Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Respon yang besar dari masyarakat untuk memilih menyekolahkan anaknya pada salah
satu sekolah merupakan kenyataan yang tidak dapat lagi di pungkiri oleh kita, sehingga
timbullah berbagai pertanyaan seperti Mengapa sekolah itu yang dipilih dan tidak yang lain?
Apa nilai unggulnya? Keunggulan apa yang dimiliki oleh sekolah itu? Fasilitaskah? Prestasi
dalam Ujian Nasional? Apakah sistem pendidikannya? Ataukah proses pembelajarannya
yang berbeda dengan sekolah lain? Tapi jika kita tidak mendapatkan jawaban yang
memuaskan dari semua pertanyaan tersebut atau bisa dibilang sekolah tersebut jika
dipandang dari sisi pertanyaan diatas adalah biasa-biasa saja maka mungkin orang tua siswa
tersebut menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut karena sekolah tersebut memiliki
budaya sekolah yang baik yang dirasa oleh orang tua siswa dapat membawa dampak baik
terhadap anak-anaknya, untuk itu maka perlu dipahami oleh kita sebagai calon pendidik
tentang budaya sekolah sehingga kita dapat membuat dampak positif terhadap citra sekolah
kita nanti.
Karena dewasa ini budaya diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan
setiap kelompok orang-orang. Kini budaya dipandang sebagai sesuatu yang lebih dinamis,
bukan sesuatu yang kaku dan statis. Budaya tidak tidak diartikan sebagai sebuah kata benda,
kini lebih dimaknai sebagai sebuah kata kerja yang dihubungkan dengan kegiatan manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep budaya organisasi sekolah?
2. Bagaimana karakteristik budaya sekolah?
3. Bagaimana ciri budaya sekolah yang efektif?
4. Bagaimana budaya sekolah yang dapat dikembangkan pada satuan pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep budaya organisasi sekolah.
2. Mengetahui karakteristik budaya sekolah.
3. Mengetahui ciri budaya sekolah yang efektif.
4. Mengetahui budaya sekolah yang dapat dikembangkan pada satuan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH EFEKTIF

Budaya sekolah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-
nilai (values) yang dianut oleh kepala sekolah sebagai pemimpin dengan nilai-nilai yang
dianut oleh guru-guru dan karyawan yang ada di dalam sekolah. Nilai-nilai tersebut
dibangun oleh pikian-pikiran manusia yang ada di dalam organisasi sekolah. Nilai-nilai
tersebutlah yang akan menjadi bahan utama pembentuk budaya organisasi
sekolah/madrasah. Nilai (value) merupakan suatu ukuran normatif yang memengaruhi
manusia untuk melaksanakan tindakan yang dihayatinya. Di dalam budaya organisasi
sekolah, terdapat sharing atau berbagai nilai dan keyakinan yang sama dengan seluruh
anggota organisasi atau sekolah. Mislanya, berbagai nilai dan keyakinan yang sama
melalui pakaian seragam. Namun, menerima dan memakai seragam saja tidaklah cukup.
Pemakaian seragam haruslah membawa rasa bangga, menjadi alat kontrol, dan membentuk
citra organisasi/sekolah.

1. Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Fattah (2012: 264), budaya organisasi merupakan sebuah persepsi bawah
sadar bagi anggota organisasi. Persepsi ini meliputi kata, tindakan, rasa, keyakinann, dan
nilai yang dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Martin (1998), budaya organisasi
merupakan serangkaian sikap, nilai, keyakinan yang umumnya diciptakan untuk
mengarahkan perilaku organisasi. Kinman & Russell (2001), budaya organisasi merupakan
filosofi, ideologi, nilai-nilai, keyakinan, asumsi-asumsi, dan norma-norma yang dianut
bersama.
Menurut Schein dalam Munir (2007:23) menyatakan bahwa : “budaya organisasi
adalah pola dari suatu asumsi-asumsi dasar yang dipelajari oleh kelompok atau organisasi
selama proses pemecahan persoalan dan pengambilan keputusan dalam rangka melakukan
adaptasi dengan lingkungan eksternal dan melakukan integrasi internal, yang selama ini telah
terbukti efektif sehingga dirasa perlu untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara
pandang, berpikir, merasa, dan bertindak yang benar.”

2. Pengertian Budaya Organisasi Sekolah Efektif


Budaya organisasi sekolah efektif merupakan nilai-nilai dan norma-norma yang
dianut dan dijalankan oleh setiap orang yang ada dilingkungan sekolah dalam
memberdayakan setiap komponen yang ada disekolah baik secara internal maupun
eksternal serta adanya pengelolaan yang baik dalam rangka mencapai visi, misi, dan
tujuan sekolah secara efektif dan efisien.

B. KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI

Menurut Susanto (2012: 245) karakteristik budaya organisasi yaitu:


1) inisiatif individu: seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam
perusahaan. Hal ini meliputi tanggung jawab, kebebasan dan independensi
dari masing-masing anggota organisasi, dalam artian seberapa besar
seseorang diberi wewenangdalam melaksanakan tugasnya, seberapa berat
tanggung jawab yang harus dipikul sesuai dengan kewenangannya dan
seberapa luas kebebasan mengambil keputusan.
2) toleransi terhadap resiko: menggambarkan seberapa jauh sumber daya
manusia didorong untuk lebih agresif,inovatif, dan mau menghadapi
resiko pekerjaannya.
3) Pengarahan: berkenaan dengan kejelasan sebuah organisasi dalam
menentukan objek dan harapan terhadap sumber daya manusia terhadap
hasil kerjanya. Harapan tersebut dapat dituangkan dalam bentuk
kuantitas ,kualitas ,dan waktu.
4) Integrasi: seberapa jauh keterkaitan dan kerjasama yang ditekankan dalam
melaksanakan tugas dari masing-masing unit didalam suatu organisasi
dengan koordinasi yang baik.
5) dukungan manajemen: Dalam hal ini seberapa jauh para manajer
memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukungan terhadap
bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.
6) Pengawasan: meliputi peraturan-peraturan dan supervise langsung yang
digunakan untuk melihat secara keseluruhan dari perilaku karyawan.
7) Identitas: menggambarkan pemahaman anggota organisasi yang loyal
kepada organisasi secara penuh dan seberapa jauh loyalitas karyawan
tersebut terhadap organisasi.
8) Sistem penghargaan: akan dilihat dalam budaya organisasi, dalam arti
pengalokasian reward(kenaikan gaji,promosi) berdasarkan kriteria hasil
kerja karyawan yang telah di tentukan.
9) Toleransi terhadap konflik: menggambarkan sejauhmana usaha untuk
mendorong karyawan agar bersikap kritis terhadap konflik yang terjadi.
10) Pola komunikasi: terbatas pada hierarki formal dari setiap perusahaan.

Robbins (1999: 76-77) menemukakan tujuh dimensi yang secara bersama-sama


menangkap hakikat budaya suatu oganisasi. Ketujuh karakteristik tersebet adalah
sebagai berikut:
1) Innovation dan risk taking (inovasi dan pengambilan risiko): sejauh mana
para anggota organisasi didorong untuk inovatif dan mengambil risiko.
2) Attention to detail (perhatian kerincian): sejauh mana para anggota
organisasi diharapkan memperlihakan presisi, analisis, dan perhatian.
3) Outcome orientation (orientasi hasil): sejauh mana manajemen
memfokuskan diri pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang
digunakan untuk mencapai hasil itu.
4) People orientation (orientasi orang): sejauh mana keputusan manajemen
memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi
itu.
5) Team orientation (orientasi tim): sejauh mana kegiatan kerja
diorganisasikan disekitar tim- tim, bukannya individu.
6) Aggressiveness (keagresifan): sejauh mana orang-orang itu agresif dan
kompetitif, bukannya santai-santai.
7) Stability (kemantapan): sejauh mana organisasi menekankan
dipertahankannya status quesebagai kontak dari pertumbuhan.

Tiap karakteristik ini berlangsung pada suatu kontinum dari yang rendah ketinggi.
Dengan menilai organisasi berdasarkan tujuh karakteristik diatas, akan diperolah
gambaran majemuk dari budaya organisasi. Gambaran tersebut menjadi dasar untuk
pemahaman bersama yang dimiliki anggota mengenai organisasi, terutama dalam
menemukan solusi alternatif bagi setiap masalah yang dihadapai dan cara para anggota
berprilaku sesuai dengan harapan organisasi, (Rachmawati, 2004:73). Rachmawati
(2004:73-74), menjelaskan empat tipe budaya tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Tipe akademi, yaitu suatu akademi adalah tempat untuk pemanjat ajek (steady)
yang ingin menguasai pekerjaan baru yang diterimanya. Lembaga ini suka
merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka banyak pelatihan
istimewa, kemudian dengan sekasama mengemudikan mereka melalui ribuan
pekerjaan khusus dalam fungsi tertentu.;
2. Tipe kelab, menurut Sonnenfeld, kelab menaruh nilai tinggi pada kecocokan
dalam siistem kesetiaan dan pada komitmen. Senioritas merupakan kunci pada
kelab-kelab. Usia dan pengalaman diperhitungkan;
3. Tipe bisbol, tipe ini memandang bahwa organisasi adalah pelabuhan yang
diorientasikan pada wiraswasta bagi para pengambil resiko dan inovator. Tim
bisbol mencari orang-orang yang berbakat dari segala usia dan pengalaman
untuk dipekerjakan, dan setiap hasil kerja akan diberi insentif. Organisasi
menawarkan insentif yang besar bagi seluruh tim yang bekerja maksimal. Oleh
karena itu, seluruh anggota semakin semangat bekerja dan berprestasi; dan
4. Tipe benteng, tipe budaya ini lebih berorientasi pada upaya mempertahankan
stabilitas dan keamanan eksistensi organisasi seperti, benteng yang menjadi
penghalang berbagai benturan. Organisasi benteng lebih kuat menghadapi
permasalahan dibandingkan dengan tipe organisasi lainnya.

C. CIRI-CIRI BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH EFEKTIF

Budaya organisasi sekolah yang efektif itu ditandai oleh hal-hal sebagai berikut.

1. Adanya kerja sama


Kerja sama sangat diperlukan di dalam sekolah. Karena visi, misi dan tujuan dari
sekolah akan tercapai apabila adanya kerja sama yang baik antara semua pihak yang ada
disekolah baik itu pihak internal maupun pihak eksternal. Setiap orang yang ada di dalam
sekolah harus dilibatkan atau diikutsertakan di dalam sekolah. Contohnya ketika sebuah
sekolah mengalami permasalahan, maka setiap pihak yang ada di sekolah tersebut
bersama-sama memecahkan permasalahan dan mencari jalan keluar dari masalah tersebut
agar masalah tidak menjadi berlarut-larut dan semkain membesar sehingga akan merusak
sekolah.

2. Adanya rasa saling percaya


Rasa saling percaya harus dimiliki oleh setiap orang di dalam oragnisasi. Dengan
adanya rasa percaya ini maka akan meminimalisirkan konflik di dalam organisasi. Setiap
orang di dalam organisasi akan dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara
profesional.

3. Adanya sikap keterbukaan atau transparansi


Sekolah harus memiliki sikap terbuka, baik di dalam mempromosikan sekolah, di
dalam budgeting sekolah, maupun terhadap pengaruh dari luar. Apabila sekolah tidak
mampu untuk membuka diri terhadap dunia atau pengaruh dari luar maka sekolah tersebut
akan kekurangan energi.

D. BUDAYA SEKOLAH YANG DAPAT DIKEMBANGKAN


Untuk mengembangkan budaya sekolah ini dengan langkah awal memperhatikan
beberapa faktor yang ada yaitu :

a. Mengacu pada prinsip :

1. Berfokus pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah. Pengembangan budaya sekolah
harus senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan
tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya sekolah. Visi tentang
keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan program-program yang nyata
mengenai penciptaan budaya sekolah.
2. Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal. Komunikasi merupakan dasar bagi
koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan pentingnya
budaya sekolah. Komunikasi informal sama pentingnya dengan komunikasi formal.
Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan dalam
menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3. Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko. Salah satu dimensi budaya organisasi
adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah
menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu.
Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil
sikap dan keputusan dalam waktu cepat.
4. Memiliki Strategi yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh
strategi dan program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program
menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program
merupakan dua hal yang selalu berkaitan.
5. Berorientasi Kinerja. Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran
yang sedapat mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah
pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.
6. Sistem Evaluasi yang Jelas. Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya
sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang,
dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam
hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut
yang harus dilakukan.
7. Memiliki Komitmen yang Kuat. Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat
menentukan implementasi program-program pengembangan budaya sekolah. Banyak
bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan
menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik.
8. Keputusan Berdasarkan Konsensus. Ciri budaya organisasi yang positif adalah
pengembilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan
secara konsensus. Meskipun hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun pada
umumnya konsensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam
melaksanakan keputusan tersebut.
9. Sistem Imbalan yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah hendaknya disertai
dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk
lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukkan
perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.
10. Evaluasi Diri. Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-
masalah yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah
dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan
budaya sekolah. Halaman berikut ini dikemukakan satu contoh untuk mengukur
budaya sekolah.

b. Berpegang teguh pada asas:

1. Kerjasama tim (team work). Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan
sebuah tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk itu,
nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang
bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimilki oleh
personil sekolah.
2. Kemampuan. Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung
jawab pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan
profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam
bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.
3. Keinginan. Keinginan di sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan
tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan
masyarakat. Semua nilai di atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan
keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri pribadi baik sebagai kepala
sekolah, guru, dan staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat.
4. Kegembiraan (happiness). Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil
sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada
lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman,
bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah. Jika perlu dibuat wilayah-
wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa yang indah, nyaman, asri
dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik dan dibuat wilayah
bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.
5. Hormat (respect). Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan
kepada siapa saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders
pendidikan lainnya. Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan tidak dihargai atau
tidak diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap
respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa
saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai
ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan
baik. Atau mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas prestasi yang
diperoleh dan sebagaianya.
6. Jujur (honesty). Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam
lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang
lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau
tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa
kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam
setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam
memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan
waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat
dalam menciptakan budaya sekolah yang baik.
7. Disiplin (discipline). Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan
sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam
asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan
kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada
kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak
harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada.
Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak
akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim
lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu
saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru
dan staf.
8. Empati (empathy). Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan
itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi
dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah
yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan
harapan orang tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan
budaya sekolah yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling
memahami.
9. Pengetahuan dan Kesopanan. Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah
yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan
memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para
guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan
perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.

Jika prinsip dan asas di atas maka sangat tidak menutup kemungkinan akan selalu
tercipta budaya sekolah yang efektif melalui keterlibatan orang tua dalam menunjang
kegiatan sekolah, keteladan guru (mendidik dengan benar, memahami bakat, minat dan
kebutuhan belajar anak, menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan serta memfasilitasi kebutuhan belajar anak), dan prestasi siswa yang
membanggakan adalah tiga hal yang akan menyuburkan budaya sekolah. Kegiatan-kegiatan
itu menjadi gengsi tersendiri dalam suatu sistem yang utuh (komprehensif) melalui indikator
yang jelas, sehingga ”karakter atau watak siswa” dapat terpotret secara optimal melalui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Kegiatan itu akan menjadi budaya dan
berpengaruh dalam perkembangan siswa selama bersekolah di sekolah itu.

Karena budaya sekolah yang tetap eksis itulah yang akan tertanam di hati para
siswa.Sehinga sekolah akan terbebas dari narkoba, rokok, minuman keras, tawuran antar
pelajar, dan ’penyakit’ kenakalan pelajar lainnya. Pastikan siswa terbaik yang lulus, akan
terukir namanya dalam batu prasasti sekolah. Pastikan pula para alumninya tersebar ke
sekolah-sekolah favorit ’papan atas’ baik di tingkat propinsi maupun nasional dan akan
menjadi ’leader’ di sekolahnya masing-masing.

Kredibilitas sekolah di mata masyarakat, akuntabilitas kinerja sekolah, dan sigma


kepuasan orang tua siswa harus sudah terbentuk, sehingga membawa sekolah memiliki
budaya sekolah yang tetap eksis. Guru, orang tua, dan siswa harus dapat bekerja sama
menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis di tengah era derasnya globalisasi dan pesatnya
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Budaya sekolah terbentuk dari eratnya kegiatan akademik dan kesiswaan, seperti dua
sisi mata uang logam yang tak dapat dipisahkan. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
beragam dalam bidang keilmuan, keolahragaan, dan kesenian membuat siswa dapat
menyalurkan minat dan bakatnya masing-masing.

Beberapa contoh budaya sekolah efektif yang mampu membuat sekolah selalu eksis
adalah :

 Budaya salam, dimana setiap kali bertemu (guru, siswa dan orang tua) saling
mengucapkan salam dan berjabat tangan,
 Upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap minggu kedua dan keempat,
 Penasehat akademis atau pertemuan wali kelas dengan para siswanya untuk berbagi
informasi, juga pertemuan antara wali kelas dengan pimpinan sekolah
 Tadarus dan kebaktian sebelum pelajaran dimulai dan dipimpin oleh wali kelas,
 Seragam sekolah
 Sholat berjamaah di masjid sekolah pada saat jam istirahat,
 Olah raga,
 Lima hari belajar (Senin-Jum’at) dari pukul 06.30 s.d. 14.30,
 Majalah sekolah yang dibuat oleh siswa untuk melatih bakat jurnalistiknya,
 Dialog interaktif dengan para pakar di bidangnya, mulai dari masalah seks sampai
teknologi terbaru,
 Lintas juang untuk mendidik siswa menjadi calon pengurus OSIS,
 Studi Kepemimpinan Siswa untuk melatih kepemimpinan siswa menjalankan
organisasi,
 Studi Amaliah Ramadhan mendidik siswa dalam kegiatan pesantren ramadhan,
 Pelepasan siswa yaitu melepas siswa yang telah lulus dari sekolah,
 Buku tahunan adalah buku yang merekam kegiatan siswa dari mulai masuk sampai
lulus sekolah,
 POMG (Persatuan Orang tua Murid dan Guru) adalah kegiatan orang tua siswa yang
menunjang kegiatan sekolah dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan,
 Budaya bersih adalah kegiatan kebersihan sekolah dan kebersihan diri sendiri,
 Kegiatan praktek ibadah adalah kegiatan keagamaan siswa yang dinilai oleh guru
agama masing-masing,
 PHBI dan Nasional adalah kegiatan hari besar keagamaan dan nasional,
 Melakukan Doa sebelum/sesudah belajar dipimpin oleh kepala sekolah
 Budaya disiplin dimana siswa tidak diperkenankan masuk kelas bila terlambat dan
melakukan pelanggaran tata tertib sekolah,
 Budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas adalah siswa dilatih menyelesaikan tugas-
tugasnya dengan cepat, tepat waktu, dan berharap mendapatkan pahala dari Allah,
 Budaya Kreatif yaitu melatih siswa menciptakan inovasi sesuai bakat dan minatnya,
Mandiri & bertanggung jawab yaitu melatih siswa untuk bekerja sendiri tanpa
bantuan orang lain dan bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan guru,
 Pentas Seni (Pensi) melatih siswa melaksanakan kegiatan bernuansa seni baik
kesenian tradisonal maupun kesenian modern atau yang sedang ‘ngetren’ saat ini,
 Kunjungan museum yaitu mengenalkan kepada siswa tentang warisan budaya
bangsa yang harus dilestarikan, Kunjungan Industri yaitu mengenalkan siswa
tentang kegiatan-kegiatan yang ada di industri atau pabrik yang berkaitan dengan
mata pelajaran sains dan ekonomi,
 Career Day yaitu kegiatan yang mengarahkan siswa untuk menggapai cita-citanya
dengan mengundang beberapa tokoh yang sukses dalam meniti karirnya,
 Ekstrakurikuler adalah kegiatan non akademik yang memberi wadah /kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan bakat dan minatnya
masing-masing
 Sport and Art yaitu kegiatan seni dan olahraga antar kelas untuk unjuk gigi di hari
Jum’at.

Anda mungkin juga menyukai