PENDAHULUAN
1
Di dalam lontar tutur (tatwa) berisi tentang ajaran aksara gaib atau
wijaksara. Ajaran anatomi, fisiologi, falsafah sehat-sakit, padewasaan mengobati
orang sakit, sesana balian, tatenger sakit. Sedangkan di dalam lontar usada berisi
tentang cara memeriksa pasien, memperkirakan penyakit (diagnosa), meramu obat
(farmasi), mengobati (terapi), memperkirakan jalannya penyakit (prognosis),
upacara yang berkaitan tentang masalah pencegahan (preventif), dan pengobatan
(kuratif) (Prastika, 2008).
Sarana atau bahan obat yang dipergunakan dalam lontar usada berasal dari
tumbuh-tumbuhan atau hewan. Nama tanaman yang terdapat dalam lontar usada
tersebut menggunakan Bahasa Daerah Bali, Bahasa Kawi, Bahasa Jawa Kuno atau
Bahasa Sansekerta, disamping itu juga sering ditemukan penggunaan nama
tanaman dengan nama akronim atau sinonim (Suputra, 2009).
Cara penggunaan obat yang terdapat dalam lontar usada, pada umumnya
dilakukan secara tradisional seperti dijadikan loloh/obat minum, tutuh (pemberian
obat dengan jalan mengisap cairan melalui hidung atau dengan meneteskan pada
hidung), berupa boreh/parem, urap/usug/obat gosok, ada pula yang berupa minyak
yang dioleskan pada tubuh (Suputra, 2009).
2
melainkan dapat dijaga keseimbangannya agar tidak menimbulkan penyakit
berbahaya (Sutara, 2007).
Usada Dalem juga membahas tentang penyakit dalam terutama penyakit
tuju. Penyakit tuju biasa dikenal dengan nama penyakit rematik, yaitu penyakit
yang menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada sendi, otot, dan tendon. Dalam lontar
usada dalem memuat beberapa jenis penyakit tuju dengan gejala atau tanda-tanda
yang berbeda, penyakit gila, barah, buh, badasa, gering agung atau kusta lepra,
gudig, kurap gatal dan hangus, gigitan ular, gigitan anjing, obat muka, sasak, sakit
bagian pelepasan, penyakit kulit, penyakit perut, penyakit yang tidak mempan
diobati, tuju dan bebai, dan cara membuat banten untuk orang sakit. Bila
dibandingkan dengan cara pengobatan lain, dengan pengobatan tuju menurut
usada dalem lebih banyak menggunakan bahan, biasanya dibuat boreh. Dari
beberapa jenis penyakit tuju, dapat digunakan sejumlah tumbuhan yang
digunakan, umumnya mengandung minyak atsiri dan glukosida yang bersifat
antiradang, antipiretik, dan analgesic (Prastika, 2008).
3
BAB II
TINJAUAN KHUSUS
(Sutara 2007)
4
2.2 TABEL NAMA TANAMAN OBAT DALAM USADA DALEM
5
epilepsi, untuk badan sembung, daun pule, temutis,
sakit gudig disertai temu kunci, kunir, bangle,
kurap dan untuk badan dan jahe pahit masing-masing
gatal. sepanjang satu buli, serta
gegambiran anom. Bila ingin
dalam keadaan hangat, diisi
lagi dengan sinderong dan
diambil air endapannya.
Mula-mula tumbuk semua
bahan, isi sedikit air, diperas
dan disaring, kemudian
langsung diminum. Untuk
pengobatan badan gudig
disertai sakit kurap
menggunakan bahan obat
yang digunakan yaitu buah
asam,lengkuas, (cempaluk),
bangle, jeruk nipis, dan
minyak kelapa tandusan.
Bahan ini dicampur dan
kemudian dilumaskan atau
diparemkan pada seluruh
badan (Pulasari, 2009).
5. Temulawak Curcuma sakit di bagian temu-temu diparut,
xanthorrhiza pelepasan(Anus/Dubur kemudian diperas dicari atau
Roxb.) ) diambil airnya. Jeruk nipis
dipotong atau diiris dan
diperas. Masing-masing
ditakar sama banyaknya,
kemudian dicampur dan
minumkan.
6. Adas Foeniculum Digunakan untuk Untuk penyakit barah : adas
6
barah (kulit merah dan langsung disembur pada
akibat bengkak karena bagian yang dirasakan sakit
peradangan), penyakit Untuk penyakit buh dan
buh (Penyakit yang badasa : Adas, daun
menampakan gejala- kecubung, dan bawang
gejala pembengkakan diproses menjadi obat oles
pada bagian rongga
perut sehingga tampak
membesar), penyakit
badasa (bengkak pada
urat daging).
7. Tembakau Nicotiana Sebagai pengobatan Temako, lunak, minyak
tabacum datang bulan tidak tandusan digerus
lancar dalam bentuk ditempelkan pada pusar
limpun pada malam hari.
7
kemudian diendapkan. Cara
pemakaian adalah dengan
meneteskan pada hidung,
mata dan telinga (Tinggen,
1996).
Untuk mengobati penyakit
buh mokan, bengkak dan
sebee yang letaknya pada
pusar, bahan obatnya adalah
benalu, ketumbar, teriketuka
dikunyah dalam mulut dan
disemburkan ke bagian yang
sehat (Pulasari, 2009).
10. Kunyit / Curcuma Untuk membatalkan Kunir, kemiri, dan garam
Kunir domestica Val atau mengurungkan dikunyah untuk obat sembur.
penyakit badasa (Pulasari, 2009)
(bengkak pada urat
daging). Dalam hal ini
kebengkakan pada
kelenjar limpa di
pangkal paha, yang
disebabkan oleh
karena adanya infeksi
pada urat daging kaki.
11. Lili gundi Vitex trifolia L Penyakit selalu suka Untuk bengkak-bengkak di
tersenyum-senyum badan, bahan obat yang
(gumuyu), bila suka digunakan adalah Liligundi,
gurau dan tertawa tak kantewali, musi, jebug arum
tentu, suka menari- dan air cuka. Bahan-bahan
nari, dan Penyakit ini dicampur dan dimasak
buh, bengkak urat sekaligus. Setelah matang,
daging, pecah-pecah airnya diambil dan dipakai
pada kulit, kerambit obat minum (Pulasari, 2009).
8
kawiian (luka yang
sampai tampak ada
ulat atau larvanya dan
bengkak-bengkak
pada badan (Pulasari,
2009).
12. Pala Myristica Untuk mengobati sakit Bahan obat : pala, suruh,
fragrans kaku pada perut jinten cemeng, temutis,
kelembak kasturi, asahan
baem, warak dan asahan
cendana. Diproses menjadi
obat tetes (minum melalui
tetesan dari hidung)
(Pulasari,2009).
9
BAB III
PEMBAHASAN
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Caesalpinioideae
Genus : Tamarindus
Species : Tamarindus indica L.
b. Kandungan kimia
Berdasarkan hasil penelitian fitokimia, batang, buah dan daun
Tamarindus indica mengandung tanin, saponin, seskuiterpen, alkaloid dan
phlobatamins (Doughari, 2006). Selain agen-agen yang dapat ditemukan di
atas, ternyata baru-baru ini juga ditemukan agen aktif yang sangat
bermanfaat dalam bidang medis, yaitu anthocyanin (Nair, et al., 2004).
10
c. Efek farmakologi buah asam jawa dalam Usadha Dalem
Berdasarkan usadha dalem khasiat buah asam Jawa digunakan untuk
mengatasi penyakit kulit seperti gatal – gatal, gudig, dan kurap. Selain itu,
juga digunakan untuk mengobati perut kaku dan linu – linu ( Pulasari,
2009).
11
dimana data yang didapat menunjukkan indikasi dari adanya senyawa
antibiotik berspektrum luas dari tanaman tersebut . Pada penelitian juga
digunakan tiga jenis pelarut yang digunakan untuk ekstraksi. Ekstrak
aseton merupakan salah satu jenis pelarut yang digunakan dimana ekstrak
aseton menunjukkan aktivitas anti mikroba yang tinggi terhadap organisme
yang diuji, diikuti dengan ekstrak metanol dan ekstrak air (Doughari,
2006).
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L.
( Rukmana, 1994).
12
b. Kandungan kimia
Saponin, flavonoid, dan senyawa-senyawa polifenol, di samping
minyak atsiri (2,4-3,9%) yang mengandung sineol, borneol, kamfer, etil
alkohol, asam metal-kaneelat, 2,4,6-trimetil oktan, etilsinamat, limonen
dioksida, asam etil ester 3-(4-metoksifenil)-2-propenoat, dan etil p-
metoksisinamat. Senyawa yang berperan sebagai antiinflamasi yaitu etil-
p-metoksisinamat (Hasanah dkk., 2011).
13
jaringan yang rusak. Pada fase kedua, setelah 3 jam penggunaan terjadi
pelepasan prostaglandin dan dimediasi oleh bradikinin, leukotrien, sel
plimorfonuklear, dan produksi prostaglandin oleh makrofag (Hasanah
dkk., 2011).
b. Kandungan kimia
Di dalam buah mengkudu terkandung zat-zat yang berkaitan dengan
kesehatan dan telah dibuktikan hanya terdapat didalam mengkudu.
Tanaman mengkudu mengandung berbagai vitamin, mineral, enzim
alkaloid, ko-faktor dan sterol tumbuhan yang terbentuk secara alamiah.
14
Komposisi kimia yang terkandung pada seluruh bagian tanaman adalah
alizarin, alizarin-alfa-metil eter, antraquinon, asperulosida, asam hexanoat,
morindadiol, morindon, morindogenin, asam oktanoat, asam ursolat. Pada
bagian daun yaitu asam amino(alanin, arginin, asam aspartat, sistein, sistin,
glisin, asam glutamat, histidin, leusin, isoleusin, metionin, fenilalamin,
prolin, serin, threonin, triftopan, tirosin, valin), mineral (kalsium, besi,
fosfor), vitamin (asam askorbat, beta caroten, niasin, riboflavin, tiamin,
betasitisterol, asam ursolat), alkaloid(antraquinon, glikosida, resin).
Sedangkan pada bunganya yaitu 5,7-dimetil-apiganin-4-o-beta-d(+)
galaktopiranosida, 6,8-dimetoksi-3-metil antara quinon-1-o-beta-ramnosil
glukopiranosida, acasetin-7-o-beta-d (+)-glukopira nosida. Buahnya
mengandung asam askorbat, asam asetat, asperulosida, asam benzoate,
benzyl alcohol, 1-butanol, eugenol (Winarti,2005).
15
membantu sintesa organik dan pemulihan sel-sel dalam tubuh. Kandungan
mengkudu berupa zat-zat seperti Ascubin, L. asperuloside, alizarin dan
beberapa zat antraquinon terbukti sebagai zat anti bakteri infeksi seperti
Proteus morganii, Bassilus subtilis, Staphylococus aureus, Pseudomonas
aeruginosa dan Echerichia coli. Selain itu juga dapat mengontrol jenis-
jenis bakteri yang mematikan (patogen) seperti Salmonelladan Sigell.
Selain itu, zat scopoletin dapat memperlebar saluran pembuluh darah yang
menyempit dan melancarkan peredaran darah. Selain itu scopoletin juga
dapat membunuh beberapa tipe bakteri dan bersifat fungisida terhadap
bakteri Pythium sp dan bersifat anti peradangan dan alergi (Winarti, 2005).
Berdasarkan penelitian juga didapatkan hasil bahwa methanol ekstrak
dari buah mengkudu dapat menghambat aktifitas pertumbuhan mikroba
yang diujikan pada 6 jenis bakteri. Dari 6 jenis bakteri yang digunakan,
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus adalah bakteri yang paling
sensitife terhadap ekstrak methanol dari mengkudu dimana aktifitasnya
dapat dihambat dengan konsentrasi yang cukup rendah (Natheer, et al.,
2012).
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
16
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
b. Kandungan kimia
Komposisi kimia dari rimpang temulawak adalah protein sebesar 29-
30%, pati 41,45 %, komponen aktifnya adalah kurkumin sebesar 2,24%
dan minyak atsiri 3,81%. Analisis kwalitatif skrining fitokimia terdapat
alkaloid, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan glikosida (Hayani, 2006)
17
Temulawak mengndung Kurkumin. Kurkumin adalah antiinflamasi
dan neuroprotektor yang potensial. Sebagai anti-inflamasi kurkumin
bekerja menghambat kerusakan otak yang lebih parah akibat aktivitas
mediator kimia yang dilepaskan oleh mikroglia pada waktu terjadinya
proses fagositosis benda benda asing di otak
Menurut Jurnal 2 :
Evaluation of Topical Preparations Containing
Curcuma, Acacia and Lupinus Extracts as an AntiinflammatoryDrugs
Dalam penelitian ini dilakukan uji preklinik ativitas kurkumin
sebagai anti inflamasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengekstraksi
serbuk curcuma dengan pelarut aseton kemudian diuapkan sampai
diperoleh 83 mg ekstrak kental. Hasil dari skrining fitokimia menunjukan
kemungkinan ekstrak kurkuma juga mengandung flavonoid dan fenol.
Hewan uji yang digunakan adalah tikus albino.
Hewan uji diinjeksi dengan karagenan untuk menimbulkan oedema.
Tikus dibagi menjadi 6 grup. Digunakan carboksimetil selulosa sebagai
kontrol dan 2 mg diclofenak sebagai pembanding. Dari Hasil terlihat
bahwa pemberian 2 mg ektrak kurkuma 8% menunjukan efek anti
inflamasi yang hampir sama dengan pemberian 2mg diclofenak.
mekanisme dari kurkumin yang berperan sebagai agen anti inflamasi
disebabkan oleh penghambatan beberapa enzim yang berpartisipasi dalam
sintesis zat inflamasi dalam tubuh yang berasal dari asam arakidonat.
Dengan penambahan flavonoid aktivitas anti inflamasinya akan semakin
meningkat.
18
aktivitas kurkumin dalam temulawak yang berfungsi sebagai anti
inflamasi. Mekanisme kurkumin sebagai anti inflamasi disebabkan oleh
kemampuannya menghambat beberapa enzim yang berpartisipasi dalam
sintesis zat inflamasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada kesesuaian antara
penggunaan temulawak menurut usada dalem dengan aktivitas temulawak
sebagai anti inflamasi.
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Suku : Apiaceae
Marga : Foeniculum
Spesies : Foeniculum vulgare Miller
b. Kandungan kimia
Minyak atsiri, hidrokarbon, sterol, furocoumarine, psoralen,
bergapten, xanthotoxin, flavonoid isopimpinellin 3-0-α-rhamnoside,
19
fenkon, pinen, limonene, dipenten, felandren, metilchavikol, dan asam
lemak (Nassar, et al, 2010).
20
6. Lili gundi (Vitex trifolia L)
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Vitex
Spesies : Vitex trifolia L
b. Kandungan kimia
Kandungan kimia dari buah maupun daun liligundi yaitu senyawa
golongan flavonoid (kastisin, 3,6,7-trimetil kuersetagetin, Vitexin,
Terpinyl 5 metil artemetin7-desmetil artemetin ,luteolin, luteolin-7-O-
β-D glukuronida,luteolin-3-O-β-D-glukuronida dan Alpha-pinene,
Terpinyl acetate, isoorientin),terpenoid,maupun sterol (β-sitosterol and
β-sitosterol-β-D-glukosida,Isoorientin,dihydrosolidgenone,
abietatriene, Vitetrifolin, triterpenoids (Kulkari, 2011).
21
c. Efek farmakologi dalam Usada Dalem
Berdasarkan usada dalem khasiat liligundi adalah untuk bengkak-
bengkak pada badan.Penyakit selalu suka tersenyum-senyum, bila suka
gurau dan tertawa tak tentu, suka menari-nari, dan bengkak-bengkak
pada badan (Pulasari, 2009).
22
latent period; Hot plate reaction time; Analgesy-metre induced pain
berdasarkan ketiga metode tersebut diperoleh hasil yang signifikan
pada pemberian dosis 50 mg/mL dan 100 mg/mL sebagai anti
nociceptive dimana nilainya setara dengan pentazonice yang
digunakan sebagai standar. Pada metode uji anti nociceptive dengan
menggunakan induksi asam asetat akan menyebabkan peningkatan
cairan peritoneal pada PGE2 dan PGF2a yang merupakan bagian dari
reseptor peritoneal dan metode ini sangat sensitif untuk screening uji
efek anti nociceptive. Asam asetat adalah metode writhing response
menunjukkan hasil yang signifikan dalam penurunan dalam respon
pergerakan tikus dan mengurangi keram dan penyempitan perut pada
tikus (Goverdhan, 2009).
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
23
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotiana tabacum
b. Kandungan kimia :
Nikotin, monoterpena, monoterpena teroksigenasi, seskiterpena,
seskiterpen teroksigenasi, turunan benzene, asam organic, ester alifatik,
ester aromatic, hidrokarbon alifatik (Nurnasari, 2011).
24
luteal disebabkan alkaloid pada rokok (tembakau) seperti nikotin, cotinin,
atau anabasin (Gayle, 2005).
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans Houtt.
b. Kandungan kimia
Kandungan kimia yang terdapat dalam jaringan atau organ dari jenis-
jenis tumbuhan pada marga Myristica belum banyak dipublikasikan. Buah
pala misalnya, mengandung 9% air, 27% karbohidrad, 6,5% protein,
minyak campuran 33%, minyak essensial 4,5%. Selubung biji juga
mengandung 22,5% minyak campuran dan lebih dari 10% minyak
25
essensial. Biji mengandung 23-30% mentega dan jika dipisahkan terdiri
dari 73% trimyristin dan 13% minyak essensial. Kandungan kimia bagian
tumbuhan pala tidak hanya pada buahnya, tetapi juga pada biji dan
daunnya yang mengandung polifenol. Biji dan buahnya juga mengandung
saponin dan daunnya mengandung flavonoid (Aprijani, 2005).
d. Cara penggunaan
Pala, suruh, jinten cemeng, temutis, kelembak kasturi, asahan baem,
warak dan asahan cendana. Diproses menjadi obat tetes (minum melalui
tetesan dari hidung) (Pulasari, 2009).
b. Anti mikroba
Spesimen diperoleh dari pasien di Departemen Penyakit Dalam,
Chulalongkorn University Hospital, Bangkok, Thailand, selama
periode antara Mei 2001 dan November 2002. Sepuluh pasien dengan
persetujuan berdasarkan informasi memiliki atas gejala
26
gastrointestinal, yaitu gastritis, dispepsia dan ulkus peptikum yang
terdaftar dalam studi aktivitas antibakteri senyawa B. rotunda dan M.
fragrans terhadap H. pylori. Untuk membuktikan aktivitas antimikroba
dari M. fragrans diambil spesimen biopsi dari antrum dan lambung
dari pasien yang menderita dyspepsia, gastritis dan gejala gangguan
gastrointestinal lainnya. Masing-masing specimen ditempatkan pada
0,1 ml medium perantara yang nantinya akan diinokulasikan pada
suatu medium. Aktivitas antimikroba dilakukan secara in vitro dilihat
melalui besarnya diameter zona inhibisi yang dihasilkan oleh ekstrak
M.fragrans. Myristica fragrans mengandung senyawa asam
dihydroguaiaretic yang terbukti memiliki aktivitas dalam menghambat
pertumbuhan bakteri gram negatif Helicobacter pylori yang
merupakan penyebab utama gastritis, dyspepsia, ulkus peptikum dan
lambung, serta kanker usus besar (Bhamarapravati et al., 2006).
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super devisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
27
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val.
b. Kandungan kimia
Rimpang mengandung minyak atsiri yang terdiri dari seskuiterpen
(35% tumeron, 25% zingeberen,dan 12% artumeron), monoterpen (simen,
sibenen, felandren, sineol dan burneol), pinen, kamfen, carane, myrcene,
terpinen, limonen, terpinnolen, sineol, curcume, cadinene, elemene,
caryopilene, tarnesene, numelene, bisabolene, seskuifelandren, curcumene,
turmerol, aflantone. Selain itu juga mengandung alkaloid, polifenol,
saponin, kamper, asam kapriliat, asam metoksianamat, tolimetikarbonil,
desmetokurkumin, bisdesmetoksikurkumin, resin, pati, amilum, anilin,
gom, getah, dan minyak lemak (Sutomo, 2009).
28
dari kunyit yang memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi, Mekanisme
yang terjadi adalah kurkumin menginhibisi pembentukan prostagladin
dimana prostagladin ini akan menekan enzim siklooksigenase sehingga
dapat menyebakan penurunan dalam menurunkan pembentukan edema,
dimana semua dosis pada kurkumin memiliki efek antiinflamasi tetapi efek
yang paling besar di hasilkan oleh konsentrasi 1000 mg/ml dimana dapat
menekan edema sebesar 78,37 % sehingga dilihat dari persentase aktifitas
ini sudah mencukupi digunakan sebagai suatu senyawa untuk antiinflamasi
(Rustam, 2007).
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Species : Alpinia galanga (L.) Willd
(Udjiana, 2008).
29
b. Kandungan kimia
Lengkuas mengandung beberapa zat seperti 1-asetoksikavikol-
asetat, 1-asetoksi eugenol-asetat, kariofilenoksida, kariofillenol, 1,2-
pentadekana, 7-heptadekana, kuersetin-3 metil eter, isoramnetin,
kaempferida, galangin, galangin-3-metil-eter rimnositrin, 7-hidroksi 3, 5-
dimetoksi-flavon. Serta rimpang lengkuas sendiri mengandung kurang
lebih 1% minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terdiri dari metal
sinamat 48%, sineol 20-30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen,galangin,
tannin dan lain-lain (Udjiana, 2008).
30
Dari penelitian yang dilakuan, pada uji in vitro, ekstrak lengkuas
merah pada kadar 1,28% dapat menghambat pertumbuhan koloni kapang
sedangkan pada daun sirih baru terlihat daya hambatnya pada kadar 2-8%.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak lengkuas memiliki daya
hambat yang lebih kuat dibandingkan dengan daun sirih sebagai anti fungi.
Pada pengujian in vivo langsung diaplikasikan pada kelinci yang tertular.
Hasil uji in vivo menunjukkan terjadinya efek penyembuhan lesi pada
kelinci oleh kedua jenis simplisia tersebut . Komponen dalam ekstrak
etanol rimpang lengkuas yang diduga memiliki efek sebagai antifungi
yaitu diterpen, quercetin, dan chalcone melalui perubahan membrane lipid,
dimana minyak atsiri dapat membentuk kompleks dengan sterol dan
mempengaruhi permiabilitas membrane fungi serta sintesis asam nukleat.
Posforilasi oksidatif dan mempengaruhi transport elektron(Gholib dan
Kusumaningtyas, 2007).
a. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopisida
Subkelas : Rosidae
31
Order : Apiales
Family : Apiaceae
Genus : Coriandrum
Spesies : Coriandrum sativum L.
(Anju et al, 2011)
b. Kandungan kimia
Dalam minyak atsiri mengandung beberapa konstituent utama
(mayor) dimana salah satu kostituen utamanya adalah linalool (60-70%)
dan sisanya adalahkonstituenminorMonoterpen Hidrokarbon, seperti α-
pinene, β-pinene, limonene, γ-terpinene,р-simena; Borneol; Sitronelol;
Kamper; Geraniol; Genaril asetat; Komponen heterosiklikyaitu, pyrazine,
furandanturunan tetrahydrofuran; Isocoumarins; Coriandrin;
Dihydrocoriandrin; coriandronesAE; flavonoid; Phthalides
sepertineochidilidedanz-digustilide; fenolikasamdansterol (Goswami et al,
2012).
32
dikunyah dalam mulut dan disemburkan ke bagian yang sehat (Pulasari,
2009).
33
pada tikus albino laki-laki dimana diinjeksikan 30 menit sebelum
pentobarbital diinjeksikan sebanyak 40 mg/kg. Bagian tanaman yang
digunakan adalah biji dari tanaman ketumbar. Ekstrak hidroalkohol dari
biji coriander meningkatkan induksi waktu tidur dari pentobarbital secara
signifikan sebesar 95% 189% pada dosis 400 dan 600 mg/kg, sedangkan
pada minyak atsiri menunjukkan peningkatan signifikian durasi tidur pada
dosis 600 mg/kg saja (Emamghoreishi and Hamedani, 2006; Anju et al,
2011).
a. Taksonomi
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Class :Magnoliopsida
Sub class :Asteridae
Ordo :Gentianales
Family :Apocynaceae
Genus :Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris R. Br
34
b. Kandungan kimia
Kulit kayu pulai mengandung alkaloida ditaine, ekitamin
(ditamine), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein,
porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan lupeol), saponin, flavonoida,
dan polifenol. Daunnya mengandung pikrinin, sedangkan bunga pulai
mengandung asam ursolat dan lupeol. Bagian akar, kulit batang, getah
dan daun pulai memiki rasa pahit karena pada bagian-bagian tumbuhan
pulai mengandung echeretine dan echlcherm.
35
BAB IV
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
Anju, Verma, S.N. Pandeya, S.K. Yadav, S. Singh, and P. Soni. 2011. A Review
on Coriandrum sativum (Linn.): An Ayurvedic Medicinal Herb of
Happiness. Journal of Advances in Pharmacy and Healthcare Research.
Vol. 1. ISSN: 2231-6817. p. 28-48
Aprijani. 2005. Biologi dan Konservasi Marga Myristica di Indonesia.
Biodiversitas volume 6, Hlm: 147-151.
Gayle, C. W., Patrick M., Meredith A., and Bill L. L. 2005. Cigarette Smoking
and Effects on Hormone Function in Premenopausal Women.
Environmental Health Perspectives. Vol. 113, No. 10.
37
Dep. of Pharmaceutics International Journal of Applied Research in
Natural Products. Vol. 4 (2), p.19-23.
Hasanah Aliya Nur , Fikri. N, Ellin. F, dan Ade. 2011. Analisis Kandungan
Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.). Jurnal Matematika & Sains. Vol. 16, No. 3. p.
147-152
James, joel, Arun Kumar Thaliyil Veetil, Lipin Dev Mundur sagadevan. 2011.
Phyto Chemical Screening and Microbial Activity Of Alstonia scholaris
Flowers (L) R.BR. FAM: Apocynaceae. International Journal Of
Pharmaceutical Research and Development. Vol 3 (4): 172-178
Nair M.G., dkk. 2004. Dietary foot supplement containing natural cyclooxygenase
inhibitors and methods for inhibing pain and inflammation. (Cited: Oct 23,
2012). Available at : http://www.freepatensonline. com/6818234. html.
Nurnasari, E dan Subiyakto. 2011. Komposisi kimia minyak atsiri pada beberapa
tipe daun tembakau (Nicotiana tabaccum l.). Berita Biologi 10(5).
38
Prastika, I Nyoman. 2008. Usada Pengobatan Tradisional Bali. (Cited: Oct 17,
2012). Available at : http//www.usada_pengobatan_tradisional_bali.pdf
Shekhar, Misra Chandra, Kumar Pratyush, Sagadevan Lipin Dev Mundur, James
Joel, Veetil Arun Kumar Thaliyil, Thankamani V. 2011. Analgesic
Activity Of The Methanolic Extract Of Alstonia Scholaris. International
Research Journal Of Pharmacy ; Vol 2 (8) 2011 117-118
Suryaguna, Sakta , Gusti Ngurah Hary Anantha. 2009. Produksi Obat Nyamuk
dengan Bahan Dasar daun Liligundi ( Vitex trifolia ). IPTEKMA. Vol I,
No. 1,001-01. ISSN : 2086-1354
Sutara, P.K dan Eniek Kriswiyanti. 2007. Bahan Ajar Etnofarmasi I. Bukit
Jimbaran : Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana.
Tinggen, I. N. 1996. Sarining Usada Bali Pusaka Leluhur Jilid II. Singaraja:
Toko Buku Indra Jaya. Hlm. 56
39
40