Anda di halaman 1dari 11

  Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mungkin lepas dari berkomunikasi.


Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Salah satu kajian ilmu komunikasi adalah komunikasi kesehatan yang merupakan
hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan
derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program yang bertujuan
memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan
timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan
kesehatan yang lebih baik.
Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman
ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
lebih besar (Abdalati, 1989). Oleh karena hal tersebut, perawat membutuhkan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang mencakup kemampuan intelektual, teknikal, dan
interpersonal yang tercermin dari perilaku kasih sayang dan cinta dalam berkomunikasi
dengan orang lain (Johnson, 1989).
Seorang perawat penting sekali untuk menguasai kemampuan komunikasi
terapeutik. Komunikasi terapeutik jika dikuasai dengan baik oleh seorang perawat, maka ia
akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien. Tak hanya hal itu saja,
dengan kemampuan komunikasi terapeutik yang baik maka perawat dapat mengatasi masalah
legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, dan meningkatkan
citra perawat.
Komunikasi yang baik dari seorang perawat, khususnya komunikasi terapeutik,
dapat memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini ditekankan bahwa seorang perawat
harus mampu berbicara banyak serta bisa menunjukkan kesan low profile pada pasiennya.
Dalam tulisan ini, kami membahas mengenai komunikasi terapeutik yang meliputi
pengertian, tahapan/fase-fase dalam komunikasi terapeutik, serta tekniknya.

B. rumusan masalah
C. tujuan penulisan
A.    Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman
dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah
positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat
harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.

Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1987, hal.
111) karena :

1. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam proses
komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran.
2. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti, keberhasilan
intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi karena proses keperawatan
ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal.
3. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik tidak
mungkin dicapai tanpa komunikasi.
Dalam membina hubungan terpeutik dengan klien, perawat perlu mengetahui proses
komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu klien memecahkan
masalahnya. Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim pesan,
penerima pesan, media dan umpan balik. Semua perilaku individu pengirim dan penerima
adalah komunikasi yang akan member efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan dapat
berupa verbal dan nonverbal. Bermain merupakan cara berkomunikasi dan berhubungan yang
baik dengan klien anak.

Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji secara nonverbal antara lain : Vokal; nada,
kualitas, keras ato lembut, kecepatan, yang semuanya menggambarkan suasana emosi.

1. Gerakan; reflex, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang, atau gerakan-gerakan
yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai suasana hati.
2. Jarak (space) Jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan
keintiman.
3. Sentuhan : dikatakan sangat penting, namun perlu mempertimbangkan aspek budaya
dan kebiasaaan.

Agar perawat dapat berperan efektif dalam terapeutik ia harus menganalisa dirinya :
kesadaran diri klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang bertanggung jawab.
Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui kondisi klien jika tidak ada kemampuan
menghargai keunikan klien.

Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung sendirinya, tetapi harus di rencanakan, di


pertimbangkan dan di lakukan secara profesional. Pada saat pertama kali perawat melakukan
komunikasi terapeutik proses komunikasi umumnya berlangsung singkat, canggung, semu
dan seperti di buat-buat.hal ini akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing-masing
hubungan pasien karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang
positif sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan terapeutik.
B.     Fase-fase Hubungan dalam Komunikasi Terapeutik
Terdapat beberapa fase dalam hubungan terapeutik, yaitu :

1.      Tahap Persiapan (Prainteraksi)

Pada tahap ini, perawat berkewajiban mengidentifikasi pasien mengenai kelebihan


serta kekurangannnya. Tahap yang harus dilakukan oleh seorang perawat adalah memahami
keberadaan dirinnya agar siap berintreraksi dengan pasien. Adapun tugas yang harus
dilakukan oleh perawat dalam tahap prainteraksi adalah :
a.       Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan, pasien. Sebelum elangsungkan
komunikasi, penting bagi seorang perawat untuk melakukan pengkajian terhadap perasaannya
sendiri, yaitu berkenaaan dengan kesiapannya dalam berinteraksi dengan pasien.

b.      Melakukan analisis terhadap kekuatan sekaligus kelemahan yang terdapat dalam diri
sendiri. Semisal, seorang perawat memiliki kekuatan dalam memulai pembicaraan dan
sensitive terhadap perasaan orang lain. Tentunya, keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh seorang
perawat guna memudahkan dirinya dalam membuka pembicaraan sekaligus membina
hubungan saling percaya dengan pasien.

c.       Mengumpulkan data berkenen dengan pasien. Kegiatan tersebut berfungsi untuk
mengetahui informasi tentang pasien, sekaligus media guna memahami pasien. Paling
tidak,seorang perawat bisa mengetahui identitas pasien, yang bisa digunakan ketika hendak
melangsungkan interaksi.

d.      Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien. Tentunya, sebelum bertemu, perawat
sudah merencanakan apa yang akan dilakukan, yaitu kapan, di mana,dan strategi yang hendak
dilakukan dalam pertemuan tersebut.

2.      Tahap Perkenalan

Pada tahap ini, seseorang perawat harus mengawalinya dengan memperkenalkan diri
kepada pasien. Dengan demikian, seseorang perawat telah bersikap terbuka terhadap pasien.
Diharapkan, hal itu mampu membuat pasien terdorong pula untuk membuka dirinya. Adapun
tujuan dari tahap perkenalan adalah guna memvalidasi keakuratan data sekaligus rencan yang
sudah dibuat. Berikut adalah tugas yang harus dilakukan oleh seorang perawat dalam tahap
perkenalan :
a.       Membina rasa saling percaya.

Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan dalam hubungan terapeutik. Sebab tanpa
adannya saling percaya maka keterbukaaan antara kedua belah pihak akan menjadi suatu hal
yang mustahil terjad. Dengan demikian penting bagi seorang perawat untuk senantiasa
membina hubungan saling percaya dengan pasien. Dalam hal ini perawat harus bersikap
terbuka, jujur, menerima apa adanya, menepati janji, dan menghargai pasien.

b.      Merumuskan kontrak dengan pasien.

Keberadaan kontrak sangat penting guna menjamin kelangsungan interaksi antara perawat
dengan pasien. Saat merumuskan kontrak, seorang perawat harus menjelaskan mengenai
peranannya supaya pasien tidak salah paham terhadap kehadirannya. Tujuan dari penjelasan
fungsi perawat adalah menghindari harapan yang terlalu tinggi dari pasien karena
menempatkannya sebagai dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu. Dalam
merumuskan sebuah kontrak, perawat harus menegaskan bahwa kehadirannya semata-mata
membantu, sementara kekuatan dan keinginan  untuk berubah tetap sepenuhnya ada pada diri
pasien.

c.       Menggali pikiran dan perasaan pasien.

Pada tahap ini, seorang perawat harus mendorong pasien guna mengekspresikan perasaannya.
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang perawat dalm tahp ini adalah memberikan
pertannyaan terbuka sehingga bisa melakukan identifikasi terhadap masalah pasien. Efek
lainnya adalah dihrapkan pasien merasa terdorong untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya.

d.      Merumuskan metode keperawatan bersama pasien. Pada dasarnya tanpa ada keterlibatan
pasien dalam keperawatan tujuan yang hendak dicapai mungkin menjadi sulit. Tujuan ini
dirumuskan setelah perawat melakukan identifikasi terhadap pasien.

Fase orientasi dilaksanakan pada setiap awal pertemuan. Tujuan dari fase orientasi
adalah memvalidasi keakuratan data mengenai rencana yang sebelumnnya sudah dibuat dan
mengevaluasi hasil tindakan yang sudah dilakukan.
3.      Tahap Kerja

Dalam proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan prosesnya adalah
tahap kerja. Pada tahap ini seorang perawat dan pasien bekerja sama mengatasi permasalahan
yang ada. Perawat dituntut memfungsikan kemampuannya dalam mendorong pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya perawat juga dituntut memiliki kepekaan dan
tingkat analisis yang mempunyai kepekaan dan tingkat analisis  yang baik terhadap
perubahan pasien.
Pada tahap kerja perawat harus melakukan active listening. Melalui active listening
perawat membantu pasien dalam mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi sekaligus
mencari solusi dan cara mengatasinnya. Diharapkan perawat memiliki kemampuan dalam
menyimpulkan kondisi pasien secara tepat dan benar. Teknik menyimpulkan adalah satu
bentuk usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan sekaligus
menyamakan pikiran dan ide dengan tujuan membantu pasien.

4.      Tahap Terminasi

Tahap terminasi ialah tahap akhir dari pertemuan antara perawat dan dengan pasien.
Tahap terminasi dipetakan menjadi dua, yaitu :

a.       Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan dengan pasien.

b.      Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses keperawatan secara
keseluruhan.

Pada tahap terminasi, terdapat beberapa tugas yang harus diperhatikan sekaligus
diaplikasikan secara sungguh-sungguh oleh perawat, yaitu :

a.       Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah dilaksanakan. Evaluasi
ini juga disebut sebagai evaluasi objektif, di mana dalam melakukan evaluasi, seorang
perawat tidak diperbolehkan menunjukkan kesan menguji kemampuan pasien. Akan tetapi,
seorang perawat menunjukkankesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.

b.      Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan seusai melakukan interaksi,
yaitu dengan menanyakan perasaan pasien setelah melakukan interaksi, yaitu apakah
interaksi yang dilakukan bisa mengurangi kecemasan atau tidak ?
c.       Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut bisa disebut sabagai
pekerjaan rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan rencana
interaksi berikutnya.

d.       Membuat kontrak pertemuan selanjutnya. Kontrak pertemuan yang dibuat mencangkup
tempat, waktu, sekaligus tujuan dari interaksi yang hendak dilakukan.

C.    Teknik Komunikasi Terapeutik

            Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998) terdapat dua persyaratan mendasar dalam
melakukan komunikasi yang efektif dan penting untuk dipahami sekaligus dijadikan
pegangan dasar bagi seorang perawat sebelum melangkah ke pemahaman teknik komunikasi
terapeutik, yaitu :
1. Komunikasi harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan sebelum
memberikan saran, informasi, maupun masukan.
            Dua persyaratan tersebut harus diperhatikan oleh perawat. dalam teknik komunikasi
terapeutik, yang penting untuk diperhatikan oleh perawat adalah tingkat pemahaman masing-
masing pasien tidaklah sama. Dengan demikian, maka dibutuhkan teknik komunikasi yang
berbeda-beda pula. Maka secaa substansia teknik komunikasi terapeutik hampir serupa, tetapi
dalam pelaksanaanya bisa berbeda-beda.
            Berpijak pada pendapat Shives (1994), di sebutkan bahwa teknik komunikasi
terapeutik meliputi :
1.      Mendengakan dengan penuh perhatian
            Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhada pesan verbal maupun non
verbal yang datang dari pasien guna menegaskan bahwa perawat bersungguh-sungguh dalam
menjalankan tugasnya. Adapun tekhnik melatih keterampilan mendengarkan dengan penuh
keperhatian adalah:
a.       Pandang pasien saat bicara
b.      Pertahankan kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam mengeluarkan segala keluh
kesahnya
c.       Hindari tindakan yang tidak dibutuhkan
d.      Jaga sikap tubuh, misalnya jangan menyilangkan kaki maupun tangan
e.       Anggukan kepala saat pasien membicarakan hal penting atau membutuhkan umpan balik
f.       Condongkan tubuh kearah lawan bicara.

2.      Menunjukkan penerimaan


Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui. Menerima yang
dimaksut adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan maupun
tidak setuju. Sebagai perawat, tentu sudah menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa
menerima segala bentuk perilaku pasien. Dengan demikian, seorang perawat dianjurkan
untuk menghilangkan ekspresi wajah maupun gerakkan tubuh yang menunjukkan tanda tidak
setuju, semisal menggerutkan kening atau menggelengkkan kepala.
Adapun beberapa teknik yang bisa dilakukkan oleh seorang perawat dalam hal ini adalah:

a.       Mendengarkan tanpa harus memutus perbincangan.

b.      Memberikan umpan balik yang menampakkan pengertian


c.       Menunjukkan bahwa isyarat badan sesuai dengan komunikasi lisan
d.      Menghindari berdebat, mengekspresikan keraguan, maupun mencoba mengubah pikiran
pasien.

3.      Memberikan Pertanyaan yang Berkaitan


Tujuan dari seorang perawat dalam mengajukan pertanyaan terhadap pasien adalah
guna memperoleh informasi yang bersifat spesifi. Maka , akan menjai lebih baik apabila
pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan topik yang sedang dibicarakan serta gunakan
perkataan dalam konteks sosial budaya yang melatari keberadaan diri pasien. Sebagai catatan,
selama dalam pengkajian, ajukan pertanyakan yang berurutan.

4.      Mengulang Ucapan Pasien Menggunakan Susunan Kata-kata Sendiri


Salah satu cara efektif bagi perawat guna memberikan umpan balik terhadap pasien.
Sehingga, pasien mengetahui bahwa yang disampaikan perawat dimengerti dan berlanjut.
Dalam hal ini perawat berhati-hati karena daya tangkap pasien berbeda-beda. Mengulang
bukan hanya menyampaikan ulang pembicaraan, namun disertai rangkuman yang
disimpulkan oleh perawat mengenai kondisi pasien.

5.      Klarifikasi
Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi seorang
perawat untuk menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi serta menyamakan persepsi.
Sebab, keberadaan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien. Supaya pesan bisa sampai dengan benar, seorang perawat harus memberikan
contoh yang konkret dan mudah dimengerti oleh pasien.

6.      Memfokuskan
Komunikasi yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan tujuan
komunikasi merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan guna membatasi
pembicaraan, sehingga mudah dimengerti oleh pasien. Dalam hal ini, seorang perawat tidak
boleh memutus pembicaraan pasien saat menyampaikan keluhannya, terkeculi apabila
pembicaraan tersebut melenceng dari tujuan.

7.      Menyampaikan Hasil Observasi


Memberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya.
Dalam hasil pengamatan, perawat harus berkomunikasi dengan jelas dan akurat, sehingga
perawat menjadi paham mengenai kondisi yang diperlukan.

8.      Menawarkan Informasi


Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi mengenai tips
yang bisa membuat pasien percaya diri serta menumbuhkan kesadaran akan hidup sehat.
Pemberian informasi berguna untuk meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawat.
Maka, apabila terdapat informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat harus melakukan
klarifikasi terhadap alasan yang melatarinya.

9.      Diam
Diam merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan kepada perawat
dan pasien dalam mengorganisasi pikirannya. Metode diam membutuhkan ketrampilan dan
ketepatan waktu. Diam dapat membuat pasien berkomunikasi dengan dirinya sendiri dalam
mengorganisasi pikiran dan memproses informasi yang disampaikan perawat. diam sangat
berguna bagi pasien saat harus mengambil keputusan.

10.  Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan secara
singkat. Biasanya dilakukan di fase terminasi.
11.  Menawarkan Diri
Saat pasien belum siap berkumunikasi secara verbal dengan orang lain, perawat harus
mengambil inisiatif dengan memulai komunikasi yang bisa mencairkan suasana, seperti
menawarkan bantuan. Sehingga pasien menjadi rileks dalam menghadapi kenyataan yang
terjadi, lalu menceritakan permasalahannya pada perawat.

12.  Refleksi
Menganjurkan pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. apabila pasien bertanya mengenai apa yang harus dikerjakan, perawat bisa
menjawabnya dengan berdiskusi dengan pasien guna menentukan tindakan bersama. Dengan
demikian, perawat mencoba menghargai pendapat pasien. Tindakan ini menunjukkan bahwa
pasien memiliki hak untuk mengatur dirinya sendiri, sehingga memunculkan pikiran bahwa
dirinya merupakan manusia yang memiliki kapasitas dan kemampuan.

D. TEHNIK-TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan berbagai
teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1987; 124):

1. Mendengar (Listening) Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan


mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada
klien untuk bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening) Memberi kesempatan untuk memilih, contoh:
apakah yang sedang saudara pikirkan?, apa yang akan kita bicarakan hari ini?. Beri
dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan, saya mengerti atau oohh .…
3. Mengulang (Restarting) Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya
untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien.
4. Klarifikasi Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien
berhenti karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak
lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: dapatkah anda
menjelaskan kembali tentang …? Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide,
perasaan dan persepsi perawat-klien.
5. Refleksi
6. Refleksi isi, memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang
diekspresikan klien dengan pengertian perawat.

1. Refleksi perasaan, memberi respon pada perasaan klien terhadap isi


pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya. Gunanya untuk:

1. mengetahui dan menerima ide dan perasaan


2. mengoreksi
3. memberi keterangan lebih jelas.
Kerugiannya adalah:

1. mengulang terlalu sering tema yang sama


2. dapat menimbulkan marah, iritasi dan frustasi.
3. Memfokuskan Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting
serta menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas dan
berfokus pada realitas.
4. Diam (Silence) Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan.
Tujuannya untuk memberi kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara.
Pada klien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien.
5. Informing Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.
 

E. FAKTOR-FAKTOR KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Faktor yang mempengaruhi komunikasi : (Suryani, 2005)

1. Kredibilitas
Kredibilitas (credibility) terdapat dan berpengaruh pada sumber atau komunikator.
Kredibilitas komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan proses komunikasi, karena hal
ini mempengaruhi tingakat kepercayaan sasaran atau komunikasi terhadap pesan yang
disampaikan.

2. Isi pesan
Pesan yang disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaat bagi sasaran. Hasil
komunikasi akan lebih baik jika isi pesan besar manfaatnya bagi kepentingan sasaran.

3. Kesesuaian dengan kepentingan sasaran


Kesesuaian dengan kepentingan sasaran (context) terdapat dan berperan pada pesan. Pesan
yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan sasaran.

4. Kejelasan
Kejelasan (clarity) terdapat dan berperan pada pesan. Kejelasan pesan yang disampaikan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.

5. Psikologis (Rahmat, J dalam Suryani, 2005)


Seperti sikap, pengalaman hidup, motivasi, kepribadian, dan konsep.

6. Sosial (Ellis, Gates & Kenwarthy dalam Suryani, 2005)


Seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial, suku, bahasa, kekuasaan, dan peran sosial.

  F. FUNGSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha
mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan
yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan diri sendiri. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan
hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak
terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.

BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
1. Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam
kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi
keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan
juga kepuasan bagi perawat.
2. Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya
diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang yang
sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.
 

B.   SARAN
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk
mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang
mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai