Pembimbing :
dr. Ayu Nur Ain H., Sp.KK
Disusun Oleh :
Fatimah Qonitah Diyanah (1813020038)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.KH
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 29 tahun
Alamat : Slawi
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : S1
Status Pernikahan : Sudah menikah
Suku Bangsa : Jawa
II. ANAMNESIS
Anamnesis dengan pasien dilakukan pada hari Selasa, tanggal 17 Desember 2019
pukul 11.00 WIB di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD DR. Soeselo Slawi.
Keluhan Utama
Gatal-gatal
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita berusia 29 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan ke
luhan gatal-gatal pada lengan bawah tangan kiri dan kedua punggung kaki. Keluhan diras
akan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasakan kulit lengan bawah tangan kiri
dan punggung kaki muncul bintik-bintik merah dan terasa sangat gatal gatal.
Satu bulan yang lalu, pasien mengaku secara tiba-tiba pasien merasakan lengan
bawah tangan kiri dan kedua punggung kaki pasien terasa sangat gatal dan disertai keluar
beruntus-beruntus yang kecil lebih kecil dari ukuran jarum pentul. Awalnya beruntus itu
padat namun akibat rasa gatal yang tidak tertahankan pasien memutuskan untuk
menggaruknya, beruntus itu lalu pecah dan mengeluarkan air. Awalnya beruntus yang
timbul itu kecil namun semakin lama semakin banyak dan menjadi bentuk lingkaran.
Karna gatal, dan sering digaruk, beruntusan itu mengeluarkan darah dan tidak sembuh
juga, malah menjadi basah dan berair serta mengeluarkan cairan kuning terutama pada
bagian lengan bawah tangan kiri pasien. Pasien mengaku belum pernah berobat
sebelumnya.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan belum pernah melakukan pengobatan sebelumnya
dikarenakan pasien berasumsi bahwa luka tersebut akan sembuh sendiri.
Riwayat Kebiasaan
Pasien mandi 2 kali sehari, memakai handuk sendiri, di lap sampai kering, dan air
di rumah menggunakan air sumur. Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat –
obatan. Pasien juga mengaku sedang tidak dalam masalah atau stress.
3. Distribusi : Regional
Ad region : Dorsum pedis sinistra
Lesi :Soliter, Numular , diameter 1 cm, berbatas tegas, permukaan kulit
kering.
Efloresensi : Plak eritema, skuama halus, erosi.
V. RESUME
Seorang wanita berusia 29 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan ke
luhan gatal-gatal pada lengan bawah tangan kiri dan kedua punggung kaki. Keluhan diras
akan sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasakan kulit lengan bawah tangan kiri
dan punggung kaki muncul bintik-bintik merah dan terasa sangat gatal gatal.
Satu bulan yang lalu, pasien mengaku secara tiba-tiba pasien merasakan lengan
bawah tangan kiri dan kedua punggung kaki pasien terasa sangat gatal dan disertai keluar
beruntus-beruntus yang kecil lebih kecil dari ukuran jarum pentul. Awalnya beruntus itu
padat namun akibat rasa gatal yang tidak tertahankan pasien memutuskan untuk
menggaruknya, beruntus itu lalu pecah dan mengeluarkan air. Awalnya beruntus yang
timbul itu kecil namun semakin lama semakin banyak dan menjadi bentuk lingkaran.
Karna gatal, dan sering digaruk, beruntusan itu mengeluarkan darah dan tidak sembuh
juga, malah menjadi basah dan berair serta mengeluarkan cairan kuning terutama pada
bagian lengan bawah tangan kiri pasien. Pasien mengaku belum pernah berobat
sebelumnya.
Dari pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan adanya lesi soliter berdiameter
1,5 cm, berbatas tegas dan permukaan basah pada lengan bawah tangan kiri pasien. Ujud
kelainan kulit yang ditemukan berupa plak eritema disetrai dengan krusta purulenta dan
juga sentral healing.
Punggung kaki kanan pasien terdapat lesi multiple plak dengan bentuk yang tidak
teratur dengan ukuran 3x2 cm batas tegas dan permukaan kulit sebagian kering dan
sebagian basah karena adanya eros- eksoriasi. Ujud kelainan kulit yang ditemukan pada
region ini berupa plak eritema, adanya skuama halus dan erosi-eksoriasi.
Punggung kaki kiri pasien terdapat lesi soliter dengan bentuk nummular, diameter
1 cm, berbatas tegas dan permukaan kulit kering Ujud kelainan kulit pada region ini
berupa plak eritema, skuama halus dan erosi.
IX. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
a. Memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita oleh pasien
b. Mengedukasi pasien untuk tidak menggaruk lukanya dan melindungi lukanya
dengan kassa steril agar tidak bergesekan dengan benda lain yang kemudian
dapat memperparah dan memperlambat penyembuhan luka.
c. Menyarankan pasien untuk tidak terlalu sering mandi dengan air dingin agar
kulit pasien tidak terlalu kering
d. Memberikan edukasi tentang cara mengompres luka , yaitu dengan kassa steril
yang dibasahi larutan NaCl 0,9 % selama 1 jam dengan tujuan agar krusta dan
luka dapat mongering dan segera terangkat
e. Mengedukasi untuk menghindari makanan, paparan apapun yang dapat
menyebabkan alergi pada pasien.
f. Memberikan edukasi mengenai prognosis, informasi mengenai penyakit, serta
terapi dan penggunaan terapi dengan benar.
2. Medikamentosa
a. Sistemik
- Metilprednisolon 16 mg/hari selama 7 hari
- Cetirizine 10 mg/ hari (jika perlu)
b. Topikal
- Flusinolon asetoid 0,025 % dioleskan pagi dan sore setelah mandi.
- Asam Fusidat 2% dioleskan pagi dan sore setelah mandi.
X. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Ad bonam
- Quo ad fungtionam : Ad bonam
- Quo ad sanationam : Ad bonam
- Quo ad kosmetikum : Ad bonam
DERMATITIS NUMULARIS
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang merupakan respon terhadap pengaruh
faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi y
ang polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Ta
nda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorf
k). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Nama lain dari dermatitis nummular a
dalah ekzem diskoid, ekzem numular, nummular eczematous dermatitis. Terdapat beberapa
klasifikasi dermatitis berdasarkan lokasi kelainan, penyebab, usia, faktor konstitusi.
Dermatitis numular merupakan suatu peradangan dengan lesi yang menetap, denga
n keluhan gatal, yang ditandai dengan lesi berbentuk uang logam, sirkular atau lesi oval ber
batas tegas, umumnya ditemukan pada daerah tangan dan kaki. Lesi awal berupa papul dise
rtai vesikel yang biasanya mudah pecah.
I. EPIDEMIOLOGI
Dermatitis numular angka kejadiannya pada usia dewasa lebih sering pada laki-laki d
ibandingkan wanita, onsetnya pada usia antara 55 dan 65 tahun. Penyakit ini jarang pada a
nak-anak, jarang muncul dibawah usia 1 tahun, hanya sekitar 7 dari 466 anak yang menderi
ta dermatitis numular dan frekuensinya cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan u
mur.
II. ETIOLOGI
Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui. Namun demikian banyak faktor pred
isposisi, baik predisposisi primer maupun sebagai predisposisi sekunder telah diketahui seb
agai agen etiologi. Staphylococci dan micrococci diketahui sebagai penyebab langsung mel
alui mekanisme hipersensitivitas. Namun demikian, perannya secara patologis belum juga
diketahui. Dalam beberapa kasus, adanya tekanan emosional, trauma lokal seperti gigitan s
erangga dan kontak dengan bahan kimia mungkin dapat mempengaruhi timbulnya dermatit
is numular, tetapi bukan merupakan penyebab utama. Penyakit ini umumnya cenderung me
ningkat pada musim dingin, juga dihubungkan dengan kondisi kulit yang kering dan frekue
nsi mandi yang sering dalam sehari akan memperburuk kondisi penyakit ini.
III. PATOFISIOLOGI
Dermatitis numular merupakan suatu kondisi yang terbatas pada epidermis dan dermi
s saja. Hanya sedikit diketahui patofisiologi dari penyakit ini, tetapi sering bersamaan deng
an kondisi kulit yang kering. Adanya fissura pada permukaan kulit yang kering dan gatal d
apat menyebabkan masuknya alergen dan mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit.
Suatu penelitian menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia ya
ng lebih tua terutama yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus alergi. Barrier pad
a kulit yang lemah pada kasus ini menyebabkan peningkatan untuk terjadinya dermatitis ko
ntak alergi oleh bahan-bahan yang mengandung metal. Karena pada dermatitis numular ter
dapat sensasi gatal, telah dilakukan penelitian mengenai peran mast cell pada proses penya
kit ini dan ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell pada area lesi dibandingkan are
a yang tidak mengalami lesi pada pasien yang menderita dermatitis numularis. Suatu peneli
tian juga mengidentifikasi adanya peran neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada der
matitis numular dan dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara mast cell dengan sa
raf sensoris dan mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan dermis dari p
asien dengan dermatitis numular. Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan hista
min dan mediator inflamasi lainnya dari mast cell yang kemudian berinteraksi dengan neur
al C-fibers dapat menimbulkan gatal. Para peneliti juga mengemukakan bahwa kontak der
mal antara mast cell dan saraf, meningkat pada daerah lesi maupun non lesi pada penderita
dermatitis numular. Substansi P dan kalsitonin terikat rantai peptide meningkat pada daera
h lesi dibandingkan pada non lesi pada penderita dermatitis numular. Neuropeptida ini dap
at menstimulasi pelepasan sitokin lain sehingga memicu timbulnya inflamasi.
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis dari pasien d
ermatitis numular menurunkan aktivitas enzim chymase, mengakibatkan menurunnya kema
mpuan menguraikan neuropeptida dan protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan menuru
nnya kemampuan enzim untuk menekan proses inflamasi.
IV. GEJALA KLINIS
** Gambar 2 : Lesi yang khas berbentuk koin dari dermatitis numularis pada tangan dari p
enderita.
Gambaran diatas dapat disimpulkan ada 3 bentuk klinis dermatitis numular yaitu;
1. Dermatitis numular pada tangan dan lengan.
Kelainannya terdapat pada punggung tangan serta di bagian sisi atau punggung jari-jari
tangan. Sering dijumpai sebagai plak tunggal yang terjadi pada sisi reaksi luka bakar, kimia
atau iritan. Lesi ini jarang meluas.
2. Dermatitis numular pada tungkai dan badan.
Bentuk ini merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Pada sebagian kasus, kelainan
sering didahului oleh trauma lokal ataupun gigitan serangga. Umumnya kelainan bersifat
akut, persisten dan eksudatif. Dalam perkembangannya, kelainan dapat sangat edematous
dan berkrusta, cepat meluas disertai papul-papul dan vesikel yang tersebar. Pada Dermatitis
numular juga sering dijumpai penyembuhan pada bagian tengah lesi, tetapi secara klinis
berbeda dari bentuk lesi tinea. Pada kelainan ini bagian tepi lebih vesikuler dengan batas
relatif kurang tegas. Lesi permulaan biasanya timbul di tungkai bawah kemudian menyebar
ke kaki yang lain, lengan dan sering ke badan.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik. Untuk membedakann
ya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena kontak diperlukan patch test dan prick test unt
uk mengidentifikasikan bahan kontak. Pemeriksaan KOH untuk membedakan tinea dengan derm
atitis numular yang mempunyai gambaran penyembuhan di tengah. Jika ada kondisi lain yang sa
ngat mirip dengan penyakit ini sehingga sulit untuk menentukan diagnosisnya (contohnya pada ti
nea, psoriasis) dapat dilakukan biopsi.
VI. DIAGNOSIS
Dermatitis numular dapat didiagnosis berdasarkan anamnesis dan gejala klinis. Ti
ngkat gatal dan terjadinya likenifikasi akan membedakannya dari neurodermatitis. Distrib
usi lesi biasanya pada kedua lutut, kedua siku dan kulit kepala. Pada psoriasis, lesinya ker
ing, skuamanya lebih tebal dan iritasinya lebih ringan, patch test dan prick test akan mem
bantu mengidentifikasikan penderita dengan dermatitis kontak.
VII. DIAGNOSIS BANDING
*Gambar 3 : Bentuk lesi dari neurodermatitis pada daerah tengkuk leher, pergelanga
n tangan dan punggung kaki.
Morfologi klinis primer antara dermatitis kontak dan dermatitis numular sering sulit
untuk dibedakan. Pada dermatitis kontak biasanya lokal, dan ditemukan riwayat kont
ak sebelumnya. Untuk membedakan dapat dilakukan pemeriksaan patch test atau pri
ck test.
* Gambar 4 : Bentuk lesi dari dermatitis kontak alergi yang lesinya muncul akibat p
enggunaan plester dan reaksi sinar matahari.
3. Pitiriasis rosea
Merupakan peradangan yang ringan dengan penyebab yang belum diketahui. Banyak
diderita oleh wanita yang berusia antara 15 dan 40 tahun terutama pada musim semi
dan musim gugur. Gambaran klinisnya bisa menyerupai dermatitis numular. Tetapi u
mumnya terdapat sebuah lesi yang besar yang mendahului terjadinya lesi yang lain.
Lesi tambahan cenderung mengikuti garis kulit dengan distribusi pohon cemara dan
biasanya disertai dengan rasa gatal yang ringan. Lesi-lesi tunggal berwarna merah m
uda terang dengan skuama halus. Bisa juga lebih eritematus. Pitiriasis rosea berakhir
antara 3-8 minggu dengan penyembuhan spontan.
*Gambar 6 : Bentuk lesi pada pitiriasis rosea dengan lesi awalnya lebih besar dan m
engikuti garis kulit yang berbentuk seperti pohon cemara.
4. Dermatitis atopik
Umumnya pada pasien dengan lesi pada tangan. Patch test dan prick test dapat memb
antu jika terdapat riwayat dermatitis atopik.
**Gambar 7 : Bentuk lesi dermatitis atopik persisten pada daerah telapak tangan dan
daerah dada.
VIII. PENATALAKSANAAN
IX. PROGNOSIS
Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau perjalanan penyakit dari d
ermatitis numular yang cenderung sering berulang. Mencegah atau menghindari dari fakto
r-faktor yang memperburuk atau meningkatkan frekuensi untuk cenderung berulang denga
n menggunakan pelembab pada kulit akan sangat membantu mencegah penyakit ini.
X. KESIMPULAN
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pe
ngaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa eflore
sensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. B
entuk dermatitis ini sering mengenai remaja, dewasa muda dan umur yang lebih tua serta j
arang pada anak-anak dengan riwayat dermatitis atopi. Penyebabnya tidak diketahui. Bentu
k-bentuk infeksi lainnya pada dermatitis, seperti adanya kolonisasi Staphylococcus aureus,
yang mana dapat memperberat kondisi penyakitnya walau tidak tampak pada gejala klinis.
Pada satu studi menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan usia yan
g lebih tua, terutama yang sangat sensitif dengan aloealergi. Umumnya prognosis dari peny
akit ini adalah baik dan dapat sembuh dengan pengobatan topikal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam,
cetakan pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI : 2010
2. Gerd P, Thomas J Dhermatophyte . Terdapat dalam : Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine : New York : McGraw-Hill : 2003
3. Siregar RS, Atlas Berwarna Saripati Kulit : Edisi Kedua Jakarta : EGC : 2002