Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Usada Bali


Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya masih memiliki
budaya pengobatan yang ternyata cukup manjur dan masih dipercayai oleh
masyarakatnya untuk menanggulangi penyakit yang ada. Peninggalan budaya ini
hendaknya tetap dipelihara dan dilestarikan, sehingga mampu dipergunakan untuk
menunjang pembangunan manusia Indonesia seutuhnya lahir dan batin. Hal ini
disebabkan karena masyarakat Bali mengalami hambatan sosio-psikologis untuk
mempelajari lontar (usada dan tutur). Karena ada wacana yang ditafsirkan dan
ditransformasikan secara keliru sehingga masyarakat merasa sungkan dan ragu
serta takut untuk mempelajari teks lontar. Misalnya adanya wacana aywa wera
(pengendalian diri atau agar hati-hati) dalam belajar, hal ini diartikan tidak boleh
diberitahu atau dipelajari.
Pengobatan tradisional Bali (usada) yang dikenalkan oleh para leluhur
merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama
Hindu. Usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali, yang sumber ajarannya
terdapat pada lontar (Sukantra, 1992). Lontar tentang pengobatan di Bali dapat
dibagi menjadi dua golongan yakni golongan lontar usadha dan lontar tutur. Kata
usada berasal dari kata ausadhi yang berarti tumbuh-tumbuhan yang mengandung
khasiat obat-obatan. Lontar usada yang ada di Bali diperkirakan isinya diambil
dari pengetahuan pengobatan di India. Kata usada ini tidaklah asing bagi
masyarakat di Bali, karena kata usada sering dipergunakan dalam percakapan
sehari-hari dalam kaitan dengan mengobati orang sakit (Nala, 2002). Dalam usada
tidak hanya berisi penyakit dengan ramuan tumbuhan saja, tetapi mencangkup
pengetahuan tentang medico-psikomatik, farmakologi, farmasi, cara mendiagnosis
penyakit, tanda–tanda kehamilan, merawat bayi, hari baik untuk melaksanakan
pengobatan, sampai tanda-tanda seseorang yang akan meninggal (Sutara, 2007).

1
Di dalam lontar tutur (tatwa) berisi tentang ajaran aksara gaib atau
wijaksara. Ajaran anatomi, fisiologi, falsafah sehat-sakit, padewasaan mengobati
orang sakit, sesana balian, tatenger sakit. Sedangkan di dalam lontar usada berisi
tentang cara memeriksa pasien, memperkirakan penyakit (diagnosa), meramu obat
(farmasi), mengobati (terapi), memperkirakan jalannya penyakit (prognosis),
upacara yang berkaitan tentang masalah pencegahan (preventif), dan pengobatan
(kuratif) (Prastika, 2008).
Sarana atau bahan obat yang dipergunakan dalam lontar usada berasal dari
tumbuh-tumbuhan atau hewan. Nama tanaman yang terdapat dalam lontar usada
tersebut menggunakan Bahasa Daerah Bali, Bahasa Kawi, Bahasa Jawa Kuno atau
Bahasa Sansekerta, disamping itu juga sering ditemukan penggunaan nama
tanaman dengan nama akronim atau sinonim (Suputra, 2009).
Cara penggunaan obat yang terdapat dalam lontar usada, pada umumnya
dilakukan secara tradisional seperti dijadikan loloh/obat minum, tutuh (pemberian
obat dengan jalan mengisap cairan melalui hidung atau dengan meneteskan pada
hidung), berupa boreh/parem, urap/usug/obat gosok, ada pula yang berupa minyak
yang dioleskan pada tubuh (Suputra, 2009).

1.2 Usada dalem


Usada Dalem merupakan lontar pengobatan yang pernah digunakan oleh
orang Bali kuno. Pengobatan penyakit dalam Usada Dalem didasarkan pada
pengalaman, sabda atau wahyu, konsep skala dan niskala. Dari aspek skala,
pengobatan dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan obat dari tumbuhan,
hewan, maupun mineral, sedangkan dari aspek niskala proses pengobatan
dipadukan dengan mantra-mantra yang lebih ditujukan untuk menenangkan
pikiran dan mental pasien (pengobatan secara spiritual). Dasar pengobatan dalam
usada dalem juga berpedoman pada kepercayaan agama Hindu bahwa sejak
semula dalam tubuh manusia terdapat kandungan alam semesta, di mana sumber
penyakit senantiasa melekat dan sumber penyakit baru akan hilang setelah
Sanghyang Atma meninggalkan badan manusia tersebut. Dengan demikian,
sumber penyakit tidak sepenuhnya bisa dihilangkan dari tubuh manusia,

2
melainkan dapat dijaga keseimbangannya agar tidak menimbulkan penyakit
berbahaya (Sutara, 2007).
Usada Dalem juga membahas tentang penyakit dalam terutama penyakit
tuju. Penyakit tuju biasa dikenal dengan nama penyakit rematik, yaitu penyakit
yang menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada sendi, otot, dan tendon. Dalam lontar
usada dalem memuat beberapa jenis penyakit tuju dengan gejala atau tanda-tanda
yang berbeda, penyakit gila, barah, buh, badasa, gering agung atau kusta lepra,
gudig, kurap gatal dan hangus, gigitan ular, gigitan anjing, obat muka, sasak, sakit
bagian pelepasan, penyakit kulit, penyakit perut, penyakit yang tidak mempan
diobati, tuju dan bebai, dan cara membuat banten untuk orang sakit. Bila
dibandingkan dengan cara pengobatan lain, dengan pengobatan tuju menurut
usada dalem lebih banyak menggunakan bahan, biasanya dibuat boreh. Dari
beberapa jenis penyakit tuju, dapat digunakan sejumlah tumbuhan yang
digunakan, umumnya mengandung minyak atsiri dan glukosida yang bersifat
antiradang, antipiretik, dan analgesic (Prastika, 2008).

3
BAB II
TINJAUAN KHUSUS

2.1 DAFTAR ISTILAH


1. Boreh
Boreh dapat disamakan dengan parem, berbentuk serbuk halus, dalam
penggunaannya dicampur dengan cairan (air, cuka, arak atau
alcohol/ditentukan). Cara membuat adalah bahan-bahan dihaluskan tidak perlu
diperas kemudian dicampur dengan cairannya. Aturan pemakaiannya: selesai
diolah langsung diparemkan pada anggota badan, tidak dibagian perut.
Kadang sebelum digunakan didadah atau dipanaskan terlebih dahulu.
2. Encak
luka kena tindih benda berat hingga memar
3. Tuju
Rematik, bengkak berpindah
4. Loloh dengan nama lain jamu
5. Obat Sembur
Bahan ramuan dikunyah setelah lumat langsung disemburkan pada bagian
yang sakit.
6. Obat Semir (Oles)
Bentuk dan cara pengolahannya sama dengan urap atau lumur, tapi saat
menggunakan dengan memakai alat berupa lidi atau bulu ayam.
7. Parem
Bentuk dan pengolahan seperti boreh tapi lebih padat dan cara pemakaian
dengan ditempelkan kebagian yang sakit, biasanya dipusat nadi.

(Sutara 2007)

4
2.2 TABEL NAMA TANAMAN OBAT DALAM USADA DALEM

Nama Nama Latin


No Kegunaan Cara Penggunaan
Tanaman Tanaman

1. Kencur Kaempferia Obat untuk batuk, Kencur digunakan untuk


galanga L. gatal-gatal pada sakit encak (luka kena tindih
tenggorokan, perut benda berat hingga memar).
kembung, mual, Bahan obat yang digunakan
masuk angin, pegal- adalah beras putih dengan
pegal, pengompres kencur, keduanya dikunyah
bengkak/radang, di mulut dan langsung
tetanus dan penambah disembur pada bagian yang
nafsu makan sakit encak (Pulasari, 2009).
2. Asam jawa Tamarindus untuk mengatasi Pengobatan untuk gudig dan
indica penyakit kulit seperti kurap : bubuk buah celagi
gata - gatal, gudig, dan (asam), lengkuas, bangle,
kurap, digunakan jeruk nipis dan minyak
untuk mengobati perut kelapa tandusan dicampur
kaku, dan linu-linu. kemudian dioleskan pada
bagian tubuh yang kurap
atau gudig.

3. Mengkudu Morinda Untuk obat luka Buah mengkudu (buah


citrifolia digigit anjing tibah), dicari airnya dipakai
untuk
mencuci/membersihkan
lukanya.

4. Lengkuas Alpinia Penyakit linu, Untuk penyakit linu-linu,


galanga (L.) penyakit ayan dan bahan obat yang digunakan
Sw.v sering pingsan karena antara lain lengkuas, daun

5
epilepsi, untuk badan sembung, daun pule, temutis,
sakit gudig disertai temu kunci, kunir, bangle,
kurap dan untuk badan dan jahe pahit masing-masing
gatal. sepanjang satu buli, serta
gegambiran anom. Bila ingin
dalam keadaan hangat, diisi
lagi dengan sinderong dan
diambil air endapannya.
Mula-mula tumbuk semua
bahan, isi sedikit air, diperas
dan disaring, kemudian
langsung diminum. Untuk
pengobatan badan gudig
disertai sakit kurap
menggunakan bahan obat
yang digunakan yaitu buah
asam,lengkuas, (cempaluk),
bangle, jeruk nipis, dan
minyak kelapa tandusan.
Bahan ini dicampur dan
kemudian dilumaskan atau
diparemkan pada seluruh
badan (Pulasari, 2009).
5. Temulawak Curcuma sakit di bagian temu-temu diparut,
xanthorrhiza pelepasan(Anus/Dubur kemudian diperas dicari atau
Roxb.) ) diambil airnya. Jeruk nipis
dipotong atau diiris dan
diperas. Masing-masing
ditakar sama banyaknya,
kemudian dicampur dan
minumkan.
6. Adas Foeniculum Digunakan untuk Untuk penyakit barah : adas

vulgare Miller mengobati penyakit dan miana cemeng dikunyah

6
barah (kulit merah dan langsung disembur pada
akibat bengkak karena bagian yang dirasakan sakit
peradangan), penyakit Untuk penyakit buh dan
buh (Penyakit yang badasa : Adas, daun
menampakan gejala- kecubung, dan bawang
gejala pembengkakan diproses menjadi obat oles
pada bagian rongga
perut sehingga tampak
membesar), penyakit
badasa (bengkak pada
urat daging).
7. Tembakau Nicotiana Sebagai pengobatan Temako, lunak, minyak
tabacum datang bulan tidak tandusan digerus
lancar dalam bentuk ditempelkan pada pusar
limpun pada malam hari.

8. Pulai Alstonia Keram, linu-linu, Pengobatan untuk keram :


scholaris sakit seluruh badan, daun pule beserta akarnya,
bila perut kaku serta teriketuka, air dan arang
dugalan (endapan kepah diparamkan (dibuat
kotoran) boreh).

9. Ketumbar Coriandrum Penyakit gila, Untuk mengobati penyakit


sativum bernyanyi-nyanyi gila, bernyanyi-nyanyi
menyebut-nyebut menyebut-nyebut Dewa,
Dewa dan penyakit bahan obat yang digunakan
buh mokan, bengkak adalah kunyit merah,
dan sebee (panas di ketumbah, garam dan arang
dalam dan dingin dapur dan nyuh mulung
diluar) (kuud kelapa hijau). Bahan-
bahan tersebut diolah
menjadi obat tetes, disaring

7
kemudian diendapkan. Cara
pemakaian adalah dengan
meneteskan pada hidung,
mata dan telinga (Tinggen,
1996).
Untuk mengobati penyakit
buh mokan, bengkak dan
sebee yang letaknya pada
pusar, bahan obatnya adalah
benalu, ketumbar, teriketuka
dikunyah dalam mulut dan
disemburkan ke bagian yang
sehat (Pulasari, 2009).
10. Kunyit / Curcuma Untuk membatalkan Kunir, kemiri, dan garam
Kunir domestica Val atau mengurungkan dikunyah untuk obat sembur.
penyakit badasa (Pulasari, 2009)
(bengkak pada urat
daging). Dalam hal ini
kebengkakan pada
kelenjar limpa di
pangkal paha, yang
disebabkan oleh
karena adanya infeksi
pada urat daging kaki.
11. Lili gundi Vitex trifolia L Penyakit selalu suka Untuk bengkak-bengkak di
tersenyum-senyum badan, bahan obat yang
(gumuyu), bila suka digunakan adalah Liligundi,
gurau dan tertawa tak kantewali, musi, jebug arum
tentu, suka menari- dan air cuka. Bahan-bahan
nari, dan Penyakit ini dicampur dan dimasak
buh, bengkak urat sekaligus. Setelah matang,
daging, pecah-pecah airnya diambil dan dipakai
pada kulit, kerambit obat minum (Pulasari, 2009).

8
kawiian (luka yang
sampai tampak ada
ulat atau larvanya dan
bengkak-bengkak
pada badan (Pulasari,
2009).
12. Pala Myristica Untuk mengobati sakit Bahan obat : pala, suruh,
fragrans kaku pada perut jinten cemeng, temutis,
kelembak kasturi, asahan
baem, warak dan asahan
cendana. Diproses menjadi
obat tetes (minum melalui
tetesan dari hidung)
(Pulasari,2009).

9
BAB III
PEMBAHASAN

1. Asam Jawa (Tamarindus indica)

Gambar 1. Tamarindus indica

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Caesalpinioideae
Genus : Tamarindus
Species : Tamarindus indica L.

b. Kandungan kimia
Berdasarkan hasil penelitian fitokimia, batang, buah dan daun
Tamarindus indica mengandung tanin, saponin, seskuiterpen, alkaloid dan
phlobatamins (Doughari, 2006). Selain agen-agen yang dapat ditemukan di
atas, ternyata baru-baru ini juga ditemukan agen aktif yang sangat
bermanfaat dalam bidang medis, yaitu anthocyanin (Nair, et al., 2004).

10
c. Efek farmakologi buah asam jawa dalam Usadha Dalem
Berdasarkan usadha dalem khasiat buah asam Jawa digunakan untuk
mengatasi penyakit kulit seperti gatal – gatal, gudig, dan kurap. Selain itu,
juga digunakan untuk mengobati perut kaku dan linu – linu ( Pulasari,
2009).

d. Cara Penggunaan menurut Usadha Dalem


Pengobatan untuk gudig dan kurap : bubuk buah celagi (asam),
lengkuas, bangle, jeruk nipis dan minyak kelapa tandusan dicampur
kemudian dioleskan pada bagian tubuh yang kurap atau gudig.

e. Efek Farmakologi menurut penelitian


Dalam usada dalem digunakan buah asam Jawa sebagai
pengobatan kurap dan gudig, tapi belom ada penelitian mengenai buah
Tamarindus Indica yang memiliki efek farmakologi yang sesuai dengan
usada.
Berdasarkan suatu penelitian, bahwa ekstrak kulit batang dan daun
dari Tamarindus Indica memiliki efek sebagai antimikroba untuk bakteri
dan jamur. Kemudian dilakukan penelitian mengenai aktivitas tersebut
dengan menggunakan isolat bakteri dan isolat jamur. Isolat bakteri yang
digunakan yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram negatif
seperti Escherichia coli, Proteus mirabilis, Pseudomonas aerugenosa,
Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Shigella flexnerri. Sedangkan
untuk bakteri gram positif seperti Streptococcus pyogenes. Isolat jamur
yang digunakan Candida albicans. Dari hasil penelitian disimpulkan
bahwa kandungan tannin, saponin, sesquiterpen,alkaloid dan phlobatamins
dalam ekstrak kulit batang dan daun asam menunjukkan hasil positif dapat
melawan bakteri gram positif dan gram negatif sedangkan untuk isolat
jamur menunjukkan hasil yang negatif. Aktivitas antimikroba oleh kulit
batang dan ekstrak daun Tamarindus indica menunjukkan aktivitas sebagai
antibakteri baik untuk bakteri gram positif dan bakteri gram negatif

11
dimana data yang didapat menunjukkan indikasi dari adanya senyawa
antibiotik berspektrum luas dari tanaman tersebut . Pada penelitian juga
digunakan tiga jenis pelarut yang digunakan untuk ekstraksi. Ekstrak
aseton merupakan salah satu jenis pelarut yang digunakan dimana ekstrak
aseton menunjukkan aktivitas anti mikroba yang tinggi terhadap organisme
yang diuji, diikuti dengan ekstrak metanol dan ekstrak air (Doughari,
2006).

2. Kencur ( Kaempferia galanga L.)

Gambar 2. Kaempferia galanga L.

a. Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L.
( Rukmana, 1994).

12
b. Kandungan kimia
Saponin, flavonoid, dan senyawa-senyawa polifenol, di samping
minyak atsiri (2,4-3,9%) yang mengandung sineol, borneol, kamfer, etil
alkohol, asam metal-kaneelat, 2,4,6-trimetil oktan, etilsinamat, limonen
dioksida, asam etil ester 3-(4-metoksifenil)-2-propenoat, dan etil p-
metoksisinamat. Senyawa yang berperan sebagai antiinflamasi yaitu etil-
p-metoksisinamat (Hasanah dkk., 2011).

c. Khasiat Secara Empiris


Secara empiris, kencur berkhasiat sebagai obat untuk batuk, gatal-
gatal pada tenggorokan, perut kembung, mual, masuk angin, pegal-
pegal, pengompres bengkak/radang, tetanus, dan penambah nafsu makan
(Hasanah dkk., 2011).

d. Cara penggunaan menurut Usadha Dalem


Kencur digunakan untuk sakit encak (luka kena tindih benda berat
hingga memar). Bahan obat yang digunakan adalah beras putih dengan
kencur, keduanya dikunyah di mulut dan langsung disembur pada bagian
yang sakit encak (Pulasari, 2009).

e. Efek farmakologi menurut penelitian


Berdasarkan suatu penelitian, kencur memiliki efek antiinflamasi.
Namun, penelitian tersebut baru mencapai tahap uji preklinis pada tikus.
Pengujian aktivitas antiinflamasi ini berdasarkan pada besarnya
persentase radang yang dapat dihambat oleh sediaan yang akan diuji.
Penelitian Ravi dkk (2009) dan Linnet dkk (2010) menunjukkan bahwa
waktu terbentuknya radang/edema akibat dari induksi karegenan terdiri
dari dua fase. Fase pertama (early phase) yaitu 1-2 jam setelah injeksi
karagenan, menyebabkan trauma akibat radang yang ditimbulkan oleh
karagenan. Trauma disebabkan oleh pelepasan serotonin dan histamine
ke tempat radang serta terjadi peningkatan sintesis prostaglandin pada

13
jaringan yang rusak. Pada fase kedua, setelah 3 jam penggunaan terjadi
pelepasan prostaglandin dan dimediasi oleh bradikinin, leukotrien, sel
plimorfonuklear, dan produksi prostaglandin oleh makrofag (Hasanah
dkk., 2011).

3. Mengkudu (Morinda citrifolia )

Gambar 3. Morinda citrifolia


a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Anak kelas : Sympetalae
Bangsa : Rubiales
Suku : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia. Liin

b. Kandungan kimia
Di dalam buah mengkudu terkandung zat-zat yang berkaitan dengan
kesehatan dan telah dibuktikan hanya terdapat didalam mengkudu.
Tanaman mengkudu mengandung berbagai vitamin, mineral, enzim
alkaloid, ko-faktor dan sterol tumbuhan yang terbentuk secara alamiah.

14
Komposisi kimia yang terkandung pada seluruh bagian tanaman adalah
alizarin, alizarin-alfa-metil eter, antraquinon, asperulosida, asam hexanoat,
morindadiol, morindon, morindogenin, asam oktanoat, asam ursolat. Pada
bagian daun yaitu asam amino(alanin, arginin, asam aspartat, sistein, sistin,
glisin, asam glutamat, histidin, leusin, isoleusin, metionin, fenilalamin,
prolin, serin, threonin, triftopan, tirosin, valin), mineral (kalsium, besi,
fosfor), vitamin (asam askorbat, beta caroten, niasin, riboflavin, tiamin,
betasitisterol, asam ursolat), alkaloid(antraquinon, glikosida, resin).
Sedangkan pada bunganya yaitu 5,7-dimetil-apiganin-4-o-beta-d(+)
galaktopiranosida, 6,8-dimetoksi-3-metil antara quinon-1-o-beta-ramnosil
glukopiranosida, acasetin-7-o-beta-d (+)-glukopira nosida. Buahnya
mengandung asam askorbat, asam asetat, asperulosida, asam benzoate,
benzyl alcohol, 1-butanol, eugenol (Winarti,2005).

c. Efek farmakologi dalam Usadha Dalem


Mengkudu dalam usada dalem adalah untuk penanggulangan atau
pengobatan untuk luka akibat gigitan anjing (Pulasari, 2009).

d. Khasiat secara empiris


Meningkatkan daya tahan tubuh, analgesik, menormalkan tekanan
darah serta memperbaiki sistem pencernaan. Manfaat lainnya sebagai
antiseptik, obat tekanan darah tinggi, radang empedu, radang usus, disentri,
liver, obesitas dan memperbaiki gangguan menstruasi (Pulasari, 2009).

e. Cara penggunaan menurut Usadha Dalem


Buah mengkudu dicari airnya , kemudian airnya dipakai untuk
mencuci atau membersihkan lukanya (Pulasari, 2009).

f. Efek farmakologi menurut penelitian


Senyawa terpenoid yang terkandung dalam mengkudu merupakan
senyawa yang sangat penting bagi tubuh, zat-zat terpen berfungsi

15
membantu sintesa organik dan pemulihan sel-sel dalam tubuh. Kandungan
mengkudu berupa zat-zat seperti Ascubin, L. asperuloside, alizarin dan
beberapa zat antraquinon terbukti sebagai zat anti bakteri infeksi seperti
Proteus morganii, Bassilus subtilis, Staphylococus aureus, Pseudomonas
aeruginosa dan Echerichia coli. Selain itu juga dapat mengontrol jenis-
jenis bakteri yang mematikan (patogen) seperti Salmonelladan Sigell.
Selain itu, zat scopoletin dapat memperlebar saluran pembuluh darah yang
menyempit dan melancarkan peredaran darah. Selain itu scopoletin juga
dapat membunuh beberapa tipe bakteri dan bersifat fungisida terhadap
bakteri Pythium sp dan bersifat anti peradangan dan alergi (Winarti, 2005).
Berdasarkan penelitian juga didapatkan hasil bahwa methanol ekstrak
dari buah mengkudu dapat menghambat aktifitas pertumbuhan mikroba
yang diujikan pada 6 jenis bakteri. Dari 6 jenis bakteri yang digunakan,
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus adalah bakteri yang paling
sensitife terhadap ekstrak methanol dari mengkudu dimana aktifitasnya
dapat dihambat dengan konsentrasi yang cukup rendah (Natheer, et al.,
2012).

4. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Gambar 4. Curcuma xanthorrhiza Roxb.

a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta

16
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.

b. Kandungan kimia
Komposisi kimia dari rimpang temulawak adalah protein sebesar 29-
30%, pati 41,45 %, komponen aktifnya adalah kurkumin sebesar 2,24%
dan minyak atsiri 3,81%. Analisis kwalitatif skrining fitokimia terdapat
alkaloid, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan glikosida (Hayani, 2006)

c. Efek farmakologi dalam Usadha Dalem


Dalam Usadha Dalem Temulawak digunakan sebagai obat sakit di
bagian pelepasan (Anus/Dubur) (Pulasari. 2009).

d. Cara penggunaan menurut Usadha Dalem


obatnya yaitu temulawak, lengkuas, jeruk nipis masing-masing sama
banyaknya.
Pembuatannya:
temu-temu diparut, kemudian diperas dicari atau diambil airnya. Jeruk
nipis dipotong atau diiris dan diperas. Masing-masing ditakar sama
banyaknya, kemudian dicampur dan minumkan.

e. Efek farmakologi menurut Penelitian


Menurut Jurnal 1 :
Aktivitas Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.)
Terhadap Proliferasi Dan Diferensiasi Sel Otak Besar Anak Tikus
Berumur Tiga Hari Secara In Vitro

17
Temulawak mengndung Kurkumin. Kurkumin adalah antiinflamasi
dan neuroprotektor yang potensial. Sebagai anti-inflamasi kurkumin
bekerja menghambat kerusakan otak yang lebih parah akibat aktivitas
mediator kimia yang dilepaskan oleh mikroglia pada waktu terjadinya
proses fagositosis benda benda asing di otak
Menurut Jurnal 2 :
Evaluation of Topical Preparations Containing
Curcuma, Acacia and Lupinus Extracts as an AntiinflammatoryDrugs
Dalam penelitian ini dilakukan uji preklinik ativitas kurkumin
sebagai anti inflamasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengekstraksi
serbuk curcuma dengan pelarut aseton kemudian diuapkan sampai
diperoleh 83 mg ekstrak kental. Hasil dari skrining fitokimia menunjukan
kemungkinan ekstrak kurkuma juga mengandung flavonoid dan fenol.
Hewan uji yang digunakan adalah tikus albino.
Hewan uji diinjeksi dengan karagenan untuk menimbulkan oedema.
Tikus dibagi menjadi 6 grup. Digunakan carboksimetil selulosa sebagai
kontrol dan 2 mg diclofenak sebagai pembanding. Dari Hasil terlihat
bahwa pemberian 2 mg ektrak kurkuma 8% menunjukan efek anti
inflamasi yang hampir sama dengan pemberian 2mg diclofenak.
mekanisme dari kurkumin yang berperan sebagai agen anti inflamasi
disebabkan oleh penghambatan beberapa enzim yang berpartisipasi dalam
sintesis zat inflamasi dalam tubuh yang berasal dari asam arakidonat.
Dengan penambahan flavonoid aktivitas anti inflamasinya akan semakin
meningkat.

f. Efek farmakologi menurut penelitian


Pada Usadha Dalem temulawak digunakan untuk mengobati sakit
di bagian pelepasan. Menurut penelitian disimpulkan bahwa temulawak
mengandung senyawa kurkumin yang kemungkinan mempunyai ativitas
farmakologi sebagai anti inflamasi. Temulawak digunakan untuk
menyembuhkan sakit di saluran pelepasan kemungkinan dikarenakan oleh

18
aktivitas kurkumin dalam temulawak yang berfungsi sebagai anti
inflamasi. Mekanisme kurkumin sebagai anti inflamasi disebabkan oleh
kemampuannya menghambat beberapa enzim yang berpartisipasi dalam
sintesis zat inflamasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada kesesuaian antara
penggunaan temulawak menurut usada dalem dengan aktivitas temulawak
sebagai anti inflamasi.

5. Adas (Foeniculum vulgare Miller)

Gambar 5. Foeniculum vulgare Miller

a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Suku : Apiaceae
Marga : Foeniculum
Spesies : Foeniculum vulgare Miller

b. Kandungan kimia
Minyak atsiri, hidrokarbon, sterol, furocoumarine, psoralen,
bergapten, xanthotoxin, flavonoid isopimpinellin 3-0-α-rhamnoside,

19
fenkon, pinen, limonene, dipenten, felandren, metilchavikol, dan asam
lemak (Nassar, et al, 2010).

c. Efek farmakologi dalam Usadha Dalem


Digunakan untuk mengobati penyakit barah (kulit merah akibat
bengkak karena peradangan), penyakit buh (penyakit yang menampakan
gejala-gejala pembengkakan pada bagian rongga perut sehingga tampak
membesar), penyakit badasa (bengkak pada urat daging) (Pulasari,2009).

d. Cara penggunaan menurut Usada Dalem


Untuk penyakit barah, adas dan miana cemeng dikunyah dan
langsung disembur pada bagian yang dirasakan sakit. Untuk penyakit buh
dan badasa, adas, daun kecubung, dan bawang diproses menjadi obat oles
(Pulasari,2009).

e. Efek farmakologi menurut penelitian


Penelitian mengenai khasiat adas yang ditemukan baru mencapai
tahap uji preklinis. Uji preklinis ini dilakukan pada tikus. Berdasarkan uji
preklinis tersebut, kandungan minyak atsiri dari adas memberikan efek anti
inflamasi. Aktivitas anti inflamsi diteliti dengan menggunakan 70 ekor
tikus jantan dan betina yang dibagi menajsi 7 kelompok. Masing-masing
kelompok disuntikan dengan 0,05 mL karagenan. 2 kelompok digunakan
sebagai kontrol, kelompok 1 merupakan kontrol normal, kelompok 2
merupakan kontrol yang diberikan etil asetat. Kelompok 3 diberikan
indomethacin 3 mg/kg, kelompok 4 diberikan etodolak (50mg/kg), dan
kelompok 5, 6, dan 7 diberikan FEO (Foeniculum Essential Oil) masing-
masing dengan konsentrasi 0,05 mL/kg ; 0,1 mL/kg ; 0,2 mL/kg. Hasil
yang didapat menunjukan aktivitas inflamasi yang diberikan pada
pemeberian FEO konsentrasi 0,05 mL/kg dan 0,2 mL/kg menunjukan efek
yang hampir sama dengan pemberian etodolac tapi efek yang lebih rendah
dari pemberian indomethacin (Ozbek,2005).

20
6. Lili gundi (Vitex trifolia L)

Gambar 6. Vitex trifolia L

a. Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Vitex
Spesies : Vitex trifolia L

b. Kandungan kimia
Kandungan kimia dari buah maupun daun liligundi yaitu senyawa
golongan flavonoid (kastisin, 3,6,7-trimetil kuersetagetin, Vitexin,
Terpinyl 5 metil artemetin7-desmetil artemetin ,luteolin, luteolin-7-O-
β-D glukuronida,luteolin-3-O-β-D-glukuronida dan Alpha-pinene,
Terpinyl acetate, isoorientin),terpenoid,maupun sterol (β-sitosterol and
β-sitosterol-β-D-glukosida,Isoorientin,dihydrosolidgenone,
abietatriene, Vitetrifolin, triterpenoids (Kulkari, 2011).

21
c. Efek farmakologi dalam Usada Dalem
Berdasarkan usada dalem khasiat liligundi adalah untuk bengkak-
bengkak pada badan.Penyakit selalu suka tersenyum-senyum, bila suka
gurau dan tertawa tak tentu, suka menari-nari, dan bengkak-bengkak
pada badan (Pulasari, 2009).

d. Cara penggunaan menurut Usada Dalem


Berdasarkan usada Dalem untuk mengobati bengkak-bengkak di
badan, bahan obat yang digunakan adalah liligundi, kantewali, musi,
jebug arum dan air cuka. Bahan-bahan ini dicampur dan dimasak
sekaligus. Setelah matang, airnya diambil dan dipakai obat minum
(Pulasari, 2009).

e. Efek farmakologi menurut penelitian


Berdasarkan penelitian ekstrak alkohol dari daun Vitex trifolia
memiliki efektifitas sebagai anti-nociceptive dan anti-inflamasi.
Berdasarkan efek anti-inflamasinya ekstrak alkohol Vitex trifolia dapat
mereduksi dan mengurangi volume edema pada bagian cakar tikus
(paw) yang diinduksi carrageenan secara signifikan.carrageenan
adalah polisakarida sulfat yang diperoleh dari rumput laut yang
digunakan untuk menginduksi peradangan akut.
Mekanisme yang terjadi adalah menghambat fase 1 dan fase 2
pada edema. Kedua fase ini sensitife terhadap senyawa anti-inflamasi.
Fase 1 adalah pelepasan histamine dan serotin . Fase 2 adalah
pelepasan bradikinin , prostaglandin proteosa dan lisosom. Kandungan
dalam ekstrak daun Vitex trifolia menghambat mediator yang
bertanggungjawab terhadap peradangan dan nyeri.
Efek lain yang terdapat dalam ekstrak alkohol daun Vitex
trifolia adalah sebagai anti nosiseptife. Anti nosiseptife mengatasi rasa
sakit berlebihan dan mengurangi rasa sakit. Pada penelitian ini uji anti
nosiseptife dilakukan dengan menggunakan 3 metode yaitu: Tail flick

22
latent period; Hot plate reaction time; Analgesy-metre induced pain
berdasarkan ketiga metode tersebut diperoleh hasil yang signifikan
pada pemberian dosis 50 mg/mL dan 100 mg/mL sebagai anti
nociceptive dimana nilainya setara dengan pentazonice yang
digunakan sebagai standar. Pada metode uji anti nociceptive dengan
menggunakan induksi asam asetat akan menyebabkan peningkatan
cairan peritoneal pada PGE2 dan PGF2a yang merupakan bagian dari
reseptor peritoneal dan metode ini sangat sensitif untuk screening uji
efek anti nociceptive. Asam asetat adalah metode writhing response
menunjukkan hasil yang signifikan dalam penurunan dalam respon
pergerakan tikus dan mengurangi keram dan penyempitan perut pada
tikus (Goverdhan, 2009).

7. Tembakau (Nicotiana tabacum)

Gambar 7. Nicotiana tabacum

a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae

23
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabacum

b. Kandungan kimia :
Nikotin, monoterpena, monoterpena teroksigenasi, seskiterpena,
seskiterpen teroksigenasi, turunan benzene, asam organic, ester alifatik,
ester aromatic, hidrokarbon alifatik (Nurnasari, 2011).

c. Efek farmakologi dalam Usada Dalem


Sebagai pengobatan datang bulan tidak lancar dalam bentuk limpun.

d. Cara penggunaan menurut Usada Dalem


Tembakau, lunak, minyak tandusan digerus ditempelkan pada pusar
pada malam hari.

e. Efek farmakologis menurut penelitian


Pada perokok berat, jumlah hormon progesterone pada fase luteal
berkurang sejumlah 25% dan terjadi peningkatan hormon estrogen pada
fase folikular (Gayle, 2005). Penurunan dan defisiensi progesterone pada
perokok dapat menyebabkan keguguran dan kemandulan. Progesteron
pada masa menstruasi memiliki beberapa fungsi yaitu menyiapkan
endometrium untuk implantasi blastokist, mencegah kontraksi otot otot
polos terutama uterus dan mencegah kontraktilitas uterus secara spontan
karena pengaruh oksitosin, menjadikan cervix uteri kenyal, merangsang
pusat pernafasan sehingga respirasi bertambah; mungkin menambah
sekresi LH. Turunnya jumlah estrogen dan progesteron menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah dan segera diikuti vasodilatasi Situasi
demikian dapat menyebabkan pelepasan lapisan dinding endometrium
dalam bentuk serpihan/pendarahan yang disebut menstruasi (Manuaba,
1998). Penghambatan produksi progesterone dalam sel granulose dan sel

24
luteal disebabkan alkaloid pada rokok (tembakau) seperti nikotin, cotinin,
atau anabasin (Gayle, 2005).

8. Pala (Myristica fragrans)

Gambar 8. Myristica fragrans

a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans Houtt.

b. Kandungan kimia
Kandungan kimia yang terdapat dalam jaringan atau organ dari jenis-
jenis tumbuhan pada marga Myristica belum banyak dipublikasikan. Buah
pala misalnya, mengandung 9% air, 27% karbohidrad, 6,5% protein,
minyak campuran 33%, minyak essensial 4,5%. Selubung biji juga
mengandung 22,5% minyak campuran dan lebih dari 10% minyak

25
essensial. Biji mengandung 23-30% mentega dan jika dipisahkan terdiri
dari 73% trimyristin dan 13% minyak essensial. Kandungan kimia bagian
tumbuhan pala tidak hanya pada buahnya, tetapi juga pada biji dan
daunnya yang mengandung polifenol. Biji dan buahnya juga mengandung
saponin dan daunnya mengandung flavonoid (Aprijani, 2005).

c. Efek farmakologi menurut usadha dalem


Untuk mengobati sakit kaku pada perut (Pulasari, 2009).

d. Cara penggunaan
Pala, suruh, jinten cemeng, temutis, kelembak kasturi, asahan baem,
warak dan asahan cendana. Diproses menjadi obat tetes (minum melalui
tetesan dari hidung) (Pulasari, 2009).

e. Efek farmakologi sesuai dengan penelitian


a. Analgesic dan anti-imflamasi
Minyak pala memiliki sifat farmakologi yang mirip dengan obat
anti-imflamasi non steroid. Mekanismenya dengan menghambat
sintesis prostaglandin pada ginjal tikus (Latha et al., 2005). Ekstrak
kloroform dari pala juga dapat menghambat karagenan yang
disebabkan oleh udem pada tikus. Aktivitas anti-inflamasi ini
disebabkan oleh kandungan miristisin dari minyak atsiri pala.
Miristisin adalah phenylpropene, sejumlah kecil senyawa organic yang
terdapat dalam minyak atsiri dari pala (Asgarpanah dan Kazemivash,
2012).

b. Anti mikroba
Spesimen diperoleh dari pasien di Departemen Penyakit Dalam,
Chulalongkorn University Hospital, Bangkok, Thailand, selama
periode antara Mei 2001 dan November 2002. Sepuluh pasien dengan
persetujuan berdasarkan informasi memiliki atas gejala

26
gastrointestinal, yaitu gastritis, dispepsia dan ulkus peptikum yang
terdaftar dalam studi aktivitas antibakteri senyawa B. rotunda dan M.
fragrans terhadap H. pylori. Untuk membuktikan aktivitas antimikroba
dari M. fragrans diambil spesimen biopsi dari antrum dan lambung
dari pasien yang menderita dyspepsia, gastritis dan gejala gangguan
gastrointestinal lainnya. Masing-masing specimen ditempatkan pada
0,1 ml medium perantara yang nantinya akan diinokulasikan pada
suatu medium. Aktivitas antimikroba dilakukan secara in vitro dilihat
melalui besarnya diameter zona inhibisi yang dihasilkan oleh ekstrak
M.fragrans. Myristica fragrans mengandung senyawa asam
dihydroguaiaretic yang terbukti memiliki aktivitas dalam menghambat
pertumbuhan bakteri gram negatif Helicobacter pylori yang
merupakan penyebab utama gastritis, dyspepsia, ulkus peptikum dan
lambung, serta kanker usus besar (Bhamarapravati et al., 2006).

9. Kunyit (Curcuma domestica Val)

Gambar 9. Curcuma domestica Val

a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super devisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta

27
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val.

b. Kandungan kimia
Rimpang mengandung minyak atsiri yang terdiri dari seskuiterpen
(35% tumeron, 25% zingeberen,dan 12% artumeron), monoterpen (simen,
sibenen, felandren, sineol dan burneol), pinen, kamfen, carane, myrcene,
terpinen, limonen, terpinnolen, sineol, curcume, cadinene, elemene,
caryopilene, tarnesene, numelene, bisabolene, seskuifelandren, curcumene,
turmerol, aflantone. Selain itu juga mengandung alkaloid, polifenol,
saponin, kamper, asam kapriliat, asam metoksianamat, tolimetikarbonil,
desmetokurkumin, bisdesmetoksikurkumin, resin, pati, amilum, anilin,
gom, getah, dan minyak lemak (Sutomo, 2009).

c. Efek farmakologi dalam Usadha Dalem :


Untuk membatalkan atau mengurungkan penyakit badasa
(bengkak pada urat daging). Dalam hal ini kebengkakan pada kelenjar
limpa di pangkal paha, yang disebabkan oleh karena adanya infeksi pada
urat daging kaki (Pulasari, 2009).

d. Cara penggunaan dalam Usadha Dalem :


Kunir, kemiri, dan garam dikunyah untuk obat sembur (Pulasari, 2009).

e. Efek farmakologis menurut penelitian:


Berdasarkan hasil penelitian kunyit memiliki aktivitas sebagai anti
inflamasi. Hal ini mungkin disebabkan karena terdapatnya senyawa
kurkumin pada kunyit dimana senyawa kurkumin merupakan bahan aktif

28
dari kunyit yang memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi, Mekanisme
yang terjadi adalah kurkumin menginhibisi pembentukan prostagladin
dimana prostagladin ini akan menekan enzim siklooksigenase sehingga
dapat menyebakan penurunan dalam menurunkan pembentukan edema,
dimana semua dosis pada kurkumin memiliki efek antiinflamasi tetapi efek
yang paling besar di hasilkan oleh konsentrasi 1000 mg/ml dimana dapat
menekan edema sebesar 78,37 % sehingga dilihat dari persentase aktifitas
ini sudah mencukupi digunakan sebagai suatu senyawa untuk antiinflamasi
(Rustam, 2007).

10. Lengkuas ( Alpinia galanga (L.) Willd )

Gambar 10. Alpinia galangal

a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Species : Alpinia galanga (L.) Willd
(Udjiana, 2008).

29
b. Kandungan kimia
Lengkuas mengandung beberapa zat seperti 1-asetoksikavikol-
asetat, 1-asetoksi eugenol-asetat, kariofilenoksida, kariofillenol, 1,2-
pentadekana, 7-heptadekana, kuersetin-3 metil eter, isoramnetin,
kaempferida, galangin, galangin-3-metil-eter rimnositrin, 7-hidroksi 3, 5-
dimetoksi-flavon. Serta rimpang lengkuas sendiri mengandung kurang
lebih 1% minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terdiri dari metal
sinamat 48%, sineol 20-30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen,galangin,
tannin dan lain-lain (Udjiana, 2008).

c. Efek farmakologi dalam Usada Dalem


Pada Usada Dalem, lengkuas digunakan untuk pengobatan badan
gudig disertai sakit kurap (Pulasari, 2009).

d. Cara penggunaan dalam Usada Dalem.


Bahan obat yang digunakan yaitu lengkuas, buah asam (cempaluk),
bangle, jeruk nipis, dan minyak kelapa tandusan. Bahan ini dicampur dan
kemudian dilumaskan atau diparemkan pada seluruh badan (Pulasari,
2009).

e. Efek farmakologi menurut penelitian


Pada penelitian ini dilakukan uji preklinik yaitu uji secara in vitro
dan uji secara in vivo dengan menggunakan ekstrak rimpang lengkuas dan
ekstrak daun sirih dilihat dari perbandingan daya hambat pertumbuhan
koloni kapang yang dihasilkan oleh kedua jenis ekstrak tersebut. Pengujian
efikasi ekstrak terhadap pertumbuhan koloni cendawan patogen dermatofit
secara in vitro dilakukan dengan metode tuang dengan pengenceran dan
metoda difusi pada media agar sedangkan pengujian in vivo dilakukan
terhadap penyembuhan hewan percobaan kelinci yang ditulari kapang
dermatofit (ringworm).

30
Dari penelitian yang dilakuan, pada uji in vitro, ekstrak lengkuas
merah pada kadar 1,28% dapat menghambat pertumbuhan koloni kapang
sedangkan pada daun sirih baru terlihat daya hambatnya pada kadar 2-8%.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak lengkuas memiliki daya
hambat yang lebih kuat dibandingkan dengan daun sirih sebagai anti fungi.
Pada pengujian in vivo langsung diaplikasikan pada kelinci yang tertular.
Hasil uji in vivo menunjukkan terjadinya efek penyembuhan lesi pada
kelinci oleh kedua jenis simplisia tersebut . Komponen dalam ekstrak
etanol rimpang lengkuas yang diduga memiliki efek sebagai antifungi
yaitu diterpen, quercetin, dan chalcone melalui perubahan membrane lipid,
dimana minyak atsiri dapat membentuk kompleks dengan sterol dan
mempengaruhi permiabilitas membrane fungi serta sintesis asam nukleat.
Posforilasi oksidatif dan mempengaruhi transport elektron(Gholib dan
Kusumaningtyas, 2007).

11. Ketumbar (Coriandrum sativum)

Gambar 11. Coriandrum sativum

a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopisida
Subkelas : Rosidae

31
Order : Apiales
Family : Apiaceae
Genus : Coriandrum
Spesies : Coriandrum sativum L.
(Anju et al, 2011)
b. Kandungan kimia
Dalam minyak atsiri mengandung beberapa konstituent utama
(mayor) dimana salah satu kostituen utamanya adalah linalool (60-70%)
dan sisanya adalahkonstituenminorMonoterpen Hidrokarbon, seperti α-
pinene, β-pinene, limonene, γ-terpinene,р-simena; Borneol; Sitronelol;
Kamper; Geraniol; Genaril asetat; Komponen heterosiklikyaitu, pyrazine,
furandanturunan tetrahydrofuran; Isocoumarins; Coriandrin;
Dihydrocoriandrin; coriandronesAE; flavonoid; Phthalides
sepertineochidilidedanz-digustilide; fenolikasamdansterol (Goswami et al,
2012).

c. Efek farmakologi dalam Usadha Dalem


Berdasarkan usadha dalem khasiat untuk penyakit gila, bernyanyi-
nyanyi menyebut-nyebut Dewa dan penyakit buh mokan, bengkak dan
sebee (panas di dalam dan dingin diluar) (Pulasari, 2009).

f. Cara penggunaan menurut Usadha Dalem


Untuk mengobati penyakit gila, bernyanyi-nyanyi menyebut-
nyebut Dewa, bahan obat yang digunakan adalah kunyit merah, ketumbah,
garam dan arang dapur dan nyuh mulung (kuud kelapa hijau). Bahan-
bahan tersebut diolah menjadi obat tetes, disaring kemudian diendapkan.
Cara pemakaian adalah dengan meneteskan pada hidung, mata dan telinga
(Tinggen, 1996).
Untuk mengobati penyakit buh mokan, bengkak dan sebee yang
letaknya pada pusar, bahan obatnya adalah benalu, ketumbar, teriketuka

32
dikunyah dalam mulut dan disemburkan ke bagian yang sehat (Pulasari,
2009).

g. Efek farmakologi menurut penelitian


Ada dua pendekatan farmakologi menurut penelitian dengan usada,
yaitu sebagai anti inflamasi dan sedative-hipnotik. Dari jurnal yang
berjudul “Comparative Studies on Antiinflamatory Activity of
Coriandrum sativum, Datura stramonium and Azadirachta indica”,
dilakukan penelitian terhadap buah dari tanaman ketumbar yang memiliki
aktivitas sebagai antiinflamasi dimana penelitian ini dilakukan pada tikus
albino dengan jenis kelamin yang berbeda yang memiliki berat 100-160
gram. Ekstrak etanol dari tanaman ketumbar pada dosis yang berbeda-beda
(50-1500 mg/kg) diberikan secara oral pada hewan uji. Dilakukan
pengamatan setelah 7 hari pasca pemberian. Aktivitas anti inflamasi dari
ekstrak etanol diuji pada tikus yang sudah diinduksi dengan caragenan.
Ekstrak etanolik dari buah ketumbar menunjukan inhibisi signifikan dari
caragenan yang menginduksi pembengkakan pada cakar tikus. Sebanyak
40,81% inhibisi pembengkakan ditunjukkan setelah 3 jam pemberian
ekstrak etanol dengan dosis 200 mg/kg. Tahap awal dari edema dikaitkan
dengan pelepasan histamine dan serotonin. Pelepasan zat aktif tersebut
menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas dinding kapiler.
Reseptor nyeri mengalami perangsangan, proteome dan cairan keluar dari
pembuluh darah kapiler. Aliran darah ketempat cidera meningkat, sel
fagosit bermigrasi ke tempat cidera. Ekstrak etanol ini menghambat
pelepasan histamine dan serotonin serta ekstrak ini bisa menghambat
pelepasan sel mediator (Sonika et al, 2010).
Pada jurnal yang berjudul “Sedative-Hypnotic Activity of Extract
and Essential Oil of Coriander Seeds”, dilakukan uji dari ekstrak hidro-
alkohol, minyak atsiri dari biji coriander yang dapat memperpanjang
induksi waktu tidur dari pentobarbital. Ekstak hidroalkohol dan minyak
atsiri sebanyak 100, 200, 400 dan 600 mg/kg yang diberikan secara iv

33
pada tikus albino laki-laki dimana diinjeksikan 30 menit sebelum
pentobarbital diinjeksikan sebanyak 40 mg/kg. Bagian tanaman yang
digunakan adalah biji dari tanaman ketumbar. Ekstrak hidroalkohol dari
biji coriander meningkatkan induksi waktu tidur dari pentobarbital secara
signifikan sebesar 95% 189% pada dosis 400 dan 600 mg/kg, sedangkan
pada minyak atsiri menunjukkan peningkatan signifikian durasi tidur pada
dosis 600 mg/kg saja (Emamghoreishi and Hamedani, 2006; Anju et al,
2011).

11. Pule ( Alstonia scholaris)

Gambar 12. Alstonia scholaris

a. Taksonomi
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Class :Magnoliopsida
Sub class :Asteridae
Ordo :Gentianales
Family :Apocynaceae
Genus :Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris R. Br

34
b. Kandungan kimia
Kulit kayu pulai mengandung alkaloida ditaine, ekitamin
(ditamine), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein,
porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan lupeol), saponin, flavonoida,
dan polifenol. Daunnya mengandung pikrinin, sedangkan bunga pulai
mengandung asam ursolat dan lupeol. Bagian akar, kulit batang, getah
dan daun pulai memiki rasa pahit karena pada bagian-bagian tumbuhan
pulai mengandung echeretine dan echlcherm.

c. Efek farmakologi dalam Usadha Dalem


Keram, linu-linu, sakit seluruh badan, bila perut kaku serta dugalan
(endapan kotoran).

d. Cara Penggunaan dalam Usadha Dalem


Pengobatan untuk keram : daun pule beserta akarnya, teriketuka,
air dan arang kepah diparamkan (dibuat boreh).

e. Efek farmakologi menurut penelitian


Berdasarkan Jurnal yang diperoleh Alstonia scholaris memiliki
efek farmakologis sebagai analgesik. Dimana pada penelitian ini
digunakan ekstrak metanol dari akar Alstonia scholaris. Efektivitas
Alstonia scholaris dibandingkan dengan obat standar aspirin, yang
menunjukkan bahwa ratio inhibisi aspirin masih lebih besar daripada
ekstrak metanol dari akar Alstonia scholaris sebagai analgesik. Ekstrak
metanol dari akar alstonia scholaris sebagai analgesik memiliki
mekanisme yaitu dengan menginhibisi reseptor pada sistem saraf
perifer dan pusat (Joel dkk., 2011).

35
BAB IV
KESIMPULAN

Dalam usada dalem menggunakan 50 tanaman obat untuk mengobati


penyakit-penyakit yang sesuai penggunaan tanaman pada usada dalem. Dari 12
tanaman yang dibahas pada makalah ini terdapat 2 jenis tanaman yang tidak
sesuai antara kegunaannya dalam usada dalem yang dikaji dalam penelitian jurnal
ilmiah yang telah dipublikasikan yaitu tanaman pule dan asam jawa. Hal ini
mungkin dikarenakan belum ada dilakukannya penelitian tentang efek
farmakologi dari pule untuk keram, linu dan kejang perut dan asam jawa u untuk
kurap dan gudig.

36
DAFTAR PUSTAKA

Anju, Verma, S.N. Pandeya, S.K. Yadav, S. Singh, and P. Soni. 2011. A Review
on Coriandrum sativum (Linn.): An Ayurvedic Medicinal Herb of
Happiness. Journal of Advances in Pharmacy and Healthcare Research.
Vol. 1. ISSN: 2231-6817. p. 28-48
Aprijani. 2005. Biologi dan Konservasi Marga Myristica di Indonesia.
Biodiversitas volume 6, Hlm: 147-151.

Asgarpanah, Jinous dan Nastaran Kazemivash. 2012. Review : Phytochemistry


and pharmacologic properties of Myristica fragrans Hoyutt. African
Journal of Biotechnology. Vol. 11(65). p. 12787-12793.

Bhamarapravati, Sutatip, Siriyaporn Juthapruth,Warocha Mahachai dan Gail


Mahady. 2006. Antibacterial activity of Boesenbergia rotunda (L.)
Mansf. and Myristica fragrans Houtt. Against Helicobacter pylori. 28
(Suppl. 1) : 157-163

Doughari, JH. 2006. Antimicrobial Activity of Tamarindus indica Linn. Tropical


Journal of Pharmaceutical Research. Vol. 5 (2). 597-603

Emamghoreishi, M and G. Heidari-Hamedani. 2006. Sedative-Hypnotic Activity


of Extract and Essential Oil of Coriander Seeds. Iran J Med Sci. Vol. 31,
No 1. p. 22-27.

Gayle, C. W., Patrick M., Meredith A., and Bill L. L. 2005. Cigarette Smoking
and Effects on Hormone Function in Premenopausal Women.
Environmental Health Perspectives. Vol. 113, No. 10.

Gholib, D dan E. Kusumaningtyas. 2007. Uji Daya Hambat Ekstrak Rimpang


Lengkuas (Alpinia galangal SW) Dan Daun Sirih (Piper betel L) Terhadap
Kapang Dermatofit Secara In Vitro Dan In Vivo. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Hlm. 877-884

Goswami, Sonia, A. Singhai and R.S Pawar. 2012. Phytochemical and


Pharmacological investigations on Coriandrum sativum: A Review. Asian
Journal of Pharmaceutical Education and Research. Vol. 1. p. 9-21

Goverdhan, P dan Diwakar Bobbala. 2009. Anti-nociceptive and Anti-


inflammatory Effects of the Leaf Extract of Vitex trifolia Linn. in
Experimental Animals. University College of Pharmaceutical Sciences.
Ethnobotanical Leaflets 13: 65-72

Hamzah, M. 2011. Evaluation of Topical Preparations Containing Curcuma,


Acacia and Lupinus Extracts as an Antiinflammatory Drugs. Saudi Arabia,

37
Dep. of Pharmaceutics International Journal of Applied Research in
Natural Products. Vol. 4 (2), p.19-23.

Hasanah Aliya Nur , Fikri. N, Ellin. F, dan Ade. 2011. Analisis Kandungan
Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.). Jurnal Matematika & Sains. Vol. 16, No. 3. p.
147-152

Hayani, Eni. 2006. Analisis Kandungan Kimia Rimpang Temulawak. Bogor :


Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.

James, joel, Arun Kumar Thaliyil Veetil, Lipin Dev Mundur sagadevan. 2011.
Phyto Chemical Screening and Microbial Activity Of Alstonia scholaris
Flowers (L) R.BR. FAM: Apocynaceae. International Journal Of
Pharmaceutical Research and Development. Vol 3 (4): 172-178

Kulkari, L.A. 2011. Pharmacological Review On Vitex Trifolia Li.


(Verbaeaceae). Belgaun, Ka Dan India : Department Of Pharmcology, Kle
College Of Pharmacy. Pharmacologyonline 3: 858-863 (2011)

Manuaba, I. B. G. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga


berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Nair M.G., dkk. 2004. Dietary foot supplement containing natural cyclooxygenase
inhibitors and methods for inhibing pain and inflammation. (Cited: Oct 23,
2012). Available at : http://www.freepatensonline. com/6818234. html.

Nala, Abu. 2003. Manfaat Apotik Hidup. Temanggung : Bina Karya.

Nassar, M.I., E. A. Aboutabl, Y. A. Makled, E. A. El-Khrisy, A. F. Osman. 2010.


Secondary Metabolisme and Pharmacology of Foeniculum vulgare Mill.
Subsp. Piperitum. Rev. Latinoamer. Quim. 38/2.

Natheer, S. Esath, C. Sekar, P. Amutharaj, M. Syed Abdul Rahman, dan K. Feroz


Khan. 2012. Evaluation of antibacterial activity of Morinda citrifolia, Vitex
trifolia and Chromolaena odorata. African Journal of Pharmacy and
Pharmacology Vol. 6(11). pp. 783-788.

Nurnasari, E dan Subiyakto. 2011. Komposisi kimia minyak atsiri pada beberapa
tipe daun tembakau (Nicotiana tabaccum l.). Berita Biologi 10(5).

Ozbek, Hanefi. 2005. The Anti-inflammatory Activity of the Foeniculum vulgare


L. Essential Oil and Investigation of its Median Lethal Dose in Rats and
Mice.International Journal of Pharmacology 1(4):329-331

38
Prastika, I Nyoman. 2008. Usada Pengobatan Tradisional Bali. (Cited: Oct 17,
2012). Available at : http//www.usada_pengobatan_tradisional_bali.pdf

Pulasari. 2009. Nawa Usadha Bali. Surabaya: Paramita

Rahminiwati, M., I. Juwita, A. Murtisari, dan L. K. Darusman. 2011. Aktifitas


Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) terhadap Proliferasi dan
Diferensiasi Sel Otak Besar Anak Tikus Berumus Tiga hari Secara In
Vitro. Fitofarmaka. Vol. 1 No.2: 1 – 81

Rukmana, Ir. Rahman. 1994. Kencur. Yogyakarta: Kanisius (anggota IKAPI)

Rustam, Erlina. Indah Atmasari. Yanwirasti. 2007. Antiinflamasi Ekstrak Etanol


Kunyit (Curcuma domestica Val) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar.
Sains dan Teknologi Farmasi. Vol. 12, No. 2: 114-115

Shekhar, Misra Chandra, Kumar Pratyush, Sagadevan Lipin Dev Mundur, James
Joel, Veetil Arun Kumar Thaliyil, Thankamani V. 2011. Analgesic
Activity Of The Methanolic Extract Of Alstonia Scholaris. International
Research Journal Of Pharmacy ; Vol 2 (8) 2011 117-118

Suputra, I Made Wira. 2009. Inventarisasi Tanaman Obat Berdasarkan Usada


Dalem dalam Bentuk Buku Elektronik. Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

Suryaguna, Sakta , Gusti Ngurah Hary Anantha. 2009. Produksi Obat Nyamuk
dengan Bahan Dasar daun Liligundi ( Vitex trifolia ). IPTEKMA. Vol I,
No. 1,001-01. ISSN : 2086-1354

Sutara, P.K dan Eniek Kriswiyanti. 2007. Bahan Ajar Etnofarmasi I. Bukit
Jimbaran : Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana.

Sutomo. Agung Kurniawan. I Made R. Pendit. 2009. Tanaman Obat Usada


Kebun Raya Bali. Tabanan: LIPI Press, anggota Ikapi. Hlm 127-128.

Tinggen, I. N. 1996. Sarining Usada Bali Pusaka Leluhur Jilid II. Singaraja:
Toko Buku Indra Jaya. Hlm. 56

Udjiana, Sigit. 2008. Upaya Pengawetan Makanan Menggunakan Ekstrak


Lengkuas. Jurnal Teknologi Separasi. Vol. 1, No. 1. Hlm. 134-150

Winarti, Christina. 2005. Peluang Pengembangan Minuman Fungsional Dari Buah


Mengkudu (Morinda Citrifolia L.). Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian

39
40

Anda mungkin juga menyukai