Retensi Urin Fix

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Asuhan Keperawatan pada pasien


Retensi Urine

Disusun Oleh :
1. Sela Dianti Ayu Putri (201604047)
2. Ranaldi Mulyo Sandi (201604046)
3. Vivin Nurandika Sari (201604045)

Program Studi D3 Keperawatan


STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2017-2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugrah darinya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada pasien retensi urin”
meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai asuhan keperawtan pada pasien retensi
urin. Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih terdapat
kekurangandan jauh dari kata sempurna. Kami berharap adanya kritik, saran
ataupun usulan demi memperbaiki makalah yang telah kami buat, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah di susun ini berguna bagi diri sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
untuk memperbaiki makalah ini jika ada waktu.

Mojokerto, 10 Agustus 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
Tinjuan Teori

1.1. Definisi
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih.
Hal ini menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak
3000-4000 ml urine
1.2. Penyebab/Faktor Predisposisi
1. Supravesikal, berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis
sakralis S2–4 dan Th1- L1. Kerusakan terjadi pada saraf simpatis dan
parasimpatis baik sebagian atau seluruhnya, misalnya : retensi urin karena
gangguan persarafan, operasi miles, mesenterasi pelvis, dan kelainan
medula spinalis (meningokel, tabes dorsalis, atau spasmus sfingter)
2. Vesikal, berupa kelemahan otot destrusor karena lama teregang,
berhubungan dengan - masa kehamilan dan proses persalinan, misalnya :
retensi urin akibat iatrogenik, cedera/inflamasi, psikis, atoni pada pasien
DM, dan divertikel yang besar
3. Intravesikal, berupa kekakuan leher vesika, striktur oleh batu kecil atau
tumor pada leher vesika urinaria, misalnya : retensi urin akibat obstruksi
adanya tumor, batu kecil atau fimosis
4. Faktor lain-lain. Kelainan patologi urethra, trauma, BPH, striktur uretra,
karsinoma prostat dan obat-obatan golongan antikolinergik, anti
spasmodik, antidepresant, antihistamin dapat beresiko menyebabkan
gangguan eliminasi urin apabila dikonsumsi secara terus menerus dan
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan hambatan dari
eliminasi urin.

1.3. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala atau menifestasi klinis pada penyakit iniadalah
sebagai berikut:
a. Diawali dengan urine mengalir lambat.
b. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena
pengosongan kandungkemih tidak efisien.
c. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.
d. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
e. Pada retensi berat bisamencapai 2000 -3000 cc.

1.4. Manifesta Klinis


1. Ketidaknyamanan daerah pubis
2. Distensi vesika urinaria
3. Ketidaksanggupan untuk berkemih
4. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urin (25-50 ml)
5. Ketidakseimbangan jumlah urin yang dikeluarkan dengan asupannya
6. Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
7. Adanya urin sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
1.5. Patofisiologi

Supravesikal Vesikal Intravesikal (obstruksi


kandung kemih)
(Diabetes Militus) (batu Kandung kemih)

Kerusakan medulla spinalis Penyumbatan kandung


Otot detrusor melemah
TH12-L1 kerusakan saraf kemih
simpatis dan para simpatis

Neuropati (otot
tidak mamu
berkontraksi)

Distensi Kandung kemih

Retensi urin

Nyeri oleh tekanan


Gangguan eliminasi Urine
intra vesika urinaria
1.6. Komplikasi
a) Infeksi Saluran Kemih
Urin yang tertampung di buli-buli harus segera dikeluarkan karena urin
yang tertampung akan berisiko menjadi media untuk bakteri berkembang
dan akan menyebabkan Infeksi saluran kemih. Karena adanya sisa urin
setiap kali miksi, maka lama kelamaan akan terbentuk batu endapan di
dalam kansung kemih, yang kemudian akan menyebabkan bertambahnya
keluhan iritasi dan menimbulkan keluhan hematuria pada pasien. Selain itu
batu akan menyebabkan timbulnya penyakit sistitis dan bila terjadi refluks
dapat menyebabkan terjadinya pielonefritis(Purnomo 2003).

b) Hidronefrosis
Buli-buli akan mengembang melebihi kapasitas maksimal sehingga
tekanan di dalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan meningkat.
Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut, tekanan yang meningkat didalam
lumen akan menghambat aliran urin dari ginjal dan ureter sehingga terjadi
hidroureter dan bila sampai ke ginjal akan menyebabkan hidronefrosis dan
bila terjadi infeksi sehingga mempercepat terjadinya kerusakan ginjal dan
menyebabkan gagal ginjal.
c) Kerusakan bladder
Jika kandung kemih menjadi membentang terlalu jauh atau untuk
waktu yang lama, otot-otot mungkin rusak secara permanen dan
kehilangan kemampuan untuk berkontraksi.
1.7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah
sebagai berikut:
a) Kateterisasi urethra.
Pada retensi urin akut, pengobatannya dimulai dengan
memasukkan kateter melewati uretra untuk mengosongkan
kandung kemih. Pengobatan awal ini untuk mengurangi
kesakitan dari kandung kemih yang penuh dan mencegah
kerusakan kandung kemih yang permanen. Namun pemasangan
kateter harus steril untuk mencegah terjadinya infeksi.
Pengobatan jangka panjang untuk retensi urin akut tergantung
dari penyebabnya.
b) Dilatasi urethra dengan boudy.
c) Drainagesuprapubi.
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Data Demografi Klien
Menanyakan Identitas klien seperti : nama, usia, jeniskelamin, suku /
bangsa, alamat, agama, tanggal MRS, jam MRS, diagnosa. Retensi
urine biasa terjadi pada usia lanjut dan jenis kelamin pria karena
akibat hiperplasia prostat jinak/kelainan prostat.

2. Keluhan Utama
Keluahan utama pasien dengan kasus ini biasanya dapat berupa
keluhan nyeri suprapubis berat dan ketidakmampuan untuk miksi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang
dirasakan saat ini. Bagaimana pola berkemih pasien, meliputi frekuensi,
waktu, dan banyaknya urin. Apakah klien merasa nyeri.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit
serupa sebelumnya.
a. Riwayat penyakit yang pernah diderita klien, kondisi neurologis
( mis., cedera medula spinalis pada S2, S3 dan S4), infeksi
saluran kemih, BPH, kanker prostat, batu saluran kemih, riwayat
striktur uretra, dan trauma urologi.
b. Obat-obatan: beberapa obat menyebabkan retensi urine yang
mencakup preparat antikolinergik-anti spasmodik seperti,
atropin; preparat anti depresan-anti psikotik seperti, fenotiazin;
preparat antihistamin, seperti pseudoefedrin hidroklrorida
(Sudafed); preparat B-adrenergic, seperti propranolol; dan
preparat antihipertensi seperti, hidralazin.
c. Riwayat operasi dan tindakan: Retensi dapat terjadi pada pasien
pascaoperatif, khususnya pasien yang menjalani operasi di
daerah perineum atau anal sehingga timbul spasme refluk
sfinger. Anestesi umum akan mengurangi inervasi otot kandung
kemih, dan dengan demikian dorongan untuk membuang air
kecil tertekan. Riwayat penggunaan alkohol.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau
keturunan berhubungan dengan masalah pada ginjal atau urologi
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan compos mentis namun tampak lemas
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah biasanya meningkat karena klien merasakan nyeri,
suhu meningkat jika ditemukan adanya infeksi, nadi biasanya
meningkat karena klien merasakan nyeri dan RR biasanya meningkat
karena klien merasakan nyeri
3. Sistem tubuh
a. B1 (Breathing)
Perawat melakukan pengkajian adanya gangguan pada pola
nafas klien, biasanya klien esak akibat rasa nyeri yang dialami
dan peningkatan respiratory rate.
b. B2 (Blood)
Apakah terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien
bingung dan gelisah. Pada retensi urin muncul adanya keringat
dingin (Diaforesis) akibat nyeri pada distensi kandung kemih.
c. B3 (Brain)
Klien ditemukan dalam kesadaran biasanya sadar penuh. Namun
tetap diperhatikan adanya tanda-tanda pasca trauma atau cedera
pada SSP.
d. B4 (Bladder)
Disuria, ingin berkemih tetapi tidak ada urine yang keluar, dan
urine keluar sedikit-sedikit karena ada overflow, urine yang
keluar menetes, produksi urin sedikit/anuria apabila ureter
terjadi obstruksi bilateral.
Inspeksi
1) Daerah perineal: Kemerahan, lecet namun tidak ditemukan
adanya pembengkakan.
2) Tidak ditemukannya adanya benjolan atau tumor spinal
cord.
3) Ditemukan adanya tanda obesitas dan sempitnya ruang gerak
pada klien
4) Periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau
menyengat karena adanya aktivitas mikroorganisme
(bakteri) dalam kandung kemih serta disertai keluarnya
darah.
5) Apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra
pubik lesi pada meatus uretra, banyak kencing dan nyeri saat
berkemih menandakan disuria akibat dari infeksi
Palpasi
A. Ditemukan adanya distensi kandung kemih dan nyeri tekan.
B. Tidak teraba benjolan tumor daerah spinal cord
Perkusi
Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.
Auskultasi : ditemukan peristaltik (+) , bruit (+)jika terjadi
obstruksi steanosis arteri renalis.
e. B5 (Bowel)
Pemeriksaan auskultasi bising usus klien adakah peningkatan
atau penurunan, serta palpasi abdomen klien adanya nyeri tekan
abdomen atau tidak ataupun ketidaknormalan ginjal. Pada
perkusi abdomen ditemukan ketidaknormalan atau tidak.
f. B6 (Bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan
ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada persendian. Retensi
urine dapat terjadi pada pasien yang harus tirah baring total.
Perawat mengkaji kondisi kulit klien.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi, ketidakmampuan
kandung kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi kandung kemih berlebih
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan pada area
perineal
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan filtrasi ginjal
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia: mual muntah
6. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif/alat (contoh
kateter urine)
7. Ansietas berhubungan dengan kondisi fisik dan adaptasi penyakit
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
        

PERENCANAAN

1. Retensi urin b.d obstruksi, ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi


dengan adekuat

Kriteria hasil  : 

1. Kandung kemih kosong secara penuh.

2. Tidak ada residu urin >100-200 cc.

3. Tidak ada spasme bladder.

Intervensi Rasional

1. Berikan health education kepada


px dan keluarga mengenai retensi
urin.

2. Lakukan observasi TTV.

3. Monitor intake dan output.

4. Monitor penggunaan obat


antikolionergik.

5. Monitor derajat distensi baldder.

6. Instruksikan pada pasien dan


keluarga untuk mencatat ouput
urin

7. Sediakan privasi untuk eliminasi.

8. Stimulasi refleks bladder dengan


kompres dingin pada abdomen.

9. Kateterisasi jika perlu.

10. monitor

2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan distensi kandung


kemih berlebih
Kriteria evaluasi :

1.       Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol

2.       Menunjukkan rileks, istirahat dan peningkatan aktivitas dengan tepat.

Intervensi Rasional

1.   Kaji nyeri, perhatikan lokasi, 1.   Memberikan informasi untuk


intensitas nyeri. membantu dalam menetukan intervensi.

2.   Plester selang drainase pada paha 2.   Mencegah penarikan kandung kemih
dan kateter pada abdomen. dan erosi pertemuan penis-skrotal.

3.   Pertahankan tirah baring bila 3.   Tirah baring mungkin diperlukan
diindikasikan. pada awal selama fase retensi akut.

4.   Berikan tindakan kenyamanan 4.   Meningktakan relaksasi dan


mekanisme koping.
                              
5.   Meningkatkan relaksasi otot.
5.   Dorong menggunakan rendam
duduk, sabun hangat untuk perineum.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Retensi urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari
fesikaurinaria. (Kapita Selekta Kedokteran). Retensio urine adalah
tertahannya urine di dalamakndung kemih, dapat terjadi secara akut
maupun kronis.

3.2. SARAN
Sebagai seorang perawat yang memiliki basic keilmuan diharapkan
setiap melaksanakan asuhan keperawatan senantiasa berpegang pada
konsep yang sudah diberikan pada perkuliahan sehingga penatalaksanaan
klien dengan retensi urin dapat terlaksana dengan tepat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai