Anda di halaman 1dari 12

Definisi :

Nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau merupakan suatu sensasi
tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala. Nyeri kepala merupakan keluhan yang
paling sering dikeluhkan oleh pasien saat datang ke dokter, baik ke dokter umum maupun
neurolog. Sampai saat ini nyeri kepala masih merupakan masalah. Masalah yang diakibatkan
oleh nyeri kepala mulai dari gangguan pada pola tidur, pola makan, depresi sampai
kecemasan.

Klasifikasi :

Klasifikasi dan kriteria diagnostik headache dikeluarkan oleh International Headache Society
(IHS) tahun 2013 dalam wujud ICHD-3 (The International Classification of Headache
Disorders 3rd edition). Bagi dokter dan para tenaga kesehatan, klasifikasi dari nyeri kepala
ini merupakan patokan dasar untuk menganalisa dan membuat diagnostik dari nyeri kepala
yang diderita oleh pasiennya. Oleh IHS, nyeri kepala dikelompokkan menjadi 3 kategori
umum, yaitu Nyeri kepala Primer (Primary Headaches), Nyeri kepala Sekunder (Secondary
Headaches), dan Nyeri kepala dengan neuropati kranial, nyeri wajah lain dan nyeri kepala
lainnya (Painful cranial neuropathies, other facial pains and other headaches).

Epidemiologi :

Studi prevalensi memperkirakan setengah sampai tiga perempat dari orang dewasa berusia 18
- 65 tahun di dunia telah memiliki nyeri kepala, lebih dari 10% memiliki migrain, dan 1,7-4%
dari populasi orang dewasa dipengaruhi oleh nyeri kepala selama 15 hari atau lebih pada
setiap bulannya. Di seluruh dunia, sekitar 50% dari orang-orang dengan nyeri kepala lebih
memilih untuk mengobati dirinya sendiri dan tidak menghubungi praktisi kesehatan. Sampai
dengan 10% populasi dunia berkonsultasi ke ahli saraf, meskipun hanya sedikit di negara
Afrika dan Asia Tenggara. Tiga penyebab konsultasi untuk nyeri kepala, baik perawatan
primer dan spesialis yaitu migrain, nyeri kepala tipe tegang dan kombinasi keduanya.

Patofisiologi Sakit Kepala

Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicunyeri kepala adalah
sebagai berikut (Lance,2000) :peregangan atau pergeseran pembuluh darah intrakranium atau
ekstrakranium, traksi pembuluh darah,kontraksi otot kepala dan leher ( kerja berlebihan otot),
peregangan periosteum(nyeri lokal),degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada
akar nervusservikalis (misalnya, arteritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida
otak mirip- opiat, bahan aktif pada endorfin).

Anamesis :

Anamnesis merupakan langkah pertama dalam manajemen nyeri kepala. Peran anamnesis
memegang posisi paling penting dalam manajemen nyeri kepala, mengingat pada
pemeriksaan fisik dan neurologis pada pasien dengan nyeri kepala sering ditemukan normal.
Ada beberapa langkah dalam anamnesis pasien dengan nyeri kepala. Beberapa langkah
anamnesis pasien dengan nyeri kepala ini secara sistematis tersusun dalam Tabel 1., yang
disingkat dengan H. SOCRATESS. Tanpa anamnesis riwayat nyeri kepala yang cukup,
intervensi diagnostik dan pengobatan yang kita berikan pada pasien dengan nyeri kepala bisa
keliru. Ada kalanya pemeriksaan penunjang yang seharusnya tidak perlu dilakukan dapat
dilakukan, atau sebaliknya uji diagnostik atau laboratorik yang penting malah tidak
dilakukan. Sebelum melakukan anamnesis pada pasien dengan nyeri kepala, data dasar perlu
diambil terlebih dahulu.

Terapi Sakit Kepala

Nyeri kepala dapat diobati dengan preparat asetilsalisilat dan jika nyerikepala sangat berat
dapat diberikan preparat ergot (ergotamin atau dihidroergotamin).Bila perlu dapat diberikan
intravena dengan dosis 1 mg dihidroergotaminmetan sulfatatau ergotamin 0,5 mg. Preparat
Cafergot ( mengandung kafein 100 mg dan 1 mgergotamin) diberikan 2 tablet pada saat
timbul serangan dan diulangi ½ jam berikutnya.

Cluster headache umunya membaik dengan pemberian preparat ergot.Untuk varian Cluster
headache umumnya membaik dengan indometasin.Tension typeheadache dapat diterapi
dengan analgesik dan/atau terapi biofeedback yang dapatdigunakan sebagai pencegahan
timbulnya serangan.

Terapi preventif yang bertujuan untuk menurunkan frekuensi, keparahan,dan durasi sakit
kepala. Terapi ini diresepkan kepada pasien yang menderita 4 hariatau lebih serangan dalam
sebulan atau jika pengobatan di atas tidak efektif.Terapiini harus digunakan setiap hari.
Terapi preventif tersebut adalah pemberian beta bloker, kalsium channel blokers, dopamine
reuptake inhibitors, SSRIs,serotonin atau dopamin spesifik.

Pencegahan Sakit Kepala

Pencegahan sakit kepala adalah dengan mengubah pola hidup yaitumengatur pola tidur yang
sama setiap hari, berolahraga secara rutin, makan makanansehat dan teratur, kurangi stress,
menghindari pemicu sakit kepala yang telah diketahui.

Prognosis dan Indikasi Rujuk Sakit Kepala

Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkanindikasi merujuk
adalah sebagai berikut: sakit kepala yang tiba-tiba dan timbulkekakuan di leher,sakit kepala
dengan demam dan kehilangan kesadaran,sakitkepala setelah terkena trauma mekanik pada
kepala,sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga,sakit kepala yang menetap
pada pasien yangsebelumnya tidak pernah mengalami serangan,sakit kepala yang rekuren
padaanak.

Nyeri kepala primer

1.Tension Type Headache

Definisi Tension Type Headache

Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terusmenerus otot- otot kepala
dan tengkuk ( M.splenius kapitis, M.temporalis, M.maseter,M.sternokleidomastoid,
M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levator skapula).
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache

Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache adalah stress,depresi, bekerja dalam
posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata,kontraksi otot yang berlebihan,
berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbanganneurotransmitter seperti dopamin,
serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.

Epidemiologi Tension Type Headache

Tensin Type Headache terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache
episodik terjadi 63 % dan Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension Type
Headache episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71%sedangkan pada
pria sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20- 40 tahun.

Klasifikasi Tension Type Headache

Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan Tension Type Headache
kronik.Tension Type Headache episodik, apabila frekuensi serangantidak mencapai 15 hari
setiap bulan.Tension Type Headache episodic dapat berlangsung selama 30 menit -7
hari.Tension Type Headache kronik apabila frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan
dan berlangsung lebih dari 6 bulan.

Patofisiologi Tension Type Headache

Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan hasil penelitian
disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan denganterjadinya TTH sebagai berikut:
1.disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperandaripada sistem saraf perifer dimana
disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH sedangkan disfungsi sistem saraf
pusat mengarah kepada CTTH.
2.disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen tanpadisertai
iskemia otot.
3.transmisi nyeri TTH melalui nukleus trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan
mensensitasi second order neuron pada nukleus trigeminaldan kornu dorsalis ( aktivasi
molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif pada jaringan perikranial dan
miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang akan meningkatkan aktivitas otot
perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter pada jaringan miofasial.
4.hiperflesibilitas neuron sentralnosiseptif pada nukleus trigeminal, talamus, dan korteks
serebri yang diikutihipesensitifitas supraspinal (limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang
deteksi nyeri (tekanan, elektrik, dan termal) akan menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain
itu,terdapat juga penurunan supraspinal decending paininhibit activity.
5.kelainanfungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan kesalahan interpretasi info
pada otak yang diartikan sebagai nyeri.
6.terdapat hubungan jalur serotonergik danmonoaminergik pada batang otak dan hipotalamus
dengan terjadinya TTH. Defisiensikadar serotonin dan noradrenalin di otak, dan juga
abnormal serotonin platelet, penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif
pada otot temporal dan maseter.
7.faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological motor stress pada TTH
sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer danaktivasi struktur persepsi
nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi danansietas akan meningkatkan
frekuensi TTH dengan mempertahankan sensitisasisentral pada jalur transmisi nyeri.
8.aktifasi NOS ( Nitric Oxide Synthetase) dan NO pada kornu dorsalis.

Pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa teori yang
menjelaskan hal tersebut yaitu
1.adanya stress fisik (kelelahan)akan menyebabkan pernafasan hiperventilasi sehingga kadar
CO2 dalam darahmenurun yang akan mengganggu keseimbangan asam basa dalam darah.
Hal ini akanmenyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan mengakibatkan ion
kalsiummasuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot yang berlebihan sehingga
terjadilah nyeri kepala.
2.stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya
akan mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi aferengamma trigeminus yang akan menghasilkan
neuropeptida (substansi P). Neuropeptidaini akan merangsang ganglion trigeminus (pons).
3.stress dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of
exhausted.
Alarmreaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan
mengakibatkankekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob.
Metabolismeanaerob akan mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga merangsang
pengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri.

Stage of resistance dimana sumber energi yang digunakan berasal dariglikogen yang akan
merangsang peningkatan aldosteron, dimana aldosteron akanmenjaga simpanan ion kalium.
Stage of exhausted dimana sumber energi yangdigunakan berasal dari protein dan aldosteron
pun menurun sehingga terjadi deplesiK+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf.

Diagnosa Tension Type Headache

Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya dua dari berikut
ini
1.adanya sensasi tertekan/terjepit.
2.intensitas ringan-sedang.
3.lokasi bilateral.
4.tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari
fotofobia dan fonofobia.

Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan-sedang-berat, tumpul seperti ditekan atau diikat, tidak
berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang
leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas,
gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta
temporomandibular.

Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache

Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan pemeriksaa
neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak memerlukan pemeriksaan
darah, rontgen, CT scan kepala maupun MRI.

Diferensial Diagnosa Tension Type Headache

Diferensial Diagnosa dari TTH adalah sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca
punksi lumbal,migren klasik, migren komplikata,cluster headache,sakit kepala pada
arteritistemporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada
penyakitkardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.

Terapi Tension Type Headache

Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk mengetahui arti
dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest ,massage, dan/ atau latihan biofeedback.

Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan/atau mucles relaxants. Ibuprofen dan
naproxen sodium merupakan obat yang efektif untuk kebanyakan orang. Jika pengobatan
simpel analgesia(asetaminofen, aspirin,ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah butalbital
dan kafein (dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan menambah efektifitas
pengobatan.

Prognosis dan Komplikasi Tension Type Headache

TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapitidak


membahayakan.Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun denganmenyelesaikan
masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis.Nyeri
kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesia.TTH biasanya mudah diobati
sendiri.Progonis penyakit ini baik dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 %
pasien dapat disembuhkan. Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala
yangdisebabkan oleh penggunaan obat -obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll
yang berlebihan.

Pencegahan Tension Type Headache

Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress denganolahraga teratur, istirahat
yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching ),meditasi, dan biofeedback. Jika
penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka dapat dilakukan behavioral therapy.Selain
itu, TTH dapat dicegah dengan mengganti bantal atau mengubah posisi tidur dan
mengkonsumsi makanan yang sehat.

2.Migren

Definisi Migren

Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyerikepala dengan serangan
nyeri yang berlansung 4-72 jam. Nyeri biasanya unilateral,sifatnya berdenyut, intensitas
nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat olehaktivitas, dan dapat disertai mual muntah,
fotofobia dan fonofobia.

Etiologi dan Faktor Resiko Migren

Etiologi migren adalah sebagai berikut :


1.perubahan hormon (65,1%), penurunan konsentrasi esterogen dan progesteron pada fase
luteal siklus menstruasi.
2.makanan (26,9%), vasodilator (histamin seperti pada anggur merah, natriumnitrat),
vasokonstriktor (tiramin seperti pada keju, coklat, kafein), zat tambahan pada makanan
(MSG). 3.stress (79,7%).
4.rangsangan sensorik seperti sinar yang terangmenyilaukan(38,1%) dan bau yang menyengat
baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan.
5.faktor fisik seperti aktifitas fisik yang berlebihan dan perubahan pola tidur.
6.perubahan lingkungan (53,2%).
7.alkohol(37,8%),merokok (35,7%).

Faktor resiko migren adalah adanya riwayat migren dalam keluarga,wanita, dan usia muda.

Epidemiologi Migren

Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75 %diantaranya adalah
wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10-40 tahun
dan angka kejadiannya menurun setelah usia 50tahun. Migren tanpa aura lebih sering
dibandingkan migren yang disertai aura dengan persentasi 9 : 1.

Klasifikasi Migren

Migren dapat diklasifikasikan menjadi :


1.migren dengan aura, tanpa aura,dan migren kronik (transformed). Migren dengan aura
adalah migren dengan satu ataulebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral
korteks dan atau tanpadisfungsi batang otak, paling tidak ada satu aura yang terbentuk
berangsur - angsur lebih dari 4 menit, aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, dan sakit
kepala mengikutiaura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit.
2.Migren tanpa aura adalahmigren tanpa disertai aura klasik, biasanya bilateral dan terkena
pada periorbital.
3.Migren kronik adalah migren episodik yang tampilan klinisnya dapat berubah berbulan-
bulan sampai bertahun- tahun dan berkembang menjadi sindrom nyerikepala kronik dengan
nyeri setiap hari.

Patofisiologi Migren

Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya migren. Teorivaskular, adanya


gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh darah otak berkonstriksi sehingga terjadi
hipoperfusi otak yang dimulai pada korteks visual danmenyebar ke depan. Penyebaran frontal
berlanjut dan menyebabkan fase nyeri kepala dimulai. Teori cortical spread
depression,dimana pada orang migrain nilaiambang saraf menurun sehingga mudah terjadi
eksitasi neuron lalu berlaku short-lasting wave depolarization oleh pottasium-liberating
depression (penurunan pelepasan kalium) sehingga menyebabkan terjadinya periode depresi
neuron yangmemanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran depresi yang akan
menekanaktivitas neuron ketika melewati korteks serebri.

Teori Neovaskular (trigemino vascular), adanya vasodilatasi akibataktivitas NOS dan


produksi NO akan merangsang ujung saraf trigeminus pada pembuluh darah sehingga
melepaskan CGRP (calcitonin gene related). CGRP akan berikatan pada reseptornya di sel
mast meningens dan akan merangsang pengeluaranmediator inflamasi sehingga menimbulkan
inflamasi neuron. CGRP juga bekerja padaarteri serebral dan otot polos yang akan
mengakibatkan peningkatan aliran darah.Selain itu, CGRP akan bekerja pada post junctional
site second order neuron yang bertindak sebagai transmisi impuls nyeri.

Teori sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini akan mengaktifkan lokussereleus sehingga
terjadi peningkatan kadar epinefrin. Selain itu, sistem ini jugamengaktifkan nukleus dorsal
rafe sehingga terjadi peningkatan kadar serotonin.Peningkatan kadar epinefrin dan serotonin
akan menyebabkan konstriksi dari pembuluh darah lalu terjadi penurunan aliran darah di
otak. Penurunan aliran darah diotak akan merangsang serabut saraf trigeminovaskular. Jika
aliran darah berkurangmaka dapat terjadi aura. Apabila terjadi penurunan kadar serotonin
maka akanmenyebabkan dilatasi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial yang
akanmenyebabkan nyeri kepala pada migren.

Diagnosa Migren

Anamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat tanda-tandakhas migren. Kriteria
diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwaharus terdapat paling tidak
tiga dari empat karakteristik berikut :
1.migren dengansatu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral
korteks danatau tanpa disfungsi batang otak.
2.paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur - angsur lebih dari 4 menit.
3.aura tidak bertahan lebih dari 60 menit.
4.sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit
Kriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwaharus terdapat paling
sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi kriteria berikut:
1.berlangsung 4-72 jam.
2.paling sedikit memenuhi dua dari :
a.unilateral
b.sensasi berdenyut
c.intensitas sedang berat
d.diperburuk oleh aktifitas.
e.bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.

Pemeriksaan Penunjang Migren

Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain ( jika ada indikasi) adalah pencitraan ( CT
scan dan MRI) dan punksi lumbal.

Diferensial diagnosa Migren

Diferensial diagnosa migren adalah malformasi arteriovenus, aneurismaserebri, glioblastoma,


ensefalitis, meningitis, meningioma, sindrom lupuseritematosus, poliarteritis nodosa, dan
cluster headache

Terapi Migren

Tujuan terapi migren adalah membantu penyesuaian psikologis danfisiologis, mencegah


berlanjutnya dilatasi ekstrakranial, menghambat aksi mediahumoral ( misalnya serotonin dan
histamin), dan mencegah vasokonstriksi arteriintrakranial untuk memperbaiki aliran darah
otak.

Terapi tahap akut adalah ergotamin tatrat, secara subkutan atau IM diberikan sebanyak 0,25-
0,5 mg. Dosis tidak boleh melewati 1mg/24 jam. Secaraoral atau sublingual dapat diberikan 2
mg segera setelah nyeri timbul. Dosis tidak boleh melewati 10 mg/minggu. Dosis untuk
pemberian nasal adalah 0,5 mg (sekalisemprot). Dosis tidak boleh melewati 2 mg (4
semprotan).Kontraindikasi adalahsepsis, penyakit pembuluh darah, trombofebilitis, wanita
haid, hamil atau sedangmenggunakan pil anti hamil.Pada wanita hamil, haid atau sedang
menggunakan pilanti hamil berikan pethidin 50 mg IM. Pada penderita penyakit jantung
iskemik gunakan pizotifen 3 sampai 5 kali 0,5 mg sehari. Terapi profilaksis menggunakan
metilgliserid malead,siproheptidin hidroklorida, pizotifen, dan propranolol. Selain
menggunakan obat-obatan, migren dapat diatasi denganmenghindari faktor penyebab,
manajemen lingkungan, memperkirakan siklusmenstruasi, yoga, meditasi, dan hipnotis.

Komplikasi Migren

Komplikasi Migren adalah rebound headache,nyeri kepala yangdisebabkan oleh penggunaan


obat-obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dllyang berlebihan.

Pencegahan Migren

Pencegahan migren adalah dengan mencegah kelelahan fisik, tidur cukup,mengatasi


hipertensi, menggunakan kacamata hitam untuk menghindari cahayamatahari, mengurangi
makanan (seperti keju, coklat, alkohol, dll.), makan teratur, danmenghindari stress.

3.Cluster Headache

Nyeri kepala cluster merupakan sindroma nyeri kepala yang lebih sering terjadi pada pria
dibanding wanita. Nyeri kepala cluster ini pada umumnyaterjadi pada usia yang lebih tua.
Nyeri padasindrom ini terjadi hemikranial, sering kali pada daerah orbital, sehingga
dikatakan sebagai klaster.Jikaserangan terjadi, nyeri ini dirasakan sangat berat, nyeri tidak
berdenyut konstanselama beberapa menit hingga 2 jam.Namun pada penelitian yang
dilakukanoleh Donnet, kebanyakan pasien mengalami serangan dengan durasi 30 hingga 60
menit.

Tidak seperti migraine, nyeri kepala cluster selalu unilateral dan biasanyaterjadi pada region
yang sama secara berulang-ulang. Nyeri kepala ini umumnyaterjadi pada malam hari,
membangunkan pasien dari tidur, terjadi tiap hari,seringkali terjadi lebih dari sekali dalam
satu hari. Nyeri kepala ini bermulaisebagai sensasi terbakar (burning sensastion) pada aspek
lateral dari hidung atausebagai sensasi tekanan pada mata. Injeksi konjunctiva dan lakrimasi
ipsilateral,kongesti nasal, ptosis, photophobia, sindrom Horner, bahkan ditemukan pula
pasien dengan gejala gastrointestinal.

Daftar Pustaka :
1. Grosberg BM, Friedman BW, Solomon S. Approach to the Patient with Headache in
Robbins MS, Grosberg BM, Lipton RB (Eds), Headache. Hong Kong, Wiley
Blackwell: 2013. p. 16-25.
2. aehr, M dan M. Frostcher. Diagnosis Topik Neurologi Duus : Anatomi, Fisiologi,
Tanda, Gejala. EGC : Jakarta, 2010.
3. SH Classification ICHD II ( International Classification of Headache Disorders)

Anda mungkin juga menyukai