Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH
GRESIK
AKUNTANSI PERPAJAKAN
SEMESTER VI

2 Pembukuan & Pencatatan WPOP/WPB


Dosen Pengampu:
Abdullah Mujaddid, SE, MM, BKP

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Akuntansi
TA 2020/2021
Materi Pembelajaran : AKUNTANSI PERPAJAKAN (AKPA)

1. Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan; (M1)


2. Kewajiban Melakukan Pembukuan dan Pencatatan untuk WPOP & WPB; (M2, M3)
3. Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal; (M6)
4. Rekonsiliasi / Koreksi Fiskal; (M7, M8)
(memahami Akuntansi Pajak atas Pos-Pos Laporan Keuangan)
5. Akuntansi Pajak Tangguhan dan Pajak Penghasilan; (M9)
6. Akuntansi Pajak atas Kas/bank, Piutang dan Persediaan; (M10)
7. Akuntansi Pajak atas Aktiva; (M11)
8. Akuntansi Pajak atas Kewajiban dan Modal; (M12)
9. Akuntansi Pajak atas PPN & PPnBM (M13)
10. Akuntansi Pajak atas Leasing, Jasa Konstruksi, Mata Uang Asing, dan Revaluasi AT; (M14)
UTS/UAS Tentatif
DEFINISI PEMBUKUAN & PENCATATAN (M2)

Dalam Pasal 1 angka 29 UU KUP, disebutkan bahwa pembukuan adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak
tersebut.
Sementara, pencatatan merupakan pengumpulan data secara teratur tentang peredaran
atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang
dikenai pajak yang bersifat final. Hal ini sesuai dengan Pasal 28 ayat (9) UU KUP.
KETENTUAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

UU KUP mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak dalam
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. Wajib pajak yang melakukan
pembukuan harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan
atau kegiatan usaha yang sebenarnya;
2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing
yang diizinkan oleh Menteri Keuangan;
3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas;
4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
dapat diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan;
dan
5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang.
SYARAT PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

Wajib Pajak yang melakukan pencatatan, harus memenuhi syarat-syarat berikut, yaitu:

1. Pencatatan harus menggambarkan antara lain:


 peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima
dan/atau diperoleh;
 penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan
pajaknya bersifat final;
2. Bagi wajib pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha,
pencatatan harus menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha
dan/atau tempat usaha yang bersangkutan; dan
3. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan, wajib pajak orang pribadi harus
menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban.
Pembukuan dalam Bahasa Asing dan
Mata Uang Selain Rupiah

Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 196/PMK.03/2007 yang telah diubah terakhir
dengan PMK No. 1/PMK.03/2015, Wajib Pajak yang diperkenankan menggunakan Bahasa
Inggris dan mata uang dolar AS adalah:
1) Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu wajib pajak yang beroperasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan PMA;
2) Wajib Pajak dalam rangka kontrak karya, yaitu wajib pajak yang beroperasi berdasarkan
kontrak dengan Pemerintah RI sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi;
3) Wajib Pajak dalam rangka kontrak kerja sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
4) Bentuk Usaha Tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) UU
Pajak Penghasilan (PPh) atau menurut Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang
terkait;
5) Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di bursa
efek luar negeri;
Lanjut……2
Lanjutan…2/

6) Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi mata uang
dolar AS dan telah memperoleh surat pemberitahuan efektif pernyataan pendaftaran dari
badan pengawasa pasar modal-lembaga keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan pasar modal;
7) Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan
induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b UU PPh; atau
8) Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang dolar AS sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku di Indonesia.
Wajib menyelenggarakan pembukuan adalah wajib pajak badan dan wajib pajak pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
Wajib menyelenggarakan pencatatan adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari
4,8 miliar rupiah dan wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
Tata Cara Penyelenggaran Pembukuan dalam
Bahasa Asing dan Mata Uang Selain RP.

Peraturan Dirjen Pajak No: PER-23/PJ/2015


Untuk dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
dolar AS, wajib pajak harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan, kecuali wajib pajak
dalam rangka kontrak karya atau wajib pajak dalam rangka kontraktor kontrak kerja sama.
Izin tertulis tersebut dapat diperoleh wajib pajak dengan mengajukan surat permohonan kepada Kepala
Kantor Wilayah (Kanwil), paling lambat 3 bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS tersebut dimulai atau sejak tanggal pendirian
bagi wajib pajak baru untuk bagian tahun pajak atau tahun pajak pertama.
Kepala Kanwil atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas permohonan tersebut paling lama 1
bulan sejak permohonan dari wajib pajak diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat
dan Kepala Kanwil Ditjen Pajak belum memberikan keputusan maka permohonan wajib pajak tersebut
dianggap diterima dan Kepala Kanwil atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan pemberian izin
untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS.
Wajib pajak dalam rangka kontrak karya atau kontraktor kontrak kerja sama yang sejak pendiriannya maupun
yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar
AS, wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib pajak
terdaftar paling lambat 3 bulan sejak tanggal pendirian bagi wajib pajak yang sudah menyelenggarakan
pendirian sejak pendiriannya) atau 3 bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS tersebut dimulai.
Tempat Penyimpanan Buku/Catatan/Dokumen

 Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program online;

 Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal
Wajib Pajak Orang Pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak Badan.

 Perubahan tahun buku dan metode pembukuan perubahan terhadap metode pembukuan
dan atau tahun buku, harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak
SKEMA PEMBUKUAN & PENCATATAN WPOP

WAJIB PAJAK BADAN

PEMBUKUAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG


MELAKUKAN USAHA ATAU
PEKERJAAN BEBAS, DENGAN
PEREDARAN UAHA >4,8 M

WAJIB PAJAK YANG DIKECUALIKAN


DARI KEWAJIBAN
PENGECUALIAN PENYELENGGARAAN PEMBUKUAN
ADALAH WPOP YANG TIDAK WAJIB
PEMBUKUAN PENYAMPAIKAN SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN
DASAR HUKUM PEMBUKUAN &
PENCATATAN WPOP

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009, Tentang KUP


Pasal 28 Ayat (1) & (2) :

1) Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan
pembukuan.
2) Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib melakukan pencatatan,
adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
NORMA PERHITUNGAN PENGHASILAN NETO WPOP

Wajib Pajak Orang Pribadi yang wajib menyelenggaran pencatatan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto.

Daftar persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokan menurut wilayah sebagai
berikut:
 Sepuluh ibukota provinsi (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar,
Manado, Makasar, dan Pontianak)
 Ibukota Provinsi lainnya
 Daerah lainnya

Daftar Presentase Norma Penghasilan Netto, www.pajak.go.id


Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2015
MANFAAT PEMBUKUAN & PENCATATAN WPOP

1. Untuk menghitung pajak yang terutang setiap tahun pajak berakhir;


2. Mempermudah penghitungan besarnya Penghasilan Kena Pajak dan objek
pajak lainnya ;
3. Mempermudah dalam pengisian SPT;
4. Mengetahui posisi keuangan dan besarnya hasil yang diperoleh dalam satu
periode kegiatan usaha.
Perhitungan penghasilan neto untuk Wajib
Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis
usaha atau pekerjaan bebas

1) Penghitungan penghasilan neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis
usaha atau pekerjaan bebas, dilakukan terhadap masing-masing jenis usaha atau
pekerjaan bebas dengan memperhatikan pengelompokan wilayah.

2) Penghitungan penghasilan neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis
usaha atau pekerjaan bebas adalah penjumlahan penghasilan neto dari masing-
masing jenis usaha atau pekerjaan bebas.
PRINSIP PEMBUKUAN DAN PENCATATAN WPB

Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel


akrual atau stelsel kas;

Pembukuan yang menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
dapat diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin dari Menteri
Keuangan;

Pada pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,


modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
untuk pencatatan, terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran
atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang. Termasuk di dalamnya penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
TUJUAN PEMBUKUAN & PENCATATAN WPB
Untuk mempermudah pengisian SPT, perhitungan
Penghasilan Kena Pajak, PPN, dan PPnBM, serta
mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan
usaha/pekerjaan bebas.
Materi Pertemuan Minggu Depan………..
LK KOMERSIAL DAN FISKAL (M4)
Tugas : Diskusi

Persamaan dan Perbedaan Pembukuan Wajib Pajak


Orang Pribadi dan Badan

Anda mungkin juga menyukai