Anda di halaman 1dari 11

KORUPSI MENYESATKAN BANGSA DAN MENYENGSARAKAN BANGSA

OLEH: MAULANA ISHAK (1906156205)

RIKI ZULHAM (

VIKA NOVITASARI(

Abstrak

Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang secara melawan

hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi yang dapat merugikan negara atau perekonomian Negara. Tindak pidana

korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus

meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah

kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan

semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan

masyarakat. Memang sebelum merdeka, bangsa Indonesia telah terdidik sebagai

koruptor. Hal tersebut sangat sulit hilang sampai Indonesia mencapai kemerdekaan

dan sampai sekarang pun masih tetap melakukan korupsi. Pancasila sebagai

ideologi bangsa yang isinya merupakan cerminan kebudayaan bangsa ternyata

belum bisa menjadi cerminan bagi bangsa Indonesia saat ini. Masih banyak bangsa

Indonesia lalai akan nilai-nilai pancasila yang sebenarnya.

Kata Kunci : Korupsi, Bangsa Indonesia, Nilai-nilai Pancasila

PENDAHULUAN

Dari segi semantik, "korupsi" berasal dari bahasa Inggris, yaitu corrupt,

yang berasal dari perpaduan dua kata dalam bahasa latin yaitu com yang berarti

bersama-sama dan rumpere yang berarti pecah atau jebol. Istilah "korupsi" juga bisa

dinyatakan sebagai suatu perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan

karena adanya suatu pemberian. Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai

menerima uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan

administrasinya. Secara hukum pengertian "korupsi" adalah tindak pidana


sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang tindak pidana korupsi. Masih banyak lagi pengertian-pengertian

lain tentang korupsi baik menurut pakar atau lembaga yang kompeten. Untuk

pembahasan dalam situs MTI ini, pengertian "korupsi" lebih ditekankan pada

perbuatan yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas untuk

keuntungan pribadi atau golongan.

Para pelaku korupsi bukanlah orang-orang bodoh. Mereka adalah orangorang berpendidikan
yang dengan sengaja memanfaatkan jabatan dan ilmunya

untuk mendapatkan keuntungan besar untuk dirinya sendiri. Banyak alasan dan

sebab mengapa mereka melakukan korupsi. Nafsu untuk hidup mewah dengan

cepat, jiwa Pancasila yang belum mantap di setiap warga negara, pengawasan yang

belum memadai, mental dan rasa keagamaan yang rendah, gaji atau pendapat yang

rendah, dorongan keluarga, rasa malu yang rendah dan kesadaran hukum yang

masih rendah.

Salah satu korupsi yang sangat parah adalah di dunia pendidikan. Banyak

bangunan gedung sekolah yang sudah tidak layak huni masih dipakai untuk

sekolah. Atap, dinding, kursi, bahkan meja pun banyak yang sudah tidak layak

pakai. Contohnya keadaan sekolah dasar yang tidak jauh dari ibu kota Jakarta.

Bangunan gedung sekolah yang hampir rubuh masih ada.

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 4 bahwa negara

memprioritaskan angggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan APBD untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Dengan

kenaikan anggaran ini seharusnya juga diikuti dengan program yang tepat pula.

Perluasaan akses dan pemerataan mutu pendidikan di level pendidikan dasar perlu

diperhatikan oleh pemerintah. Pemerintah tidak cukup hanya mengejar mutu di


level nasional dengan menggenjot target minimum untuk lulus ujian, membangun

sekolah unggul dan mengandalkan sejumlah murid berprestasi di ajang nasional

maupun internasional. Sekolah unggul dan siswa berprestasi hanyalah di titik-titik

tertentu saja, namun kenyataannya di sebagian besar daerah, khususnya kawasan

miskin dan terpencil, mutu pendidikan sangat rendah.

Oleh karena itu, penulis membuat artikel yang berjudul Korupsi,

Menyerengsarakan dan Menyesatkan Bangsa yang akan membahas apa itu korupsi

serta dampaknya bagi masyarakat Indonesia.

TUJUAN

Adapun tujuan artikel ini dibuat adalah untuk mengetahui apa itu korupsi

serta dampak yang ditimbulkan dari korupsi.

METODE

Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam artikel ini adalah mengumpulkan

informasi-informasi tentang kasus korupsi yang ada di indonesia baik dari media

cetak, media elektronik, media sosial dan lain-lain.

Metode Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan mencari referensi pada literatur buku dan situs

internet yang berhubungan dengan artikel ini sehingga dapat digunakan sebagai

dasar teori artikel.

PEMBAHASAN

Meningkatnya kasus korupsi dinegeri ini paling tidak dapat dilihat dari data

pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

dari tahun 2004 sampai 31 Agustus 2013. Data jenis perkara korupsi didominasi

oleh kasus penyuapan, pengadaan barang dan jasa, dan penyalahgunaan anggaran.

Sisanya ada kasus pungutan, perizinan, TPPU dan upaya merintangi proses
penyidikan KPK. Kasus penyuapan menjadi praktik korupsi yang terfavorit

dilakukan dan terakhir dugaan penyuapan oleh Ketua MK Non Aktif yang sangat

menggegerkan negeri ini. Kemudian tidak kalah berbahayanya, TPPU/tindak

pidana pencucian uang (money laundering) kini telah menjadi modus bagi para

koruptor untuk menyembunyikan hasil korupsinya. Kemudian data penanganan

korupsi berdasarkan profesi/jabatan didominasi oleh anggota DPR/DPRD, pejabat

eselon I,II dan III, swasta dan kepala daerah. Selanjutnya disusul oleh Kementerian,

Duta Besar, Komisioner, Hakim dan lain-lain. Data ini menunjukkan telah

mengguritanya korupsi semua bidang, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif,

termasuk pihak swasta. Kedua data di atas tentu belum data total kasus korupsi

yang terjadi, karena KPK tidak menangani semua kasus korupsi, tetapi juga

dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan di daerah-daerah. Namun satu hal yang

terlihat jelas disini adalah, korupsi kini tidak hanya di pusat tetapi juga ikut

terdesentralisasi ke daerah-daerah sampai ketingkat desa. Jadi otonomi daerah

sekarang sepertinya termasuk pula kewenangan untuk korupsi berjamaah. Menurut

Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi “dari 536 Kabupaten/Kota yang ada saat

ini, sudah ada 291 Kepala Daerah jadi tersangka korupsi (April 2013)”. Jadi hampir

50 % Kepala Daerah berstatus tersangka korupsi. (Opini Bangka Pos, 30 Oktober

2013).

Ada empat macam korupsi diantaranya yaitu :

1. Korupsi ekstraktif adalah suap dari penguasa kepada penguasa untuk kemudahan

usaha bisnisnya dan agar memperoleh perlindungan.

2. Korupsi manipulatif adalah kejahatan yang dilakukan pengusaha untuk

mendapatkan kebijakan/aturan/keputusan, agar dapat mendatangkan

keuntungan ekonomi bagi dirinya.

3. Korupsi nepotetik dan kronisme adalah perlakuan istimewa yang dilakukan oleh
penguasa kepada sanak saudaranya atau kerabatnya (istri, anak, menantu, cucu,

keponakan, ipar) dalam rekruitmen atau pembagian aktivitas yang

mendatangakan keuntungan sosial ekonomi maupun politik.

4. Korupsi subversif adalah pencurian kekayaan negara oleh para penguasa yang

merusak kehidupan ekonomi bangsa.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

 perbuatan melawan hukum,

 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,

 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan

 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),

 penggelapan dalam jabatan,

 pemerasan dalam jabatan,

 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan

 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Indonesia, merupakan negara ke tiga terkorup di dunia. Mengejutkan

memang, sebagai negara yang mayoritas penduduknya baragama Islam, Indonesia

menjadi sorotan dunia tentang hal ini. Pemerintah sendiri dalam mengatasi masalah

terpelik di negara ini masih belum menunukkan hasil yang maksimal. Justru selama

ini yang mengungkap kasus-kasus korupsi adalah LSM-LSM, malah bebrapa waktu

yang lalu, salah satu anggota LSM terkemuka di Indonesia yang mengawasi khusu

masalah korupsi, ICW (Indonesian Corruption Watch) mendapat pengakuan

internasional atas jasanya mengungkap kasus korupsi yang dilakukan oleh KPU

(Komisi Pemilihan Umum). Sebenarnya masih banyak lagi kasus korupsi di negara
ini yang belum terungkap, dari korupsi puluhan juta sampai trilyunan rupiah.

Pemerintah telah merumuskan UU anti korupsi yang terdiri dari empat unsur

penting yaitu unsur penyalahgunaan wewenang, unsur memperkaya diri sendiri

atau korporasi, unsur merugikan keuangan negara dan unsur pelanggaran hukum.

Jika terjadi tindak korupsi, pelakunya langsung bisa dijerat dengan tuduhan atas

empat unsur tersebut. Adapun pengertian lain tentang pengertian korupsi

dirumuskan oleh Robert Klitgaard. Klitgaard merumuskan bahwa korupsi terjadi

karena kekuasaan dan kewenangan yang diimbangi dengan akuntabilitas

(pertanggungjawaban) sehingga dapat dirumuskan:

C=M+D–A

Corruption = Monopoli + Diskresi - Akuntabilitas.

Sekarang masalahnya apakah korupsi yang terjadi sekarang ini termasuk

pelanggaran HAM? Apalagi sekarang ini orang-orang sedang sibuk membicarakan

masalah HAM, ada suatu perkara sedikit langsung lapor ke komnas HAM. Sebegitu

mudahnya mereka membicarakan HAM, sedangkan hakikat HAM sendiri mereka

tidak mengerti. Dalam masalah perkorupsian ini, dari dokumen-dokumen HAM

yang ada yaitu: Universal Declaration Human Right, The International Covenant

on Civil and Political Right (ICCPR) danThe international Covenant on Economic,

Social and Cultural right (ICESCR), menyebutkan bahwa korupsi sesunggunya

merupakan suatu bentuk dari pelanggaran HAM. Tetapi Islam sendiri sejak

kehidupan Imam Syatibi sendiri (500 tahun sebelum deklarasi HAM di Jenewa)

telah menggaris bawahi alam kitabnya al-Muwafaqot I, bahwa maqosid tasyri’

dalam Islam minimal telah memperjuangkan hak-hak yang selama ini digemborgemborkan
orang. Hak itu antara lain:

 Hifdz din (beragama)

 Hifdz nasab (keseluruhan)


 Hifdz jasad (kesehatan dan keamanan)

 Hifdz mal (harta benda)

 Hifdz aql (pendidikan)

Dampak korupsi itu sangatlah besar dan sangat merugikan banyak orang.

Dampak dari korupsi langsung dirasakan oleh pembangunan bangsa. Korupsi

dalam dunia demokrasi akan mempersulit tata pemerintahan yang baik (good

governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan

umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di

pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban

hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan

dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan

institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya,

dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang

bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi

seperti kepercayaan dan toleransi.

Korupsi dalam bidang ekonomi juga mempersulit pembangunan ekonomi

dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private,

korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal,

ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan

perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa

korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus

yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan

pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi

menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan “lapangan

perniagaan”. Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan

sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.


Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan

mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan

dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek

masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan

lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat

keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga

mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan

tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah. Para pakar ekonomi memberikan

pendapat bahwa salah satu faktor keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika

dan Asia, terutama di Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang

menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri,

bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan yang sering benar

bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening bank di Swiss). Berbeda sekali

dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari

semuanya (meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk

pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain.

Pakar dari Universitas Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai

1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187 triliun,

melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka sendiri. (Hasilnya, dalam artian

pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam

satu teori oleh ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya

adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering

menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi

dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di

luar jangkauan dari ekspropriasi di masa depan.

Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi

warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering


menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah

bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun

merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus “pro-bisnis” ini

hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan

sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.

Korupsi juga memberikan kontribusi pada nilai defisit fiskal yang besar,

meningkatkan income inequality, dikarenakan korupsi membedakan kesempatan

individu dalam posisi tertentu untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas

pemerintah pada biaya yang sesungguhnya ditanggung oleh masyarakat Ada

indikasi yang kuat, bahwa meningkatnya perubahan pada distribusi pendapatan

terutama di negara negara yang sebelumnya memakaii sistem ekonomi terpusat

disebabkan oleh korupsi, terutama pada proses privatisasi perusahaan negara.

Korupsi mendistorsi mekanisme pasar dan alokasi sumber daya. Korupsi

juga mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam

bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Ketika

kebijakan dilakukan dalam pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan peraturan

dan kebijakan, misalnya, pada perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan

sebagainya, malah akan mendorong terjadinya inefisiensi.

Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan kegiatan

yang produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan pada

akhimya menyumbangkan negatif value added. Korupsi juga menjadi bagian dari

welfare cost memperbesar biaya produksi, dan selanjutnya memperbesar biaya

yang harus dibayar oleh konsumen dan masyarakat (dalam kasus pajak), sehingga

secara keseluruhan berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang turun.

Selain dikarenakan program-program pemerintah tidak mencapai sasaran,

korupsi juga mengurangi potensi pendapatan yang mungkin diterima oleh si miskin.
Perusahaan perusahaan kecil adalah pihak yang paling sering menjadi sasaran

korupsi dalam bentuk pungutan tak resmi (pungutan liar). Bahkan, pungutan tak

resmi ini bisa mencapai hampir dua puluh persen dari total biaya yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan ini amat mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara

negara berkembang seperti Indonesia, perusahaan kecil (UKM adalah mesin

pertumbuhan karena perannya yang banyak menyerap tenaga kerja).

Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk menanamklan

modalnya di Indonesia dan lebih memilih menginvestasikannya ke negara-negara

yang lebih aman seperti Cina dan India. Sebagai konsekuensinya, mengurangi

pencapaian actual growth dari nilai potential growth yang lebih tinggi.

Berkurangnya nilai investasi ini diduga berasal dari tingginya biaya yang harus

dikeluarkan dari yang seharusnya. ini berdampak pada menurunnya growth yang

dicapai. Studi didasarkan atas analisa fungsi produksi dimana growthadalah fungsi

dari investasi. Korupsi juga mengurang pendapatan pemerintah akan terpangkas

bahkan lebih dari 50%, sebagai contoh kasus dugaan korupsi Presiden Soeharto

yang tidak kunjung kelar yang di sinyalir menggelapkan uang negara sekitar 1,7

triliun. Agar pengeluaran pengeluaran pemerintah tidak defisit maka di lakukan

pengurangan pengeluaran pemerintah.

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas didapatkan kesimpulan yang mengarah pada tujuan

artikel yaitu mengetahui apa itu korupsi serta dampak yang ditimbulkan dari

korupsi.

1. Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. pengertian

"korupsi" lebih ditekankan pada perbuatan yang merugikan kepentingan publik

atau masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau golongan.

2. Dampak yang ditimbulkan korupsi adalah korupsi mempersulit demokrasi dan


tata pemerintahan yang baik (good governance), Korupsi juga mempersulit

pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang

tinggi, korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan

pembelanjaan pemerintah untuk sektor publik, korupsi mendistorsi mekanisme

pasar dan alokasi sumber daya, korupsi mengurangi kemampuan pemerintah

untuk melakukan perbaikan dalam bentuk peraturan dan kontrol akibat

kegagalan pasar (market failure), korupsi memperbesar angka kemiskinan dan

mengurangi pengeluaran pada bidang pendidikan dan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai