Anda di halaman 1dari 17

Makalah

(ASKEP WAHAM DAN HALUSINASI)

oleh:

KELOMPOK II
MUKMINA
DINA FEBRIANA

Stikes Marendeng Majene


Tahun pelajaran 2018/2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................    


HALAMAN PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Pengertian wahana dan halusinasi …………………………………………………………
B. Askep halusinasi dan wahana …………………………………………………
C. …………………………………………….

BAB III PENUTUP


A. Simpulan......................................................................................................
B. Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan pada Allah SWT karena dengan ridhonya kami menyususn serta dapat
menyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam tak lupa pula kami ucapkan kepada nabi besar
muhammad SAW beserta pengikut beliau dari dahulu, pada dosen mata kuliah ASKEP WAHAM DAN
HALUSINASI. yang telah memberikan kami bimbingan serta pengajaran kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan hasil makalah kami ini.

Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan
makalah ini tapi kami mengetahui makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu kami mohon
kritik serta saran yang kiranya dapat membangun bagi kami sehingga akmi dapat menyelesaikan
makalah ini menjadi lebih baik. Kami berharap selain untuk memenuhi nilai kami dalam mata kuliah.
makalah ini juga dapat bermanfaat bagi teman-teman dan seluruh pembacanya.

Majene,29 april 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama dinegara-negara maju.
Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan tersebut dapan menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. Hawari, 2001)

Prevalensi gangguan waham menetap didunia sangat bervariasi, berdasarkan beberapa literatur,
pravalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan
pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%. Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan
bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang takterkendali, serta dambaan-
dambaan atau harapan yang tidak dikunjungi sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat
berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (kartono,
1981).

Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berfikir dan orientasi realitas. Individu
tidak mampu membedakan rangsangan internal dan eksternal. Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi
sensori dari suatu obyek tanpa adanya suatu rangsangan dari luar, gangguan persepsi ini meliputi panca
indra.

Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas, klien
hidup didunianya sendiri dan merasa terganggu dalam interaksi social, komunikasi susah, dan kadang-
kadang membahayakan diri klien, orang lain maupun lingkungan, orang lain maupun lingkungan,
menunjukkan bahwa klien memerlukan pendekatan asuhan keperawatan secara intensif dan
komperensif.

2. Rumusan masalah
Bagaimana konsep gangguan jiwa, konsep waham, halusinasi, dan asuhan keperawatan.
3. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang gangguan jiwa dengan masalah.
4. Tujuan khusus
Supaya nahasiswa mampu menjelaskan:
 Konsep gangguan jiwa
 Konsep waham
 Konsep halusinasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP GANGGUAN JIWA

Gangguan jiwa adalah sindrom atau perilaku yang secara klinis bermakna yang berkaitan langsung
distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya (desabilitas) pada satu atau lkebih fungsi kehidupan
manusia.

Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, social, dan spiritual. Secara gangguan
fungsi jiwa yang dialami seseorang individu dapat dilihat dari penampilan, komunikasi, proses berfikir,
interaksi dan aktifitasnya sehari-hari.

1. Psikotik
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh.
Dibagi menjadi dua:
 Gangguan psikotik akut adalah gangguan yang terjadi dengan awitan yang akut
(dalam masa 2minggu atau kurang) dengan gejala-gejala psikotik yang menjadi
nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan
sehari-hari, ada sindrom yang khas, ada stress akut yang berkaitan, dan tidak
diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung.
 Gangguan psikotik kronik adalah suatu gangguan dengan gejala negative
skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang
jelas dimasa lampau, sedikitnya sudah melampaui kurung waktu satu tahun
dengan intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan
halusinasi.
2. Depresi

Depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan sedih yang berkepanjangan, proses
piker melambat disertai penurunan motivasi dan perilaku lamban yang terkesan malas (trias
depresi).

3. Panik

Diartikan sebagai gangguan akibat kecemasan yang memuncak dan pasien yang
merasakan “rasa yang tak dapat dijelaskan”. Seringkali disertai dengan keluhan fisik atau
aktifitas motorik tertentu. Ini adalah gangguan yang lazim dan dapat diobati.

4. Gangguan penyesuaian
Adalah keluhan kejiwaan dalam berbagai bentuk setelah mengalami trauma.
B. KONSEP MASALAH WAHAM
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain bertantangan dengan realita normal
(stuart dan sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini bersal dari
pemikiran klien dimana sudah kehilangan control(dep kes RI, 1994).
2. Proses terjadinya waham
Fase lack of huma need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dan dapat terjadi pada orang-orang dengan
status social dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara social dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesanjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis disunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh
rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.
Fase lack off self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesanjangan anatara self ideal
dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
Fase control internal eksternal
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan
adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi
menghadapi kenyataan bagi klien sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.
Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungan menyebabkan klien
merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai sesuatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak
ada lagi perasan dosa saat berbohong.
C. ASUHAN KEPERAWATAN MASALAH WAHAM
1. PENGKAJIAN
Menurut tim depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk
menentukan masalah keperawatan. Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat
dan tinggal dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:
 Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topic pembicaraan.
 Keluhan utama/alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
dating kerumah sakit, yang lelah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah
dan perkembangan yang dicapai.
 Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami penganiyaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga factor yang mungkin mengakibatkan
terjadinya gangguan:
 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
 Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau ssp, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prental, neonates dan anak-anak.
 Social budaya
Seperti kemiskinan,konflik social budaya
(peperangan,kerusuhan,kerawanan),kehidupan yang terisolasi stress
yang menumpuk.
 Aspek fisik/biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital:td,nadi,suhu,pernafasan.ukur
tinggi badan dan berat badan,kalau perlu kaji fungsi orang kalau ada keluhan.
 Aspek psikososial
 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga,masalah yang
terkait dengan komonikasih,pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri
 Citra tubuh:mengenai presepsi klien terhadap tubuhnya,bagian yang di
sukai dan tidak disukai.
 Identitas diri:status dan posisi klien sebelum di rawat,kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-
laki/perempuan.
 Peran:tugas yang di emban dalam keluarga/kelompok dan masyarakat
dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
 Ideal diri:harapan terhadap tubuh,posisi,status,tugas,likungan dan
penyakitnya.
 Aspek medic
Terapi yang di terima oleh klien: ECT,terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi,
terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan klien supaya dapat melaksankan sosialisasi secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.

Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:

1. Waham kebesaran. Meyakini bahwa iya memiliki kebesaran atau kekusaan khusus, di
ucapkan berulang kali tetapi tdk sesuai kenyataan.
2. Waham curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
3. Waham agama. Memiliki keyakinan terhadap sesuatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
4. Waham somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu terserang
penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
5. Waham nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/ meninggal, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.

2. Diagnosis keperawatan

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah:

 Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan dan berhubungan dengan waham.
 Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

3. perencanaan dan intervensi keperawatan

a. perencanaan keperawatan

tindakan keperawatan untuk pasien

Tujuan tindakan:

1. Pasien dapat beriorientasi kepada realitas secara bertahap.


2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
3. Pasien mampu beriteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4. Pasien menggunakan obat dengan teratur.

Tindakan keperawatan:

1. Bina hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, bina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman berinteraksi.
Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2. Bantu orientasi realita
a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
b. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
c. Observasi pengaruh waham terhadap aktifitas sehari-hari
d. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan
dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya.
e. Fokuskan pembicaraan pada realitas (mis, memanggil nama pasien, menjelaskan hal yang
sesuai realita).
f. berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realita.
3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhisehingga menimbulkan
kecemasan, rasa takut dan marah. Misalnya yang menyangkut masalah-masalah kecil, dirumah,
dikantor, hubungan dengan keluarga, ditempat pekerjaan atau harapan-harapan yang selama ini
tidak tercapai.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat yang lalu dan saat ini.
6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
7. Libatkan pada kegiatan sehari-hari dirumah sakit serta tingkatkan aktifitas yang dapat
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, misalnya menggambar, bernyanyi, membuat
puisi, religious terapi, dsb.
8. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realita seperti cara-cara mengisi
waktu, cara meningkatkan keterampilan yang mendatangkan uang, cara belajar menjahit,
menjaga kebersihan, dsb.
9. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan efek samping obat yang
diminum serta cara meminum obat yang benar).
10. Libaatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien, cara merawqat
klien dengan waham dirumah, follow up dan keteraturan pengobatan serta lingkungan yang
tepat untuk klien.

b. intervensi dan rasional

1. diagnosa 1: resiko mencedarai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.

Tujuan umum: klien tidak mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.

Tujuan khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional: hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan


interaksinya.

Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujun
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu,
tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima
keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertqai ekspresi menerima, katakan
perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi
waham klien.
 Yakinlah klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada ditempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
 Observasi apakah wahamnya menggagnggu aktivitas harian dan perawatan diri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Rasional : dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan
perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya
memikirkannya.

Tindakan :

 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.


 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang
realistis.
 Tanyakan apa yang biasa yang dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat
ini (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak
ad, perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
c. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Rasional : dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut
sehingga klien merasa nyaman dan aman.

Tindakan :

 Observasi kebutuhan klien sehari-hari


 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik sselama dirumah maupun
dirumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
tenaga (buat jadwal jika mungkin).
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
d. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Rasional : menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari
pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada.

Tindakan :

 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
 Sertakan klien dalam terapi aktifitas kelompok: orientasi realitas
 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
e. Klien dapat menggunakan obat
Rasioanal : penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.

Tindakan :

 Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara
dan waktu).
 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
f. Klien dapat dukungan dari keluarga
Rasional: dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan membantu proses
penyembuhan klien.

Tindakan :

 Diskusikan dengan keluarga dengan melakukan pertemuan keluarga tentang: gejala


waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
 Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.
2. Diagnosa 2: perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

Tujuan umum: klien tidak mengalami perubahan isi pikir.: waham kebesaran.

Tujuan khusus:

 Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarin diri dengan kriteria evaluasi, klien dapat
menyetahui penyebabnya.
 Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan ddengan orang lain.
a. kaji pengetahuan klien dengan perilaku menarik diri sehingga dapat mengenali
tanda-tanda menarik diri.
Rasional : klien dapat mengenali tanda-tanda menarik diri sehingga memudahkan
perawat memberikan intervensi selanjutnya.
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama penyebab
perilaku menarik diri.
Rasional : klien dapat menngungkapkan penyebab perilaku menarik diri dapat
membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan.
c. Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
bila tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan dengan
orang lain.

4. Evaluasi

 klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


 klien menyadari kaitan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan keyakinan (waham) saat ini
 klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
 keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
 klien menggunakan obat sesuai program.

A. Pengertian
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang
terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun
histerik (Maramis, 2005). Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan bentuk
kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik
yang adekuat.

B. Jenis-Jenis Halusinasi

Stuart dan Sundeen’s (2004) menyebutkan “hallucinations may occur in any of the five major sensory
modalities including : auditory (sound), visual (sight), tactile (touch), gustatory (taste) and olfactory
(smell)”. Arti dari kalimat di atas, Stuart dan Sundeen’s menyebutkan bahwa jenis-jenis halusinasi dapat
terjadi disalah satu dari lima modalitas sensorik utama termasuk pendengaran (suara), visual (melihat),
taktil (sentuhan), gustatory (rasa) dan penciuman (bau).

C. Tanda dan Gejala

Menurut Keliat (1999) dikutip oleh Syahbana (2009) tanda dan gejala klien dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi adalah :

1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri;

2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain;

3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata;

4. Tidak dapat memusatkan perhatian;

5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dantakut;

6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

D. Faktor Penyebab

1. Faktor Predisposisi

Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :

a. Faktor Perkembangan

b. Faktor Sosiokultural

c. Faktor Biokimia

d. Faktor Psikologis

e. Faktor Genetik dan Pola Asuh

2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah :

a. Biologis

b. Stress lingkungan

c. Sumber koping

d. Rentang Respon

Gambar Rentang Respon Halusinasi ( Stuart & Sundeen, 2007 )

g. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk
teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi :

a. Identitas klien

b. Keluhan utama atau alasan masuk

c. Faktor predisposisi

d. Aspek fisik atau biologis

e. Aspek psikososial

f. Status mental

g. Kebutuhan persiapan pulang

h. Mekanisme koping

i. Masalah psikososial dan lingkungan

j. Pengetahuan

k. Aspek medik

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Stuart dan Laraia yang dikutip oleh Keliat (2005) diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau
penilaian terhadap pola respons klien baik aktual maupun potensial.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul klien dengan masalah utama perubahan persepsi sensori :
halusinasi menurut Yosep (2009) adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan.

b. Perubahan persepsi sensori halusinasi

c. Isolasi sosial.

d. Harga diri rendah kronis.

3. Perencanaan

Intervensi keperawatan atau perencanaan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi keperawatan dipilih untuk
membantu pasien dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan (Doenges,
1999).

Intervensi keperawatan klien dengan masalah utama perubahan persepsi sensori halusinasi (Komite
Keperawatan RSKD. Atma Husada Mahakam Samarinda, 2009) adalah :

a. Tujuan

Klien mampu membina hubungan saling percaya.

b. Kriteria evaluasi

Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keadaannya saat ini secara verbal.

c. Intervensi

SP. 1 P

1) Salam terapeutik;

2) Perkenalkan diri;

3) Jelaskan tujuan interaksi;

4) Ciptakan lingkungan yang tenang;

5) Buat kontrak yang jelas;

6) Yakinkan bahwa kerahasiaan pasien senantiasa terjaga;

7) Tanyakan harapan terhadap pertemuan.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk
intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi
yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan
melakukan tehnik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistemis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien
(Keliat, 2005). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir. S,
merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur
dengan menanyakan “bagaimana perasaan Ibu setelah latihan nafas dalam?”.

O, merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat
diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan. Atau menanyakan kembali
apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi.

A, adalah analisis ulang atas data subjektif atau objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang ada. Dapat pula
membandingkan hasil dengan tujuan.

P, merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien yang terdiri
dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut oleh perawat.

6. Dokumentasi

Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting dari praktik keperawatan yaitu sebagai segala
sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu
yang berwenang. Dokumentasi keperawatan juga mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien
yang komprehensif, juga layanan yang diberikan untuk perawatan klien (Potter & Perry, 2005).
Dokumentasikan semua tindakan beserta respon klien (Keliat, 2005).
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola yang secara klinis bermakna yang berkaitan langsung
disstres (penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan
manusia. Salah satu gangguan jiwa yang sering terjadi pada masyarakat, yaitu waham. Waham adalah
keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah
secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol.

2. SARAN

Anda mungkin juga menyukai