Anda di halaman 1dari 2

Diriku bersama berita

Kita sedang dikurung dalam peristiwa dan ruang yang melulu itu. Alpa dan tidak mau tahu :
sebenarnya tak diberi tahu! Diikat dan dibimbing naluri tunggal. Dijebak fatamorgana. Lesu.
Buntu. Tak mampu menyimak sejarah kemanusiaan.

Perang-kah?

Siapa yang menyulut perang? Resah yang menyebar ke seluruh dunia. Menggelepar dalam
ingatan, kalut, takut, idealism pecah, mata tertutup, tak peduli, egois, sakit, mati dan konspirasi.

Siapa yang menyulut perang? Resah ekonomi, resesi, inflansi, digoda demokrasi Amrik, didera
sosialisme Rusia, dibujuk cinta Cina, terpanggang padang pasir Timur Tengah.

Siapa yang menyulut perang? Kaum oposisi menyentil, pemerintah bimbang, rakyat koar-koar
tanpa isi, media siarkan hantu gentayangan.

: wabah wabah wabah, jalan panjang, jalan bimbang, gentayangan.

Siapa yang melawan perang?

Aku rebahan di tumpukan jerami, membaca zaman, memanen waktu, menunggu ruang. Hanya
rebahan, yang ada hanya Aku dan deritaku!

Siapa yang melawan perang?

Anak-anaku yang tidur dalam lambung. Menutup mata, menutup telinga.

--- dengan apa melawan ? melupakan resah dan takut!

Isolasi Diri I

kita lupakan pagi, siang, sore, malam. kita lupakan waktu dan maut. kita lupakan jalan yang
ramai. kita lupakan tetangga yang mengemis. kita lupakan jabat tangan. kita lupakan pertemuan
sapa dan bicara. kita lupakan tiduran di jalan. kita lupakan jamuan ruang tamu. kita lupakan
bersama-sama.

: sebab ketakutan, kita benar-benar melupakan.

Setelah Isolasi Diri I

Mungkin, aku akan merindukan jalan-jalan kecil yang melingkar-lingkar di depan rumah sanak
saudara. Yang berakhir pada ruang tamu, saling sapa, saling bicara. Mungkin!

Mungkin, aku akan merindukan jalan yang lebar, jalan yang sibuk, jalan yang pikuk, jalan yang
melingkar-lingkar dalam kota. Yang berkahir pada umpatan, saling tikung, saling memburu
waktu. Mungkin!
Miungkin, yang benar-benar aku rindukan adalah pelukan seorang wanita di depan kaca sembari
mewarnai bibir dengan lipstick. Berkaca, bahwa pelukannya adalah ketidakpastian hidup nantinya
setelah ini. Mungkin!

Atau barangkali aku nantinya akan kembali lahir menjadi jalan-jalan kecil yang berliku, suram
dan lengang. jalan yang membuat harapan dan kepastian kecut. Sayup dan tak sampai.

Wabah dan Buruh

Bagaimana bisa tahan? Menanti dalam kehampaan? Kosong harapan, alpa pekerjaan, dan miskin
kemesraan.

“bebaskan kami dari nasib buruk, bebasakan kami dari lapar dan dahaga,” teriak buruh ditengah
wabah.

Setelah Isolasi Diri II

“selamat pagi, selamat berhari baru,”

Berapa kali lagi kita akan kehilangan menanti jam berdetik. Angin menghembus dan debu
menyerbu jendela. Tahankah melewatu usia melenggang lewat?

“selamat pagi, selamat berhari baru,”

Anda mungkin juga menyukai