Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Perubahan Proses Pikir : Waham

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Definsi
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Keliat, 2006)
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
d. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
c. Adanya gejala pemicu

C. Proses Terjadinya Waham


Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan
ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat
tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi
hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

D. Klasifkasi Waham
1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya
tambang emas.”
2. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
3. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh,
“Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.”
4. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan
bahwa ia sakit kanker).
5. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.
6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan
ke dalam pikirannya.
7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
8. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di
luar dirinya.

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya.
c. Sulit berpikir realita.
e. Tidak mampu mengambil keputusan.
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Afek tumpul.
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

F. Rentang Respon Neurobiologis

III. A. POHON MASALAH

B. MASALAH KEPERAWATAN YANG PERLU DIKAJI


Menurut Kaplan dan Sadock (1997) dalam buku Ah Yusuf dkk 2015 beberapa hal
yang harus dikaji antara lain sebagai berikut.
1. Status mental
c. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
d. Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
e. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
f. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas
diri dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
g. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas
depresi ringan.
h. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap
kecuali pada pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi (Kaplan dan Sadock, 1997)
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact).
c. Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang jelek.
d. Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang, dan yang
direncanakan.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
2. Perubahan proses pikir ; waham berhubungan dengan harga diri rendah

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1) Tujuan
(1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
(2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
(3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
(4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.
2) Tindakan
(1) Bina hubungan saling percaya.
a. Mengucapkan salam terapeutik.
b. Berjabat tangan.
c. Menjelaskan tujuan interaksi.
d. Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
(2) Bantu orientasi realitas.
a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
c. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
d. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.
e. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
(3) Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
a. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien.
b. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
c. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
d. Berdiskusi tentang obat yang diminum.
e. Melatih minum obat yang benar.

2. Strategi Pelaksanaan
SP1P
1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhnnya
4. Menganjurkan pasien memasukkan kedalm jadwal kegiatan
SP2P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Berdisusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
SP3P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukknkedalam jadwal harian
SP1K
1. Mendiskusikan masalahyang drasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejla waham, dan jenis waham yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien waham
SP2K
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengn waham
2. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat langsung kepada pasien waham
SP3K
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
(discharge planning)
Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

3. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


1) Tujuan
(1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
(2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
(3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal.

2. Tindakan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut.
(1) Cara merawat pasien waham di rumah.
(2) Follow up dan keteraturan pengobatan.
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi,
efek samping, akibat penghentian obat).
5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera

RUFA (Respon Umum Fungsi Adaptif) Waham

Domain Intensif I Intensif II Intensif III

1 - 10 11 - 20 21 – 30

Pikiran Terus menerus Pikiran didominasi oleh Pikiran kadang-


terfiksasi dengan isi waham, kadang kadang dikendalikan
wahamnya masih memiliki pikiran wahamnya
yang rasional

Perasaan Sangat dipengaruhi Lebih dipengaruhi Kadang masih


oleh wahamnya wahamnya dipengaruhi
wahamnya

Tindakan Komunikasi sangat Komunikasi masih Komunikasi sering


kacau, selalu kacau. terganggu waham
dipengaruhi oleh
waham. Tidak mencederai orang
lain
Mungkin mengancam
orang lain

Mencederai orang lain


DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIK,
Universitas Indonesia

Ah Yusuf dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Refika Aditama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai