TANGERANG SELATAN
2020
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.............................................................................Latar
Belakang ........................................................... 1
1.2.............................................................................Rumusan
Masalah ............................................................ 2
1.3.............................................................................Tujuan
............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1.1............................................................................. Kebutuhan
fisik pada balita ................................................ 3
1.2............................................................................. Kebutuhan
emosi/ kasih sayang ......................................... 6
1.3.............................................................................Standar
Kecukupan Gizi ............................................... 6
3.1.............................................................................Simpulan
............................................................................17
PENDAHULUAN
Demikian pula dengan cara orangtua memberi makan kepada anak. Jika dengan
paksaan, anak semakin tidak menyukai makanan tersebut dan cendrung semakin
menolak. Selain itu, jika melarang makanan tertentu yang tidak baik seperti
permen tetapi tidak diikuti dengan member pemahaman jelas, juga akan
menimbulkan rasa untuk memberontak. Pemberontakan tersebut biasanya
diwujudkan dengan semakin menyukai makanan tersebut, dan sengan sembunyi-
sembunyi makan dalam jumlah yang banyak karena takut ketahuan.
Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang anak adalah keadaan
gizinya. Pertumbuhan anak pada masa balita sangat pesat, sehingga membutuhkan
zat gizi yang relatif lebih tinggi daripada orang dewasa. Disisi lain, alat
pencernaan diusia ini belum berkembang sempurna. Selain itu, anak balita sangat
rentan terhadap penyakit gigi sehingga menyulitkan makannya. Karena itu,
pengaturan makanan dan perencanaan menu harus hati-hati dan sesuai dengan
kebutuhan kesehatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Inisiasi menyusu dini adalah bayi berusaha menyusu sendiri diatas perut ibu
segera setelah minimal 1 jam.
Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut
membuka lebar, hidung mendekat terkadang menyentuh payudara, mulut
mencakup areola, lidah menopang putting dan areola bagian bawah, bibir
melengkung keluar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan kadang-
kadang berhenti sesaat.
BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwana kehitaman, hari 3-6 feces
tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih bercampur mekoneum,
selanjutnya feces akan berwarna kekuningan. Segera bersihkan bayi setiap selesai
BAB agarbtidak terjadi iritasi didaerah genetalia.
Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam sehari. Pada umumnya
bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan suhu
kamar yang hangat dan selimut bayi.
Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan bayi antara lain :
6. Pijat Bayi
Bayi yang otot-ototnya distimulus atau pemijatan aman dan nyaman dan
mengantuk. Kebanyakan bayi tidur dengan yang lama begitu pemijatan usai
dilakukan kepadanya. Selain lama, bayi Nampak tertidur lelap dan tidak rewel
seperti sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa bayi merasa tenang setelah
dipijat. Ibu-ibu selalu merasa senang bila melihat bayinya tertidur lelap.
Kebanyakan untuk alasan inilah mereka lakukan pemijatan bayi. Namun, dalam
situasi lain dimana tidur lelap bayi ini terjadi berbagai kemungkinan. Pertama,
bayi tertidur bukan karena nyaman dipijat tetapi sebaliknya, ia marasa kehabisan
energy setelah “melawan” perlakuan pemijatan yang sebenarnya tidak diinginkan.
Biasanya hal ini terjadi karena pemijatan dilakukan dengan paksaan. Kedua, tidur
bayi yang terlalu lama dan sulit dibangunkan dapat mengganggu jadwal
pemberian ASI. Pemberian ASI tetap harus cukup dan tidak boleh terlambat
(Anggraini dan Subakti:2009).
Umumnya penyakit dan kelainan gigi pada anak merupakan salah satu gangguan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Sejak gigi susu mulai
tumbuh, orangtua harus bertanggungjawab membersihkan gigi bayi mereka.
Walaupun gigi anak hanya merupakan gigi susu yang keberadaannya hanya
sementara, namun kesehatan gigi susu berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak
di kemudian hari. Karena itu, sebagai orangtua perlu mengetahui bagaimana
merawat gigi anak sejak bayi dengan cara yang benar, agar kesehatan gigi dan
mulut anak teratasi.
b. Jangan biarkan bayi anda tidur sambil minum susu dengan menggunakan
botol susunya.
d. Jangan menambah rasa manis pada botol susu dengan madu atau sesuatu
yang manis.
Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 7-12 bulan:
a. Tanyakan dokter anak atau dokter gigi anda apakah bayi anda mendapat
cukup fluor
b. Ingatlah untuk membersihkan mulut bayi anda dengan kain lembab ( tidak
basah sekali), sehabis menyusui.
c. Jangan biarkan bayi tidur dengan botol susunya (sambil minum susu dari
botol) kecuali air putih.
d. Berikan air putih bila bayi anda ingin minum diluar jadwal minum susu
f. Saat gigi geraham bayi mulai tumbuh, mulai gunakan sikat gigi yang kecil
dengan permukaan lembut dan dari bahan nilon.
g. Jangan gunakan pasta gigi dan ingat untuk selalu membasahi sikat gigi
dengan air.
h. Periksakan gigi anak anda ke dokter gigi, setelah 6 bulan sejak gigi
pertama tumbuh, atau saat usia anak setahun.
12. Hygiene diri dan lingkungan
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi resiko
tertularnya berbagai penyakit infeksi. Selain itu, lingkungan yang bersih akan
memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain secara
aman. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga kebersihan balita oleh
orang tua, adalah sebagai berikut:
1. Mencuci tangan
2. Memotong kuku
3. Mandi teratur
Mandi minimal 2 kali sehari dapat menghindari anak terserang penyakit yang
diakibatkan oleh bakteri dan kuman. Berikan pakaian yang bersih setelah mandi
dan jangan lupa untuk mengajarkannya sikat gigi pagi hari dan sebelum tidur.
4. Bersihkan mainannya
13. Pakaian
Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai. Karena
aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah
menyerap keringat.
Aktivitas olah raga dan rekreasi digunakan untuk melatih otot-otot tubuh dan
membuang sisa metabolism, selain itu juga membantu meningkatkan motorik
anak, dan aspek perkembangan lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi bagi anak
balita merupakan aktivitas bermain yang menyenangkan.
Vitamin
Mineral
Kalsium: 200 mg
Fosfor: 100 mg
Magnesium: 30 mg
Natrium: 120 mg
Kalium: 500 mg
Vitamin
Mineral
Kalsium: 250 mg
Fosfor: 250 mg
Magnesium: 55 mg
Natrium: 200 mg
Kalium: 700 mg
Besi: 7 mg
Vitamin
Mineral
Kalsium: 650 mg
Fosfor: 500 mg
Magnesium: 60 mg
Natrium: 1000 mg
Kalium: 3000 mg
Besi: 8 mg
Vitamin
Mineral
Kalsium: 1000 mg
Fosfor: 500 mg
Magnesium: 95 mg
Natrium: 1200 mg
Kalium: 3800 mg
Besi: 9 mg
C. Masalah Nutrisi
1. Wasting - Stunting
Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak menurun sangat kurang, atau bahkan
berada di bawah rentang normal. Anak yang mengalami wasting umumnya memiliki
proporsi tubuh yang kurang ideal. Pasalnya, wasting membuat berat badan anak tidak
sepadan dengan tinggi badan untuk anak seusianya.
WHO selaku badan kesehatan dunia, menyatakan bahwa wasting adalah salah satu
masalah kesehatan utama. Sebab kondisi ini berhubungan langsung dengan angka
kejadian suatu penyakit (morbiditas). Itulah mengapa wasting pada anak adalah suatu hal
yang tidak boleh disepelekan, bahkan membutuhkan perhatian dan penanganan sesegera
mungkin.
Wasting biasanya terjadi karena penurunan berat badan drastis akibat tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi harian anak. Memiliki satu atau lebih penyakit yang bisa berujung
pada turunnya berat badan, seperti diare, juga bisa mengakibatkan wasting.
Kejadian wasting pada anak juga dapat berdampak besar terhadap kondisi kesehatannya
sekarang atau di kemudian hari. Anak yang mengalami wasting umumnya lebih mudah
terserang penyakit, bahkan berisiko sampai berakibat fatal.
Selain dari segi kesehatan, wasting juga turut memengaruhi kemampuan intelektual anak
di masa pertumbuhannya.
Menurut WHO, indikator yang digunakan untuk menilai kemungkinan wasting pada anak
yakni berat badan berbanding dengan tinggi badan (BB/TB). Anak dikatakan mengalami
wasting ketika hasil pengukuran indikator BB/TB berada di -3 sampai dengan di bawah
-2 standar deviasi (SD).
Lebih dari itu, anak juga bisa mengalami wasting akut (severe acute malnutrition) ketika
indikator BB/TB menunjukkan angka di bawah -3 SD. Atau dengan kata lain, wasting
akut adalah kondisi penurunan berat badan yang sudah lebih parah ketimbang wasting
biasa.
Wasting umumnya lebih banyak dialami oleh anak di kelompok usia balita. Setelah lewat
dari usia tersebut, risiko wasting pada anak berangsur-angsur akan menurun.
Secara umumnya, wasting ditandai dengan penurunan berat badan drastis sehingga
membuat bobot tubuh anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Itulah mengapa
wasting pada anak, biasanya membuat tubuhnya tampak sangat kurus.
Bahkan tak jarang, sampai membuat tulang-tulang di tubuh sangat kentara karena hanya
dibalut langsung oleh kulit. Anak yang mengalami wasting juga kerap merasa sangat
lemas, yang membuatnya sulit untuk beraktivitas normal seperti anak seusianya.
Namun ketika kondisi wasting biasa ini tidak segera diobati, otomatis bisa berkembang
lebih parah hingga mengakibatkan wasting akut. Jika tingkat keparahan wasting anak
sudah mencapai akut, akan timbul beberapa gejala seperti berikut:
3. Defisiensi
Defisiensi nutrisi atau malnutrisi adalah kondisi ketika manusia tidak
mendapatkan unsur pembangun tubuh seperti vitamin dan mineral yang
dibutuhkan dalam kadar ideal agar tubuh bisa berfungsi dengan baik. Hal ini
membuat tubuh lebih rentan terserang penyakit.
DAFTAR PUSTAKA