PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Rahardian Estu Primawati
NIM : 018114069
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
iv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DILEMPARKAN
DILEMPARKAN OLEH ORANG LAIN KEPADANYA “
(David Brinkley)
Allah SWT
Orang tuaku tercinta (Ayah dan Ibu)
Adikku tersayang Nine
Keluarga besarku tercinta
dan Almamaterku
v
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah
SWT, atas anugerah, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Kajian Drug Related Problems (DRPs) pada Kasus Hepatitis B
Periode Januari-Juni 2007 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen penguji yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini dan
2. Christine Patramurti, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi S-1 Farmasi atas
3. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
ini.
4. Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
ini.
vii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
5. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas saran dan kritik yang telah
6. Erna Tri Wulandari, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing akademik,
terlaksana.
8. Bapak dan Ibu di bagian personalia dan rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih
9. Ayah dan ibu tercinta atas doa, cinta, kasih sayang, pengertian, dan dukungan
tiada henti selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga besar Eyang kakung dan Eyang putri (Sragen dan Klaten) tercinta
11. Adikku Nine tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, dan
12. Teman dan sahabatku semua yang selalu memberikan dukungan dan semangat
13. Teman-teman di kost Agatha semuanya, terima kasih atas dukungan dan
viii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
15. Semua teman-teman di Farmasi yang telah memberikan dorongan dan bantuan
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu di sini, baik secara
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
Penulis
ix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
x
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...... ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………… v
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xv
INTISARI …………………………………………………………………….. xx
BAB I. PENGANTAR………………………………………………………... 1
xi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
1. Definisi ……………………………………………………………….. 10
2. Etiologi ……………………………………………………….............. 11
3. Epideminologi ………………………………………………………... 11
4. Patogenesis …………………………………………………………… 13
6. Diagnosis 17
7. Pengobatan …………………………………………………................ 19
9. Pencegahan …………………………………………………………… 26
xii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
G. Kesulitan …………………………………………………………………. 36
2. Umur …………………………………………………………………. 38
xiii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
6. Obat hepatoprotektor………………………………………….............. 43
A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 61
B. Saran ……………………………………………………………………… 62
LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 65
xiv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel V. Golongan dan jenis obat yang bekerja pada sistem saluran
cerna yang digunakan pada terapi pasien hepatitis B non-
komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007…………… 40
Tabel VI. Golongan dan jenis obat yang bekerja pada sistem saluran
pernafasan yang digunakan pada terapi pasien hepatitis B
non-komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007…………… 41
Tabel VII. Golongan dan jenis obat yang bekerja sebagai analgesik
yang digunakan pada terapi pasien hepatitis B non-
komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007…………… 42
Tabel VIII. Golongan dan jenis obat yang bekerja pada sistem syaraf
pusat yang digunakan pada terapi pasien hepatitis B non-
komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007…………… 42
Tabel IX. Golongan dan jenis obat yang bekerja pada sistem
kardiovaskuler yang digunakan pada terapi pasien hepatitis
B non-komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007 …….. 43
xv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Tabel XI. Golongan dan jenis obat hormonal yang digunakan pada
terapi pasien hepatitis B non-komplikasi di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari
– Juni 2007 ……………………………............................... 45
Tabel XII. Golongan dan jenis obat untuk otot skelet dan sendi yang
digunakan pada terapi pasien hepatitis B non-komplikasi di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari – Juni 2007 ……………………………...... 45
Tabel XIII. Golongan dan jenis obat yang digunakan untuk pengobatan
infeksi pada terapi pasien hepatitis B non-komplikasi di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari – Juni 2007 ……………………………...... 46
Tabel XIV. Golongan dan jenis obat yang mempengaruhi gizi dan
darah yang digunakan pada terapi pasien hepatitis B non-
komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007…………… 47
xvi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Tabel XXIII. Kasus DRP butuh obat pada pasien hepatitis B non-
komplikasi yang dirawat di R S Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari-Juni 2007…………………………………. 56
Tabel XXIV. Kasus DRP dosis kurang pada pasien hepatitis B non-
komplikasi yang dirawat di R S Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari-Juni 2007…………………………………. 57
Tabel XXV. Kasus DRP dosis berlebih pada pasien hepatitis B non-
komplikasi yang dirawat di R.S Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari-Juni 2007…................................................. 58
Tabel XXVI Kasus DRP Efek Samping Obat (Adverse Drug Reaction)
dan Adanya Interaksi Obat (Drug Interaction) pada pasien
hepatitis B non-komplikasi yang dirawat di R.S Panti
Rapih Yogyakarta periode Januari-Juni 2007…................... 58
xvii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xviii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
INTISARI
xx
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Hepatitis B is on the tenth rank of the world mortality rate and on the third
rank of the cause of death in Indonesia. Hepatitis B is hepatitis variant which highly
potential becomes chronic, liver cirrhosis and liver cancer. They are many medical
therapies for hepatitis B medication. Drug Relating Problems (DRPs), the problems
which are the most frequently appear in clinical pharmacy or unwanted events facing
by the patient in the drug use theraphy process, is possible to exist in theraphy
process. The purpose of this research is to evaluate DRPs on a hepatitis B non-
complication case existing in the Unit of Hospitalization of Panti Rapih Hospital
Yogyakarta in during period January – June 2007.
This research is a non-experimental research using a descriptive-evaluative
research design. This research got retrospective data and the data were analyzed by
using descriptive analysis. The data were not analyzed on the cause and effect
relationship but were show in nature. The existing Drug Related Problems in
medication of hepatitis B non-complication case were analyzed using SOAP method,
then were compared to the hepatitis B medication standard.
The result of this research, 7 cases hepatitis B non-complication in the
hospitalized unit of Panti Rapih Hospital Yogyakarta in during period January – June
2007. The patient profile: gender-based, man patients more than women patients
there was 86%. Based on age, patients with >18 - 55 years old which mostly happen
there was 86 %. The class of drug therapy which was mostly used was hepatic
protector drug for 86%. The existing Drug Related Problems (DRPs) percentages in
hepatitis B non-complication medication were: 14% of need for additional drug
therapy, 0% of unnecessary drug therapy (not findings in research), 0% of wrong
drug (not findings in research), 14% of dosage too low, 28% of dosage too high, 14%
of adverse drug reaction and drug interaction. The patient outcome: 86% of patients
showed in good condition, and 14% of patients were out from hospital by the patients
request.
xxi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Hepatitis merupakan salah satu penyakit yang menyerang pada hati karena
adanya infeksi atau peradangan yang disebabkan oleh virus hepatitis. Diantara sekian
banyak macam penyakit hepatitis, yang paling sering berpotensi menjadi kronik dan
mengalami pengerasan hati bahkan sampai berlanjut menjadi kanker hati adalah
terbesar di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, ada sekitar 2 milyar
penduduk dunia telah terinfeksi virus hepatitis B dan sekitar 400 juta diantaranya
mengalami infeksi hepatitis B kronik. Dari jumlah tersebut, menurut Asian Liver
penyebab kematian nomor tiga. Data sampai dengan Juli 2004, sedikitnya 22,5 juta
orang terkena penyakit hepatitis. Dari jumlah tersebut sekitar 15 juta orang menderita
hepatitis yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 10% - 20%. Bahkan di beberapa
Virus hepatitis B merupakan salah satu penyebab utama hepatitis kronik dan
(Oswari, 2000). Virus ini dapat masuk ke sirkulasi darah dan menginfeksi cairan
tubuh melalui transfusi darah, seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik yang
1
2
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
tidak steril, dan dari wanita hamil yang terinfeksi kepada bayi yang dilahirkan
(Anonim, 2004).
limiting disease), dengan atau tanpa gejala klinik berat. Namun 90% bayi penderita
hepatitis B dan 10% penderita dewasa biasanya tidak dapat sembuh dan dapat
menjadi kronis persisten dalam waktu yang lama atau persistant life-long chronic
(Lubis, 1991). Hepatitis B juga sering disebut sebagai “silent infection” karena
banyak orang tidak tahu jika telah terinfeksi. Penderita hepatitis B kronik dapat
dapat merusak hati dengan diam-diam untuk beberapa tahun. Oleh karena itu
Sampai saat ini, belum ditemukan obat modern yang secara spesifik dapat
hepatitis menjadi salah satu pertimbangan penulis memilih topik mengenai penyakit
sakit ini termasuk salah satu rumah sakit swasta Katholik terbesar di Yogyakarta
yang memiliki pelayanan rawat inap serta dapat memberikan terapi pada pasien
Berdasar dari latar belakang tersebut di atas, maka diperlukan adanya berbagai
upaya penelitian. Penelitian yang dilakukan kali ini ditekankan pada kajian Drug
1. Perumusan Masalah
sebagai berikut:
2007?
5). efek samping obat (adverse drug reaction) dan interaksi obat (drug
interaction)
2. Keaslian Penelitian
Yogyakarta, yaitu:
2007).
Prostat yang Dirawat di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta Tahun 2005 (Kurniati,
2007).
c. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
(Larasati, 2007).
2008)
Penelitian dengan topik kajian Drug Related Problems (DRPs) pada kasus
periode Januari – Juni 2007 sejauh ini belum pernah dilakukan di Universitas
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
informasi tentang kajian Drug Related Problems (DRPs) pada kasus hepatitis
b. Manfaat praktis
B. Tujuan Penelitian
1. tujuan umum
pada kasus hepatitis B non-komplikasi di instalasi rawat inap R.S Panti Rapih
2. tujuan khusus
5). efek samping obat (adverse drug reaction) dan interaksi obat (drug
interaction)
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
Hati terletak di dalam rongga perut, tepatnya di sebelah kanan atas rongga
perut, di bawah sekat diafragma (Japaries, 1996). Secara kasar, hati berbentuk seperti
prisma (segitiga) siku-siku, dengan sudut siku-sikunya (ada yang tidak siku, tapi
membulat seperti kulit bola) terletak di sudut kanan atas rongga perut, puncak prisma
tadi mengarah ke kiri sampai ke ulu hati. Tepinya yang dekat ke tepi lengkung iga,
melancip (Japaries, 1998). Berat hati pada manusia dewasa kira-kira 1400 – 1500
gram. Berat jenisnya sedikit lebih besar dari air, yaitu 1,05 dengan konsistensi lunak
kenyal namun rapuh. Permukaan licin, berwarna coklat kemerahan. Hati menerima
hampir 25% cardiac output, kira-kira 1500 ml aliran darah per menit (Lingappa,
1995).
Hati dibagi menjadi 2 lobus mayor dan 2 lobus minor (Stine dan Brown,
1996). Lobus kiri terdapat di epigastrum, tidak terlindungi oleh tulang rusuk
7
8
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
(Chandrasoma dan Taylor, 1995). Darah masuk ke hati melalui 2 sumber, yaitu arteri
hepatik (membawa darah dari sirkulasi sistemik) dan vena portal (membawa darah
secara langsung dari saluran gastrointestinal). Darah keluar dari hati melalui vena
hepatik, dan empedu keluar melalui duktus hepatikus. Empedu kemudian melalui
saluran empedu normal menuju usus halus atau melalui duktus sistikus menuju
Hati jika dilihat secara mikroskopis, terdiri dari sel-sel hati (hepatosit). Tiap
unit hepatosit disebut lobulus (baga kecil) hati (Japaries, 1996). Lobulus berbentuk
silindris dengan diameter sekitar 1-2 mm. Hati manusia terdiri atas sekitar 50.000 –
100.000 lobulus (Guyton dan Hall, 1997). Di tengah-tengah setiap lobulus hati itu
tampak rongga pembuluh darah balik yang disebut vena pusat atau vena sentralis
yang merupakan percabangan vena porta yang membawa darah dari usus (Japaries,
1996).
Sel-sel hati tersusun berderet menuju ke arah pusat lobulus hati (tempat vena
sentral). Vena sentral lobulus hati memiliki percabangan yang disebut sinusoid, yaitu
saluran darah berdinding dan berongga luas. Pada sinusoid, menempel sel-sel
9
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
fagosit yang disebut sel Kupffer (Stine dan Brown, 1996). Sel Kupffer bertugas
memakan benda asing atau bibit penyakit yang mungkin menyelinap masuk ke hati.
Antara sel Kupffer dan deretan sel-sel hati terdapat celah yang disebut celah Disse.
Celah ini untuk mengalirkan getah bening dari hati ke luar hati, dan bergabung
dengan getah bening seluruh tubuh untuk kembali menyatu dengan darah di daerah
(Japaries, 1996).
Tiga pembuluh lainnya di setiap sudut luar heksagon (area portal): cabang
dari vena portal, cabang dari arteri hepatik, dan saluran empedu. Darah mengalir ke
dalam hati melalui cabang arteri hepatik dan vena portal, melalui sinusoid, dan
mengalir keluar melalui vena sentral. Empedu dihasilkan di hepatosit, dan mengalir
saluran empedu. Lobulus- lobulus bukan merupakan unit fungsional yang berdiri
hanya ke satu lobulus tetapi ke suatu area sel-sel yang meliputi 2 lobulus atau lebih.
empedu yang dihasilkan hati). Fungsi lainnya meliputi: mengatur kadar gula darah,
obatan, menyimpan vitamin tertentu, memproduksi protein (zat putih telur) darah,
menyimpan darah, mengolah kolesterol menjadi garam empedu, mengolah zat merah
darah yang tidak dipakai lagi, memproduksi sel darah merah (di masa janin dalam
10
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
kandungan), menghasilkan zat (faktor) pembekuan darah, dan masih banyak lagi.
Namun jika digolongkan, fungsi hati secara garis besar dapat dibagi menjadi 3
B. Patofisiologi Hepatitis B
1. Definisi
paling umum adalah infeksi dari salah satu dari 5 virus hepatitis yang disebut
peradangan hati yang disebabkan oleh virus DNA yang disebut HBV (hepatitis B
partikel Dane dengan 3200 pasang basa tiap genomnya. Basa tersebut
2. Etiologi
Virus Hepatitis B adalah virus DNA yang disebut HBV (hepatitis B virus).
Dane dengan 3200 pasang basa tiap genomnya. Basa tersebut diselubungi
Virus (partikel) ini terdiri atas selubung luar dan inti pusat. Selubung luar
(HBeAg), DNA, dan DNA polymerase (Raebel, Mercier, and Pai, 2005).
3. Epideminologi
Penyakit hepatitis B telah menjadi epidemik pada sebagian Asia dan Afrika
dan hepatitis B telah menjadi endemik di China, dan berbagai negara Asia
(William, 2006). Kebanyakan orang terinfeksi HBV sejak masa kecil, dan 8-10%
dari penderita terinfeksi secara kronik. Anak-anak yang terinfeksi HBV sebagian
12
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
besar berkembang menjadi infeksi kronik. Sekitar 90% bayi terinfeksi HBV
selama tahun pertama hidupnya, dan 30-50% dari anak-anak antara umur 1-4
tahun yang terinfeksi HBV berkembang menjadi infeksi kronik. Sebanyak 5-10%
diperkirakan hanya dapat ditularkan lewat darah melalui: suntikan, transfusi, cuci
darah, operasi, luka (koreng, borok, frambesia) yang terciprat darah penderita
hepatitis B yang masih infektif, jarum atau alat tusuk tato (perajahan kulit),
tindikan dan sejenisnya, yang tidak disterilkan dengan baik dan digunakan
(HBV) tidak hanya dapat ditemukan dalam darah penderita, tetapi semua cairan
badan lain, seperti: air liur, getah liang vagina, air mani (sperma), air susu ibu,
keringat, dalam urin dan juga tinja. Di samping itu, ditemukan pula bukti bahwa
a. secara vertikal
Cara penularan vertikal terjadi dari ibu yang mengidap virus hepatitis B
kepada janin, bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera
b. secara horizontal
Cara penularannya dapat terjadi antar satu orang ke orang lain yang
(tidak steril), tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau
cukur dan sikat gigi secara bersama-sama, serta hubungan seksual dengan
4. Patogenesis
Pada saat virus hepatitis B (HBV) masuk ke dalam tubuh, HBV akan
adalah 1-6 bulan, lebih lama daripada HAV. Replikasi HBV terjadi di nuklei sel
hati, dengan diproduksinya HBsAg pada sitoplasma sel dan terpapar pada
permukaan sel (Raebel et al., 2005). Pada saat periode inkubasi, maka tubuh akan
tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus Hepatitis B, yaitu:
virus, pasien sembuh. Pada tahap ini akan terjadi 4 stadium siklus HBV yaitu
fase replikasi (stadium 1 dan 2), dan fase integratif (stadium 3 dan 4). Pada
fase replikasi kadar HBsAg, HBV DNA, HBeAg, AST, dan ALT serum akan
usia dewasa, dimana sekitar 95-97% infeksi hepatitis B akut akan sembuh
b. Jika tanggapan kekebalan tubuh melemah, maka pasien tersebut akan menjadi
carrier inactive. Keadaan ini ditemukan pada 3-5% penderita dewasa, dan
95% neonatus dengan sistem imunitas imatur, serta 30% anak usia kurang
dari 6 tahun. Hal ini dikarenakan gagal memberikan tanggapan imun yang
c. Jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua diatas), maka penyakit
fibrotik, akibat peningkatan turnover sel dan stres oksidatif. Efek virus secara
langsung, seperti mutagenesis dan insersi suatu protein x dari virus hepatitis
5. Gambaran klinis
yaitu:
a. fase inkubasi
timbul gejala. Diperlukan waktu antara 6 minggu hingga 6 bulan untuk virus
15
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
hepatitis B ‘menyesuaikan diri’ dan berkembang biak dalam inti sel-sel hati.
dapat berlangsung selama satu minggu atau lebih sebelum ikterik timbul
seperti malaise, kelesuan, anoreksia, sakit kepala, demam ringan, pilek, dan
otot-otot dan persendian terasa pegal atau nyeri, cepat lelah, artralgia,
arthritis, urtikaria, ruam kulit sementara dan nyeri perut sebelah (bagian)
kanan dan atas perut (daerah ulu hati atau sebelah kanan ulu hati).
c. fase ikterik
Fase ini ada kalanya terjadi sejak timbulnya gejala awal, tapi yang lebih
sering, timbul kuning (ikterik) adalah 5-10 hari setelahnya. Fase ini biasanya
berlangsung 4-6 minggu. Jika daya tahan tubuh penderita cukup kuat,
gejalanya baru akan mereda, dan kemungkinan penderita sembuh atau merasa
lebih sehat. Nafsu makan kembali timbul, dan demam menghilang waktu urin
menjadi lebih gelap dan feses menjadi lebih pucat. Hati membesar moderat
dan nyeri, limpa terasa membesar pada sekitar 25% penderita. Sering terdapat
limfadenopati yang nyeri jika ditekan. Pemeriksaan urin pada saat timbulnya
d. fase penyembuhan
semakin enak, nafsu makan kembali secara bertahap, gejala kuning memudar,
nyeri perut dan kelelahan menghilang. Tapi ada kalanya hati masih agak
membesar (belum normal seperti semula), dan tes fungsi hati masih sedikit
abnormal. Pemulihan dimungkinkan bila daya tahan tubuh cukup baik untuk
mencegah kerusakan sel hati oleh virus hepatitis B. Sekitar 75% penderita,
Secara ringkas, fase yang terjadi pada penyakit hepatitis B, dapat dilihat
2008).
17
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
6. Diagnosis
kronis hati. Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah gejala klinik yang ditandai
batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi hepatitis B didasarkan pada:
a. Pemeriksaan serologi
evaluasi infeksi hepatitis B kronis adalah: HBsAg, HBeAg, anti HBe, dan
b. Pemeriksaan virologi
Dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum. Hal ini sangat
lain penentuan kadar HBV DNA adalah untuk membedakan antara carrier
c. Pemeriksaan biokimiawi
d. Pemeriksaan histologi
Secara ringkas, definisi dan kriteria dianositik hepatitis B dapat dilihat pada
7. Pengobatan
Sampai saat ini, belum ditemukan obat modern yang secara spesifik dapat
sebagai pemasok energi (alternatif kelaziman minum manis yang dianjurkan bagi
penderita hepatitis) (Donatus, 1992). Terapi suportif juga bisa dilakukan dengan
cara: mengkonsumsi makanan sehat dan seimbang, istirahat yang cukup, menjaga
dan menghindari alkohol. Pasien harus mencegah terjadi kelelahan (tidak boleh
memforsir tubuhnya), dan harus istirahat total (bed-rest) dalam fase akut.
bersifat kuratif dan preventif. Bersifat kuratif artinya obat hepatitis harus
melindungi sel hati terhadap serangan ulang virus atau senyawa endogen yang
dehidrasi berat dengan kesulitan masukan per oral, kadar SGPT-SGOT >10 kali
nilai normal, vomiting yang lama, kegagalan koagulasi, dan bila ada kecurigaan
8. Penatalaksanaan Terapi
berikut:
a. tujuan terapi
menjadi sirosis yang berpotensi menjadi gagal hati dan mencegah karsinoma
setelah menjalani prosedur terapi (Suharjo dan Cahyono, 2006). Terapi yang
pasien.
b. sasaran terapi
adalah nilai atau kadar HBV DNA serta kadar bilirubin dan SGOT/SGPT
Cahyono, 2006).
c. strategi terapi
terapi non-farmakologis.
penyakit hati menjadi sirosis yang berpotensi menjadi gagal hati dan
efikasi, dan biaya) agar tujuan terapi dapat tercapai, efek samping dapat
ekskresi ginjal.
hepatotoksik.
22
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
c). gunakan dosis yang lebih rendah dari normal, terutama obat-obat yang
Tabel II. Rekomendasi The American Association For The Study of Liver
Disease untuk terapi farmakologi untuk hepatitis B kronik (Suharjo dan
Cahyono, 2006).
efek samping (antara lain: gejala flu, depresi dan sakit kepala) dan
selama 16 minggu.
(2). Lamivudin
100 mg/hari selama 1 tahun dapat menekan HBV DNA, normalisasi ALT,
bahwa resistensi terhadap lamivudin sebesar lebih dari 32% setelah terapi
selama 1 tahun, dan menjadi 57% setelah terapi selama 3 tahun. Resiko
pemberian.
24
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
kecil, adefovir juga dapat menekan YMDD mutant yang resisten terhadap
lamivudin.
Untuk terapi tunggal dosisnya 180 mcg 1 kali seminggu, sedangkan untuk
setahun. Obat ini dapat menyebabkan atau memiliki efek samping gejala
dibandingkan lamivudin.
(5). Entecavir
Adalah obat yang diminum sehari sekali, dengan hampir tidak ada
oral yang paling poten untuk hepatitis B kronik hingga kini (Anonim,
2005).
90% dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease) dengan daya
tahan tubuh yang baik. Untuk dapat meningkatkan daya tahan tubuh, hal
yang dapat dilakukan oleh pasien hepatitis B antara lain dengan jalan
9. Pencegahan
dari carrier, pendidikan kesehatan pada golongan resiko tinggi, dan dengan
anggota keluarga, dan partner seksual dari carrier, bayi pasien carrier, dan
semua bayi.
Drug Related Problems (DRPs) atau sering diistilahkan dengan Drug Therapy
Problems (DTPs) adalah permasalahan yang muncul dalam farmasi klinis atau
kejadian yang tidak diharapkan yang dialami pasien selama proses terapi dengan obat
dan secara aktual atau potensial bersamaan dengan outcome yang diharapkan
(Cipolle,1998). Drug Related Problems (DRPs) ini menjadi sangat penting dan harus
dikuasai oleh para farmasis yang bekerja di Rumah Sakit yang dalam 10 tahunan ini
kajian DRPs menurut Cipolle, Strand, and Morley (1998) adalah seperti berikut ini.
Dikatakan tidak perlu obat yaitu jika pasien akan mengalami komplikasi
akibat mendapat obat yang tidak dibutuhkan. Pasien mendapat obat yang tidak
sesuai dengan indikasi penyakit, pasien tidak sengaja terkena racun di antara obat
perokok, kondisi yang lebih baik dirawat dengan terapi tanpa obat, pasien yang
Dikatakan butuh obat yaitu jika pasien akan mendapat risiko tinggi bila
tidak mendapat terapi tambahan. Pasien dalam kondisi pengobatan baru yang
Dikatakan obat salah yaitu jika pasien bermasalah dengan pengobatan yang
tidak efektif. Pasien mendapat obat yang tidak efektif (sesuai) dengan indikasi
pasien menerima obat yang efektif namun mahal dan tidak aman, pemakaian obat
infeksi (antibiotik) yang sudah resisten, pasien sulit disembuhkan dengan terapi
Dikatakan dosis terlalu rendah jika dosis obat tersebut terlalu rendah untuk
memberikan efek (mencapai respon) pada pasien, interval dosis yang terlalu
28
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
bawah jarak terapetik yang diinginkan, durasi terapi obat terlalu pendek untuk
menghasilkan respon.
5. Efek samping obat (adverse drug reaction) dan interaksi obat (drug interaction)
adanya faktor resiko, bioavaibilitas obat berubah oleh adanya interaksi dengan
obat lain atau dengan makanan, dan hasil laboratorium berubah akibat
penggunaan obat.
Dikatakan dosis terlalu tinggi jika dosis obat tersebut terlalu tinggi
(melebihi) untuk pasien, jika kadar (konsentrasi) obat dalam serum terlalu tinggi
(di atas jarak terapeutik yang diinginkan), dosisnya terlalu cepat dinaikkan,
terjadi akumulasi obat karena penyakit kronis, dan interval dosisnya berlebihan.
Dikatakan pasien tidak taat jika pasien tidak menggunakan obat tersebut
obat yang dianjurkan karena tidak adanya biaya atau karena mahal, pasien tidak
menerima regimen obat yang tepat, terjadi medication error (pada peresepan,
penyerahan obat, dan monitoring pasien), pasien tidak menggunakan obat karena
D. Keterangan Empiris
periode Januari – Juni 2007, serta diharapkan pula dapat memberikan gambaran
tentang ada atau tidaknya Drug Related Problems (DRPs) dan bagaimana cara
pengatasannya.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian tentang kajian Drug Related Problems (DRPs) pada kasus hepatitis
B non komplikasi di Instalasi rawat inap R.S Panti Rapih Yogyakarta periode
perlakuan pada subjek uji (Supratiknya, 2001). Peneliti hanya melakukan observasi
atau pengamatan terhadap subjek menurut keadaan apa adanya (in nature), tanpa ada
evaluatif.
Data yang diperoleh bersifat retrospektif dan untuk menganalisis data tersebut
digunakan analisa deskriptif karena data yang diperoleh tidak dianalisis mengenai
B. Definisi Operasional
virus DNA yang disebut HBV (hepatitis B virus) tanpa penyakit penyerta.
2. Kajian adalah melihat dan mengumpulkan kembali data tindakan terapi yang
yang ada.
3. Drug Related Problems adalah kejadian atau efek yang tidak diharapkan yang
dialami pasien dalam proses terapi dengan obat secara aktual atau potensial yang
30
31
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
terjadi secara bersamaan dengan outcome yang diharapkan pada saat pasien
mendapat pengobatan.
sinergis/poten.
Artinya jika ditemukan obat yang tidak tepat (tidak efektif) dengan
Artinya jika dosis obat tersebut terlalu rendah dari dosis terapeutik
pasien.
e. efek samping obat (adverse drug reaction) dan interaksi obat (drug
interaction)
Artinya melihat kejadian efek samping obat dari gejala yang dikeluhkan
oleh pasien selama menerima terapi obat, di luar gejala penyakit utamanya.
32
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Artinya jika dosis obat tersebut terlalu tinggi atau melebihi dari dosis
semua pasien rawat inap yang dalam rekam medis didiagnosis akhir sebagai
Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007 berdasarkan golongan obat,
7. Outcome adalah kondisi pasien saat keluar dari rumah sakit (membaik, sembuh,
Yogyakarta.
8. Lembar rekam medik adalah catatan dokter, apoteker, dan perawat yang berisi
nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, anamnesis, diagnosis masuk dan
C. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis
keluar hepatitis B non-komplikasi pada lembar rekam medik yang menjalani rawat
D. Bahan Penelitian
menggunakan lembar catatan medik (medical record) pasien dengan diagnosis keluar
E. Lokasi Penelitian
F. Jalannya Penelitian
Penelitian tetang kajian Drug Related Problems (DRPs) pada kasus hepatitis B
Yogyakarta selama periode Januari – Juni 2007 yang diperoleh dari unit rekam
medik.
Tahap ini adalah tahap penggumpulan data dari pasien hepatitis B non-
komplikasi yang dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih periode Januari – Juni
2007. Data yang diambil terdiri atas: nomor catatan medik, jenis kelamin, umur,
penyakit, riwayat obat, riwayat alergi, obat yang diresepkan selama perawatan
(meliputi: dosis, frekuensi pemberian, dan bentuk sediaan obat), serta data
penunjang lainnya (seperti: pemeriksaan fisik dan data laboratorium). Data yang
diperoleh sebanyak 7 data yang diambil secara non-random dari daftar pasien
obat, setelah itu dihitung jumlah kasus yang terjadi DRPs dan dikelompokkan
4. Persentase golongan dan jenis obat yang digunakan dihitung dengan cara
yang sama, kemudian dibagi dengan jumlah seluruh kasus dan dikalikan
100%.
e. Efek Samping Obat (adverse drug reaction) dan interaksi obat (drug
interaction)
Kajian DRPs yang terjadi dalam pengobatan pada kasus hepatitis B non-
komplikasi dilakukan dengan melihat standar yang ada. Standar yang digunakan
disini adalah Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) tahun 2000, MIMS
Indonesia tahun 2006, dan Drug Information Handbook (DIH) tahun 2006.
4. Pembahasan kasus
G. Kesulitan
tipe DRPs, yaitu terjadinya (adanya) efek samping obat, dan interaksi obat. Selain
itu, penulis mengalami kesulitan dalam membaca catatan terapi (rekam medik) yang
kurang jelas, penggunaan bahasa daerah dalam penulisan keluhan pasien, atau
catatan medik tidak lengkap (misalnya: tidak mencantumkan tanda vital harian, data
BAB IV
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta, diperoleh 7 kasus hepatitis B non-komplikasi. Dari data yang ada,
Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007 berdasarkan jenis kelamin
dan umur dapat dilihat pada gambar 6 dan tabel III berikut ini.
1. Jenis Kelamin
perempuan
14%
laki-laki
86%
Dari data gambar 6, dapat diketahui bahwa jumlah pasien hepatitis B non-
komplikasi yang dirawat di R S Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007
dengan jenis kelamin laki-laki lebih besar daripada jumlah pasien hepatitis B non-
37
38
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
2. Umur
Dari tabel III dapat diketahui bahwa berdasarkan kelompok umur, pasien
hepatitis B non-komplikasi di Rumah Sakit Panti Rapih pada periode Januari – Juni
2007 ditemukan lebih banyak pada kelompok umur >18 – 55 tahun (usia dewasa)
dengan persentase 86% dan kelompok umur >12 – 18 tahun (usia remaja) dengan
persentase 14%. Untuk kelompok umur balita (≤5 tahun), anak-anak (>5 – 12 tahun),
dan lansia (>55 tahun) pada penelitian tidak ditemukan. Hal ini dikarenakan pada
usia balita dan anak-anak hepatitis B lebih bersifat asimtomatik, sedangkan pasien
Pada penelitian ini, untuk mengetahui pola pengobatan pasien hepatitis B non-
komplikasi dapat diketahui dengan melihat: golongan obat, kelompok obat, dan jenis
obat. Gambaran secara umum distribusi penggunaan obat pada pasien hepatitis B
Pada tabel IV dapat dilihat, berdasarkan kelas terapi, obat yang paling banyak
digunakan dalam terapi hepatitis B non-komplikasi adalah obat untuk hati yaitu
sebesar 86%. Penggunaan obat untuk hati banyak digunakan karena memang subjek
melindungi hati dari kerusakan yang lebih berat akibat hepatitis dan kondisi lain.
Selain obat untuk hati, penggunaan obat yang bekerja pada sistem saluran cerna, obat
yang bekerja pada sistem saluran pernafasan, dan obat yang mempengaruhi gizi dan
darah juga banyak digunakan. Obat-obat tersebut diperlukan untuk mengatasi gejala
influenza, perut yang terasa tidak enak, mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan,
Secara rinci golongan dan jenis obat yang digunakan dalam terapi atau
pengobatan hepatitis B non komplikasi disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.
40
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Tabel V. Golongan dan jenis obat yang bekerja pada sistem saluran cerna yang
digunakan pada terapi pasien hepatitis B non-komplikasi di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007
Golongan obat yang bekerja sistem pencernaan yang digunakan dalam terapi
Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah antiulserasi yaitu sebesar 43%.
Antiulserasi yang digunakan yaitu yang bekerja sebagai khelator dan senyawa
kompleks serta panghambat pompa proton. Pada kasus ini, antiulserasi diindikasikan
serangan asam pepsin yaitu dengan membentuk kompleks dengan protein pada
permukaan tukak. Zat ini juga menetralkan asam, menahan kerja pepsin dan
trifosfat hidrogen kalium (pompa proton) dari sel parietal. Penghambat pompa proton
harus digunakan hati-hati pada pasien dengan penyakit hati. Rebamipid digunakan
untuk terapi ulkus gaster dalam kombinasi dengan penghambat pompa proton.
Selain antiulserasi, golongan obat yang digunakan yaitu obat untuk gangguan
sekresi pencernaan. Obat untuk gangguan sekresi pencernaan yang gunakan yaitu
obat yang bekerja pada kantung empedu dan enzim pencernaan. Obat yang bekerja
pada kantung empedu berfungsi untuk melarutkan batu empedu yang terbentuk dari
kolesterol, garam kalsium, bilirubin, dan protein. Enzim pencernaan diberikan pada
pasien yang mengalami gangguan pencernaan sehingga makanan dapat tetap dicerna
dengan baik.
Tabel VI.Golongan dan jenis obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan
yang digunakan pada terapi pasien hepatitis B non-komplikasi di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007
Golongan obat yang bekerja sistem saluran pernafasan yang digunakan dalam
terapi hepatitis B non-komplikasi yaitu mukolitik, obat batuk dan ekpektoran, serta
mukolitik yaitu sebesar 42%. Pada kasus ini, obat mukolitik diindikasikan untuk
mengatasi gejala alergi seperti demam (hay fever) yang terjadi pada pasien.
Tabel VII. Golongan dan jenis obat yang bekerja sebagai analgesik yang
digunakan pada terapi pasien hepatitis B non-komplikasi di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007
Tabel VIII. Golongan dan jenis obat yang bekerja pada sistem syaraf pusat
yang digunakan pada terapi pasien hepatitis B non-komplikasi di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007
Golongan obat sistem syaraf pusat yang digunakan dalam terapi adalah obat
Antiemetik adalah zat-zat yang efektif untuk menekan rasa mual dan muntah. Obat
Tabel IX. Golongan dan jenis obat yang bekerja pada sistem kardiovaskuler
yang digunakan pada terapi pasien hepatitis B non-komplikasi di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007
digunakan dalam terapi ini termasuk jenis diuretik hemat kalium dan diuretik kuat.
membantu mengatasi masalah edema yang menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa
asites. Penggunaan kombinasi diuretika mungkin efektif untuk edema yang resisten
6. Obat Hepatoprotektor
Tabel X. Golongan dan jenis obat hepatoprotektor yang digunakan pada terapi
pasien hepatitis B non-komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007
dari kerusakan yang lebih berat akibat hepatitis dan kondisi lain. Hepatoprotektor
yang diberikan, berisi bahan alami (tradisional) yang banyak digunakan di Asia.
memetabolisme lemak.
aksi antioksidan. Selain itu silimarin dapat meningkatkan laju sintesis asam
virus dan hepatitis terinduksi kimia. Schizandrae menunjukkan tingkat ALT rendah
pada pasien hepatitis virus kronik (Sinclair, 1998). Selain itu, Schizandrae (HP Pro)
Bahan-bahan alami di atas memang telah terbukti dapat melindungi fungsi hati,
sehingga obat-obat ini menjadi pilihan untuk diresepkan pada pasein hepatitis B non-
komplikasi di R.S Panti Rapih. Hal ini dikarenakan belum adanya obat modern yang
7. Obat-obat hormonal
Tabel XI. Golongan dan jenis obat hormonal yang digunakan pada terapi
pasien hepatitis B non-komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007
terapi ini termasuk antiinflamasi sistemik. Kortikosteroid adalah kelompok obat yang
efek yang sangat beragam bergantung pada kondisi hormonal seseorang. Namun
secara umum efeknya dibedakan atas efek retensi Na, efek terhadap metabolisme
dan metilprednisolon diindikasikan untuk menekan reaksi radang dan reaksi alergi.
Tabel XII. Golongan dan jenis obat untuk otot skelet dan sendi yang digunakan
pada terapi pasien hepatitis B non-komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007
Golongan obat otot skelet dan sendi yang digunakan dalam terapi hepatitis B
terapi jangka pendek nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang sendi dan
Tabel XIII. Golongan dan jenis obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi
pada terapi pasien hepatitis B non-komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007
Golongan obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi pada pasien hepatitis
untuk terapi infeksi. Biasanya digunakan pada kasus abses hati jika abses ini
dengan cara menghambat DNA gyrase sehingga sintesis DNA kuman terganggu.
bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba (Tjay dan Rahardja,
Tabel XIV. Golongan dan jenis obat yang mempengaruhi gizi, darah, dan
sistem imun yang digunakan pada terapi pasien hepatitis B non-komplikasi di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari –
Juni 2007
Golongan obat yang mempengaruhi gizi, dan darah yang digunakan pada
dan fitofarmaka. Golongan obat multivitamin dan suplemen gizi digunakan sebagai
terapi penunjang pada pasien hepatitis dan penyakit hati lainnya. Hal ini karena
biasanya panyakit hati menimbulkan gejala-gejala seperti: lemah, malaise, dan lain
hati. Phyllantus niruri L. merupakan bahan obat alami (fitofarmaka) yang dipercayai
disebabkan oleh virus dan bakteri, membantu meningkatkan daya tahan tubuh, dan
ketepatan dalam pemberian obat. Rasional dalam hal ini meliputi tepat pasien, tepat
obat, tepat dosis, tepat indikasi, serta apakah obat yang diberikan ada potensi
interaksi (efek samping) yang besar atau tidak. Jika terapi yang diberikan terhadap
pasien tidak tepat, maka akan menimbulkan Drug Related Problems (DRPs). Padahal
Terapi atau pengobatan dianggap berhasil jika tercapai efek terapeutik dan
sebuah terapi atau pengobatan bergantung dari ketepatan diagnosis serta ketepatan
pemilihan obat. Kajian DRPs bertujuan untuk melihat serta menganalisa proses
tentang DRPs akan disajikan dengan menganalisa data setiap pasien (per kasus) yang
terdapat dalam lembar rekam medis, meliputi terapi yang dilakukan pada pasien, data
DRPs dalam kasus hepatitis B non-komplikasi secara lebih rinci dapat dilihat pada
SUBJECTIVE
No. RM: 560105
Umur/Jenis Kelamin: 39 tahun / Perempuan
Tanggal masuk: 13-02-2007
Tanggal keluar: 19-02-2007
Outcome Pasien: Membaik
Riwayat penyakit: -
Riwayat Alergi: -
Anamnesis: Pusing, nyeri pada ulu hati, batuk, demam, lemas, mata tampak kuning.
Diagnosis Utama: susp.ikterik
Diagnosis Akhir: hepatitis B
OBJECTIVE
Data Laboratorium Pasien
- Tanggal 13/02
♦ Hb: 12,5 g % ; Lekosit: 6,0 103/uL ; Eritrosit: 4,68 106/uL ; Hematokrit: 37,2 % ; Trombosit: 175 103/uL ;
Eosinofil: 1,5 % ; Basofil: 0,3 % ; Neutropil: 53,1 % ; Limfosit: 18,7 % ; Monosit: 26,4 % H
♦ MCV: 79,5 fl L ; MCH: 26,7 pg L ; MCHC: 33,6 g/dL ; RDW-CV: 16,4 % H
♦ Bilirubin total:16,85 mg/dL H ; Bilirubin direk: 15,95 mg/dL H ; Bilirubin indirek: 0,90 mg/dL H
♦ SGOT: 1648,1 U/L H SGPT: 1619,0 U/L H
♦ Ureum: 14 mg/dL Creatinin: 0,8 mg/dL
♦ Glukosa darah sewaktu: 121 mg/dL H
- Tanggal 15/02
♦ SGOT: 710,0 U/L H SGPT: 951,8 U/L H
♦ Anti HBs: 94,00 Anti HBc: 0,03 Anti HCV: non-reaktif
- Tanggal 18/02
♦ SGOT: 130,8 u/l H SGPT: 371,0 u/l H
Nilai Normal
Monosit : 0,0 – 11,2% Bilirubin total: 0,21 – 1,3 mg/dL
MCV: 80,0 – 96,0 fl Bilirubin direk: 0,00 – 0,25 mg/dL
MCH: 26,7 – 31,0 pg Bilirubin indirek: 0,00 – 0,70 mg/dL
RDW-CV: 11,6 – 14,8% Kadar gula darah puasa: 70 – 100 mg/dL
SGOT: 0,00 – 0,38 U/L Kadar gula darah post prandial: 100 – 140 mg/dL
SGPT: 0,00 – 41,00 U/L Kadar gula darah sewaktu: 70 – 110 mg/dL
ASSESSMENT
1. Pasien menerima terapi Inpepsa (3x10cc), merupakan obat antitukak yang diindikasikan untuk untuk mengatasi
nyeri pada lambung atau nyeri abdomen. Dosis Inpepsa yang diberikan kurang, karena menurut standar, dosis
yang digunakan 2 sdt 4x sehari, 1 jam sebelum makan dan tidur.
REKOMENDASI
1. Inpepsa ditambah dosisnya yaitu 2 sdt 4x sehari, 1 jam sebelum makan dan tidur.
50
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
SUBJECTIVE
No. RM: 104916
Umur/Jenis Kelamin: 47 tahun / Laki-laki
Tanggal masuk: 13-02-2007
Tanggal keluar: 19-02-2007
Outcome Pasien: Membaik
Riwayat penyakit: Pernah opname hepatitis B thn 1999.
Riwayat Alergi: -
Anamnesis: ± 2 minggu perut keras, batuk, kadang sesak nafas.
Diagnosis Utama: obs.ascites susp.cirhosis hepatitis
Diagnosis Akhir: chronic hepatitis B.
OBJECTIVE
Data Laboratorium Pasien
- Tanggal 13/02
♦ Hb: 12,0 g % L ; Lekosit: 6,4 103/uL ; Eritrosit 3,85 106/uL L ; Hematokrit: 35,3 % L ; Trombosit: 213 103/uL
; Eosinofil: 6,2 % ; Basofil: 0,5 % ; Neutropil: 43,7% ; Limfosit: 35,1% ; Monosit: 14,5 %
♦ MCV: 91,7 fl ; MCH: 31,2 pg H ; MCHC: 34,0 g/dL ; RDW-CV: 14,4 %
♦ Bilirubin total: 1,85 mg/dL H ; Bilirubin direk: 0,80 mg/dL H ; Bilirubin indirek: 1,05 mg/dL H
♦ Albumin: 2,81 g/dL L Globulin: 5,43 g/dL H
♦ SGOT: 62,2 U/L H SGPT: 28,1 U/L
♦ Fosfatase Alkali: 426 U/L H
♦ Gula darah sewaktu: 129 mg/dL H
- Tanggal 15/02
♦ HBsAg Rapid stick: + HBeAg: 0,00
- Tanggal 17/02
♦ Albumin: 2,64 g/dL L
Nilai Normal
Hb (untuk laki-laki): 13,00 – 18,00 g % Albumin: 3,40 – 4,80 g/dL
Eritrosit: 4,50 – 6,50 106 / Ul Globulin: 3,20 – 3,90 g/dL
Hematokrit: 40,00 – 54,00 % SGOT: 0,00 – 38,0 U/L
MCH: 26,7 – 31,0 pg Fosfatase Alkali: 5,00 – 180,00 U/L
Bilirubin total: 0,20 – 1,3 mg/dL Kadar gula darah puasa: 70 – 100 mg/dL
Bilirubin direk: 0,00 – 0,25 mg/dL Kadar gula darah post prandial: 100 – 140 mg/dL
Bilirubin indirek: 0,00 – 0,70 mg/dL Kadar gula darah sewaktu: 70 – 110 mg/Dl
ASSESSMENT
1. Pasien menderita penyakit hepatitis B kronik, namun pasien tidak menerima terapi obat hepatitis B. Dalam hal ini
pasien butuh obat untuk terapi hepatitis B kronik.
2. Pasien menerima terapi Aldactone (3x100 mg), yang merupakan obat diuretikum hemat kalium yang
diindikasikan untuk mengatasi masalah edema. Dosis Aldacton yang diberikan berlebih. Menurut standar, dosis
Aldactone untuk mengatasi edema yaitu 100-200 mg/hari.
REKOMENDASI
1. Pasien diberikan terapi untuk hepatitis B kronik. Obat yang sering digunakan untuk terapi hepatitis B yaitu Cursil
70 (2x1) atau HP Pro (3x1).
2. Dosis Aldactone dikurangi menjadi 100-200 mg/hari.
51
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
SUBJECTIVE
No. RM: 266769
Umur/Jenis Kelamin: 27 tahun / Laki-laki
Tanggal masuk: 8-03-2007
Tanggal keluar: 14-03-2007
Outcome Pasien: Membaik
Riwayat penyakit: -
Riwayat Alergi: -
Anamnesis: Perut mbeseseg, perih, mual, kaki kesemutan. Pasien tampak sakit sedang.
Diagnosis Utama: obs.dyspepsi, pharingitis.
Diagnosis Akhir: chronic hepatitis B.
OBJECTIVE
Data Laboratorium Pasien
- Tanggal 6/03
♦ Bilirubin total: 0,88 mg/dL ; Bilirubin direk: 0,37 mg/dL ; Bilirubin indirek: 0,51 mg/dL
♦ Albumin: 4,13 g/dL
♦ SGPT: 161,0 U/L H
♦ Fosfatase Alkali: 215 U/L H
♦ HBsAg: 23,5 TV (reaktif)
- Tanggal 8/03
♦ Hb: 14,2 g % ; Lekosit: 14,9 103/uL H ; Eritrosit: 4,46 106/uL L ; Hematokrit: 41,5 % ; Eosinofil: 0,2 % ;
Basofil: 0,3 % ; Neutropil: 79,9 % ; Limfosit: 12,6 % ; Monosit: 7,0 % ;
♦ MCV: 93,0 fl ; MCH: 31,8 pg H ; MCHC: 34,2 g/dL ; RDW-CV: 13,3 %
♦ SGOT: 36,5 U/L SGPT: 113,2 U/L H
♦ Ureum: 38 mg/dL Creatinin: 1,0 mg/dL
- Tanggal 11/03
♦ Cholinesterase: 5577 U/L
♦ Ig M Anti HBc: 0,47 (non-reaktif)
- Tanggal 13/02
♦ SGOT: 48,1 U/L H SGPT: 103,8 U/L H
Nilai Normal
SGOT: 0,00 – 38,0 U/L Lekosit: 4,00 – 11,00 103 /uL
SGPT: 0,00 – 41,0 U/L Eritrosit: 4,50 – 6,50 106 / Ul
Fosfatase Alkali: 5,00 – 180,00 U/L MCH: 26,7 – 31,0 pg
ASSESSMENT
1. Pasien menerima Meloksikam (merupakan obat antiinflamasi non-steroid) yang digunakan untuk terapi nyeri.
Dosis Meloksikam yang diberikan (2x1) berlebih. Menurut standar, dosis yang diberikan 7,5 mg 1x sehari.
2. Pasien menerima terapi Meloksikam dan Metilprednisolon. Menurut standar, jika Meloksikam diberikan bersamaan
dengan Metilpednisolon (yang merupakan obat golongan kortikosteroid) dapat terjadi interaksi obat yaitu
meningkatkan resiko pendarahan dan ulserasi pada saluran cerna.
REKOMENDASI
1. Dosis Meloksikam disesuaikan menjadi 7,5 mg 1x sehari.
2. Sebaiknya Meloksikam dan Metilprednisolon tidak diberikan bersamaan, karena dapat meningkatkan resiko
pendarahan dan ulserasi pada saluran cerna.
52
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
SUBJECTIVE
No. RM: 543627
Umur/Jenis Kelamin: 18 tahun / Laki-laki
Tanggal masuk: 16-03-2007
Tanggal keluar: 24-03-2007
Outcome Pasien: Membaik
Riwayat penyakit: -
Riwayat Alergi: -
Anamnesis: Lemas, badan terasa panas (batuk, pilek, demam 2 hari)
Diagnosis Utama: febris, urtikaria
Diagnosis Akhir: hepatitis B aktif
OBJECTIVE
Data Laboratorium Pasien
- Tanggal 16/03
♦ Hb: 16,1 g % ; Lekosit: 13,3 103/uL H ; Eritrosit: 5,53 106/uL ; Hematokrit: 44,9 % ; Trombosit: 192 103/uL ;
Eosinofil: 1,2 % ; Basofil: 0,3 % ; Neutropil: 79,0 % ; Limfosit: 10,0 % L ; Monosit: 9,5 %
♦ MCV: 81,2 fl ; MCH: 29,1 pg ; MCHC: 35,9 g/dL ; RDW-CV: 12,8 %
- Tanggal 19/03
♦ SGOT: 80,1 U/L H SGPT: 140,1 U/L H
♦ HBsAg Rapid stick: reaktif
- Tanggal 22/03
♦ HBeAg: 4,64 (reaktif)
- Tanggal 23/02
♦ SGOT: 77,2 U/L H SGPT: 121,2 U/L H
Nilai Normal
Lekosit: 4,00 – 11,00 103 /uL SGOT: 0,00 – 38,0 U/L
Limfosit: 12,00 – 44,00 % SGPT: 0,00 – 41,0 U/L
ASSESSMENT
1. Pasien menerima terapi obat sudah sesuai dengan standar.
REKOMENDASI
1. Tidak ada rekomendasi khusus, terapi obat yang diresepkan bisa digunakan.
53
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
SUBJECTIVE
No. RM: 564855
Umur/Jenis Kelamin: 24 tahun / Laki-laki
Tanggal masuk: 18-03-2007
Tanggal keluar: 22-03-2007
Outcome Pasien: Membaik
Riwayat penyakit: -
Riwayat Alergi: -
Anamnesis: Mual, muntah, lemas, tidak ada nafsu makan, sklera mata ikterik, warna urine seperti teh. Pasien
sakit sedang.
Diagnosis Utama: vomitus susp. Hepatitis.
Diagnosis Akhir: hepatitis B.
OBJECTIVE
Data Laboratorium Pasien
- Tanggal 18/03
♦ Hb: 15,4 g % ; Lekosit: 6,3 103/uL ; Eritrosit: 5,06 106/uL ; Hematokrit: 45,6 % ; Trombosit: 293 103/uL ;
Eosinofil: 2,4 % ; Basofil: 0,3 % ; Neutropil:57,6 % ; Limfosit: 29,2 % ; Monosit: 10,5 %
♦ MCV: 90,1 fl ; MCH: 30,4 pg ; MCHC: 33,8 g/dL ; RDW-CV: 13,1 %
♦ Bilirubin total: 3,66 mg/dL H
♦ SGOT: 100,8 U/L H SGPT: 585,5 U/L H
♦ Gamma GT: 136,0 U/L H
♦ Fosfatase Alkali: 354 U/L H
- Tanggal 21/03
♦ SGPT: 398,3 U/L H
♦ Fosfatase Alkali: 294 U/L H
♦ HBsAg Rapid stick: non-reaktif Anti HBc: 1,613 (non-reaktif)
Nilai Normal
Bilirubin total: 0,20 – 1,3 mg/dL Gamma GT: 8,00 – 61,00 U/L
SGOT: 0,00 – 38,0 U/L Fosfatase Alkali: 5,00 – 180,00 U/L
SGPT: 0,00 – 41,0 U/L
ASSESSMENT
1. Pasien menerima terapi obat sudah sesuai dengan standar.
REKOMENDASI
1. Tidak ada rekomendasi khusus, terapi obat yang diresepkan bisa digunakan.
54
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
SUBJECTIVE
No. RM: 398050
Umur/Jenis Kelamin: 24 tahun / Laki-laki
Tanggal masuk: 20-03-2007
Tanggal keluar: 24-03-2007
Outcome Pasien: Membaik
Riwayat penyakit: -
Riwayat Alergi: -
Anamnesis: ± 1 minggu perut (sebelah atas) terasa sakit terutama bila untuk beraktifitas, mual, nafsu makan
berkurang, sclera mata ikteric (± 2 hari), kencing seperti teh.
Diagnosis Utama: Hepatitis B susp cholestasis intrahepatal.
Diagnosis Akhir: hepatitis B
OBJECTIVE
Data Laboratorium Pasien
- Tanggal 20/03
♦ Hb: 14,5 g % ; Lekosit: 7,1 103/uL ; Eritrosit 4,98 106/uL ; Hematokrit: 40,4 % ; Trombosit: 180 103/uL ;
Eosinofil: 2,0 % ; Basofil: 0,1 % ; Neutropil: 66,3 % ; Limfosit: 22,4 % ; Monosit: 9,2 %
♦ MCV: 81,1 fl ; MCH: 29,1 pg ; MCHC: 35,9 g/dL ; RDW-CV: 17,1 % H
♦ Bilirubin total: 7,84 mg/dL H Bilirubin direk: 5,96 mg/dL H Bilirubin indirek: 1,88 mg/dL H
♦ Albumin: 4,04 g/dL Globulin: 3,76 g/dL
♦ SGOT: 409,1 U/L H SGPT: 538,2 U/L H Gamma GT: 174,0 U/L H
♦ Fosfatase Alkali: 426 U/L H
♦ HBsAg Rapid/stick: reaktif
- Tanggal 23/03
♦ Bilirubin total: 4,71 mg/dL H Bilirubin direk: 3,49 mg/dL Bilirubin indirek: 1,22 mg/dL
♦ SGOT: 288,2 U/L H SGPT: 358,3 U/L H Gamma GT: 154,0 U/L H
♦ Fosfatase Alkali: 256 U/L H
Nilai Normal
RDW-CV: 11,6 – 14,8% SGOT: 0,00 – 38,0 U/L
Bilirubin total: 0,20 – 1,3 mg/dL SGPT: 0,00 – 41,0 U/L
Bilirubin direk: 0,00 – 0,25 mg/dL Gamma GT: 8,00 – 61,00 U/L
Bilirubin indirek: 0,00 – 0,70 mg/dL Fosfatase Alkali: 5,00 – 180,00 U/L
Keterangan data laboratorium
H: high (diatas nilai normal)
L: low (dibawah nilai normal)
ASSESSMENT
1. Pasien menerima terapi obat sesuai standar.
REKOMENDASI
1. Tidak ada rekomendasi khusus, terapi obat yang diresepkan bisa digunakan.
55
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
SUBJECTIVE
No. RM: 573434
Umur/Jenis Kelamin: 20 tahun / Laki-laki
Tanggal masuk: 25-05-2007
Tanggal keluar: 27-05-2007
Outcome Pasien: Membaik
Riwayat penyakit: -
Riwayat Alergi: -
Anamnesis: Nafsu makan hilang, mual, perut terasa tidak enak.
Diagnosis Utama: Hepatitis
Diagnosis Akhir: hepatitis B akut
OBJECTIVE
Data Laboratorium Pasien
- Tanggal 25/05
♦ Hb: 16,5 g % ; Lekosit: 8,9 103/uL ; Eritrosit: 5,73 106/uL ; Hematokrit: 48,4 % ; Trombosit: 291 103/uL ;
Eosinofil: 3,2 % ; Basofil: 0,6 % ; Neutropil: 33,7 % L ; Limfosit: 50,4 % H ; Monosit: 12,1 % H
♦ MCV: 84,5 fl ; MCH: 28,8 pg ; MCHC: 34,1 g/dL ; RDW-CV: 14,3 %
♦ Bilirubin total: 7,62 mg/dL H Bilirubin direk: 5,69 mg/dL H Bilirubin indirek: 1,93 mg/dL H
♦ Total protein: 8,04 g/dL Albumin: 4,47 g/dL Globulin: 3,57 g/dL
♦ SGOT: 625,0 U/L H SGPT: 1958,0 U/L H Gamma GT: 86,0 U/L H
♦ Fosfatase Alkali: 390 U/L H
♦ HBsAg Rapid/stick: 22,80 (reaktif)
- Tanggal 26/05
♦ Ig M Anti HBc: 200,0 (reaktif)
- Tanggal 27/05
♦ Bilirubin total: 5,54 mg/dL H Bilirubin direk: 3,28 mg/dL H Bilirubin indirek: 2,26 mg/dL H
♦ SGOT: 201,4 U/L H SGPT: 917,2 U/L H
Nilai Normal
Neutropil: 35, 00 – 88,70 % Bilirubin total: 0,20 – 1,3 mg/dL
Limfosit: 12,00 – 44,00 % Bilirubin direk: 0,00 – 0,25 mg/dL
Monosit: 0,00 – 11,00 % Bilirubin direk: 0,00 – 0,25 mg/dL
SGOT: 0,00 – 38,0 U/L Gamma GT: 8,00 – 61,00 U/L
SGPT: 0,00 – 41,0 U/L Fosfatase Alkali: 5,00 – 180,00 U/L
ASSESSMENT
1. Pasien menerima terapi obat sesuai standar.
REKOMENDASI
1. Tidak ada rekomendasi khusus, terapi obat yang diresepkan bisa digunakan.
56
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Berdasarkan pembahasan tiap-tiap kasus pada tabel diatas, hasil analisis DRPs
Tabel XXII. Hasil analisis DRPs yang terjadi dalam pengobatan hepatitis B
non-komplikasi yang dirawat di R S Panti Rapih Yogyakarta periode Januari –
Juni 2007
Dari hasil analisis 7 kasus, terjadi DRPs pada semua kasus hepatitis B non-
komplikasi. Dalam satu kasus, terdapat 1 atau lebih DRPs yang terjadi. Analisa
DRPs akan dirangkum dan disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.
Tabel XXIII. Kasus DRP butuh obat pada pasien hepatitis B non-komplikasi
yang dirawat di R S Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007.
Dari hasil analisis data yang diperoleh, tidak ada kasus yang memiliki DRP tidak
butuh obat.
57
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Dari hasil analisis data yang diperoleh, tidak ada kasus yang memiliki DRP salah
obat.
Tabel XXIV. Kasus DRP dosis kurang pada pasien hepatitis B non-komplikasi
yang dirawat di R S Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007.
Tabel XXV. Kasus DRP dosis berlebih pada pasien hepatitis B non-komplikasi
yang dirawat di R S Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007.
6. DRP Efek Samping Obat (Adverse Drug Reaction) dan Adanya Interaksi
Obat (Drug Interaction)
Tabel XXVI. Kasus DRP Efek Samping Obat (Adverse Drug Reaction) dan
Adanya Interaksi Obat (Drug Interaction) pada pasien hepatitis B non-
komplikasi yang dirawat di R S Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni
2007.
D. Outcome Pasien
progresi penyakit hati menjadi sirosis yang berpotensi menjadi gagal hati dan
diketahui apakah terapi yang diberikan sudah tepat atau belum. Kondisi pasien dapat
sembuh (membaik) jika terapi yang diberikan sudah baik (tepat). Jika terapi yang
diberikan belum tepat, maka kondisi pasien bisa bertambah buruk (tidak membaik).
Berdasarkan data yang ada, dari 7 pasien hepatitis non-komplikasi yang dirawat di
Rumah Sakit Panti Rapih periode Januari-Juni 2007, diperoleh hasil 6 pasien (86%)
memberikan hasil terapi membaik (pasien pulang dalam keadaan lebih baik daripada
sewaktu datang ke rumah sakit), namun peneliti tidak memperoleh keterangan lebih
59
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
lanjut mengenai keadaan (keluhan yang dirasakan) pasien setelah (pasca) keluar dari
rumah sakit. Selain itu terdapat 1 pasien (14%) yang keluar atas permintaan sendiri
E. Rangkuman Pembahasan
periode Januari – Juni 2007 dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 86% dan pasien
umur < 5 tahun sebesar 0%, kelompok umur > 5 – 12 tahun sebesar 0%, kelompok
umur > 12 – 18 sebesar 14%, kelompok umur dengan persentase terbesar adalah >18
– 55 tahun yaitu sebesar 86%, dan kelompok umur > 55 tahun sebesar 0%.
Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007 adalah obat yang bekerja pada
sistem saluran cerna sebesar 43%, obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan
sebesar 43%, obat yang bekerja sebagai analgesik sebesar 14%, obat yang bekerja
pada sistem syaraf pusat sebesar 14%, obat yang bekerja pada sistem kardiovaskuler
sebesar 14%, obat hepatoprotektor sebesar 86%, obat-obat hormonal sebesar 28%,
obat untuk otot skelet dan sendi sebesar 14%, obat yang digunakan untuk pengobatan
infeksi sebesar 28%, dan obat yang mempengaruhi gizi, dan darah sebesar 71%.
60
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Terapi obat yang paling sering diberikan adalah obat hepatoprotektor dan obat yang
analisis 7 kasus, terjadi DRPs pada semua kasus hepatitis B non-komplikasi. Dalam
satu kasus, terdapat 1 atau lebih DRPs yang terjadi. Drug Related Problems (DRPs)
yang terjadi pada tiap kasus dirangkum dalam bentuk tabel yang memuat jumlah dan
dan rekomendasi tiap DRPs (plan). Dari hasil kajian Drug Related Problems (DRPs)
ditemukan: 1 kasus (14%) butuh obat, 1 kasus (14%) DRP dosis kurang, 2 kasus
(28%) DRP dosis berlebih dan 1 kasus (14%) DRP munculnya efek samping dan
interaksi obat. Sedangkan DRP tidak butuh obat, dan DRP salah obat tidak
Outcome pasien berdasarkan data yang ada, dari 7 pasien hepatitis B non-
komplikasi di R.S Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007, diperoleh
hasil 6 pasien (86%) memberikan hasil terapi membaik (pasien pulang dalam
keadaan lebih baik daripada sewaktu datang ke rumah sakit), dan 1 pasien (14%)
BAB V
A. Kesimpulan
Yogyakarta periode Januari – Juni 2007 yaitu berdasarkan jenis kelamin, pasien
kelompok umur, pasien dengan kelompok umur >18 – 55 tahun paling banyak
R.S Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2007 berdasarkan kelas
hepatoprotektor yaitu sebesar 86%, diikuti obat yang mempengaruhi gizi dan
darah yaitu sebesar 71%, obat yang bekerja pada sistem saluran cerna sebesar
43%, obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan sebesar 43%, obat-obat
hormonal sebesar 28%, obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi sebesar
28%, obat yang bekerja sebagai analgesik sebesar 14%, obat yang bekerja pada
sistem syaraf pusat sebesar 14%, obat yang bekerja pada sistem kardiovaskuler
sebesar 14%, dan obat untuk otot skelet dan sendi sebesar 14%.
f. efek samping obat dan adanya interaksi obat sebesar 14% (1 kasus)
B. Saran
1. Penelitian kajian Drug Related Problems (DRPs) pada kasus hepatitis B non-
komplikasi dapat dikembangkan tidak hanya untuk hepatitis B saja tapi semua
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1996b, Kompedia Obat Bebas, cetakan II, Dir-Jend POM, 23-26, Depkes
RI, Jakarta.
Anonim, 1997, Modul Latihan Petugas Imunisasi, Subdit Imunisasi Ditjen PPM &
PLP, 57, Depkes RI, Jakarta.
Chandrasoma, P. and Taylor, C.R., 1995, Concise Pathology, 2nd edition, 620-622,
631-633, 641, Appleton and Large, Connecticut.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morle, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice,
Chapter 3, 73-105, Mc Graw-Hili, New York
Czygan, F., Frohne, F., Holtzel, C., Nagell, A., Pfander, H.J., Willuhn, G., Buff, W.,
2001, Herbal Drugs and Phytopharmaceutical, 2nd Ed, Medpharm Scientific
Publiser, Germany.
Garcia, G., 1992, Treatment of Hepatic Disorders and The Influence of Liver
Function on Drug Disposition, in Melmon, K. L., Morelli, H. F., Hoffman, B.
B., Nierenberg, D. W., Melmon and Morelli’s Clinical Pharmacology Basic
Principles in Therapeutic, 3rd edition, 243, Mc. Graw Hill Companies, Inc.,
New York.
Guyton and Hall, 1997, Text Book of Medical Physiology, diterjemahkan oleh Irawati
Setiawan, Edisi 9, 1103, EGC, Jakarta.
Japaries, W., 1996, Hepatitis, 5-11, 23-25, 59-63 Penerbit Arcan, Jakarta.
Kurniati, 2007, Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pengobatan Pasien
Kanker Prostat yang Dirawat di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta Tahun 2005
Larasati, 2007, Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2005 – Desember
2007
Lingappa, V. R., 1995, Liver Disease, in Mc Phee, S. J., Lingappa, V. R., Ganong,
W. F., Lange, J. O., Patophysiology of Disease An Introduction to Clinical
Medicine, 1st edition, 246, 248, 262, Appleton & Lange, Connecticut.
Luper, S. N. D., 1998, Review of Plant Used In The Treatment of Liver Disease, Part
One, Altern, Medical Review 3 (6), 410-421.
Raebel, M.A., Pai, M.P., and Mercier, R.C., 2005, Viral Hepatitis, in Dipiro, J.T.,
(Eds), Pharmacotherapy: A Pathophysiology Approach
Setiawati, A., Zunilda, Z. B., dan Suryatna, F. D., 1995, Pengantar Farmakologi,
dalam Ganiswara, Setyabudi, Suyatna, Purwatiastuti, Nafrialdi, Farmakologi
dan Terapi, edisi 4, Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Sinclair, S., 1998, Chinese Herb: A Clinical Review of Astragalus, Ligusticum and
Schizandrae, Alternative Medicine Review, 3 (5): 338-344.
Stine, K. E., and Brown, T. M., 1996, Principles of Toxicology, 149-153, CRC Press,
Boca Raton.
Suharjo, J.B. dan Cahyono, B., 2006, Diagnosis dan Manajemen Hepatitis B Kronis,
Cermin Dunia Kedokteran, 150, 5-9.
Utami, 2008, Kajian Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan Evaluasi Drug Related
Problems-nya pada Bedah Orthopaedi Kasus Fraktur di Unit Bedah Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Agustus – September 2007
Zuckerman, A.J., 1996, Hepatitis Viruses. In: Baron’s Medical Microbiology (Baron
S et al, eds.) 4th ed., University of Texas Medical Branch.
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran. Data Pasien Hepatitis B Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Januari – Juni 2007
No NRM Data Diri TP Anamnesis/ Keluhan Diagnosis Resep / Obat yang Tanggal Hasil Lab Outcome
digunakan Pemberian Pasien
1. 560105 Umur: 39 13-02-2007 Pusing, nyeri pada ulu hati, Utama: susp.ikteric Inf. Asering 13/02 – 19/02 - Tanggal 13/02 Membaik
JK: P s.d batuk, demam, lemas, mata Akhir: hepatitis B Lesichol (3x1) 13/02 – 19/02 Hb: 12,5 g %
19-02-2007 tampak kuning. Sanadryl exp (3x10 cc) 13/02 – 19/02 Lekosit: 6,0 103/uL
Inpepsa (3x10cc) 13/02 – 19/02 Eritrosit: 4,68 106/uL
Riwayat HP Pro (3x1) 14/02 – 19/02 Hematokrit: 37,2 %
penyakit: - Trombosit: 175 103/uL
Eosinofil: 1,5 %
Alergi:- Basofil: 0,3 %
Neutropil:53,1 %
Limfosit: 18,7 %
Monosit: 26,4 % H
MCV: 79,5 fl L
MCH: 26,7 pg L
MCHC: 33,6 g/dL
RDW-CV: 16,4 % H
Bilirubin total:16,85 mg/dL H
Bilirubin direk: 15,95 mg/dL
Bilirubin indirek: 0,90 mg/dL
SGOT: 1648,1 U/L H
SGPT: 1619,0 U/L H
Ureum: 14 mg/dL
Creatinin: 0,8 mg/dL
Glukosa darah sewaktu: 121
mg/dL H
- Tanggal 15/02
SGOT: 710,0 U/L H
SGPT: 951,8 U/L H
Anti HBs: 94,00
Anti HBc 0,03
Anti HCV: non-reaktif
- Tanggal 18/02
SGOT: 130,8 u/l H
SGPT: 371,0 u/l H
65
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
2 104916 Umur: 47 th 13-02-2007 ± 2 minggu perut keras, Utama: obs.ascites Inf D5% 13/02 – 19/02 - Tanggal 13/02 Membaik
JK: L s.d batuk, kadang sesak nafas. susp.cirhosis Aldoctone (3x100mg) 14/02 – 19/02 Hb: 12,0 g % L
19-02-2007 hepatitis Becombion (1x1) 14/02 – 19/02 Lekosit: 6,4 103/uL
Akhir: chronic Lasix (1x1) 14/02 – 19/02 Eritrosit 3,85 106/uL L
Riwayat hepatitis B. Vit K (1x1 amp i.m/i.v) 15/02 – 19/02 Hematokrit: 35,3 % L
penyakit: Levafloxacin (1x500mg 17/02 – 19/02 Trombosit: 213 103/uL
Pernah Eosinofil: 6,2 %
opname Basofil: 0,5 %
hepatitis B Neutropil: 43,7 %
thn 1999 Limfosit: 35,1 %
Monosit: 14,5 %
Alergi: - MCV: 91,7 fl
MCH: 31,2 pg H
MCHC: 34,0 g/dL
RDW-CV: 14,4 %
Bilirubin total: 1,85 mg/dL H
Bilirubin direk: 0,80 mg/dL
Bilirubin indirek: 1,05 mg/Dl
Albumin: 2,81 g/dL L
Globulin: 5,43 g/dL H
SGOT: 62,2 U/L H
SGPT: 28,1 U/L
Fosfatase Alkali: 426 U/L H
Gula darah sewaktu: 129
mg/dL H
- Tanggal 15/02
HBsAg Rapid stick: +
HBeAg: 0,00
- Tanggal 17/02
Albumin: 2,64 g/dL L
3. 266769 Umur: 27 th 8-03-2007 Perut mbeseseg, perih, Utama: Inf. Asering 8/03 – 14/03 - Tanggal 6/03 Membaik
JK: L s.d mual, kaki kesemutan. obs.dyspepsi, Meloxicam (2x1) 8/03 – 14/03 Bilirubin total: 0,88 mg/dL
14-03-2007 Pasien tampak sakit pharingitis. Cursil (2x1) 8/03 – 10/03 Bilirubin direk: 0,37 mg/dL
sedang. Akhir: chronic Lesichol (3x1) 8/03 – 14/03 Bilirubin indirek: 0,51 mg/dL
Riwayat hepatitis B. Metil Prednisolon 16mg 8/03 – 9/03 Albumin: 4,13 g/dL
penyakit: - (½ - ½ - ¼ ) SGPT: 161,0 U/L H
Mucohexin syr (3x10cc) 9/03 – 14/03 Fosfatase Alkali: 215 U/L H
Alergi: - Metil Prednisolon 16mg 10/03 – 12/03 HBsAg: 23,5 TV (reaktif)
(½ - ½ - 0 )
HP Pro (3x1 caps) 10/03 – 14/03 - Tanggal 8/03
Stimuno (3x1 caps) 10/03 – 14/03 Hb: 14,2 g %
66
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
- Tanggal 11/03
Cholinesterase: 5577 U/L
Ig M Anti HBc: 0,47 (non-
reaktif)
- Tanggal 13/03
SGOT: 48,1 U/L H
SGPT: 103,8 U/L H
4 543627 Umur: 18 th 16-03-2007 Lemas, badan terasa panas, Utama: febris, Inf. Asering 16/03 – 24/03 - Tanggal 16/03 Membaik
JK: L s.d (batuk, pilek, demam 2 urtikaria Kalmetason (1 amp) 16/03 Hb: 16,1 g %
24-03-2007 hari). Akhir: hepatitis B Sistenol (3x1) 16/03 – 18/03 Lekosit: 13,3 103/uL H
aktif. Vometa (3x1 tab) 16/03 – 23/03 Eritrosit: 5,53 106/uL
Riwayat Clasef (2x1g) 16/03 – 23/03 Hematokrit: 44,9 %
penyakit: - Mucopect (epexol) (3x1 17/03 – 24/03 Trombosit: 192 103/uL
tab) Eosinofil: 1,2 %
Alergi: - HP Pro (3x1 tab) 19/03 – 24/03 Basofil: 0,3 %
Extra Ryzen (1 tab) 21/03 Neutropil: 79,0 %
Lesichol (3x300mg) 23/03 – 24/03 Limfosit: 10,0 % L
Monosit: 9,5 %
MCV: 81,2 fl
MCH: 29,1 pg
MCHC: 35,9 g/dL
RDW-CV: 12,8 %
- Tanggal 19/03
SGOT: 80,1 U/L H
67
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
- Tanggal 22/03
HBeAg: 4,64 (reaktif)
- Tanggal 23/03
SGOT: 72,2 U/L H
SGPT: 121,2 U/L H
5 564855 Umur: 24 th 18-03-2007 Mual, muntah, lemas, tidak Utama: vomitus Inf D5% 18/03 – 22/03 - Tanggal 18/03 Membaik
JK: L s.d ada nafsu makan, sclera susp. Hepatitis. Cursil 70 (2x1) 18/03 – 22/03 Hb: 15,4 g %
22-03-2007 mata ikteric, warna urine Akhir: hepatitis B. Trypanzym (3x1) 18/03 – 22/03 Lekosit: 6,3 103/uL
seperti teh. Pasien sakit Nexium 40 (1x1) 18/03 – 22/03 Eritrosit: 5,06 106/uL
Riwayat sedang. Mucosta (3x1) 18/03 – 22/03 Hematokrit: 45,6 %
penyakit: - Trombosit: 293 103/Ul
Eosinofil: 2,4 %
Alergi: - Basofil: 0,3 %
Neutropil:57,6 %
Limfosit: 29,2 %
Monosit: 10,5 %
MCV: 90,1 fl
MCH: 30,4 pg
MCHC: 33,8 g/dL
RDW-CV: 13,1 %
Bilirubin total: 3,66 mg/dL H
SGOT: 100,8 U/L H
SGPT: 585,5 U/L H
Gamma GT: 136,0 U/L H
Fosfatase Alkali: 354 U/L H
- Tanggal 21/03
SGPT: 398,3 U/L H
Fosfatase Alkali: 294 U/L H
HBsAg Rapid stick: non-
reaktif
Anti HBc: 1,613 (non-reaktif)
6 398050 Umur: 24 th 20-03-2007 ± 1 minggu perut (sebelah Utama: Hepatitis B Inf D5% 20/03 – 24/03 - Tanggal 20/03 Membaik
JK: L s.d atas) terasa sakit terutama susp cholestasis Urdahex (3x1) 21/03 – 24/03 Hb: 14,5 g % (APS)
24-03-2007 bila untuk beraktifitas, intrahepatal. HP Pro (3x1) 21/03 – 24/03 Lekosit: 7,1 103/uL
mual, nafsu makan Akhir: hepatitis B Lesichol 300mg (3x1 21/03 – 24/03 Eritrosit 4,98 106/uL
berkurang, sclera mata tab) Hematokrit: 40,4 %
Riwayat ikteric (± 2 hari), kencing Trombosit: 180 103/uL
68
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
- Tanggal 23/03
Bilirubin total: 4,71 mg/dL H
Bilirubin direk: 3,49 mg/dL
Bilirubin indirek: 1,22 mg/Dl
SGOT: 288,2 U/L H
SGPT: 358,3 U/L H
Gamma GT: 154,0 U/L H
Fosfatase Alkali: 256 U/L H
7 573434 Umur: 20 th 25-05-2007 Nafsu makan hilang, mual, Utama: Hepatitis HP Pro (3x1 tab) 25/05 – 27/05 - Tanggal 25/05 Membaik
JK: L s.d perut terasa tidak enak. Akhir: hepatitis B Stimuno (3x1 tab) 25/05 – 27/05 Hb: 16,5 g %
27-05-2007 akut Lekosit: 8,9 103/uL
Eritrosit: 5,73 106/uL
Riwayat Hematokrit: 48,4 %
penyakit: - Trombosit: 291 103/uL
Eosinofil: 3,2 %
Alergi: - Basofil: 0,6 %
Neutropil: 33,7 % L
Limfosit: 50,4 % H
Monosit: 12,1 % H
MCV: 84,5 fl
MCH: 28,8 pg
MCHC: 34,1 g/dL
RDW-CV: 14,3 %
69
PLAGIAT MERUPAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
- Tanggal 26/05
Ig M Anti HBc: 200,0
(reaktif)
- Tanggal 27/05
Bilirubin total: 5,54 mg/dL H
Bilirubin direk: 3,28 mg/dL H
Bilirubin indirek: 2,26 mg/dL
SGOT: 201,4 U/L H
SGPT: 917,2 U/L H
70
71
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Brebes. Pada tahun 1998, penulis menamatkan