Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerusakan bangunan akibat gempa secara konvensional dapat

dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang

bekerja padanya. Namun, hasil ini sering tidak memuaskan karena kerusakan

elemen baik struktural maupun nonstruktural umumnya disebabkan adanya

interstory drift (perbedaan simpangan antar tingkat). Untuk memperkecil

interstory drift dapat dilakukan dengan memperkaku bangunan dalam arah lateral.

tetapi , hal ini akan memperbesar gaya gempa yang bekerja pada bangunan.

Metode yang lebih baik adalah dengan meredam energi gempa sampai pada

tingkat yang tidak membahayakan bangunan.

Beberapa dekade belakangan ini muncul upaya untuk mengatasi

kerusakan-kerusakan yang terjadi pada struktur dengan memberikan alat

tambahan ke struktur, untuk membatasi energi atau mendissipasi energi gempa

yang masuk ke bangunan. Alat-alat tersebut dikenal dengan Seismic Devices.

Dengan menambah alat-alat tersebut, energy gempa yang masuk ke struktur dapat

direduksi dan dikontrol sehingga gaya-gaya dan simpangan struktur menjadi kecil,

dengan demikian bangunan dapat direncanakan dalam keadaan elastis untuk

kejadian gempa besar dengan biaya yang cukup ekonomis.

Seismic devices pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Actived seismic device

2. Passived seismic device

Universitas Sumatera Utara


Actived seismic device bekerja dengan menerima masukan data getaran

dari sensor yang dipasang disekeliling struktur, melalui computer data tersebut

digunakan untuk mengatur gerakan actuator sesuai dengan input gempa ke

bangunan .

Passived seismic devices bekerja atau bereaksi setelah energi gempa

masuk ke struktur, pada umumnya reaksi seismic device semakin besar bila

response struktur atau energi yang masuk semakin besar.

Passived seismic devices sesuai fungsinya, secara garis besar dapat dibagi

menjadi 2 jenis, yaitu yang bersifat isolasi dan yang bersifat dissipasi energy.

Jenis yang pertama disebut seismic Isolator dan yang kedua disebut Damper.

Damper merupakan alat dissipasi energi yang berfungsi memperkecil

response simpangan struktur dan menghentikan getaran. alat ini memperkecil

simpangan antar tingkat sehingga gaya lateral kolom yang kecil. Alat-alat ini

terdiri dari beberapa jenis dengan metode dissipasi energi yang berbeda. jenis

viscous damper mendissipasi energi berdasarkan perbedaan kecepatan deformasi

dalam damper, friction damper berdasarkan gesekan yang terjadi dalam damper,

Hysterestic-yield damper mendissipasi energi dengan berdeformasi melewati

batas elastis atau pelelehan bahan dengan pembentukan sendi plastis, Pelelehan

bahan yield damper dapat berupa pelelehan oleh momen lentur, pelelehan oleh

momen puntir, ataupun berupa tekuk dari batangan baja.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1.1 Damper pelat lentur

Gambar 1.2 Pemasangan damper di struktur

Universitas Sumatera Utara


Pemasangan damper di struktur bangunan berbeda dengan pemasangan

isolator gempa, Isolator gempa dipasang pada bidang yang memisahkan bagian

bangunan yang akan dilindungi. sedangkan damper dipasang pada posisi yang

akan dikurangi simpangannya. Damper biasanya dipasang diantara lantai tingkat

untuk mengurangi perbedaaan pergeseran lantai (storey drift), umumnya dipasang

bergabung dengan bracing.

Damping struktur bangunan pada umumnya hanya sebesar 1 % sampai 5%

bergantung pada kekakuan bangunan yang direncanakan, makin besar kekakuan

suatu struktur makin kecil damping. bila suatu bangunan diberi tambahan alat

dissipasi energi (damper) dengan damping sebesar 25% sampai 30%, akan

mereduksi tegangan dan response simpangan sekitar 50% sampai 75%

dibandingkan dengan response struktur dengan damping 5%, bila damper

digabungkan dengan alat isolator, dapat mereduksi response dapat sampai 95%.

Penambahan seismic devices ke struktur menyebabkan metode

perencanaan menjadi berbeda dengan metode perencanaan tahan gempa yang

konventional, seismic devices merubah analisa dinamis struktur menjadi analisa

non-linier yang pada umumnya dianalisa dengan metode riwayat waktu gempa,

sedangkan perencanaan koventional menggunakan analisa linier dengan metode

response spektrum yang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan metode

riwayat waktu gempa.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Studi Literatur

Untuk memahami perilaku sistem peredam leleh baja (yielding damper)

dalam meyerap energi gempa melalui mekanisme pelelehan material akibat

lentur, maka berikut ini akan saya dijelaskan beberapa hasil penelitian yang sudah

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Pemodelan sifat inelastis menjadi model viscous damping dengan konsep

equivalent viscous damping digunakan untuk menggantikan dissipasi energi

berbagai bentuk hysteristic loop menjadi dissipasi energi linier viscous damping

(Jacobean, 1930, 1960; Housner, 1956; Jenning,1964).

Bergman dan Goel (1987) pada penelitian yang dilakukan pada peredam

leleh baja berbentuk X dan V yang dipasang dengan bracing bentuk chevron

yang mengalami pembebanan siklik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa

spesimen tersebut mampu mempertahankan kurva hysteresis yang stabil dan

gemuk tanpa terjadinya pinching dan slip. Namun, pada spesimen bentuk V

memperlihatkan adanya pinching dan slip pada kurva hysteresis khususnya pada

percobaan kelelahan pada amplitudo besar karena adanya kerusakan pada bagian

bawah sambungan. Pengaruh pinching dan slip menyebabkan kurang efektifnya

kapasitas dissipasi energi.

Whittaker dkk. (1989, 1991) dalam percobaannya pada peredam leleh baja

yang terdiri dari 4, 6 dan 7 spesimen berbentuk X dipasang sejajar. Percobaan

dilakukan dengan beban siklik sinusoidal. Hasil test menunjukkan bahwa perilaku

peredam leleh baja ini dipengaruhi parameter kekakuan elastis, kekuatan leleh

dan perpindahan lelehnya. Disamping itu test menunjukkan bahwa specimen

mampu menahan beban siklik lebih dari 100 kali pada deformasi 3 kali

Universitas Sumatera Utara


perpindahan lelehnya tanpa menunjukkan penurunan kekakuan dan kekuatan.

Percobaan juga menunjukkan pentingnya kondisi kedua ujung sambungan dari

spesimen peredam terhadap keberhasilan kinerjanya dalam menyerap energi.

Chan dan Albermani (2008) pada penelitian peredam leleh baja dengan

nama steel slit damper (SSD). Slit damper ini dibuat dari profil WF dengan

badannya di potong dalam beberapa irisan sehingga membentuk banyak pelat

strip. Pelat strip diantara kedua ujung sayap profil WF membentuk seperti sistem

rangka vierendeel. Pada deformasi relatif kecil, antara kedua sayap profil, pelat-

pelat strip ini berperilaku seperti balok dengan kedua ujungnya terjepit parsial,

sedangkan pada deformasi tertentu kedua ujung pelat strip akan terbentuk sendi

plastis. Pada percobaan dengan beban siklik terhadap 8 spesimen menunjukkan

hysteresis yang stabil dan gemuk. Disamping itu kekuatan leleh peredam ini

dengan mudah diperediksi berdasarkan analisis mekanisme plastis.

Li Gang dan Li Hong Nan (2008) melakukan penelitian terhadap 5 bentuk

geometri peredam leleh baja dengan fungsi ganda (DFMD), karena tidak hanya

menyediakan redaman tetapi juga kekakuan. Berbeda dengan peredam bentuk X

dan V yang umumnya memikul gaya geser gempa pada arah sumbu lemahnya,

maka peredam leleh baja DFMD ini akan memikul gaya geser akibat gempa

dalam arah sumbu kuatnya. Itu sebabnya sistem ini akan memiliki kekakuan yang

lebih besar dari peredam pada umumnya. Dari hasil percobaan menunjukkan

hanya 2 bentuk dari 5 jenis spesimen ini yang layak digunakan sebagai peredam

leleh baja karena 3 spesimen lainya mengalami kegagalan seperti adanya pinching

pada kurva hysteresis, terjadinya retak sepanjang arah horizontal ditengahnya dan

Universitas Sumatera Utara


terjadinya tekuk pada awal pembebanan sehingga mereduksi kapasitas

penyerapan energinya.

Daniel (2011) melakukan studi numerik terhadap 3 jenis peredam leleh

dengan bentuk geometri lubang seperti belah ketupat DAM, bentuk X ganda

DBX, dan lubang bentuk elips ELP. Ketiga jenis ini diberi beban cyclic dalam

arah sumbu kuatnya (major axis bending), dimana kemampuan dalam

mengabsorbsi energi dinyatakan dalam bentuk kurva hysteresis loop pada batas

regangan 0.25%. Walaupun ketiga bentuk ini menunjukkan kurva hysteresis yang

stabil dan gemuk, tetapi bentuk X ganda ini memiliki kurva hysteresis yang lebih

gemuk bila dibandingkan dengan kedua jenis lainnya

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah mendapatkan bentuk geometri

ideal peredam (damper) dengan kemampuan menyerap energi gempa terbesar, hal

ini ditunjukkan dengan luas kurva hysteresis terbesar, serta mendapatkan

karakteristik mekanik peredam seperti kekakuan elastis, kekuatan leleh dan

kekakuan pasca leleh, hal ini didapatkan dengan pendekatan model tri-linear pada

kurva hysteresis bagian skeleton part. Ketiga parameter ini mempengaruhi

kemampuan peredam dalam mendissipasi energi gempa, serta dibutuhkan sebagai

data masukkan dalam melakukan simulasi numerik pada perencanaan bangunan

tahan gempa.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Pembatasan Masalah

Dalam pembahasan masalah ini, akan dibatasi lingkup pembahasan

sebagai berikut :

1. Damper yang akan dibahas adalah damper pelat lentur.

2. Deformasi struktur masih dalam batas elastis, pelelehan hanya terjadi di

damper

3. Response yang dijadikan acuan adalah response simpangan maximum.

4. Bahan pelat bersifat elasto-plastis.

5. Bahan pelat damper bersifat kinematic hardening.

6. Pengaruh gaya geser pelat damper diabaikan.

Damper pelat lentur adalah damper yang terbuat dari pelat baja

yang pelelehannya disebabkan oleh gaya lentur.

1.5 Metodologi

Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah studi

literatur yaitu dengan mengumpulkan data-data dan keterangan dari literatur dan

hasil eksperimental yang berhubungan dengan pembahasan Tugas Akhir ini serta

masukan- masukan dari dosen pembimbing .

Hasil dari eksperimen berupa kurva histeresis akan bagi menjadi dua

bagian yang disebut dengan skeleton part dan bauschinger part. Selanjutnya dari

kurva tersebut kita akan menghitung energi dissipasi yang merupakan luasan dari

kurva tersebut. Dengan menggunakan model trilinear pada kurva hysteresis

bagian skeleton part kita akan mendapatkan kekakuan damper.

Universitas Sumatera Utara


I.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran garis besar penulisan Tugas Akhir ini maka

diuraikan dalam sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN terdiri dari Latar Belakang, Studi Literatur,

Tujuan penulisan, Pembatasan Masalah, Metodologi Penulisan, Sistematika

Penulisan .

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA berisi penjelasan umum yang

berhubungan tentang bagaimana damper pada struktur dan equivalent vicous

damping

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN, berisi penjelasan data-data

pokok dan metode perhitungan yang akan digunakan dalam Analisa dan

Pembahasan.

BAB IV: ANALISA DAN PEMBAHASAN, berisi perhitungan

hysterestic loop dengan memakai model trilinier yang equivalent. Selanjutnya

model trilinear digunakan untuk mendapatkan kekakuan damper.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan dan saran

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai