Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Manusia

2.1.1 Pengertian manusia

Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki peranan penting dalam
kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya
dibandingkan makhluk Allah SWT bahkan Allah menyuruh para malaikat untuk bersujud kepada
Adam Alaihi salam. Masyarakat barat memiliki pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang
memiliki jiwa dan raga serta dibekali dengan akal dan pikiran.

1. Paula JC & Janet WK

Menurut Paula, JC & Janet, WK Manusia merupakan bagian dari yang terbuka, bebas memilih di
dalam setiap interaksi, mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan, yang ikut mengatur,
dan turut menyusun pola hubungan antar sesama dan mendapat multidimensi dengan berbagai
pilihan.

2. Omar Mohammad Al - Toumi Al - Syaibany

Menurut Omar Mohammad Al - Toumi Al - Syaibany, pengertian manusia adalah


makhluk yang mulia. Masuia merupakan sumber yang mampu berpikir, dan menusia
merupakan peran 3 dimensi (ruh, dan kemampuan berpikir / akal). Manusia dalam
proses tumbuh kembangnya ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor terikat dan
faktor Lingkungan.

3. Kees Bertens

Menurut Kees Bertens, manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari dua orang yang tidak
satuannya tidak dapat ditemukan dalam bentuk apapun.

4. Upanisads

Menurut Upanisads, manusia merupakan kombinasi dari beberapa kehidupan seperti roh (atman),
pikiran, jiwa, dan prana (tubuh / fisik).

5. Nicolaus D. & A. Sudiarja

Menurut Nicolaus D. & A. Sudiarja, manusia adalah bhineka, akan tetapi tunggal. Manusia
disebut bhineka karena ia memiliki jasmai dan rohani, disebut hanya karena hanya terdiri dari
satu benda / barang saja.

6. Abineno J. I
4 karakter islam

Allah telah menggambarkan proses penciptaan manusia secara rinci dalam QS Al-Mukminun ayat 12-
14, yang dijelaskan pula dalam ilmu sains.

Dalam sains, manusia adalah makhluk yang tubuhnya terdiri dari sel—yakni bagian terkecil dari
makhluk hidup. Jaringan sekumpulan sel-sel yang serupa bentuk, besar dan pekerjaannya yang terikat
menjadi satu disebut organ.

Tubuh manusia pun terdiri dari sistem, yakni sistem otot (muskularis), sistem syaraf (neruosa), sistem
kelenjar (endokrin), sistem pencernaan (digestivus), sistem metabolisme, sistem cairan tubuh dan
darah, sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), sistem pernafasan (respiratorius), sistem
perkemihan (urinarius), sistem reproduksi, sistem kulit (integument) dan sistem pengindraan.

Tiap-tiap jenis sel secara khusus beradaptasi untuk melakukan fungsi tertentu. Misalnya, sel darah
merah berjumlah 25 triliun mentransfer oksigen dari paru-paru ke jaringan. Terdapat 50 triliun sel
yang lain dan jumlah sel dalam tubuh diperkirakan 75 triliun. Umur kehidupan sel berbeda-beda
misalnya leukosit granular yang dapat hidup selama manusia hidup. Sedangkan eritrosit hanya
mampu hidup sampai 14 hari.

Disamping kedahsyatan penciptaan manusia dan struktur yang ada dalam tubuhnya, manusia juga
“dianugerahi” beberapa karakter buruk yang jika tidak diobati, maka akan merugikan manusia itu
sendiri.

Beberapa karakter buruk manusia yang disebut dalam Alquran adalah: Pertama, mengeluh dan
kikir. "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir." (QS. Al-Ma’arij: 19).
Disadari maupun tidak, mengeluh adalah sifat dasar manusia yang timbul saat ia tertimpa masalah
atau dalam kesempitan.

Sedangkan kikir yang dalam bahasa Arab disebut bakhil, secara detail Allah uraikan dalam QS. Al-
Israa’: 100. “... Dan adalah manusia itu sangat kikir.”

Oleh sebab itu, Rasulullah SAW menganjurkan agar kita selalu berdoa, “Allahumma inni a’udzubika
minal bukhli (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir).”
 
Kedua, lemah. Dalam Alquran, Allah mendeskripsikan dua kelemahan manusia, yaitu lemah secara
fisik dan lemah (dalam melawan) hawa nafsu buruk. “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari
keadaan lemah...” (QS. Ar-Rum: 54).

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-
Nisaa’: 28). Menurut Syekh Nawawi Al-Bantany, tafsir “lemah” dalam Surah An-Nisaa’ itu adalah
lemah dalam melawan hawa nafsu.
 
Ketiga, zalim dan bodoh. “... sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-
Ahzab: 72). Kezaliman dan kebodohan manusia dalam ayat di atas disebabkan karena rusak dan
kotornya bumi, karena pertumpahan darah dan ulah manusia itu sendiri yang tidak merawat bumi dan
seisinya sesuai dengan ketentuan Allah.
 
Keempat, tidak adil. Berlaku adil adalah tindakan yang terkadang kurang mudah diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kaum Madyan yang tidak berlaku adil, akhirnya diazab oleh Allah, seperti
dalam firman-Nya, “Dan Syu'aib berkata, ‘Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan
adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu
membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” (QS. Hud: 85).

Betapa pun sulitnya menghindari tabiat yang sudah Allah lekatkan dalam diri manusia, dengan
bertobat dan terus berdoa kepada-Nya, niscaya Allah meminimalkan karakter buruk tersebut dari
dalam diri kita. Serta memenuhi hati kita dengan cahaya iman dan hidayah untuk semangat dalam
beribadah. Amin.

1.Manusia adalah Hamba Allah yang wajib beribadah

Ibadah adalah kewajiban makhluk kepada Sang Kholiq. Ini adalah jalan satu-satunya
menggapai ridho-Nya sekaligus untuk membuktikan status sebagai hamba. Dan hanya
karena inilah, kita dihidupkan Allah. Dalam artian kita harus menjadikan seluruh
aktivitas hidup kita semata-mata hanya untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini
sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat, 51 ayat 56

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”.

Ibadah dalam artian kita hanya menyembah Allah dengan tidak mempersekutukan-Nya
dengan apa pun (tidak syirik) dan membuktikannya dengan taat menjalankan ajaran
agama (diin) Islam sebagaimana diperintakan dalam Al-Qur’an surat Al-Bayinah (98)
ayat 5 :

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nyadalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus“.

Dengan pelaksanaan ibadah tersebut, Allah menghendaki agar kita menjadi manusia yang
paling mulia disisi-Nya (muttaqin). Artinya pelaksanaan ibadah akan membina manusia
menjadi manusia yang dapat memlihara dirinya dengan ajaran Islam (paling baik
akhlaknya) sebagai bekal mencapai mardhotillah sejati dan wujud pertanggung jawaban
kita kelak di yaumil Qiyamah. Hal sebagaimana diisyaratkan dalam Surat Al-Baqoroh
ayat 21, Al-Fatihah ayat 4 dan Al-Hasyr (39) ayat 18:

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu,agar kamu bertakwa”.
“Yang menguasai di hari Pembalasan“

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

a.Makna dan Ruang lingkup Ibadah

Karena seperti yang kita ketahui bahwa setiap aktivitas kita akan dimintai pertanggung
jawaban, maka sudah selayaknya, kita memaksimalkan seluruh potensi (akal, jasad dan
jiwa) serta meniatkan dan setiap aktivitas hidup kita semata-mata dalam rangka ibadah
kepada Allah. Dengan demikian, ibadah itu bukan hanya ritual dalam artian sholat wajib,
zakat, shodaqoh, infaq, shaum, baca qur’an, sholawat, haji dan sebagainya. Ibadah itu
melingkupi seluruh aspek hidup dan kehidupan kita, baik sebagai individu maupun dalam
hal bermasyarakat.

Sholat wajib yang sehari semalam saja (jika ditotalkan) tak lebih hanya memakan waktu
1 jam itu akan dimintai pertanggung jawaban, bagaimana halnya dengan sekolah yang
menghabiskan waktu 4-6 jam; belum lagi kerja yang memerlukan waktu paling kurang 8
jam atau kuliah yang rata-rata bisa menghabiskan waktu 6-10 jam. Bayangkan bila kelak
amalan yang bisa kita pertanggung jawabkan (itu pun kalau nilainya bagus) itu hanya
sholat; bagaimana kita bisa mempertanggung jawabkan amalan-amalan yang jauh lebih
memnghabiskan waktu, energi dan fikiran selain sholat tersebut.

Itulah sebabnya dalam sholat, kita diingatkan kembali akan ikrar ibadah kita kepada
Allah. Bahwa,”inna sholaatii, wa nushuqii wa mahyayaa, wa mamaati lillaah…(sholatku,
aktivitas diluar sholatku, kehidupanku, dan kematianku semata-mata hanya untuk
mengabdi kepada Allah).

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah).”

(Lihat surat Al-An’am ayat 162-163)

b.Realisasi Ibadah

Sebagaimana di awal telah diterangkan bahwa ibadah itu perintah Allah kepada kita yang
mana dasar (ikhlas lillahita’ala) dan tujuannya harus benar sesuai kehendak Allah sebagai
Al-Ma’bud, yaitu semata-mata hanya mengharapkan Mardhotillah, maka hal itu hanya
bisa terbukti benar bila cara atau pelaksanaannya pun benar. Kita tidak bisa mengada-ada
(bid’ah) atau berinisiatif. Ibadah hanya benar bila sesuai dengan pedoman pelaksanaan
yang benar, yakni Al-Qur’an. Dalam hal ini Allah mensyariatkan pelaksanaan ibadah
sebagaimana tertulis dalam surat An-Nisaa’ ayat 59 :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
(alim ulama) di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya / hadits sohih),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya“

Cara atau pelaksanaan ibadah yang disyariatkan Allah adalah dengan taat kepada Allah
dan Rosul-Nya serta Ulil Amri dalam artian menjalankan Al-Qur’an dan As-Sunnah
(Hadits sohih) sebagai aturan hidup yang mana pada prakteknya adalah dengan mengikuti
bimbingan dari para ‘Alim Ulama warotsatul anbiya’ yang kompeten dalam bidangnya.
Atau dengan kata lain para ulama atau Ustadz yang sungguh-sungguh bertanggung jawab
meneruskan tugas Nabi Muhammad Saw dalam membimbing kita (umat islam) dalam
menjalankan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai petunjuk hidup ibadah kepada Allah.

“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.

(Lihat juga surat Al-Kahfi,18 ayat 110)

Dengan demikian, dalam pelaksanaannya, ibadah akan melahirkan struktur


kepemimpinan ibadah; dimana ada yang berperan sebagai pembimbing dan yang
dibimbing seperti halnya pada masa Rosul Saw. Umat islam dibimbing pelaksanaan
ibadahnya oleh beliau. Nah, kira-kira, butuh kah kita pembimbing untuk melaksanakan
tugas penghambbaan kita kepada Allah sekaligus agar kita tetap terpelihara di jalan yang
lurus (islam) dan tidak terjerumus pada kesesatan atau yang dimurkai Allah?
Alhamdulillah, mudah-mudahan kita mendapat bimbingan agar senantiasa istiqomah
berada di jalan yang lurus ini. Amiin.

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai hamba Allah tsb akan melahirkan : fungsi &
peranan yg pelaksanaannya tetap bermuara pada satu hal, pengabdian / ketaatan /
ketunduk patuhan kepada Allah.

2.Fungsi kekhalifahan manusia.

‘Abid atau hamba adalah jabatan tertinggi yang disematkan Allah Sang Raja langit &
bumi kepada manusia. Jabatan hamba disini bisa juga bermakna pembantu, ajudan,
mandataris atau dengan kata lain wakil. Dengan demikian, sebagai hamba Allah,
manusia berkewajiban mewakili “keberadaan” Allah di muka bumi. Jabatan ini dalam Al-
Qur’an dikenal dengan Kholifatulloh fil ardhi (wakil Allah di muka bumi). Coba kita
lihat dalam surat Al-Baqoroh ayat 30 dan Shod,38 ayat 26 :

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka


berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”

2.4.1 Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

2.4.2 “Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,

2.4.3 Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adildan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.

2.4.4

2.4.5 Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan“.

2.4.6 Sadar atau tidak sadar, pengangkatan manusia sebagai Khalifah Allah di bumi ini
bersifat mutlak dan melekat pada diri manusia sejak diciptakan. Artinya manusia lah satu-satunya
makhluk yang memiliki potensi dan dimampukan oleh Allah untuk mewakili Nya sebagai pemimpin di
muka bumi ini. yang berlaku kepada setiap manusia di bumi ini.

2.4.7 3.Peran pengemban amanah Allah.

2.4.8 Dalam rangka terpenuhinya tanggung jawab sebagai kholifah, manusia diberikan amanah
Peran manusia adalah sebagai pengemban amanah dari Allah yaitu mengelola atau memaksimalkan
sumber daya yang tersedia di alam untuk kepentingan penghambaan seluruh manusia kepada Allah serta
aqimuddiin (menegakkan diinullah, agama islam) dalam setiap individu manusia dan dalam kehidupan
bermasyarakat, sehingga keadilan Allah di muka bumi dapat terwujud. Atau dengan kata lain, kholifah
berkewajiban mengajak manusia agar tunduk patuh (beribadah) kepada Allah, sehingga dengannya
terwujudlah sebuah kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. di muka bumi sebagaimana telah
dinyatakan oleh kekholifahan terdahulu (generasi awal). Hal ini ditegaskan dalam surat Al-A’rof ayat
172, Al-Ahzab ayat 72, Shod (38) ayat 26 dan Az-Zukhruf (42) ayat 13 :

2.4.9 “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini
Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.

2.4.10

2.4.11 “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,
dan dipikullah amanat itu oleh manusia.

2.4.12 Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh“.

2.4.13 “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama
itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali
(kepada-Nya)“.

2.4.14 “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Al-Qur’an) dan agama
yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. dan cukuplah Allah sebagai saksi“.

2.4.15

2.4.16

2.4.17

Pernahkah kita mengajukan pertanyaan kepada diri kita masing-masing, Dimanakah kita sebelum
dilahirkan? Apa dan bagaimana kita selama di alam kandungan yang gulita itu? Bagaimanakah proses
perjalanan yang melelahkan itu sehingga kita sampai ke dunia ini? Lantas apa tujuan kita hidup di
dunia? Apa yang terjadi dengan umur kita yang semakin bertambah dan kian hari usia kita semakin
berkurang? Setelah tutup usia, kemanakah kaki kita melangkah? Sekilas pertanyaan-pertanyaan
tersebut terlihat biasa, namun pada hakikatnya sungguh luar biasa. Sebab semua pertanyaan tersebut
menyangkut proses perjalanan manusia, dari alam roh hingga alam yang kekal nan abadi yakni
akhirat. Saat ini kita berada di alam Dunia, namun pernahkah kita sejenak merenungkan ini . . . .?

2.4.18 Berikut kami ingin mencoba menyebutkan 5 macam alam yang akan kita lalui dalam
proses kehidupan manusia, yang semoga sedikit penjelasan ini akan membuat kita muhasabah
(evaluasi diri) yang insyaallah semakin mendekatkan kita pada sang Khaliq. Adapun 5 macam
Alam itu, yaitu :

2.4.19

2.4.20 1.Alam ROH

2.4.21 Manusia terdiri dari 2 kepribadian, yaitu pribadi spirit/roh dan pribadi duniawi/jasad, oleh
karena itu secara teoritis dia bisa hidup dalam dua alam, yaitu alam roh dan alam duniawi. Pada
awalnya sebelum kita terlahir di Dunia yang penuh dengan kisah, cerita susah atau senang dimana
dunia penuh dengan hiasan, godaan dan ujian bagi setiap manusia.

2.4.22 2.Alam RAHIM

2.4.23 Alam rahim adalah masa perpindahan sejak pertama dalam tulang sulbi para ayah dan
rahim para ibu sebelum dilahirkan dimana masa kehidupan manusia sejak dalam tulang sulbi
ayah dan rahim ibu sebelum dilahirkan. Ketika Allah SWT menciptakan Adam a.s. Dia
menyimpankan zurriyat di tulang punggungnya yaitu kaum “ahli kanan” (ahlulyamin) dan kaum
ahli kiri (ahlul-syimal). Allah SWT pernah mengeluarkan semua zurriyat ini dari tulang
punggung Adam a.s. pada hari mitsaaq (hari pengambilan janji manusia untuk mengakui keesaan
dan ketuhanan Allah SWT di Na'man, sebuah lembah yang dekat padang Arafah). Mengenai hal
ini Allah swt berfirman dalam surah al-A’raf ayat 172:
2.4.24 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Benar (Engkau adalah Tuhan kami), kami menjadi
saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (anak-anak Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)".

2.4.25 Dalam surah Al-Mursalaat, juz keduapuluh sembilan, ayat 20 hingga 23 Allah Ta'ala
berfirman.

2.4.26 Yang bermaksud: Bukankah kami telah menciptakan kamu dari air (benih) yang sedikit
(hina) dipandang orang. Lalu Kami jadikan air (benih) itu pada tempat penetapan yang kukuh
(rahim ibu). Serta Kami tentukan keadaanya, maka Kamilah sebaik-baik yang berkuasa
menentukan dan melakukan tiap-tiap sesuatu.

2.4.27 Dalam surah Al-Mu'minun,juz kelapan belas ayat 12, 13 & 14, Allah Ta'ala berfirman.

2.4.28 Yang bermaksud : Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari pati yang
berasal dari tanah. (Pati yang berasal dari tanah, ialah pati makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan tanaman yang tumbuh di bumi).Kemudian Kami jadikan pati itu setitis air benih
(air mani), pada tempat penetapan yang kukuh. Kemudian Kami ciptakan air benih itu menjadi
sebuku darah beku lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging, kemudian Kami
ciptakan daging itu menjadi beberapa ketul daging, kemudian Kami ciptakan daging itu menjadi
beberapa tulang, kemudian Kami balut tulang-tulang itu dengan daging. Setelah sempurna
kejadian itu Kami bentuk ia menjadi makhluk yang lain sifat keadaannya (keadaannya yang asal
serta ditiupkan roh padanya). Maka nyatalah kelebihan dan ketinggian Allah sebaik baik
Pencipta.

2.4.29 Dalam surah Al-'Imran, juz ketiga ayat 6, Allah Ta'ala berfirman.

2.4.30 Yang bermaksud: Dia lah yang membentuk rupa kamu dalam rahim (ibu kamu)
sebagaimana yang dikehendakiNya. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang
Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.

2.4.31 3.Alam DUNIA

2.4.32 Alam Dunia adalah Masa kehidupan di dunia sejak dilahirkan dan diwafatkan oleh Allah
SWT, dimana proses perpindahan dari Alam Rahim ke Alam Dunia bukanlah hal yang gampang.
Selama sembilan bulan di alam rahim itu, janin tumbuh dan membentuk diri sehingga menjadi
bentuk yang sempurna. Dengan izin Allah SWT kita terlahir ke dunia ini dengan perjuangan ibu
yang melahirkan kita antara hidup dan mati. Al-Quran menyebut perjuangan itu dengan istilah
“wahnan ‘ala wahnin” (kelemahan di atas kelemahan), saking sakitnya proses melahirkan itu.
Hanya karena izin Allah SWT kita bisa selamat terlahir ke dunia hingga hidup seperti sekarang
ini.

2.4.33 "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari (sari) tanah. Kemudian Kami
jadikan (sari tanah) itu air mani yang tersimpan dalam tempat yang kukuh (rahim). Lalu Kami
jadikan air mani itu segumpal darah, lalu gumpalan darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
Kami jadikan gumpalan daging itu tulang belulang, lalu Kami lapisi tulang belulang itu dengan
daging. Kemudian Kami bentuk ia jadi mahluk yang lain. Maha Suci Allah, sebaik-baik
Pencipta." (QS: Al-Mu’minun: 12-14.)

2.4.34 Di alam dunia ini kita juga melalui proses pertumbuhan dari tahun ke tahun. Ibnu Jauzi
telah membagikan umur manusia pada lima masa:

2.4.35 1. Masa kanak-kanak; dari sejak dilahirkan hingga mencapai umur lima belas tahun.

2.4.36 2. Masa muda; dari umur limabelas tahun hingga umur tigapuluh lima tahun.

2.4.37 3. Masa dewasa; dari umur tigapuluh lima tahun hingga umur limapuluh tahun.

2.4.38 4. Masa tua; dari umur limapuluh tahun hingga umur tujuh puluh tahun.

2.4.39 5. Masa usia lanjut; dari umur tujuhpuluh tahun hingga akhir umur yang ditentukan oleh
Allah SWT.

2.4.40 Pada tahap masa kanak-kanak berlaku masa keringanan dari Allah SWT yaitu belum
adanya taklif (beban kewajiban) untuk mengerjakan solat dan puasa ataupun ibadah lainnya.
Orang-orang yang sudah baligh atau sudah dewasa diwajibkan menyuruh mereka
mengerjakannya karena kebaikan dan amal soleh dari anak yang belum baligh selain menjadi
amal kebaikannya juga akan menjadi catatan pahala bagi ibu-bapanya selama kedua orang tuanya
memperhatikan pendidikan dan pengasuhannya. Jika anak telah mencapai masa baligh dan telah
sempurna akalnya maka ia telah menjadi mukallaf. Saat itulah segala kewajiban agama telah
berlaku atas dirinya.

2.4.41 Pada tahap masa muda terjadi banyak perubahan baik fisik maupun non-fisik. Pada masa
ini akan dipenuhi dengan semangat dan kekuatan serta memuncaknya vitalitas. Masa muda ini
merupakan kesempatan untuk memperbanyak amal dan serta kebaikan. Namun kecenderungan
yang terjadi adalah sebagian besar memanfaatkannya untuk pemuasan nafsu keduniaan. Dalam
hal ini Rasullullah saw telah mengingatkan: "Rebutlah lima perkara sebelum terjadi lima perkara:
Masa mudamu sebelum tiba masa tuamu, masa sehatmu sebelum tiba masa sakitmu, masa
lapangmu sebelum tiba masa sibukmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu dan masa hidupmu
sebelum tiba masa ajalmu." (HR. Al-Hakim, Baihaqi, Ibnu Abi'ddunia, Ibnul-Mubarrak). "Takkan
bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara:

2.4.42 1. Tentang nya, untuk apa dihabiskan

2.4.43 2. Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan

2.4.44 3. Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan.

2.4.45 4. Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. (HR. Tirmidzi).

2.4.46 4.Alam BARZAH

2.4.47 Alam kubur disebut juga dengan alam Barzakh. Ketika manusia meninggal, mereka akan
menempati alam ini sampai hari kiamat tiba. Alam barzah adalah suatu dunia lain yang dimasuki
seseorang setelah meninggal dunia untuk menunggu datangnya kebangkitan kembali pada hari
kiamat. Pada alam kubur akan datang malaikat mungkar dan nakir untuk memberikan pertanyaan
seputar keimanan dan amal perbuatan kita. Jika kita beriman dan termasuk orang baik, maka di
dalam kubur akan mendapatkan nikmat kubur yang sangat menyenangkan daripada nikmat
duniawi, sedangkan sebaliknya bagi orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, siksa kubur
praneraka yang pedih sudah menanti di depan mata.

2.4.48 Alam Barzah adalah kurun waktu (periode) di antara saat kematian manusia di dunia ini
dengan saat pembangkitan (dihidupkannya kembali) manusia di Hari Pembalasan. Kita tidak
mengetahui apa yang terjadi di dalam periode ini. Namun demikian, kita dapat menyimak dari
berbagai ayat didalam kitab suci Al-Qur-an dan Hadits Nabi Muhammad SAW mengenai periode
ini. Sebagai contoh, Allah SWT berfirman dalam Surat Al-An’aam Ayat 93

2.4.49 “Jika saja kamu dapat melihat betapa dahsyatnya saat orang-orang zalim didalam
sakaratul maut, Para malaikat memukul dengan tangan mereka (seraya berkata), “Keluarkanlah
nyawamu! Di hari ini kamu akan dibalas dengan siksa yang menghinakan; karena perkataan-
perkataanmu yang selama ini kamu ucapkan perihal Allah yang tidak benar, dan kamu selalu
sombong terhadap petunjuk (ayat-ayat)-Nya.”

2.4.50 Jelaslah dari ayat ini bahwa manusia bisa mendapatkan hukuman diwaktu kematian
mereka. Dan dalam sebuah hadits Asma bin Abu Bakar RA meriwayatkan bahwa pada suatu hari
Nabi Muhammad SAW menasehati umat dan menjelaskan perihal siksa kubur. Ketika beliau
menjelaskan hal ini, semua orang beriman mulai menangis dengan kerasnya, sehingga terciptalah
suasana seperti berbaurnya beraneka-ragam ratap-tangis. (Bukhari)

2.4.51 5.Alam AKHIRAT

2.4.52 Alam akhirat adalah Masa kehidupan di alam yang kekal dalam kenikmatan syurga atau
dalam kepedihan neraka. Seseorang tidak mungkin memiliki pengetahuan yang sempurna
mengenai persoalan-persoalan yang belum ia alami atau belum mengetahuinya secara hudhuri,
atau belum ia sentuh dengan indranya. Berangkat dari kenyataan ini, kita tidak dapat meyakini
hakikat alam akhirat dan keadaan-keadaannya secara detail dan sempurna, kita juga tidak dapat
menyingkap hakikat-hakikatnya. Meski begitu, kita bisa mengetahui sifat-sifat akhirat melalui
akal atau wahyu. Adapun sarana untuk mengetahui sifat-sifat tersebut kita dapat mengenalnya
melalui ciri-ciri dari alam akhirat, yaitu :

2.4.53 1. Alam akhirat bersifat kekal dan abadi

2.4.54 2. Alam akhirat merupakan wadah yang pasti untuk terealisasinya kenikmatan dan kasih
sayang yang seutuhnya, tanpa ada kesusahan dan kelelahan di dalamnya, sehingga orang-orang
yang telah mencapai tingkat kesempurnaan insaninya dapat menikmati kebahagiaan itu. Alam
tersebut tidak dicemari oleh maksiat dan penyelewengan apapun. Berbeda dengan dunia yang di
dalamnya kebahagiaan yang seutuhnya tidak mungkin terwujud. Yang hanya terwujd di dunia
adalah kebahagiaan semu dan bercampur dengan berbagai kesulitan dan kesengsaraan.

2.4.55 3. Alam akhirat setidaknya meliputi dua bagian yang terpisah, yang pertama adalah
rahmat, dan yang kedua adalah siksa, sehingga dapat dibedakan orang-orang yang baik dari
orang-orang yang jahat, dan masing-masing mendapatkan balasan perbuatannya.Kedua bagian ini
biasa dikenal dalam syariat dengan istilah surga dan neraka.
2.4.56 4. Alam akhirat itu luas sehingga bisa menampung pahala dan siksa bagi seluruh umat
manusia atas segala apa yang mereka lakukan, berupa amal baik dan amal buruk. Misalnya,
ketika seseorang melakukan pembunuhan atas jutaan manusia yang tidak bersalah, hukuman
siksa terhadapnya semestinya bisa terjadi di alam itu. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang
menyelamatkan nyawa jutaan umat manusia, ia dapat menerima pahala setimpal yang terdapat di
alam tersebut.

2.4.57 5. Alam akhirat itu merupakan tempat pembalasan, bukan tempat pembebanan tugas dan
tanggung jawab.

2.4.58

2.4.59

2.4.60

2.4.61

2.4.62 1 Potensi-Potensi Dasar Manusia dalam Islam


2.4.63 Allah menciptakan manusia memberikan kelebihan dan keutamaan yang tidak diberikan
kepada makhluk lain. Kelebihan dan keutamaan merupakan potensi dasar yang dimasukkan Allah
yang sesuai, baik potensi internal (yang tersedia dalam diri) maupun potensi eksternal (potensi
yang disediakan Allah untuk membimbingnya). Potensi ini adalah modal utama bagi manusia
untuk melaksanakn tugas dan memikul tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia harus diolah dan
didayagunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat menunaikan tugas dan tanggung jawab
dengan sempurna.
 Potensi Internal
2.4.64 Ialah potensi yang menyatu dalam diri manusia itu sendiri, terdiri dari:
1. A.    Potensi Fitriyah
2.4.65 Ditinjau dari beberapa kamus dan pendapat tentang islam, fitrah memiliki arti sebagai
berikut:
1. Fitrah berasal dari kata (fi'il) fathara yang berarti "membuat" secara etimologi fitrah berarti
kejadian asli, agama, ciptaan, sifat semula, potensi dasar, dan kesucian [1]
2. Dalam kamus B. Arab Mahmud Yunus, fitrah diartikan sebagai agama, ciptaan, perangai,
kejadian asli. [2]
3. Dalam kamus Munjid kata fitrah diartikan sebagai agama, sunnah, kejadian, tabi'at.
4. Fitrah berarti Tuhur yaitu kesucian [3]
5. Menurut Ibn Al-Qayyim dan Ibn Katsir, karena fatir artinya menciptakan, maka fitrah yang
berarti menghasilkan yang dihasilkan dari perdebatannya itu [4]
2.4.66  

2.4.67 Jika diinterpretasikan lebih lanjut, maka istilah fitrah yang diusulkan dalam ayat Al-
qur'an, hadits atau pendapat adalah sebagai berikut:
2.4.68  

1. Fitrah berarti agama, kejadian. Maksudnya adalah agama Islam ini sesuai dengan kejadian
manusia. Karena manusia diciptakan untuk mewujudkan agama (beribadah). Hal ini berlandaskan
dalil Al-qur'an surat Adz-Dzariyat (51:56) [5]
2. Fitrah Allah untuk manusia merupakan potensi dan kreativitas yang dapat dibangun dan
dibangun, yang memilliki pengembangan dan peningkatan kemampuannya. Maka diperlukan suatu
usaha-usaha yang merupakan pendidikan yang dapat membantu dan mengembangkan fitrah serta
pendidikan yang dapat menyelamatkan jiwa manusia dari syirik, kesesatan dan kegelapan menuju
arah hidup yang penuh optimis dan dinamis. Ini sesuai dengan Al-Qur'an surat Ar-Rum ayat: 30
yaitu:
2.4.69 َ َّ‫ط َرةَ هَّللا ِ الَّتِي فَطَ َر الن‬
‫اس َعلَ ْيهَا ال َلْ َ َل ْلَ ِْل‬ ْ ِ‫ِّين َحنِيفًا ف‬
ِ ‫فَأَقِ ْم َوجْ هَكَ لِلد‬
2.4.70 ْ َ
ِ َّ‫َولَ ِك َّن أكثَ َر الن‬
‫اس ال يَ ْعلَ ُمون‬
2.4.71 Berharap: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; Tetapi berarti manusia tidak mengerti
2.4.72 Pada ayat ini Allah telah menciptakan semua yang dibuatnya berdasarkan fitrahnya. Surat
ini telah menginspirasikan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan fitrah atau potensi itu
dengan baik dan lurus. [6]
1. Fitrah berarti ikhlas. Maksudnya manusia dilahirkan dengan berbagai sifat, salah satunya adalah
kemurnian (keikhlasan) di dalam menjalankan suatu aktivitas. Berkaitan dengan makna ini ada
hadits yaitu: "Tiga perkara yang menjadikannya selamat adalah ikhlas, membentuk fitrah Allah, di
mana manusia menciptakan darinya, sholat yang terdiri dari agama, dan taat berisi benteng
penjagaan" (HR. Abu Hamdi dari Mu'adz)
2.4.73  

2.4.74 Dengan demikian, pada diri manusia sudah melekat (menyatu) satu potensi kebenaran
(dinnullah). Jika ia menggunakan potensinya ini, ia akan berjalan di atas jalan yang lurus. Karena
Allah telah membimbingnya semenjak di alam ruh.
1. B.     Potensi Ruhiyah
2.4.75 Ialah potensi yang dilekatkan pada hati nurani untuk menentukan dan memilih jalan yang
hak dan yang batil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju kedurhakaan. Bentuk dari roh ini
sendiri pada hakikatnya tidak dapat dilihat. Potensi ini pada surat Asy-Syams ayat 7 yaitu:
2.4.76 ٍ ‫َونَ ْف‬
‫س َو َما َسوَّاهَا‬
2.4.77 Artinya: dan jiwa disertai penyempurnaannya (ciptaannya)
2.4.78  

2.4.79 kemudian Asy-Syams ayat 8:


2.4.80 ‫فَأ َ ْلهَ َمهَ̂ا فُجُو َرهَا َوتَ ْق َواهَا‬
2.4.81 Artinya: maka Allah mengilhamkan bagi jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
2.4.82 Di dalam hati setiap manusia memiliki potensi yang dapat ditentukan, yang dapat
membedakan jalan kebaikan (kebenaran) dan jalan keburukan (kesalahan). Menurut Ibn 'Asyur
kata' nafs 'pada surat Asy-Syams ayat ke-7 menunjukkan nakiroh maka makna kata tersebut
menunjuk pada jenis, yaitu menggabungkan jati diri manusia dengan arti kata' nafs 'pada surat Al-
infithar ayat 5 yaitu:
2.4.83 ْ ‫ت َوأَ َّخ َر‬
‫ت‬ ْ ‫ت نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم‬
ْ ‫َعلِ َم‬
2.4.84 Artinya: maka setiap-tiap jiwa akan tahu apa yang telah dikerjakan dan dilalaikannya.
2.4.85 Menurut Al-Qurthubi sebagian ulama mengartikan 'nafs' adalah nabi Adam namun
sebagian lain mengartikan jati diri manusia itu sendiri.
2.4.86 Pada arti kata 'nafs' ini ada tiga unsur yaitu:
1. Qolbu: menurut para ulama salaf adalah nafs yang terletak di jantung
2. Domir: bagian yang samar, tersembunyi dan kasat mata
3. Fuad: memiliki Manfaat dan fungsi
2.4.87  

2.4.88 Dengan demikian, dalam potensi ruhaniyyah diperlukan pertanggungjawaban atas


diberkati manusia kekuatan pemikir yang mampu memilih dan mengendalikan potensi-potensi
fitrah yang dapat mengembangkan di ladang menguntungkan dan ladang keburukan ini. Karena
itu, manusia bebas tanggung jawab. Ia adalah kekuatan yang dibebani tugas, dan ia adalah
karunia yang dibebani menerima.
2.4.89  

2.4.90 Demikianlah yang dikehendaki Allah secara garis besar terhadap manusia. Segala sesuatu
yang sempurna dalam menjalankan perannya, maka itu adalah implementasi kehendak Allah dan
qadar-Nya yang umum. [7]
2.4.91  

1. C.    Potensi Aqliyah
2.4.92  

2.4.93 Potensi Aqliyah terdiri dari panca indera dan akal pikiran (sam'a basar, fu'ad). Dengan
potensi ini, manusia dapat membuktikan dengan daya nalar dan ilmiah tentang 'kekuasaan'
Allah. Serta dengan potensi ini dapat membantu dan dipahami dengan benar yang dapat
membantu dan tentu saja harus diterima dan hal yang mudharat diperlukan tentu saja harus
dihindarkan. Potensi Aliyah juga merupakan potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia
agar manusia dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil dan mapu berargumen
terhadap pemilihan yang dilakukan oleh potensi ruhiyah.
2.4.94  

2.4.95 Allah berfirman dalam Al-qur'an surat An-Nahl ayat 78:


2.4.96  

‫وهللا أخرجكم من بطون أمهاتكم ال تعلمون شيئا وجعل لكم السمع واألبصار واألفئدة لعلكم تشكرون‬ 2.4.97
2.4.98 Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengerti
sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
2.4.99            

2.4.100 Ayat ini berdasarkan Tafsir Al-maraghi yang berisi penjelasan tentang Allah yang
melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia membuat kamu dapat mengetahui segala sesuatu
yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan kepada Anda beberapa macam
anugerah berikut ini:
1. Akal sebagai alat untuk menentukan sesuatu, terutama dengan akal itu kamu dapat membedakan
antara yang baik dan jelek, antara yang lurus dan yangs esat, antara yang benar dan yang salah
2. Pendengaran sebagai alat untuk mendengarkan suara, sebagian besar dengan pendengaran itu
dapat dipahami dari kamu
3. Penglihatan sebagai alat untuk melihat segala sesuatu, terutama dengan penglihatan itu kamu
dapat mengenal kamu.
4. Perangkat hidup yang lain jadi kamu bisa mengerti jalan untuk mencari rizki dan materi lain yang
kamu butuhkan, bahkan kamu dapat pula meilih mana yang terbaik untuk kamu dan pergi mana
yang lebih buruk. [8]
2.4.101  

2.4.102 Menurut An-Nawawi menafsirkan ayat ini agar kamu (manusia) menggunakan ni'mat
Allah untuk kebaikan, maka kamu mendengarkan akan nasihat Allah, dan melihat tanda-tanda
Allah dan melengkapi kebesaran Allah. [9]
2.4.103  

2.4.104 Selain ayat tersebut, surat Al-Israa ayat 36 juga menjelaskan tentang potensi ini yang
berbunyi:
2.4.105  

2.4.106 ‫ص َر َوا ْلفُ َؤا َد ُك ُّل أُو ٰلَئِ َك‬


َ َ‫س ْم َع َوا ْلب‬
َّ ‫س لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم ۚإِنَّ ال‬
َ ‫َ َ َ َ َ َ َ َ واَل تَ ْقفُ َما لَ ْي‬
َ
2.4.107 Artinya: Dan janganlah kamu menerima apa yang kamu tidak punya pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dibahas
pertanggungan jawabnya.
2.4.108  

2.4.109 Pada ayat ini, Qatadah mengatakan bahwa makna yang diajukan adalah janganlah kamu
mengatakan bahwa kamu melihat, padahal kamu tidak mengerti, atau kamu katakana kamu
mendengarnya padahal kamu tidak mendengrnya, atau kamu katakana kamu bisa mengetahuinya,
padahal kamu tidak dapat menemukan. Karena sesungguhnya Allah kelak akan meminta
pertanggungjawaban darimu tentang hal ini, demikianlah inti dari ayat ini adalah bagaimana kita
mengolah potensi yang diperlukan dalam ayat ini dengan sebaik-baiknya karena mengkompilasi
kita menggunakan potensi ini, maka cara kita akan mendapat pertanggungjawaban kelak di
akhirat dan Allah mengeluarkan sesuatu tanpa pengetahuan, bahkan melarang pula mengatakan
sesuatu dengan dzan (didugaan) yang bersumber dari sangkaan atau ilusi.
2.4.110  

2.4.111 Mengenai surat Al-'Araf tentang potensi Aqliyah ini pada ayat 179 yang berbunyi:
2.4.112  

2.4.113 ‫ولقد ذرأنا لجهنم كثيرا من الجن واإلنس لهم قلوب ال يفقهون بها ولهم أعين ال يبصرون بها ولهم ءاذان ال يسمعون‬
‫بها أولئك كاألنعام بل هم أضل أولئك هم الغافلون‬
2.4.114 Artinya: “Dan sungguh telah kami sediakan untuk mereka jahannam, banyak dari jin dan
manusia; Mereka memiliki hati (tetapi) tidak mereka menggunakan, dan mereka memiliki mata
(tetapi) tidak mereka menggunakan untuk melihat dan mereka memiliki telinga (tetapi) tidak
mereka menggunakan untuk mendengar, mereka seperti binatang ternak, mereka lebih sesat lagi,
mereka orang-orang yang lalai ”.
2.4.115 Dalam ayat ini, kekuatan dan kesuksesan bersumber dari-Nya, aktivitas akal dan juga ruh
bergantung di tangan-Nya. Oleh karena itu, manusia tidak dapat mengubah sesuatu apa pun dari-
Nya, lebih dari setiap kesempatan dan keadaan senantiasa memohon taufik dari-Nya dan
menjadikan Allah sebagai penolong-Nya dan tidak mencari penolong selain-Nya. [10] Dapatkah
Kita Mengetahui Apa Yang Menjadi Potensi Yang Besar Yang Diberi Oleh Allah Sehingga Kita
Dapat Mengerjakan Tugas Sebagai Ciptan-Nya Dengan Baik Dan Benar.
2.4.116

1. D.    Potensi Jasmaniyyah
2.4.117 Ialah kemampuan tubuh manusia yang telah Allah ciptakan dengan sempurna, baik rupa,
kekuatan dan kemampuan. Berdasarkan pada firman Allah Al-Qur'an surat At-Tin ayat 4 yaitu
2.4.118 ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْنسَانَ فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬
2.4.119 Artinya: Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang menyenangkan
2.4.120 Kata insan dijumpai dalam Al-Qur'an sebanyak 65 kali. Penekanan kata insan ini lebih
menekankan pada peningkatan manusia ke derajat yang dapat meningkatkan potensi dan
kemampuan untuk memangku jabatan khalifah dan meikul tanggung jawab dan keselamatan
manusia di muka bumi, karena khalifah manusia dibekali dengan sumber daya seperti
pengetahuan, persepsi, akal dan nurani. Dengan potensi-potensi ini, manusia siap dan mampu
menghadapi segala persoalan sambil mengantisipasinya. Di samping itu, manusia juga dapat
mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang mulia dan memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dari makhluk lain dengan berbekal potensi-potensi tadi. [11] Dan dalam surat manusia
diberikan oleh Allah potensi jasmani.
2.4.121 Potensi ini juga tersedia disurat At-Taghabun ayat 3 yang berbunyi:
2.4.122 ‫صو ََّر ُك ْم فَأَحْ سَنَ ص َُو َر ُك ْم َو ِإلَ ْي ِه ْال َمص ُي‬ ِّ ‫ض بِ ْال َح‬
َ ‫ق َو‬ َ ْ‫ت َو اأْل َر‬ َ َ‫خَ ل‬
ِ ‫ق السَّماوا‬
2.4.123 Artinya: Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak, Dia menciptakan rupamu dan
membaguskan rupamu itu, dan hanya untuk-Nya-lah kembali (mu).
2.4.124 Oleh karena itu, manusia sebagai ciptaan Allah yang sangat mulia dan banyak
keutamaan, agar mempergunakan potensi jasmaninya dengan baik sebagai modal utama untuk
menjalankan tugas sebagai ciptan-Nya.
2.4.125

2.4.126

2.4.127

2.4.128

2.4.129

2.4.130

2.4.131

2.4.132

2.4.133

2.4.134 Tahapan Penciptaan Manusia

2.4.135 Di dalam Al Quran proses penciptaan manusia terjadi dengan dua tahapan yang berbeda.
Tahapan pertama adalah tahapan primordial dan tahapan kedua adalah tahapan biologi.

1. Tahapan Primordial

2.4.136 Tahapan Pertama adalah saat manusia pertama diciptakan pertama kali dari saripati tanah
dan diberikan ruh hingga bentuk yang seindah-indahnya. Hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat
berikut :

 QS Al An’am (6) : 2

2.4.137 Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal
(kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah
mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).

 QS Shaad (38) : 71
2.4.138 (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah.”

 QS Al-Hijr (15) : 28

2.4.139 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk.
2.4.140 Di dalam ayat-ayat Al-Quran tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia
dari bahan dasar tanah yang kemudian dengan kekuasaan dan hukum-hukumnya dibentuk rupa
dan beragam fungsi dari fisik yang ada dalam tubuh manusia. Hal ini tentunya dilakukan Allah
pada manusia pertama yaitu Nabi Adam SAW. Hingga setelah itu ada proses penciptaan manusia
berupa hukum biologis.

2. Tahapan Biologi

2.4.141 Tahapan biologi adalah sunnatullah atau hukum Allah melalui proses biologis yang
terdapat dalam fisik atau tubuh manusia beserta segala perangkatnya. Proses biologi ini
membedakan hakikat manusia menurut islam dengan makhluk lainnya yang tidak memiliki ruh
dan akal untuk mengambil keputusan saat dewasanya. Proses tersebut adalah sebagai berikut :

 Nuthfah (inti sari tanah yang dijadikan air mani)


 Rahim (tersimpan dalam tempat yang kokoh)
 Alaqah (darah yang beku menggantung di rahim)
 Mudgah (Segumpal daging dan dibalut dengan tulang belulang)
 Ditiupkan ruh

2.4.142 Proses  Setetes Mani dipancarkan

2.4.143  “Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus?  Bukankah ia hanya setitik mani
yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37)
2.4.144 Di dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa proses penciptaan manusia berawal dari air
mani atau sperma yang terpancar. Namun hanya setitik yang menjadi manusia. Sehingga Allah
memberikan nikmat hidup melalui proses tersebut.

2.4.145 Sebelum adanya proses pembuahan dalam rahim wanita, ada kurang lebih 250 juta
sperma terpancar dari laki-laki pada satu waktu. Dari 250 juta sperma yang terpancar hanya ada
satu yang bisa bertemu dengan sel telur wanita atau ibu melalui saluran reproduksi wanita .

2.4.146 “Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan
manusia dari tanah liat.  Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (QS
32:7-8).

2.4.147  Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim

2.4.148  “Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah” (QS Al Alaq : 2) 
2.4.149 Setelah melalui proses selama 40 hari, maka terjadilah gumpalan darah yang ada di dalam
rahim ibu. Proses ini berawal dari sperma yang bertemu dengan sel telur, menjadi sel tunggal
yang dikenal sebagai zigot. Setelah munculnya zigot, ia akan berkembang biak dengan membelah
diri menjadi gumpalan daging.

2.4.150 Zigot melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di tanah. Zigot
mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu sebagai proses pertumbuhannya. Saat
zigot yang tumbuh ini ada dalam tubuh ibu maka Allah SWT menggunakan istilah alaqah yang
artinya sesuatu yang menempel pada suatu tempat. Secara harfiah digunakan untuk
menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

2.4.151  Pembungkusan Tulang oleh Otot

2.4.152  “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging.  Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain.  Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al Mu’minun:14)
2.4.153 Menurut para ahli embriologi, tulang dan otot terbentuk secara bersamaan. Penelitian
berbagai ilmuan menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu sama persis sebagaimana
yang disampaikan di dalam Al Quran.

2.4.154 Pada awalnya jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Setelahnya, sel-sel otot
yang terpilih di jaringan sekitar tulang bergabung membungkus tulang-tulang ini.

2.4.155 pengetahuan jika dipahami oleh orang-orang yang menggunakan akal. Untuk itu hikmah
dari kita memahami penciptaan Allah terutama terhadap penciptaan manusia sangat banyak
sekali. Apalagi Allah memberikan informasi bahwa memikirkan ciptaan Allah adalah saat duduk,
berbarik, dan berdiri.

2.4.156 Membaca kebesaran dan kekuasaan Allah tidak hanya melalui ayat yang tertulis seperti
dalam Al-Quran. Keajaiban Al Quran di dunia ada sangat banyak begitupun fungsi Al Quran bagi
umat manusia. Membaca alam semesta yang merupakan ayat tidak tertulis dari Allah, sama
dengan manfaat membaca Al-Quran secara mendalam.

2.4.157

2.4.158

2.4.159 Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya
dibandingkan makhluk Allah SWT bahkan Allah menyuruh para malaikat untuk bersujud kepada Adam
Alaihi salam. Masyarakat barat memiliki pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa
dan raga serta dibekali dengan akal dan pikiran.

2.4.160 1. Paula JC & Janet WK

2.4.161 Menurut Paula, JC & Janet, WK Manusia merupakan bagian dari yang terbuka, bebas
memilih di dalam setiap interaksi, mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan, yang ikut
mengatur, dan turut menyusun pola hubungan antar sesama dan mendapat multidimensi dengan
berbagai pilihan.
2.4.162 2. Omar Mohammad Al - Toumi Al - Syaibany

2.4.163 Menurut Omar Mohammad Al - Toumi Al - Syaibany, pengertian manusia adalah


makhluk yang mulia. Masuia merupakan sumber yang mampu berpikir, dan menusia merupakan
peran 3 dimensi (ruh, dan kemampuan berpikir / akal). Manusia dalam proses tumbuh
kembangnya ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor terikat dan faktor Lingkungan.

2.4.164 3. Kees Bertens

2.4.165 Menurut Kees Bertens, manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari dua orang yang
tidak satuannya tidak dapat ditemukan dalam bentuk apapun.

2.4.166 4. Upanisads

2.4.167 Menurut Upanisads, manusia merupakan kombinasi dari beberapa kehidupan seperti roh
(atman), pikiran, jiwa, dan prana (tubuh / fisik).

2.4.168 5. Nicolaus D. & A. Sudiarja

2.4.169 Menurut Nicolaus D. & A. Sudiarja, manusia adalah bhineka, akan tetapi tunggal.
Manusia disebut bhineka karena ia memiliki jasmai dan rohani, disebut hanya karena hanya
terdiri dari satu benda / barang saja.

2.4.170 6. Abineno J. I

2.4.171 Menurut Abineno J. I, manusia adalah “tubuh yang dilengkapi dengan jiwa / berjiwa” dan
bukan “jia abadi yang bisa atau pun yang terbungkus di dalam tubuh / badan yang fana / tidak
nyata”.

2.4.172 7. Sokrates

2.4.173 Menurut Sokrates, pengertian manusia adalah makhluk yang memiliki dua kaki, yang
tidak dipahami, dan memiliki kuku yang lebar.

2.4.174 8. I Wayan Watra

2.4.175 Menurut I Wayan Warta, manuisa merupakan evolusi yang dinamis yang menganut trias
dinamika yang merupakan cipta, karsa, dan rasa.

2.4.176 9. Erbe Sentanu

2.4.177 Menurut Erbe Sentanu, manusia merupakan makhluk yang menyenangkan - yang
diciptakan oleh Tuhan. Bahkan, dapat diberikan manusia yang merupakan ciptaan Tuhan yang
paling sempurna jika dibandingkan dengan penciptaan citaannya yang lain.

2.4.178 10. Agung PP

2.4.179 Menurut Agung PP, Manusia dapat diartikan sebagai ciptaan Tuhan yang paling
sempurna, yang tersusun atas jasmani, ruh / jiwa, dan akal pikiran yang tumbuh dan berkembang
sesuai dengan lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai