Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

“ANALISIS TERKAIT ATAU TIDAKNYA ISI UNDANG-UNDANG DENGAN UUD


NRI 1945 PASAL 31 DAN 32 MENGENAI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN”

DOSEN PEMBIMBING
Immawati Nur Aisyah Rivai, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
Nuravia (60600119008)

Sri Wahyuni (60600119044)

Alfidayanti (60600119080)

Ismail Marsuki (60600119076)

KELAS D

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia Nya
maka Analisis keterkaitan isi undang-undang dengan UUD NRI 1945 Pasal 31
mengenai Pendidikan & kebudayaan telah selesai dilaksanakan. Makalah ini
dibuat untuk mengidentifikasikan beberapa hal penting, Pertama, Ketepatan Jenis dan
Hierarki perundang-undangan yang terkait dengan masalah Sistem Pendidikan
Nasional. Kedua, Kejelasan Rumusan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan Sistem Pendidikan Nasional. Ketiga, Penilaian Kesesuaian ataukah
pertentangan Materi Muatan peraturan perundang-undangan yang terkait Sistem
Pendidikan Nasional.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas masukan dan
saran-sarannya, baik tertulis maupun tidak tertulis, khususnya kepada Dosen
Pembimbing Ibu Immawati Nur Aisyah Rivai, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan
pemikirannya dalam berbagai forum pembelajaran. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dan belum banyak memberikan sumbangan pemikiran untuk melakukan
evaluasi hukum mengenai Sistem Pendidikan Nasional, mengingat keterbatasan
waktu, kemampuan dan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, kritik, saran dan
masukan dari semua pihak sangat kami harapkan dalam rangka menyempurnakan
hasil makalah ini.

Samata, November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

Bab II Tinjauan Pustaka

A. Isi UUD NRI 1945 Pasal 31 dan 32


B. Undang-Undang yang Mengatur tentang Pendidikan
C. Undang-Undang yang Mengatur tentang Kebudayaan

Bab III Pembahasan

A. Isi UUD NRI 1945 Pasal 31 dan 32


B. Undang-Undang yang Mengatur tentang Pendidikan
C. Undang-Undang yang Mengatur tentang Kebudayaan

Bab IV Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya
melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh
masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Tujuan pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan
pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Sistem
Pendidikan Nasional merupakan agenda prioritas Nawacita dan Dimensi
Pembangunan manusia dan masyarakat melalui pendidikan. Pada Nawacita
ke-5 dan 8, yaitu membentuk manusia Indonesia yang berdaya saing tinggi
sebagai modal utama pembangunan nasional dalam rangka menghadapi
persaingan global. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia dengan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan
melalui program “Indonesia Pintar” dan wajib belajar 12 tahun bebas
pungutan serta melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan
penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan
aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional
aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai
patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di
dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
Kebudayaan yang sudah melekat dalam masyarakat dan sudah turun
temurun sejak dulu, akan semakin terkonsep dalam kehidupan masyarakat
sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan sebuah keyakinan yang sulit untuk dihilangkan. Kepercayaan-
kepercayaan yang masih berkembang dalam kehidupan suatu masyarakat,
biasanya dipertahankan melalui sifat-sifat lokal yang dimilikinya. Dimana
sifat lokal tersebut padd akhirnya menjadi suatu kearifan yang selalu dipegang
teguh oleh masyarakatnya.
Nilai-nilai kearifan lokal yang masih ada biasanya masih
dipertahankan oleh masyarakat yang masih memiliki tingkat kepercayaan
yang kuat. Kepercayaan yang masih mentradisi dalam masyarakat juga
disebabkan karena kebudayaan yang ada biasanya bersifat universal sehingga
kebudayaan tersebut telah melekat pada masyarakat dan sudah mejadi hal
yang pokok dalam kehidupannya. Melville J.Herkovits menyatakan bahwa
kebudayaan merupakan sesuatu yang bersifat superorganic, karena
kebudayaan bersifat turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya,
walaupun manusia yang ada didalam masyarakat senantiasa silih berganti
disebabkan kematian dan kelahiran(Soerjono soekamto:2006: 150). Dengan
demikian bahwa kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun tersebut
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya kaitan yang begitu besar antara
kebudayaan dan masyarakat menjadikan kebudayaan sebagai suatu hal yang
sangat penting bagi manusia dimana masyarakat tidak dapat meninggalkan
budaya yg sudah dimilikinya.
Berdasarkan uraian di atas, kami tertarik untuk mengkaji tentang
terkait tidaknya Undang-Undang dengan UUD NRI 1945 pasal 31 dan 32
tentang Pendidikan dan Kebudayaan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah : Undang undang yang
berkaitan atau bertentangan dengan UUD NRI 1945 Pasal 31 dan 32 tentang
Pendidikan dan Kebudayaan.
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Sebagai bahan pembelajaran mata kuliah Pendidikan Kewarga negaraan
2. Agar mahasiswa dapat memahami Undang undang yang berkaitan atau
bertentangan dengan UUD NRI 1945 Pasal 31 dan 32 tentang Pendidikan dan
Kebudayaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Isi UUD 1945 NRI Pasal 31 dan 32

B. Undang-Undang yang Mengatur tentang Pendidikan


a. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
b. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan  Nasional
C. Undang- Undang yang Mengatur tentang kebudayaan
a. Undang-Undang No 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan
BAB III PEMBAHASAN

A. Isi UUD 1945 NRI Pasal 31 dan 32


Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di
Indonesia. Pasal-pasal yang berkaitan dengan pendidikan Bab XIII yaitu pasal
31 dan pasal 32. Pasal 31 ayat 1 berisi tentang hak setiap warga negara untuk
mendapatkan pendidikan, sedangkan pasal 31 ayat 2-5 berisi tentang
kewajiban negara dalam pendidikan. Pasal 32 berisi tendang kebudayaan.
Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang saling mendukung satu
sama lain.
Secara Umum, UUD NRI 1945 adalah hukum dasar tertulis. Dari
pengertian tersebut dapatlah dijabarkan bahwa UUD 1945 mengikat
pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat
setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat
setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD NRI 1945 berisi norma-norma, dan aturan-
aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di
atas. Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar,
yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD NRI 1945
merupakan sumber hukum tertulis. Dengan demikian setiap produk hukum
seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun
bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan
bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya
peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No. 10 Tahun 2004).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata
urutan perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia
menempati kedudukan yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga
mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol
apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum
yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum tersebut
bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945.

B. Undang-Undang yang Mengatur tentang Pendidikan


1. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
Undang-undang ini memuat 59 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum
(istilah-istilah dalam undang-undang ini), kedudukan fungsi dan tujuan , hak-hak
warga negara untuk memperoleh pendidikan, satuan jalur dan jenis pendidikan,
jenjang pendidikan, peserta didik, tenaga kependidikan, sumber daya pendidikan,
kurikulum, hari belajar dan libur sekolah, bahasa pengantar, penilaian, peran serta
masyarakat, badan pertimbangan pendidikan nasional, pengelolaan, pengawasan,
ketentuan lain-lain, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
Setiap warga negara diharapkan mengetahui hak dan kewajiban pokoknya
sebagai warga negara serta memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi
kebutuhan diri sendiri, ikut serta dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat,
dan memperkuat persatuan dan kesatuan serta upaya pembelaan negara.
Pengetahuan dan kemampuan ini harus dapat diperoleh dari sistem pendidikan
nasional. Hal ini dimaksudkan untuk memberi makna pada amanat Undang-
Undang Dasar 1945, BAB XIII, Pasal 31 ayat (1) yang menyatakan, bahwa "Tiap-
tiap warga negara berhak mendapat pengajaran".
Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan melalui BAB XIII, Pasal 31 ayat
(2), bahwa pendidikan yang dimaksud harus diusahakan dan diselenggarakan oleh
Pemerintah sebagai "satu sistem pengajaran nasional". Sesuai dengan judul bab
yang bersangkutan, yaitu PENDIDIKAN, pengertian "satu sistem pengajaran
nasional" dalam Undang-undang ini diperluas menjadi "satu sistem pendidikan
nasional". Perluasan pengertian ini memungkinkan Undang-undang ini tidak
membatasi perhatian pada pengajaran saja, melainkan juga memperhatikan unsur-
unsur pendidikan yang berhubungan dengan pertumbuhan kepribadian manusia
Indonesia yang bersama-sama merupakan perwujudan bangsa Indonesia, suatu
bangsa yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memelihara budi pekerti
kemanusiaan dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur,
sebagaimana dimaksud dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa).
Meskipun dalam UU ini telah diatur mengenai hak dan kewajiban setiap
warga Negara mengenyam pendidikan namun dalam implementasinya masih
banyak warga negara yang tidak menikmati jenjang pendidikan.
Kita akan masih banyak menemukan beberapa undang-undang yang belum
mencapai tujuannya, karena bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk,
tentu tidak mudah mencapai semua tujuan dengan singkat dan cepat. Tercapainya
tujuan pendidikan membutuhkan dukungan positif dari pendukung segala aspek
masyarakat, penyelenggara pendidikan dan pemerintah. Maka penyelenggaraan
pendidikan yang baik adalah sesuai dengan landasan-landasan pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang berlandaskan hukum akan menjadikan
penyelenggaraan pendidikan terarah, teratur dan sesuai dengan akar kebudayaan
nasional.
2. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan     Nasional
Undang-undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan
nasional, juga terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang ketentuan
umum(istilah-istilah terkait dalam dunia pendidikan), dasar, fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban
warga negara, orang tua dan masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis
pendidikan, bahasa pengantar, stándar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pendanaan
pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta masyarakat dalam pendidikan,
evaluasi akreditasi dan sertifikasi, pendirian satuan pendidikan, penyelenggaraan
pendidikan oleh lembaga negara lain, pengawasan, ketentuan pidana, ketentuan
peralihan dan ketentuan penutup.
Ternyata dalam pasal 49 ayat (1) Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bertentangan dengan pasal 31 ayat (4)
UUD 1945 (perubahan ke 4). Selain itu pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) UU
sisdiknas itu bertentangan dengan pasal 31 ayat (2) UUD NRI 1945. Oleh karena
itu, Makhkamah (konstitusi MK) agar memutuskan 2 pasal serta ayat-ayat
tersebut dalam UU sisdiknas itu tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Kedudukan UU no 20 tahun 2003 dan penjelasannya berada di bawah UUD
NRI 1945 dan oleh karena harus di uji kembali. Penjelasan pasal 49 ayat (1) UU
no 20 tahun 2003 menyatakan “pemenuhan pendanaan pendidikan dilakukan
secara bertahap”. Dan bunyi pasal 49 ayat (1) adalah “dana pendidikan selain
gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan di alokasikan minimal 20 % dari
APBN pada sector pendidikan dan minimal 20 % dari APBD”. Penjelasan
tersebut bertentang dengan UUD 1945 pasal 31 ayat (4), yang mulai berlaku sejak
tanggal ditetapkan 10 agustus 2002 yang mengatakan “ Negara mempriorotaskan
anggaran pendidikan sekurang kurangnya 20 % dari APBN serta dari APBD
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.Jadi jelaslah
pemenuhan pendanaan pendidikan menurut UUD NRI 1945 pasal 31 ayat (4)
tersebut tidak boleh kurang dari 20 % APBN maupun APBD dan harus mulai
dilaksanakan sejak penetapannya pada amandemen ke 4.
Kenyataanya sampai saat ini, anggaran pendidikan belum sampai 20% dari
APBN maupun APBD. Karena minimnya dana pendidikan, sampai saat ini
pemerintah belum mampu menanggung biaya operasional pelaksanaan wajib
belajar.
Dalam UUD 1945 NRI pasal 31 ayat (2) ditegaskan “setiap warga Negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah membiayainya. Hala yang
sama juga telah diamanatkan dalam UU RI no 20 tahun 2003 pasal 11 ayat (2)
“pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya”.
C. Undang- Undang yang Mengatur tentang kebudayaan
a. Undang-Undang No 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Pendidikan
Undang-Undang ini memuat 61 Pasal yang mengatur tentang  aspek
perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan untuk pemajuan
kebudayaan, jadi UU Pemajuan Kebudayaan akan membuat Kebudayaan menjadi
lebih tangguh.
Dalam konteks ilmu perundang-undangan, sebuah UU pasti memuat apa yang
disebut dengan tujuan, karena tidak satu pun UU dibuat tanpa sebuah tujuan –
terlepas dari jelas atau tidak tujuan tersebut. Jika ‘tujuan’ diperbolehkan dijadikan
sebagai sebuah tolok ukur awal terulangnya ambisi pemajuan kebudayaan, maka
dapatlah dinyatakan dalam perjalanan sejarah perundang-undangan di bidang
kebudayaan, UU No. 5 Tahun 1992 tentang cagar budaya merupakan UU pertama
yang harus dilihat sebagai UU yang bernuansa pemajuan kebudayaan. Bab II,
Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1992 menyatakan “perlindungan benda cagar budaya
dan situs bertujuan melestarikan dan memanfaatkannya untuk memajukan
kebudayaan nasional Indonesia”.
UU No. 5 Tahun 1992 berikutnya diubah dengan UU No. 11 Tahun 2010
masih tentang Cagar Budaya yang menyatakan tujuannya dalam Pasal 3 yang
berisi: (i) melestarikan warisan budaya bangsa & umat manusia (ii) meningkatkan
harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya (iii) memperkuat kepribadian
bangsa (iv) meningkatkan kesejahteraan rakyat (v) mempromosikan warisan
budaya bangsa kepada masyarakat internasional. Sebuah undang-undang yang
lebih spesifik menyatakan dirinya sebagai UU No. 5 Tahun 2017 tentang
pemajuan kebudayaan telah lahir di tengah keheranan pemerhati budaya terkait
kerusakan beberapa situs yang diasumsikan cukup aneh di tahun ini.4 Pasal 4 UU
No 5 Tahun 2017 menggenapi dugaan penulis tentang ambisi pemajuan
kebudayaan di Indonesia, kurang lebih 10 hal dikemukakan sebagai tujuan dalam
UU a quo yaitu (a) mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa; (b)
memperkaya keberagaman budaya; (c) memperteguh jati diri bangsa; (d)
memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa; (e) mencerdaskan kehidupan
bangsa; (f) meningkatkan citra bangsa; (g) mewujudkan masyarakat madani; (h)
meningkatkan kesejahteraan rakyat; (i) melestarikan warisan budaya bangsa; (j)
mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia, dan semua tujuan tersebut
diharapkan menjadi haluan pembangunan nasional
UU Pemajuan Kebudayaan ini memberikan ruang gerak lebih pada
masyarakat sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 32 Ayat (1) UUD 1945
hasil amandemen ke-4 Negara yang berbunyi “ memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat
dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”
jika hal ini dibandingkan dengan UU di bidang kebudayaan yang
mendahuluinya. Jadi pada Undang –undang RI no 5 tahun 2017 memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan UUD NRI 1945 Pasal 32. Hal ini dikarenakan
Undang-undang ini manjabarkan langsung maksud dan tujuan pemajuan
kebudayaan yang sebagaimana tertulis dalam UUD NRI 1945.

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD NRI 1945 dalam kerangka tata
urutan perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia
menempati kedudukan yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD NRI 1945 juga
mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD NRI 1945
mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan
norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum
tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD NRI 1945.
Undang_Undang Merupakan penjabaran pelaksanaan aturan dasar yang
ada dalam UUD NRI 1945, misalnya pada Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989
tentang Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No 5 tahun 2017 tentang Pemajuan
Pendidikan yang masing-masing menjabarkan pelaksanaan yang ada pada UUD NRI
1945 Pasal 31 dan 32 tentang Pendidikan & Kebudayaan.
Namun tidak dapat dipungkiri juga terdapat UU dinilai kontroversi
(bertentangan) terhadap UUD NRI 1945 pasal 31 tentang Pendidikan tepatnya
pasal 31 ayat (4) bertentangan dengan UU no 20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional. Selain itu, juga pada pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) UU
Sisdiknas bertentangan dengan pasal 31 ayat (2) UUD 1945.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini di perlukan kekompakan agar dapat
menyelesaikannya dengan efisien dan diperlukan referensi yang lebih banyak agar
dapat mempermudah menganalisis segala keterkaitan ataupun pertentangan UUD
NRI 1945 dengan Undang-Undang.

Anda mungkin juga menyukai