dengan cara pengendapan. Filtrasi berfungsi menurunkan kadar polutan yang mudah
mengapung (minyak) atau diapungkan (senyawa padatan hidrokarbon dan suspensi) dalam
limbah cair.

Adapun metode pengolahan lanjutan yaitu:

a. Filtrasi adsorbs/absorbs
Efektif pada media yang tepat (activated carbon atau zeolit) memindahkan polutan warna
ke media sorbent. Perlu regresi adsorben membrane filtrasi osmosa balik.
a. Oksidasi dengan oksidator kuat (ozon, hidrogen peroksida, dll)
Hasil penelitian mengenai teknologi ini masih sedikit, potensi munculnya senyawa
derivate yang karsinogenik, perlu dilakukan penelitian dan uji coba lebih lanjut, untuk
skala laboratorium dan pilot plant hasilnya sangat baik.

Penutup

Pembangunan industry akan selalu memiliki dampak postif dan negative. Pemerintah
perlu mengoptimalkan dampak positif dan meminimalisir dampak negative. Upaya kementrian
perindutrian diantaranya dalah program industry hijau dan program making industry 4.0 sehingga
akan tercapai Sustainable Development Goals (SDGs).

Anda mungkin juga menyukai