Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. Definisi
Halusinasi adalah perubahan sensori dimana pasien merasakan sensasi yang tidak ada
berupa suara, penglihatan, pengecapan,dan perabaan (Damaiyanti, 2012). Menurut
Valcarolis dalam Yosep Iyus (2009) mengatakan lebih dari 90% pasien dengan skizofrenia
mengalami halusinasi, halusinasi yang sering terjadi yaitu halusinasi pendengaran, halusinasi
penglihatan, halusinasi penciuman dan halusinasi pengecapan.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata. ( Keliat, 2011)

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatanotak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress.

2. Faktor Presipitasi
1) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
2) Mekanisme Koping
1) Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2) Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3) Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal. (Stuart, 2007).

C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Pikiran logis - Kadang- kadang - Waham


- Persepsi akurat proses pikir terganggu - Halusinasi
- Emosi konsisten (distorsi pikiran) - Sulit berespon
dengan pengalaman - Ilusi - Perilaku
- Perilaku sesuai - Menarik diri disorganisasi
- Hubungan sosial - Reaksi emosi >/< - Isolasi sosial
Harmonis - Perilaku tidak biasa

Keterangan gambar :

a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma- norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif meliputi :
1) Pikiran Logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.

b. Respon psikososial meliputi :


1) Prosep pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
5) Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain.

c. Respon Maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang


menyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif ini meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam.

D. Jenis halusinasi
1. Halusinasi pendengaran
Menurut stuart (2009) pada klien halusinasi dengar, tanda dan gejala dapat
dikateristik dengar bunyi atau suara, paling sering dalam bentuk suara. Rentang dari
suara sederhana atau suara yang jelas, suara tersebut membicarakan tentang
pasien,sampai percakapan yang komplet antara dua orang atau lebih seperti orang yang
berhalusinasi.
2. Halusinasi penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa mencium aroma atau bau
tertentu sperti urine atau feces atau bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau
bau yang tidak sedap ( cancro dan lehman, 2000 dalam videbeck, 2008 ).
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh struat (2009) pada halusinasi
penciuman, klien dapat mencium busuk,jorok,dan bau tengik seperti darah,urin, atau
tinja, kadang-kadang bau bias menyenangkan, halusinasi penciuman biasanya
berhubungan dengan stroke, kejang dan demens.
3. Halusinasi penglihatan
Pada halusinasi penglihatan, isi halusinasi berupa melihat bayangan yang
sebenarnaya  tidak ada sama sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal
atau mungkin sesuatu yang bentuk nya  menakutkan (cancro & lehman, 2000 dalam
videbeck, 2008). Isi halusinasi penglihatan klien adalah klien melihat cahaya, bentuk
geometris, kartun atau campuran antara gambaran bayangan yang komplek dan
bayangan tersebut  dapat menyenangkan klien atau juga sebaliknya yaitu mengerikan
(Struat,2009).
4. Halusinasi pengecapan
Sementara itu pada halusnasi pengecapan, isi berupa klien mengecap rasa yang tetap
ada dalam mulut, atau perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa
tersebut dapat berupa rasa logam atau pahit atau mungkin seperti rasa tertentu.Atau
berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir seperti darah, urine atau feces (Stuart, 2009).
5. Halusinasi perabaan
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti aliran listrik yang
menjalar keseluruh tubuh aatu binatang kecil yang merayap di kulit ( cancro& lehman,
2000 dalam videbeck, 2008). Klien juga dapat mengalami nyeri atau tidak nyaman
tanpa adanya situmulus yang nyata, seperti sensasi listrik dan bumi, benda mati ataupun
dan orang lain (Stuart,2009).
6. Halusinasi chenesthetik
Halusinasi chenesthetik klien akan merasa pungsi tubuh seperti darah berdenyut
melalui vena dan arteri, mencerna makanan, atau bentuk urin (videbeck, 2008 dalam
stuart, 2009).
7. Halusinasi kinestetik
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensai tubuh, gerakan tubuh
yang tidak lazim seperti melayang di atas tanah. Sensasi gerakan sambil berdiri tak
bergeraak (videbeck, 2008 dalam stuart, 2009).

E. Tahap Halusinasi

Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien


1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan emosi Menyeringai atau tertawa yang
ansietas tingkat seperti ansietas, kesepian, rasa tidak sesuai, menggerakkan bibir
sedang, secara bersalah, dan takut serta mencoba tanpa menimbulkan suara,
umum, halusinasi untuk berfokus pada penenangan pergerakan mata yang cepat,
bersifat pikiran untuk mengurangi ansietas. respon verbal yang lambat, diam
menyenangkan Individu mengetahui bahwa pikiran dan dipenuhi oleh sesuatu yang
dan pengalaman sensori yang mengasyikkan.
dialaminya tersebut dapat
dikendalikan jika ansietasnya bias
diatasi
(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem syaraf otonom
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, klien yang menunjukkan ansietas,
ansietas tingkat mulai lepas kendali dan mungkin seperti peningkatan nadi,
berat, secara umum, mencoba untuk menjauhkan pernafasan, dan tekanan darah;
halusinasi menjadi dirinya dengan sumber yang penyempitan kemampuan
menjijikkan dipersepsikan. Klien mungkin konsentrasi, dipenuhi dengan
merasa malu karena pengalaman pengalaman sensori dan
sensorinya dan menarik diri dari kehilangan kemampuan
orang lain. membedakan antara halusinasi
(Psikotik ringan) dengan realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti petunjuk
Controlling-ansietas perlawanan terhadap halusinasi dan yang diberikan halusinasinya
tingkat berat, menyerah pada halusinasi tersebut. daripada menolaknya, kesukaran
pengalaman sensori Isi halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan orang lain,
menjadi berkuasa dapat berupa permohonan. Klien rentang perhatian hanya beberapa
mungkin mengalarni kesepian jika detik atau menit, adanya tanda-
pengalaman sensori tersebut tanda fisik ansietas berat :
berakhir. (Psikotik) berkeringat, tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-teror seperti
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan jika panik, berpotensi kuat melakukan
halusinasi menjadi klien tidak mengikuti perintah. bunuh diri atau membunuh orang
lebih rumit, melebur Halusinasi bisa berlangsung dalam lain, Aktivitas fisik yang
dalam halusinasinya beberapa jam atau hari jika tidak merefleksikan isi halusinasi
ada intervensi terapeutik. seperti amuk, agitasi, menarik
(Psikotik Berat) diri, atau katatonia, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu orang.

F. Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam,
asyik dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,perubahan
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998) dalam
Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan, paling
sering suara kata yang jelas, berbicara dengan
klien bahkan sampai percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi.
Pikiran yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang-kadang
dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya,


gambar giometris, gambar karton dan atau
panorama yang luas dan komplek. Penglihatan
dapat berupa sesuatu yang menyenangkan
/sesuatu yang menakutkan seperti monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine,


fases umumnya baubau yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penciuman
biasanya sering akibat stroke, tumor, kejang /
dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,


urine, fases.

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa


stimulus yang jelas rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah


divera (arteri), pencernaan makanan.

Kinestetik Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa


bergerak

G. Pohon Masalah
H. Mekanisme Koping
Pada klien skizofrenia , klien berusaha untuk melindungi dirinya dalam pengalaman yang
disebabkan oleh penyakitnya . klien akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan
yang dialaminya , melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan
menarik diri yhang berhubungan dengan masalah membangun kepercayaan dan keasyikan
terhadap pengalaman internal (Stuart, 2009).

I. Konsep Teori Keperawatan


1. Data yang perlu dikaji
1) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
a. Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.Klien suka membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.Riwayat
perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
b. Data Objektif :
Mata merah, wajah agak merah.Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai:
berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.Ekspresi marah saat
membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang.
2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi
a. Data Subjektif
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
- Klien merasa makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
- Klien ingin memukul/melempar barang-barang
b. Data Objektif
- Klien berbicara dan tertawa sendiri
- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
3) Isolasi sosial : menarik diri
a. Data Subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan
singkat ”tidak”, ”ya”.
b. Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang lain, berdiam
diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam), kontak mata
kurang, menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi
tidur seperti janin (menekur).

2. Diagnosa keperawatan
1) Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan halusinasi pendengaran
2) Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran berhubungan dengan
menarik diri
3) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

3. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien
1) Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
b) Pasien dapat mengontrol halusinasi
c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
2) Tindakan keperawatan
a) Bantu pasien menganli halusinasi
b) Melatih pasien mengontrol halusinasi
1) Menghardik halusinasi
2) Bercaka-cakap dengan orang lain
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal
4) Minum obat secara teratur

4. Strategi pelaksanaan
SP1P
1) Mengidentifikasi jenis Halusinasi Klien.
2) Mengidentifikasi isi Halusinasi Klien.
3) Mengidentifikasi Wakti Halusinasi Klien.
4) Mengidentifikasi Frekuensi Halusinasi Klien.
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan Halusinasi Klien,
6) Mengidentifikasi respon- klien terhadap Halusinas Klien.
7) Mengajarkan klien menghardik Halusinasi.
8) Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik ke dalam kegiatan harian.
SP2P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Melatih klien mengendalikan Halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
3) Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
SP3P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih klien mengendalikan Halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
3) Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
SP4P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2) Memberikan penkes tentang penggunaan obat secara teratur.
3) Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
SP1K
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian Halusinasi, jenis
Halusinasi yang dialami klien, tanda dan gejala Halusinasi, serta proses
terjadinya Halusinasi.
3) Menjelaskan cara merawat klien dengan Halusinasi.
SP2K
1) Melatih keluarga mempraktikkan car merawat klien dengan Halusinasi.
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien
Halusinasi.
SP3K
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat
(discharge planning).
2) Menjelaskan Pollow Up klien setelah pulang
RUFA (Respon Umum Fungsi Adaftif) Halusinasi

Domain Intensif I Intensif II Intensif III

1 - 10 11 – 20 21 – 30

Penilaian  Penilaian realitas  Mulai dapat  Pasien sudah


realitas terganggu, pasien membedakan yang mengenal
tidak bisa nyata dan yang halusinasinya
membedakan yang tidak nyata.  Berfikir logis
nyata dan yang  Kadang-kadang  Persepsi adekuat
tidak nyata. mengalami
 Halusinasi dianggap gangguan pikiran
nyata
Perasaan  Panik  Cemas berat  Cemas sedang
 Reaksi emosinal  Emosi sesuai
berlebihan atau dengan kenyataan
berkurang, mudah
tersinggung
Perilaku  Pasien kehilangan  PK secara verbal  Perilaku sesuai
control diri,  Bicara, senyum dan  Ekspresi tenang
melukai diri sendiri, tertawa sendiri  Frekwensi
orang lain dan  Mengatakan munculnya
lingkungan akibat mendengar suara, halusinasi jarang
mengikuti isi melihat, mengecap,
halusinasinya mencium dan atau
 PK secara verbal merasa sesuatu
 Kegiatan fisik yang yang tidak nyata.
merefleksikan isi  Sikap curiga dan
halusinasi seperti permusuhan
amuk, agitasi,  Frekwensi
memukul atau munculnya
melukai orang halusinasi sering
secara fisik, serta
pengerusakan
secara lingkungan
 Gejala di atas
ditemukan secara
terus-menerus pada
pasien

Anda mungkin juga menyukai