Anda di halaman 1dari 77

ASUHAN KEPERAWATAN

INFEKSI MATERNAL

OLEH
KELOMPOK 5
KELAS A

1. Ramdan Hipi (841418021)


2. Delfiyanti Hasan (841418012)
3. Filsa Husain (841418013)
4. Fitriyanti Pohiyalu (841418029)
5. Nurlin Arsyad (841418031)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga “ASKEP INFEKSI MATERNAL” dapat tersusun hingga selesai.
Harapan kami semoga askep ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi askep agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam askep ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, April 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….... ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….
1.1 Latar Belakang ………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………..
1.3 Tujuan ………………………………………………………....
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….....
2.1 Konsep Medis ……………………...………………………….
2.2 Konsep Keperawatan………………………………………….
2.3 Kontrasepsi pada pria dan wanita……………………………..
BAB III PENUTUP …………………………………………………..……...
3.1 Simpulan ……………………………………………………...
3.2 Saran ………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan maternal adalah ilmu yang mempelajari tentang kesehatan yang
harus diperhatikan si ibu pada saat kehamilan, agar sicalon bayi terlahir dengan
keadaan sehat tanpa adanya kecacatan. Kesehatan maternal perlu diketahui oleh
ibu hamil khususnya agar pada masa kehamilan maupun persalinan tidak terjadi
hal-hal yang diinginkan atau terjadi diluar kehendak. Hal yang perlu diperhatikan
untuk menjaga kesehatan maternal diantaranya menjaga personal hygine,
mengatur pola makan yang sehat dan bergizi, istrahat yang cukup, olahraga,
periksa kandungan secara rutin, mintalah resep obat khusus untuk ibu hamil,
terhindar dari stress dan sangat diperlukannya dukungan dari keluarga.
Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan
mortalitas signifikan. Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur hidup,
seperti infertilitas dan sierilitas. Kondisi-kondisi lain seperti infeksi yang didapat
secara kongenital. Infeksi Maternal disebabkan karena berbagai virus dan bakteri
yang menginvasi baik secara endogen maupun secara eksogen

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep medis dari Infeksi Maternal?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari Infeksi Maternal?
3. Bagaimana kontrasepsi pada pria dan wanita?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep medis dari Infeksi Maternal
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep keperawatan dari Infeksi Maternal
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Kontrasepsi pada pria dan wanita
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MEDIS
A. Definisi
Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan
mortalitas signifikan. Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur
hidup, seperti infertilitas dan sierilitas. Kondisi-kondisi lain seperti infeksi
yang didapat secara kongenital.
Infeksi Maternal disebabkan karena berbagai virus dan bakteri yang
menginvasi baik secara endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit
bisa timbul karena infeksi maternal tersebut, klasifikasi dari macam-macam
penyakit yang ditimbulkan karena infeksi antara lain :
1. Penyakit menular seksual
2. Infeksi TORCH
3. Human Papiloma Virus
4. Infeksi Traktus Genetalia
5. Infeksi Pasca Partum
1. Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang di sebabkan oleh


bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya.
Menurut World Health Organization (WHO, 2011) sebanyak 70% pasien
wanita dan beberapa pasien pria yang terinfeksi gonore. Antara 10% – 40%
dari wanita yang menderita infeksi klamidia yang tidak tertangani akan
berkembang menjadi pelvic inflammatory disease. Adapun Klasifikasi dari
Penyakit Menular Seksual ini yaitu :

1) Human Papilloma Virus (HPV)


Human Pappiloma Virus (HPV) atau juga dikenal dengan nama genital
wart adalah penyakit menular seksual yang banyak ditemukan dengan
munculnya kutil genital, kutil kelamin atau disebut candiloma akuminata yang
dapat meningkatkan kanker serviks dan penyakit ini sangat mengkhawatirkan
di komunitas medis ada kampanye untuk mendorong diadakannya vaksinasi
terhadap HPV pada penderita untuk menekan angka penyebaran HPV genital
melalui aktivitas seksual. Virus HPV menimbulkan gejala seperti kelainan
berupa tonjolan kulit berbentuk jengger ayam yang berwarna seperti kulit,
ukurannya bervariasi dan sangat kecil sampai besar sekali.
Pada penderita perempuan dapat mengenai kulit di daerah kelamin
sampai dubur, selaput lendir bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim.
Pada penderita laki‐laki dapat mengenai penis dan saluran kencing bagian
dalam. Khusus perempuan hamil, kutil dapat tumbuh besar sekali dan baru
disadari setelah perempuan melakukan papsmear. Jika tidak segera ditangani
bisa menyebabkan kanker leher rahim serta kanker penis. Sebagian
besarkuman penyakit ini menempel pada kulit, seperti skrotum, maka kondom
tidak 100% efektif dalam mencegah penularannya. Bahkan berdasar laporan
kesehatan, remaja memiliki persentase tertinggi pada virus ini dibanding
kelompok umur lainnya. Ada satu penelitian di Amerika menunjukkan sampai
seperempat perempuan muda yang aktif secara seksual terbukti terinveksi
kutil kelamin melalui pengujian laboratorium, walaupun bukti kasat mata
seperti kutil kelamin dibagian luar lebih sedikit. Sekarang kita bahas tentang
PMS yang disebabkan karena penyebaran bakteri antara lain seperti
Chlamydia Trachomatis atau disebut Klamidia, Vaginosis Bakterial, Gonore,
dan Sifilis.
2) Gonorrhea
a. Definisi
Gonorea adalah suatu kondisi terinfeksi dengan diplokokus Gram
negatif Neisseria gonorrhoeae. Lokasi utama infeksi adalah mukosa
uretra, endoserviks, rektum, faring dan konjungtiva. Transmisinya adalah
dengan inokulasi langsung sekresi yang terinfeksi dari satu membran
mukosa ke membran mukosa yang lain.(C Bignel,2011 dalam buku IMS
2016)
b. Etiologi
N.gonorrhoeae adalah diplokokus Gram negatif, intraseluler, dan
aerobik; secara khusus, ia adalah bentuk diplokokus yang dikenal sebagai
gonokokus. N.gonorrhoeae menyebar melalui kontak seksual atau melalui
transmisi vertikal saat melahirkan.Faktor risiko untuk gonorea dapat
melalui paparan seksual dengan pasangan yang terinfeksi tanpa
perlindungan (misalnya, kegagalan untuk menggunakan kondom atau
kegagalan kondom).(B Wong,2015).
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejalanya yaitu :
1. Gejala awalnya biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah
terinfeksi
2. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa
minggu atau blan (asimtomatis)
3. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa
penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk
berkemih.
4. Nyeri ketika berkemih
5. Keluarnya cairan dari vagina
6. Demam
d. Patofisiologi
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran
anus, konjungtiva dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan
prostate, vas deferens, vesikula seminalis, ovarium pada wanita.
Setelah melakat, gonokokus berpenetrasi kedalam sel epitel dan
melalui jaringan sub epitel dimana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum,
komplemen, immunoglobulin A(IgA) dan lain-lain), dan difagositosis oleh
neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah gonokokusmudah melekat dan
berpenetrasi kedalam sel penjamu, begitu pula resistensi konjungtiva mata dan
rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas terjadi
didaerah epitel skuamosa dari vagina.
e. Komplikasi
1. Pada pria
a. Prostatitis
b. Cowperitis
c. Vesikulitis seminalis
d. Epididimitis
e. Cystitis dan infeksi traktus superior
f. Infertilitas
2. Pada wanita
a. Komplikasi uretra
b. Bartholinitus
c. Endometritis
d. Salphingitis
e. infertilitas
f. Pemeriksaan penunjang
1. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi
positif), tes fermentasi kuman
2. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan
warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim
beta laktamase
3. Tes thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes
ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah
berlangsung.
g. Penatalaksanaan
1. Medis
Pemberian obat berupa Penicilin dan tetrasiklin
2. Non medis
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang :
a. Bahaya penyakit menular seksual
b. Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
c. Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan
seks tetapnya
d. Hindari hubungan seksual
e. Cara menghindari infeksi PMS
3) Sifilis
a. Definisi
Sifilis adalah penyakit kelamin infeksius yang disebabkan oleh
bakteri spirocheta Treponema pallidum. Sifilis ditularkan melalui kontak
seksual dengan lesi infeksius, dari ibu ke janin in utero, melalui transfusi
produk darah, dan kadang-kadang melalui luka di kulit yang bersentuhan
dengan lesi infeksius.(Euerle.2015)
b. Etiologi
Sifilis adalah infeksi dengan bakteri spirocheta T pallidum. T
pallidum adalah patogen manusia dan tidak secara alami muncul pada
spesies lain. Transmisi T pallidum terjadi melalui penetrasi spirocheta
melalui membran mukosa dan abrasi pada permukaan epitel. Ia terutama
menyebar melalui kontak seksual tetapi dapat menyebar dengan paparan
produk darah dan ditransfer in utero. T pallidum adalah organisme labil
yang tidak dapat bertahan hidup dengan pengeringan atau paparan
desinfektan; dengan demikian, transmisi fomite (misalnya, dari kursi toilet)
hampir tidak mungkin
c. Manifestasi klinis
Menurut Mattei.2012 Tanda dan gejalanya dapat berupa :
1) Sifilis primerSifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di
tempat bakteri masuk.
2) Sifilis sekunderSifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam
pada tubuh.
3) Sifilis latenSifilis ini tidak menimbulkan gejala, tapi bakteri ada
di dalam tubuh penderita.
4) Sifilis Tersier Sifilis tersier merupakan sifilis yang paling
berbahaya. Gejala yang dialami akan sangat dipengaruhi oleh
bagian tubuh mana dimasuki bakteri sifilis. Sifilis tersier memiliki
dampak terhadap mata, jantung, otak, pembuluh darah, tulang,
persendian, dan juga hati.
5) Sifilis konginetal Jika sifilis terjadi kepada wanita hamil, maka
janin wanita tersebut bisa juga tertular.
d. Patofisiologi
Treponema dapat masuk (porte d’entree) ketubuh calon penderita
melalui selapu lendir yang utuh atau kulit dengan lesi. Kemudian masuk
ke peredaran darah dari semua organ tubuh. Penularan terjadi setelah
kontak langsung dengan lesi yang mengandung treponema. 3-4 minggu
terjadi infeksi, pada tempat masuk Treponema pallidum timbul lesi primer
(chancre primer) yang bertahan 1-5 minggu dan sembuh sendiri.
Tes serologik positif setelah 1-4 minggu. Kurang lebih 6 minggu
(2-6 minggi) setelah lesi primer terdapat kelainan selaput lendir dan kulit
yang pada awalnya menyeluruh kemudian mengadakan konfluensi dan
berbentuk khas.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan secara klinis. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan pemeriksaan sindromik
2. Pemeriksaan Laboratorium
3. Pemeriksaan Mikroskopik
4. Pemeriksaan Serologis.
a. Ter non Treponema : kardiolipin, lesitin dan
kolestrol
b. Tes Treponema : Treponema pallidum hidup/mati.
f. Penatalaksanaan
Sifilis primer, sekunder, dan laten awal dapat diobati dengan dosis
tunggal intramuskular 2,4 juta unit penisilin G benzatin. Pemberian terapi
yang lebih lama dari 2,4 juta unit penisilin G benzatin intramuskular setiap
minggu selama tiga minggu direkomendasikan untuk sifilis laten, sifilis
tersier, atau jika durasi infeksi.(Workwoski,2010 dalam buku IMS 2016)
4) Hiv
b. Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan krisis kesehatan
terbesar yang dihadapi oleh dunia saat ini. Diperkirakan 40 juta orang kini
hidup dengan HIV dan, pada tahun 2003, pandemic menyebabkan 5 juta
infeksi baru. Secara global, sekitar separuh dari semua orang dewasa yang
menderita HIV adalah wanita dan 2.5 juta anak-anak hidup dengan virus.
(WHO,2003 dalam buku IMS 2016).
HIV merupakan retrovirus RNA yang dapat menyebabkan
penyakit klinis, yang kita kenal sebagai Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS). Transmisi dari ibu ke anak merupakan sumber utama
penularan infeksi HIV pada anak. Ibu hamil yang terinfeksi HIV juga
dapat meningkatkan resiko komplikasi pada kehamilan. (WHO,2003
dalam buku IMS 2016).
c. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun
1983 sebagai retrovirus yang disebut HIV-1, HIV-2 dianggap sebagai
virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
d. Manifestasi klinis
Adapun tanda dan gejalanya yaitu :
1. Saluran Pernafasan. Penderita mengalami sesak nafas
pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam
seperti terserang infeksi virus lainnya (pneumonia)
2. Saluran Pencernaan. Seperti hilang nafsu makan, mual dan
muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga
mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang
kronik.
3. Berat badan menurun
4. Sering sakit kepala, tampak kebingungan dan respon
anggota gerak melambat.
5. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita
seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini
sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran
kemih, menderita penyakit syphylis dan dibandingkan pria
maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderia
penyakit cacar.
e. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendrik/langerhans (sel imun) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD4, dengan bagian virus yang bersesuaian yang antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Hiv menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu,
dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse trankipase, yang akan
melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel
T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapa mengenali virus HIV
sebagai antigen, sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak
dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 heleper ini yaitu
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi
limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau
fungsi sel t$ helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan
menyebabkan penyakit yang serius.
f. Pemeriksaan penunjang
1. Tes untuk diagnosa infeksi Hiv :
a. ELISA
b. Wastern Blot
c. P24 antigen test
d. Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun
a. Hematokrit
b. LED
c. CD4 Limfosit
d. Rasio CD4/CD Limfosit
e. Serim mikroglobulin B2
f. Hemoglubin
g. Penatalaksanaan
a. Pengobatannya yaitu :
1. Obat Retrovirus : Zidovudine(AZT), Didanosine(ddl),
Videx
2. Obat-obat untuk infeksi Oportunistik : pemberian
Profiklaktik

2. Infeksi TORCH
Penyakit umum yang memberikan pengaruh buruk bagi ibu janin atau
neonatus dijelaskan menurut akromin TORCH. Apa kepanjangan dari
TORCH?
T : Toxoplamosis (Protozoa)
- Efek
Toxoplamosis memberikan efek pada maternal yaitu infeksi akut serupa
dengan influenza, pembengkakan kelenjar limfe,malaise atau mungkin
asimtomatik.
- Pencegahan
Hindarkan dari daging mentah yang terinfeksi atau kotoran kucing
- Pemeriksaan penunjang
Dilakukan dengan pemeriksaan serologi
- Penatalaksanaan
1. Pyrimethamine ditambah sulfadiazin
2. Klimadisin (untuk wania yang alergi terhadap sulfadiazin)
O : Penyakit lain seperti :
1. Hepatitis A
- Efek
Aborsi spontan serta gagal hepar selama kehamilan
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Disebabkan oleh feses yang terkontaminasi : Globulin Y untuk profilaksis
jika terpapar
Hepatitis B
- Efek
Demam, malaise, nyeri persendian, ikterik dan perbesaran hepar
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Disebarkan oleh cairan amnion, darah, urin, dan sekresi lainnya. Berikam
imnunoglobulin atau vaksin HBIG IM dalam 12 jam, dosis kedua pada
usia 1 bln, dosis ketiga pada usia 6 bln.
2. Sifilis (treponema pallidum spiroseta)
- Efek
Inkubasi : asimtomatik selama beberapa minggu serta ada beberapa tahap
yaitu :
1. Tahap primer : peradangan yang tidak nyeri, menghilang dalam 4-6
minggu tanpa pengobatan
2. Tahap sekunder : malaise, demam, kemerahan tidak nyeri
menyebabkan rontok-rontoknya rambut, kandilomata pada permukaan
kulit yang berminyak dan menghilang dalam 2-6 minggu tanpa
pengobatan.
3. Tahap laten awal : terlihat kembali lesi sampai 4 tahun kemudian
4. Tahap laten akhir : sepanjang hidup 50%-70% idak menunjukkan
gejala
5. Tahap tersier : kerusakan dijelaskan dengan akronim paresis untuk
kepribadian, affeks, refleks mata sensori, intelek bicara
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Disebarkan oleh darah, eksudat lesi dan semen melalui mukosa utuh dan
luka pada kulit. Muali berikan penisilin sebelum kehamilan bulan ke-5
untuk mencegah sifilis kongenital, bila tidak dilakukan mulai lakukan
pengobatan intensif baik ibu maupun bayi sesegara mungkin , tangani
kelainan lahir.
3. Listeria monocytogenes (bakteri)
- Efek
1. Tidak terdapat inflamasi vagina, gejalagejala sistemik seperti
influenza,demam, malaise, nyeri punggung
2. Mungkin diperhitungkan sebagai aborsi habitual pada beberapa wanita.
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Disebarkan melalui kontak dengan burung atau binatang, dilakukan
pemeriksaan melalui mikroskopik atau pemeriksaan antibodi. Adapun
pengobatannya yaitu antibiotik pada ibu 71%
4. Infeksi saluran perkemihan biasanya Escherichi coli (bakteri)
- Efek
1. Mengenai 2%-10% wanita disebabkan oleh stasis urin, penurunan
kapasitas lekosit bakterisid, dan tekanan pada ureter kanan dari massa
usus yang besar disebelah kiri.
2. Cystitis, demam, dorongan berkemih, disuria
3. Pielonefritis akut, menggigil, demam tinggi, nyeri flank, mual,
dehidrasi, ileus
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Pemeriksaan kultur urine dan berat jenis urin.
Pengobatan : Sulfonamid sebelum bulan terakhir, kemudian dengan
Nitrofurantoin dan antibiotik. Tetrasiklin menyebabkan gangguan
pertumbuhan tulang janin, perbanyak cairan.
Pielonefritis : cairan IV, tirah baring, baringkan pasien dalam posisi miring
kiri untuk meningkatkan pengosongan ginjal.
R : Rubella (campak jerman virus)
- Efek
Kemerahan, gejala-gejala ringan, beberapa fotofobia, kadang-kadang
ensefalitis atau artritis.
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Vaksinasi pada semua wania tak hamil, mencegah kehamilan selama 2 bln.
Kultur virus dari cairan amnion, plasenta, atau darah janin.
S : Sitomegalovirus (CMV)(virus herpes)
- Efek
Penyakit asimtomatik, mungkin mengeluarkan cairan serviks, ditularkan
pada 50% janin.
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Infeksi janin mungkin terjadi selama persalinan, kehamilan berikutnya
mungkin terinfeksi. Kultur virus, anti-CMV antibodi IgM pada tali pusat
atau serum bayi dan obati bayi dengan antimetabolit atau obat antivirus
untuk menurunkan kelainan sistem saraf pusat serta menggunakan gaun
dan sarung tangan isolasi.
H : Herpes genetalis (virus herpes simpleks, HSV I dan II)
- Efek
Gejala-gejala lebih berat pada infeksi pertama : bisul-bisul yang
menyakitkan ruptur, ulkus bengkak menghilang dalam 2-6 minggu,
keluaran vagina, demem, malaise, limfadenopati inguinal yang
menyakitkan. Lesi servikal mungkin mengarah pada karsinoma invasif
pada usia baya.
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Disebarkan melalui hubungan seksual dan muntahan inkubasi : 2-4
minggu, tetap dalam sel untuk hidup, sehingga terjadi infeksi ulang,hidup
dorman pada ganglion saraf sensorik dicetuskan dengan kemarahan
emosi,menstruasi dan kehamilan. Obati wanita : acyclovir tidak terdapat
vaksin, tidak dapat sembuh.

3. Human Papiloma Virus


a. Definisi

Human Papillomavirus (HPV) adalah virus double stranded DNA,


famili Papillomaviridae, tidak mempunyai envelope, berukuran kecil
dengan diameter 55nm, mempunyai kapsid ikosahedral. Terdapat lebih
dari 100 genotipe virus telah teridentifikasi, lebih dari 40 genotipe
menginfeksi epitel kulit dan mukosa pada daerah anogenital dan daerah
lain pada tubuh manusia.(Wang,2015)

b. Etiologi (Sheigeishi,2016)
Tanda dan gejalanya yaitu :
1. Kutil yang tumbuh dibahu, lengan dan jari tangan : timbul berupa
benjolan, sakit dan rentan mengalami perdarahan.
2. Kutil yang tumbuh pada telapak kaki (plantar warts) : benjolan
keras dan terasa kasar sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman
saat menapak.
3. Kutil didaerah wajah
4. Kutil didaerah kelamin : merasakan gatal didaerah sekitarnya.
c. Manifestasi klinis
1. Gejala fisik yang terlihat pada wanita :
a. Kutil pada organ kelamin, dubur atau anus atau pada permukaan
vagina.
b. Pendarahan yang tidak normal.
c. Vagina menjadi gatal, panas atau sakit.
2. Gejala fisik yang terlihat pada pria :
a. Kutil pada penis, anus atau skrotum.
b. Kutil pada uretra (mungkin terjadi penurunan jumlah urin)

d. Patofisiologi

Infeksi HPV ini biasanya terjadi segera setelah hubungan seksual


terjadi. Jika terinfeksi dengan jenis virus HPV yang resiko rendah
(serotype HPV 6 dan HPV 11), maka pada orang tersebut akan
berkembang kutil diarea sekitar anus dan alat genital yang disebut dengan
Caondyloma acuminata. Bila terinfeksi dengan jenis virus HPV yang
resiko tinggi (serotype HPV 6 dan HPV 11), infeksi ini bersifat sementara,
yang disertai kelainan jaringan yang sementara juga dan akan sembuh
spontan. Sehingga, hampir tidak disadari oleh penderia yang hanya akan
tampak dan terdeteksi infeksi oleh virus HPV adalah waktu pemeriksaan
pap smear vagina. HPV Serotype 16 dan 18 ini mempunyai
kecenderungan menjadi ganas.

Berdasarkan tempat terjadinya infeksi dan bentuk kelainan atau


perubahan yang ditimbulkan,maka infeksi HPV bisa dibagi dalam 4
kelompok besar :

1. Infeksi kulit : lokasi ditelapak tangan atau telapak


kaki, berbentuk kutil dan bersifat jinak
2. Infeksi jaringan epitel : kelainan kulit berbentuk
rata, mungkin bersifat ganas
3. Kulit area ano-genital : infeksi jaringan epitel dan
selaput lendir area ano-genital, berbentuk kutil yang
khas seperti kembang kol (condylomata acuminata)
bersifat jinak
4. Kutil area ano-genital : infeksi jaringan epitel dan
selaput lendir area ano-genital, kelainan berbentuk
rata bersifat ganas.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Pap Smear
2. Tes DNA
3. Cuka tes solusi
f. Penatalaksanaan
1. Pemberian obat oles
2. Pengangkatan kutil : krioterapi, operasi dan sinar laser
4. Infeksi Traktus Genetalia
Infeksi Traktus Genetalis terbagi menjadi :
1) Infeksi Vagina
a. Pengertian
Infeksi Vagina adalah salah satu penyakit yang umum diderita
oleh kaum wanita diseluruh dunia. Salah satu penyebabnya adalah infeksi
jamur yang merupakan salah satu faktor terpenting kedua penyebab infeksi
vagina.
b. Etiologi
1. Celana dalam ketat
2. Pil kontrasepsi
3. Hubungan intim
4. Diabetes
5. Antibiotik dan steroid
6. Pentransferan infeksi
7. Kekebalan tubuh rendah
8. Perawatan hormonal dan kesuburan
c. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari infeksi yang paling sering terdapat pada
Infeksi Vagina yaitu :
1. Kandidiasis Vulvovaginalis
a. Definisi
Kandidiasis adalah penyakit inflamasi akut yang disebabkan
oleh spesies jamur yang berasal dari genus Candida.
Kandidiasis vulvovagina merupakan alasan yang sering
dijumpai dari konsultasi ginekologi karena dapat
mempengaruhi sampai 75% dari wanita usia reproduktif.(A.
Cassone,2014)
b. Etiologi
a. Faktor Lokal/faktor predisposisi (Leon D,2003 dalam buku
IMS 2016)
1. Kehamilan
Koloni vagina rata-rata meningkat selama kehamilan dan insiden
keluhan vaginitis meningkat terutama pada trimester terakhir.
Pedersen pada tahun 1969 menemukan 42% kandidiasis vagina pada
kehamilan trimester terakhir dan menurun menjadi 11% pada hari ke
tujuh setelah melahirkan. Kandungan glikogen pada sel – sel vagina
meningkat dengan tingginya kadar hormon dalam sirkulasi. Ini
mempertinggi proliferasi, pengembangbiakan dan perlekatan dari
kandida albikan. Pertumbuhan jamur akan distimulasi dengan
tingginya kadar hormon estrogen, karena hormon ini dapat
menurunkan PH vagina menjadi suasana yang lebih asam
2. Imunosupresi
Pemberian obat dalam jangka waktu yang lama terutama
kortikosteroid sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kandida
albikan, oleh karena obat ini bersifat imunosupresi.
3. Diabetes Militus
Glukose yang tinggi pada urine dan peningkatan konsentrasi
sekresi vagina pada diabetes melitus mempertinggi pertumbuhan
jamur
4. Pengobatan Antibiotika
Penggunaan antibiotika dapat mengurangi pertumbuhan bakteri
yang sensitif tetapi tidak berpengaruh terhadap kandida. Antibiotika
dapat membunuh bakteri gram negatif yang memproduksi anti kandida
komponen, sehingga dapat merangsang pertumbuhan kandida
5. Kontrasepsi Oral
Episode gejala dari kandidiasis vagina biasanya lebih banyak
pada wanita dengan pemakaian kontrasepsi oral daripada wanita yang
tidak. Dikatakan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan perubahan-
perubahan pseudogestasional pada epitel vagina. Penelitian yang
dilakukan oleh Caterall dengan pil estrogen dosis tinggi rnendapatkan
hasil bahwa penderita kandidiasis vagina gagal diobati dengan
bermacam-macam obat dan segera sembuh setelah pemakaian
kontrasepsi oral dihentikan. Tapi penelitian lain tidak dapat
menunjukan perbedaan frekuensi kandidiasis vagina dengan
pemakaian pil atau cara KB yang lain
c. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala kandidiasis vulvovagina tanpa komplikasi
mencakup sekret yang tebal seperti keju yang terkait dengan pruritus
vagina dan vulva, nyeri, rasa terbakar, eritema, dan / atau edema. Disuria
eksternal dan dispareunia juga dapat terjadi. Kandidiasis vulvovagina
dengan komplikasi dapat didefinisikan sebagai kandidiasis yang berulang
(4 atau lebih episode dalam jangka waktu 12 bulan), terkait dengan gejala
berat, yang dihasilkan oleh spesies non-albicans, atau dijumpai pada host
yang immunocompromise. Kondisi ini lebih umum pada mereka dengan
imunosupresi, diabetes, atau keduanya. Pengujian tambahan untuk HIV
dan diabetes dapat dibenarkan dalam situasi ini.(D.Marchaim,2012)
Kandidiasis vulvovaginalis dimulai dari adanya faktor predisposisi
memudahkan pseudohifa candida menempel pada sel epitel mukosa dan
membentuk kolonisasi. Kemudian candida akan mengeluarkan zat
keratolitik (fosfolipase) yang menghidrolisis fosfolopid membran sel
epitel, sehingga mempermudah invasi jamur kejaringan. Dalam jaringan
candida akan mengeluarkan faktor kemotaktik neutrofil yang akan
menimbulkan raksi radang akut yang akan bermanifestasi sebagai daerah
hiperemi atau eritema pada mukosa vulva dan vagina. Zat keratolitik yang
dikeluarkan candida akan teus merusak epitel mukosa sehingga timbul
ulkus-ulkus dangkal. Yang bertambah berat dengan garukan sehingga
timbul erosi. Sisa jaringan nekrotik, sel-sel epitel dan jamur akan
membentuk gumpalan bewarna putih diatas daerah yang eritema yang
disebut flour albus.
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari kandidiasis vulvovaginitis dapat dilakukan
baik secara umum maupun secara khusus. (KA Workpwski,2015 dalam
buku IMS 2016)
1. Penatalaksanaan secara umum :
a. menanggulangi faktor predisposisi
b. menjaga kelembapan kulit
c. menjaga higyeni daerah genital
d. memakai pakaian dalam yang ngaman tidak sempit dan terbuat dari
bahan yang menyerap keringat
2. Penatalaksanaan secara khusus :
a. Topikal
1) larutan ungu gentian ½-1 % dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
2) Nistatin cream
3) Amfoterisin B
4) Derivat azole : mikonazole 2%, klotrimazole 1 %, tiokonazole,
bufonazol, isokonazol, siklopiroksolamin
b. Sistemik
1) Ketokonazole 2x200mg selama 5 hari
2) Itrakonazole 2x200 mg dosis tunggal atau 2x100 mg sehari selama
3 hari.
3) Flikonazole 150 mg dosis tunggal
2. Trikomoniasis ( Trichomonas Vaginalis )
A. Pengertian
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
parasit uniselluler Trichomonas Vaginalis (T.Vaginalis). Trichomonas
Vaginalis adalah protozoa yang tumbuh subur di lingkungan yang bersifat
basa, trikomoniasis terjadi pada sekitar 30% wanita yang aktif secara seksual.
Trikomonasis vaginalis mempunyai hubungan dengan peningkatan
serokonversi virus HIV pada wanita.(Forna,2003 dalam buku IMS 2016)
Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal
yang hebat disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan
gemuk dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai penyakit kencing manis.
B. Etiologi
Menurut Smith 2015 faktor pencetusnya itu berdasarkan faktor
predisposis yaitu :
a. pH lingkungan 4,9-7,5, seperti pada kondisi:
 haid
 hamil
 Pencucian vagina
b. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat
merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri
patogen
c. Aktivitas seksual tinggi dan bergonta – ganti pasangan.
d. Wanita lebih banyak dari pria. Wanita setelah menopause
e. Sanitasi buruk
C. Manifestasi Klinis
Menurut Kissinger,2015 tanda dan gejalanya yaitu :
1. Infeksi ragi dapat muncul sebagai pustul-pustul yang meradang,
2. Terasa sangat gatal
3. Nyeri abdomen
4. Infeksi di vagina menimbulkan rabas yang berwarna putih seperti keju
5. berbau busuk
6. iritasi vulva
D. Patofisiologi
Pada gadis-gadis sebelum usia pubertas, dinding vagina yang
sehat tipis danhypoestrogenic, dengan pH lebih besar dari 4,7,
pemeriksaan  dengan pembiakan (kultur) akan menunjukkan beberapa
mikroorganisma.  Setelah gadis menjadi dewasa, dinding vagina menebal dan
laktobasilus menjadi mikroorganisma yang dominan, PH vagina menurun
hingga kurang dari 4,5. Laktobasilus penting untuk melindungi vagina dari
infeksi, dan laktobasilus adalah flora dari vagina yang dominan (walaupun
bukan merupakan stau-satunya flora vagina).  Masa inkubasi sebelum
timbulnya gejala setelah adanya infeksi bervariasi antara 3-28 hari.  Selama
terjadinya infeksi protozoa Trichomonas vaginalis, trikomonas yang bergerak-
gerak (jerky motile trichomonads) dapat dilihat dari pemeriksaan dengan
sediaan basah.  PH vagina naik, sebagaimana halnya dengan jumlah lekosit
polymorphonuclear (PMN).  Lekosit PMN merupakan mekanisme pertahanan
utama dari pejamu (host/manuasia), dan mereka merespon terhadap adanya
substansi kimiawi yang dikeluarkan trichomonas. T vaginalis merusak sel
epitel dengan cara kontak langsung dan dengan cara mengeluarkan substansi
sitotoksik.  T vaginalis juga menempel pada protein plasma pejamu, sehingga
mencegah pengenalan oleh mekanisme alternatif yang ada di pejamu dan
proteinase pejamu terhadap masuknya T vaginalis.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya :
a. pH vagina
b. Apusan basah/Wet mount
c. Pap Smear
d. Test Whiff
e. Kultur
f. Direct Imunfluorescence assay
g. Polimerase Chain Reaction
F. Penatalaksanaan
Trikomoniasis boleh diobati dengan Metronidazole 2 gr dosis tunggal,
atau 2 x 0,5 gr selama 7 hari. Mitra seksual turut harus diobati. Pada neonatus
lebih dari 4 bulan diberi metronidazole 5 mg/kgBB oral 3 x /hari selama 5
hari. Prognosis penyakit ini baik yaitu dengan pengambilan pengobatan secara
teratur dan mengamalkan aktivitas seksual yang aman dan benar (Slaven,
2007 dalam buku saku kebidanan pada tahun 2010). Pencegahan bagi
trikomoniasis adalah dengan penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat
yang dimulai pada tahap persekolahan. Mendiagnosis dan menangani penyakit
ini dengan benar. Pencegahan primer dan sekunder trikomoniasis termasuk
dalam pencegahan penyakit menular seksual. Pencegahan primer adalah untuk
mencegah orang untuk terinfeksi dengan trikomoniasis dan pengamalan
perilaku koitus yang aman dan selamat. Pencegahan tahap sekunder adalah
memberi terapi dan rehabilitasi untuk individu yang terinfeksi untuk
mencegah terjadi transmisi kepada orang lain
3. Infeksi Saluran Kemih ( ISK )
a. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu
mikrooerganisme. Sebagian besar ISK disebabakan oleh bakteri seperti
jamur dan virus. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escheriichia
coli, suatu kontaminan tinja yang sering ditemukan di daerah anus.
b. Etiologi
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis
bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri
atau mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat
dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang
mendekati kandung kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh
bakteri, namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur
dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika
dibandingkan dengan infeksi gram negatif. Lemahnya pertahanan tubuh telah
menyebabkan bakteri dari vagina, perineum (daerah sekitar vagina), rektum
(dubur) atau dari pasangan (akibat hubungan seksual), masuk ke dalam
saluran kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih
sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal.
Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di bawah
ini :
1. Kelompok anterobacteriaceae seperti :
a. Escherichia coli
b. Klebsiella pneumoniae
c. Enterobacter aerogenes
d. Proteus
e. Providencia
f. Citrobacter
2. Pseudomonas aeruginosa
3. Acinetobacter
4. Enterokokus faecalis
5. Stafilokokus sarophyticus
c. Manifestasi Klinis
1. Sistitis biasanya memperlihatkan disuria (nyeri waktu berkemih),
peningkatan frekuensi berkemih, dan rasa desakan ingin berkemih
2. Dapat terjadi nyeri punggung bawah atau suprapubis, khususnya pada
pielonefritis
3. Demam disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah
4. Gejala infeksi pada bayi atau anak kecil dapat nonspesifik dan
termasuk iritabilitas, demam, nafsu makan turun, muntah, dan bau
popok yang sangat menyengat
5. Gejala infeksi pada lansia dapat berupa gejala abdomen seperti mual
atau muntah harus dikaji apakah menderita ISK. Bisa muncul demam
namun bisa tidak, terkadang hanya peningkatan agitasi atau konfusi
yang terjadi yang mengharuskan para perawat lansia meningkatkan
kewaspadaan khusus terhadap berulangnya dan kepastian terjadinya
ISK pada lansia. Infeksi asimtomatik pada lansia juga sangat sering
terjadi .
Pielonefritis akut biasanya memperlihatkan :
 Demam
 Menggigil
 Nyeri punggung
 Disuria
d. Patofisiologi
Hampir semua Infeksi Saluran Kemih disebabkan invasi mikroorganisme
asending dari uretra ke dalam kandung kemih. invasi mikroorganime dapat
mencapai ginjal dipermudah dengan refluks vesikoureter. Pada wanita mula‐
mula kuman dari anal berkoloni di vulva, kemudian masuk ke kandung kemih
melalui uretra yang pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan
seksual dan mungkin perubahan pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Biakan air kemih
2. Urinalisis
3. Bakteriologis
 Mikroskopis
 Biakan bakteri
4. Metode Test
 Tes esterase leukosit positif : pasien mengalami piuria dan tes
pengurangan nitrat, GRIESS positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urine normal menjadi nitrit.
 Tes PMS : Uretritia akut akibat organime menular secara seksual
(misal, klamidia trakomatis, neisseria gonnorrhoeae, herpes simplek
5. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) ginjal untuk mengetahui kelainan
struktur ginjal dan kandung kemih.
6. Pemeriksaan Miksio Sisto Uretrografi / MSU untuk mengetahui adanya
refluks.
7. Pemeriksaan Pielografi Intra Vena (PIV) untuk mencari latar belakang
infeksi saluran kemih dan mengetahui struktur ginjal serta saluran
kemih
f. Penatalaksaan
1. Supportif / Non-farmakologi :
a. Usahakan untuk buang air seni pada waktu bangun di pagi hari. Buang
air seni dapat membantu mengeluarkan bakteri dari kandung kemih
yang akan keluar bersama urin
b. Minum air putih minimal 8 gelas atau 2,5 liter setiap hari.
c. Sementara, buah-buahan, sari buah, jus sangat baik untuk dikonsumsi
sebab dapat melancarkan peredaran darah.
d. Hindari berbagai jenis makanan seperti : soto jerohan sapi, es krim,
keju, milk shake, kopi, cola dan lain-lain.
e. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran
kencing.
f. Setiap buang air seni, bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini
akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari
rectum.
g. Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH
balanced (seimbang).
h. Buang air seni sesering mungkin (setiap 3 jam).
i. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok.
j. Jangan cebok di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi
atau ember. Pakailah shower atau kran.
k. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari. Gunakan pakaian dalam dari
bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.
2. Medikamentosa / Farmakologis
Pengobatan simtimatik terhadap keluhan sakit kencing dapat diberikan
penazofiridin (piridium) 7 – 10 mg/kgBB/hari. Disamping ISK perlu juga
mencari dan mengurangi atau menghilangkan factor predisposisi seperti
obstipasi, alergi, investasi cacing dan memberikan kebersihan perineum
meskipun usaha-usaha ini kadang-kadang tidak selalu berhasil
5. Infeksi Pasca Partum
a. Definisi
Sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan adalah infeksi
klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan. D itandai kenaikan suhu sampai 38⁰ atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama. Diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut morbiditas
puerperalis.
b. Etiologi
Infeksi bisa timbul akibat akibat bakteria yang seringkali
ditemukan di dalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen
patogen dari luar vagina (eksogenus). Organisme yang paling sering
menginfeksi ialah organisme streptokokus dan bakteri anaerobik.infeksi
Staphylococcus aureus, gonococcus, koliformis, dan klostridia jarang
terjadi tetapi merupakan organisme patogen serius yang menyebabkan
infeksi pasca partum. Episiotomi atau laserasi pada vagina atau serviks
bisa membuka jalan timbulnya sepsis.
c. Faktor Resiko
a. Faktor resiko yang terjadi saat antenatal care :
1. Keadaan anemia akibat malnutrisi
2. Adanya kemungkinan infeksi parasit dalam abdomenal
3. Terdapat bakteri komensalisme pada genetalia bawah :
a) Serviks
b) Vagina
c) Infeksi alat perkemihan
b. Faktor resiko saat inpartu :
1. Ketuban pecah pada saat pembukaan kecil (lebih dari 6 jam)
2. Persalinan pervaginam operatif
3. Persalinan yang lama dan melelahkan
4. Kelahiran dengan bantuan alat
5. Perdarahan

d. Manifestasi Klinis
Gejala infeksi puerperal bisa ringan atau berat. Suhu tubuh 38⁰ C atau
lebih selama 2 hari berturut – turut tidak terjadi 24 jam pertama setelah
kelahiran, harus dianggap disebabkan oleh infeksi pascapartum.
Ibu menunjukkan gejala :
1. Keletihan
2. Letargi
3. Kurang nafsu makan
4. Menggigil
5. Nyeri perineum atau distres di abdomen bawah
6. Mual
7. Muntah
e. Klasifikasi
1. Syok bakteremia
Syok bakteremia bisa terjadi karena infeksi kritis, terutama infeksi yang
disebabkan pleh bakteri yang melepaskan endotoksin. Faktor resiko yang
berpengaruh pada syok bakteremia antara lain ibu yang menderita diabetes
melitus, konsumsi immunosupresan, dan mereka yang menderita
endometritis selama periode pasca partum
a) Gejala – gejala yang ditimbulkan antara lain demam yang tinggi dan
menggigil, cemas yang menjadikan apatis, suhu tubuh yang seringkali
menurun, kulit menjadi dingin dan lembab, warna kulit pucat, nadi
cepat, hipotensi berat, sianosis perifer, dan oliguria.
b) Temuan laboratorium menunjukkan bukti – bukti infeksi. Biakan darah
menunjukkan bakteremia, biasanya konsisten dengan basil enterik
gram-negatif. Perubahan EKG menunjukkan adanya perubahan yang
mengindikasikan insufisiensi miokard.
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium antara lain :
1. Darah
2. Pemeriksaan mikroskopis urine
3. Pemeriksaan protein urine
4. Pemeriksaan glukosa urin
g. Penatalaksanaan :
1) Penatalaksanaan terpusat pada terapi antimikrobial,
demikian juga dukungan oksigen untuk menghilangkan
hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah
kolaps vaskuler.
2) Fungsi jantung, usaha pernapasan, dan fungsi ginjal
dipantau dengan ketat
2. Mastitis
Mastitis atau infeksi payudara mempengaruhi 1% wanita segera setelah
lahir, yang kebanyakan adalah ibu yang baru pertama kali menyusui
bayinya. Organisme penyebab utama ialah Staphylococcus aureus. Fisura
di puting susu yang terinfeksi biasanya merupakan lesi awal.
Gejala yang timbul biasanya :
a) menggigil,
b) demam,
c) malaise,
d) dan nyeri tekan pada payudara.
e) Peradangan edema dan pembengkakan payudara segera akan
menyumbat aliran air susu.
Penatalaksanaan pada mastitis meliputi terapi antibiotik intensif,
menyokong payudara, kompres lokal (atau dingin), dan penggunaan analgesik.
Pathway Infeksi Maternal

Imunosupresi, virus, bakteri, jamur, seks bebas, gaya hidup, jarum


suntik, perubahan hormone, perubahan anatomi traktus genetalia

INFEKSI MATERNAL

Penyakit Infeksi pasca Infeksi traktus Human Infeksi TORCH


menular seksual partum genital (bacterial papiloma virus -Toksoplasmosis,
(miss. Gonorea) (miss.mastitis) vaginosis) (HPV) -Rubella,
-Cytomegalovirus
-Herpes Simplek
Inflamasi pada Payudara Infeksi vagina Kontak kulit
saluran bengkak (vaginitis) dengan
kencing penderita
(hubungan Menyebar Kurang
Laktasi Infeksi Radang seksual) kepembuluh terpapar
terganggu meluas ke supuratif darah informasi
bagian atas
vagina Kandiloma
MENYUSUI Erupsi dermal Peningkatan
akuminata
TIDAK pada mukosa laju
EFEKTIF vagina metabolisme
Menginfeksi Pruritis Infeksi pada Peningkatan Ketidaktah
mulut rahim labiya suhu tubuh uan
manora dan tentang
Gangguan minora, proses
Memicu terjadinya Adanya aktivitas serviks, HIPERTER penyakit-
penipisan kantung peradangan
paha, MIA nya
ketuban bawah
Menggaruk vagina, anal
bagian yang
Ketuban pecah gatal
DEFISIT
dini PENGETAHUAN
Lesi pada
RESIKO mukosa
CIDERA vagina
JANIN

GANGGUAN Respon inflamasi


INTEGRITAS dan pelepasan
KULIT mediator kimia

NYERI AKUT
2.2 KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Data umum klien
1. Inisial klien : Inisial suami :
2. Usia : Usia :
3. Status perkawinan : Suku :
4. Pekerjaan : Pekerjaan :
5. Pendidikan terakhir : Pendidikan terakhir :
6. Suku : Agama :
7. Agama :
8. Alamat :

II. Masalah utama


Keluhan utama :
Mulai timbulnya :
Sifat keluhan :
Lokasi keluhan :
Faktor pencetus :
Keluhan lain :
Pengaruh keluhan terhadap aktivitas/fungsi tubuh :
Usaha klien untuk mengatasinya :

III. Pengkajian Fisik


Seksualitas
Subyektif :
Usia menarche : ........................... tahun
Siklus haid : ........................... hari
Durasi haid : ...........................hari
Dismenorea Polimenorea Oligomenorea

Menometroragie Amenorea
Rabas pervagina : warna :.............................................................
Jumlah : ............................................................
Berapa lama : ............................................................
Metode kontrasepsi terakhir : ............................................................
Status obstetri : P.......................... A :..........................
Riwayat persalinan :
Aterm : ...................... Prematur :....................
Multiple : ....................................
Riwayat persalinan terakhir :
Tahun : ................. Tempat : .................
Lama gestasi :.................. Lama persalinan :.............
Jenis persalinan: ......................
Berat badan bayi :.....................
Komplikasi maternal/bayi : ........................................
Obyektif :
PAP smear terakhir (tgl dan hasil) : ...................................................
Tes serologi (tgl dan hasil) : ...............................................................
Makanan dan cairan
Subyektif :
Masukan oral 4 jam terakhir : ............................................................
Mual/muntah Hilang nafsu makan Masalah mengunyah
Pola makan :
Frekuensi : .............. x/hari
Konsumsi cairan :................/hari
Obyektif :
BB : ...................kg
TB :....................cm
Turgor kulit : .....................................................................................
Membran mukosa mulut : ..................................................................
Kebutuhan cairan : ...................................................................................
Pemeriksaan Hb. Ht (tgl dan hasil) :..........................................................
Eliminasi
Subyektif :
Frekuensi dafekasi : ..............................................................
Penggunaan laksatif : ..............................................................
Waktu defekasi terakhir : ..............................................................
Frekuensi berkemih : ..............................................................
Karakter urine : ..............................................................
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan berkemih :...............................................
Riwayat penyakit ginjal :..............................................................
Penyakit kandung kemih :..............................................................
Penggunaan diuretic :..............................................................
Obyektif :
Pemasangan kateter :.............................................................
Bising usus : .............................................................
Karakter urine : .............................................................
Konsistensi feces : .............................................................
Warna feces : .............................................................
Hemorrhoid : .............................................................
Palpasi kandung kemih (teraba/tidak teraba) :.......................................
Hygiene
Subyektif :
Kebersihan rambut (frekuensi ) :...........................................................
Kebersihan badan :.............................................................
Kebersihan gigi/mulut : ............................................................
Kebersihan kuku tangan dan kaki : ......................................................
Obyektif :
Cara berpakaian : ...........................................................
Kondisi kulit kepala : ...........................................................
Sirkulasi
Subyektif :
Riwayat penyakit jantung : ...........................................................
Riwayat demam reumatik :............................................................
Obyektif :
Tekanan darah : ...........................................................
Nadi :............................................................
Distensi vena jugularis (ada/tidak ada) : .............................................
Bunyi jantung : ...........................................................
Frekuensi : ...........................................................
Irama (teratur/tidak teratur) : ...........................................................
Kualitas (kuat/lemah/Rub/Murmur) :...................................................
Ekstremitas :
Suhu (hangat/akral dingin) : ...........................................................
CRT : ...........................................................
Varises (ada/tidak ada) :............................................................
Nyeri/ketidaknyamanan
Subyektif :
Lokasi : ...........................................................
Intensitas (skala 0 -10) : ..........................................................
Frekuensi : ..........................................................
Durasi : ..........................................................
Faktor pencetus : ..........................................................
Cara mengatasi : ..........................................................
Faktor yang berhubungan : ..........................................................
Obyektif :
Wajah meringis
Melindungi area yang sakit
Fokus menyempit
Pernapasan
Subyektif :
Dispnea Batuk/sputum Riwayat Bronkitis
Asma Tuberkulosis Emfisema
Pneumonia berulang Perokok, lamanya : ............. tahun
Penggunaan alat bantu pernapasan (02) : ..............L/mnt
Obyektif :
Frekuensi : ......................x/mnt
Irama : Eupnoe Tachipnoe Bradipnoe
Apnoe Hiperventilasi Cheynestokes
Kusmaul Biots
Karakteristik Sputum :......................................................................
Hasil Roentgen :.....................................................................
Interaksi sosial
Subyektif :
Status pernikahan :......................................................................
Lama pernikahan :......................................................................
Tinggal serumah dengan :.................................................................
Obyektif :
Komunikasi verbal/nonverbal dengan orang terdekat :.....................
Integritas Ego
Subyektif :
Perencanaan kehamilan : .........................................................
Perasaan klien/keluarga tentang penyakit : ......................................
Status hubungan : .........................................................
Cara mengatasi stress : .........................................................
Obyektif :
Status emosional (cemas, apatis, dll) :..............................................
Respon fisiologis yang teramati : .............................................
Agama : ............................................
Muncul perasaaan (tidak berdaya, putus asa, tidak mampu) :..........
Neurosensori
Subyektif :
Pusing (ada/tidak ada) :.............................................
Kesemutan/kebas/kelembaban (lokasi : ...............................
Keamanan :
Subyetif :
Alergi/sensitivitas : ........................................................
Penyakit masa kanak-kanak : ........................................................
Riwayat imunisasi : ........................................................
Infeksi virus terakhir : ........................................................
Binatang peliharaan dirumah : ........................................................
Masalah obstetrik sebelumnya : .......................................................
Jarak waktu kehamilan terakhir : .....................................................
Riwayat kecelakaan :.........................................................
Fraktur dislokasi : ........................................................
Pembesaran kelenjar : ........................................................
Obyektif :
Integritas kulit : .................................... ....................
Cara berjalan : .........................................................
Penyuluhan/pembelajaran
Subyektif :
Bahasa dominan : .........................................................
Pendidikan terakhir : .........................................................
Pekerjaan suami :..........................................................
Faktor penyakit dari keluarga : .........................................................
Sumber pendidikan tentang penyakit : .............................................
Pertimbangan rencana pulang :.........................................................
Tanggal informasi diambil : ................................
Pertimbangan rencana pulang : ................................
Tanggal perkiraan pulang : ................................
Ketersediaan sumber kesehatan terdekat : ................................
Pemeriksaan diagnostik :

Terapi dan pengobatan :


B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (D. 0077)

Kategori : Psikologis

Subkategori: Nyeri Dan Kenyamanan

2. Menyusui Tidak Efektif (D.0029)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan Cairan

3. Risiko Cedera pada Janin (D. 0138)

Kategori :Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi

4. Hipertermia (D. 0130)


Kategori: lingkungan
Subkategori: keamanan dan proteksi

5. Gangguan Integritas Kulit / Jaringan (D.0129)

Kategori : Lingkungan

Subkategori : Keamanan an Proteksi

6. Defisit Pengetahuan (D.0111)

Kategori : Perilaku

Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran

C. Intervensi
NO. SDKI SLKI SIKI RASIONAL
1. Nyeri Akut (D. 0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08038) Observasi
Kategori : Psikologis Observasi 1. Dengan mengidentifikasi
Subkategori: Nyeri Dan Kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi, lokasi, karakteristik,
Kenyamanan Setelah di lakukan tindakan karakteristik, durasi, durasi, frekuensi, kualitas,
Definisi : keperawatan selama 3x24 jam frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, perawat
Pengalaman sensorik atau masalah Tingkat nyeri dapat intensitas nyeri. dapat menentukan
emosional yang berkaitan dengan teratasi dengan indikator : 2. Identifikasi skala intervensi yang tepat
kerusasakan jaringan aktual atau nyeri untuk diberikan sesuai
fungsional, dengan onset 1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi faktor dengan kondisi klien.
mendadak atau lambat dan dari skala 1 (meningkat) yang memperberat 2. Dengan mengetahui skala
berintensitas ringan hingga berat menjadi skala 4 (cukup dan memperingan nyeri yang dirasakan oleh
yang berlangsung kurang dari 3 menurun) nyeri klien, kita dapat
bulan. 2. Meringis menurun dari 4. Monitor keberhasilan menentukan intervensi
Penyebab : skala 1 (meningkat) terapi komplementer untuk klien berdasarkan
1. Agen pencedera fisiologis menjadi cukup menurun yang sudah diberikan tingkat keparahan nyeri
(mis, inflamasi, iskemia, (skala 4) 5. Monitor efek samping yang ia rasakan
neoplasma) 3. Sikap protektif yang penggunaan analgetik 3. Dengan mengetahui faktor
2. Agen pencedera kimiawi tadinya meningkat (skala Terapeutik yang memperberat dan
(mis, terbakar, bahan kimia 1) menjadi cukup 1. Berikan tehnik non memperingan nyeri kita
iritan) menurun (skala 4) farmakologis untuk dapat mengantisipasi agar
3. Agen pencedera fisik(mis. 4. Gelisah yang tadinya mengurangi rasa nyeri nyeri yang dirasakan oleh
Abses, amputasi, terbakar, meningkat (skala 1) ( mis, TENS, hipnosis, klien tidak menjadi lebih
terpotong, mengangkat berat, menjadi cukup menurun akupresure, terapi berat sehingga efek yang
prosedur operasi, trauma, (skala 4) musik, biofeedback, tidak diinginkan dapat
latihan fisik berlebihan) 5. Kesulitan tidur yang terapi pijat, aroma diminimalisir
Gejala dan tanda mayor tadinya meningkat (skala terapi, tehnik imajinasi 4. Terapi komplementer
Subjektif : 1) menjadi cukup meurun terbimbing, kompres adalah bidang imu
1. Mengeluh nyeri (skala 4) hangat/dingin, terapi kesehatan yang bertujuan
Objektif : 6. Menarik diri yang bermain) untuk menangani berbagai
1. Tampak meringis tadinya meningkat (skala 2. Kontrol lingkungan penyakit dengan teknik
2. Bersikap protektif 1) menjadi cukup yang memperberat rasa tradisional. Setiap
(misalnya . waspada, menurun (skala 4) nyeri (mis. Suhu tindakan memiliki efek
posisi menghindari nyeri) 7. Berfokus pada diri ruangan, pencahayaan, masing-masing sehingga
3. Gelisah sendiri yang tadinya kebisingan) perlu dilakukan
4. Frekuensi nadi meningkat meningkat (skala 1) 3. Pertimbangkan jenis pemantauan untuk
5. Sulit tidur menjadi cukup menurun dan sumber nyeri mengetahui keefektifan
Gejala dan tanda minor (skala 4) dalam pemilihan dari terapi tersebut.
Subjektif (tidak tersedia) 8. Diaforesis yang tadinya strategi meredakan 5. Dengan memantau efek
Objektif : meningkat (skala 1) nyeri samping yang ditimbulkan
1. Tekanan darah meningkat menjadi cukup menurun Edukasi oleh analgetik, kita dapat
2. Pola nafas berubah (skala 4) 1. Jelaskan penyebab, meminimalisir terjadinya
3. Nafsu makan berubah 9. Pola nafas yang tadinya periode, dan pemicu efek yang tidak di
4. Proses berfikir terganggu memburuk (skala 1) nyeri inginkan atau merugikan
5. Menarik diri menjadi cukup membaik klien
6. Berfokus pada diri sendiri (skala 4) 2. Jelaskan strategi Terapeutik
7. Diaforesis 10. Tekanan darah yang meredakan nyeri 1. Dengan memberikan
Kondisi klinis terkait tadinya memburuk (skala 3. Anjurkan teknik non farmakologis
1. Kondisi pembedahan 1) menjadi cukup mengguanakan untuk mengurangi nyeri
2. Cedera traumatis membaik (skala 4) analgetik secara tepat yang dirasakan oleh
3. Infeksi 11. Proses berpikir yang Kolaborasi klien, kita dapat
4. Syndrom koroner akut tadinya memburuk (skala 1. Kolaborasi pemberian mengurangi
5. glaukoma 1) menjadi cukup analgesik,jika perlu kemungkinan dari
membaik (skala 4) terjadinya efek yang
12. Fokus yang tadinya merugikan dari
memburuk (skala 1) penggunaan analgetik
menjadi sudah cukup 2. Dengan mengontrol
membaik (skala 4) lingkungan yang
13. Nafsu makan yang memperberat rasa nyeri
tadinya memburuk (skala klien, kita dapat
1) menjadi sudah cukup mengantisipasi agar nyeri
membaik (skala 4) yang dirasakan oleh klien
tidak menjadi parah
3. Mempertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
terhadap pemilihan
strategi untuk meredakan
nyeri dilakukan agar
intervensi yang akan
diberikan nantinya akan
lebih efektif.
Edukasi
1. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri kepada klien
dilakukan agar klien
dapat mengenali dan
menghindari hal-hal yang
nantinya dapat memicu
terjadinya nyeri.
2. Dengan mengajarkan
strategi meredakan nyeri
kepada klien, diharapkan
klien dapat
melakukannya secara
mandiri ketika
merasakan nyeri.
3. Dilakukan agar klien
dapat melakukan tehnik
non farmakologis secara
mandiri untuk
mengurangi rasa
nyerinya
Kolaborasi
1. Pemberian analgetik bisa
diberikan ketika teknik
non farmakologis tidak
efektif untuk diterapkan
kepala klien sehingga
perlu untuk
dikombinasikan dengan
pemberian analgetik.
2. Menyusui Tidak Efektif Status menyusui (L.03029) Edukasi Menyusui (I.12393) Tindakan
(D.0029) Definisi : Definisi : Observasi
Kategori : Fisiologis Kemampuan membeikan ASI Memberikan informasi dan 1. Mengidentifikasi
Subkategori : Nutrisi dan Cairan secara langsung dari payudara saran tentang menyusui yang kesiapan ibu ini penting
Definisi : kepada bayi dan anak untuk dimulai dari antepartum, agar informasi yang
Kondisi dimana ibu dan bayi
memenuhi kebutuhan nutrisi. intrapartum dan postpartum. diberikan dapat
mengalami ketidakpuasan atau
Setelah melakukan pengkajian Tindakan : bermanfaat dan
kesukaran pada proses menyusui
selama 3 × 24 jam status Observasi diterapkan
Penyebab : menyusui membaik, dengan 1. Identifikasi kesiapan 2. Tujuan dan keinginan ibu
Fisiologis criteria hasil : dan kemampuan dalam mnyesui perlu kita
1. Ketidakadekuatan suplai 1. Perlekatan bayi pada menerima informasi ketahui agar kita bisa
ASI payudara ibu membaik 2. Identifikasi tujuan atau mengukur sejauh mana
2. Hambatan pada neonatus dari yang sebelumnya keinginan menyusui ibu tersebut ingin
(mis. Prematuritas, menurun (skala 1) Terapeutik melakukan kegiatan
sumbing) menjadi cukup 1. Sediakan materi dan menyusui dan hal apa
3. Anomali payudara ibu meningkat (skala 4) media pendidikan yang membuat dia ingin
(mis. Puting yang masuk 2. Miksi bayi lebih dari 8 kesehatan menyusui sehingga dapat
ke dalam) kali/24 jam membaik 2. Jadwalkan pendidikan membantu kita dalam
4. Ketidakadekuatan refleks dari yang sebelumnya kesehatan sesuai mmberikan informasi.
oksitosin menurun (skala 1) kesepakatan Terapeutik
5. Ketidakadekuatan refleks menjadi cukup 3. Berikan kesempatan 1. Dengan menyediakan
mengisap bayi meningkat (skala 4) untuk bertanya materi dan pendidikan
6. Payudara bengkak 3. Tetesan/pancaran ASI 4. Dukung ibu kesehatan kepada
7. Riwayat operasi payudara membaik dari yang meningkatkan masyarakat khususnya
8. Kelahiran kembar sebelumnya menurun kepercayaan diri dalam ibu menyusui diharapkan
Situasional (skala 1) menjadi cukup menyusui dapat memberikan
1. Tidak rawat gabung meningkat (skala 4) 5. Libatkan sistem individu, kelompok, dan
2. Kurang terpapar informsi 4. Putting tidak lecet setelah pendukung : suami, masyarakat kesempatan
tentang pentingnya 2 minggu melahirkan keluarga, tenaga untuk memperoleh
menyusui dan/atau membaik dari yang kesehatan dan informasi dan
metode menyusui sebelumnya menurun masyarakat keterampilan yang
3. Kurangnya dukungan (skala 1) menjadi cukup Edukasi : dibutuhkan untuk
keluarga meningkat (skala 4) 1. Berikan konseling membuat keputusan
4. Faktor budaya 5. Intake bayi membaik dari menyusui kesehatan yang
Gejala dan Tanda Mayor yang sebelumnya 2. Jelaskan manfaat berkualitas terlebih
Subjektif menurun (skala 1) menyusui bagi ibu dan manfaat menyusui.
1. Kelelahan maternal menjadi cukup bayi 2. Menjadwalkan kegiatan
2. Kecemasan maternal meningkat (skala 4) 3. Ajarkan 4 (empat) pendidikan kesehatan
Objektif 6. Hisapan bayi membaik posisi menyusui dan bermaksud agar penkes
1. Bayi tidak mampu dari yang sebelumnya perlekatan (lacth on) ini dapat dilakukan
melekat pada payudara menurun (skala 1) dengan benar sesuai jadwal dan
2. ASI tidak menjadi cukup 4. Ajarkan perawatan menghasilkan sesuatu
menetes/memancar meningkat (skala 4) payudara antepartum sesuai dengan harapan
3. Bak bayi kurang dari 8 7. Kelelahan maternal dengan mengkompres yang ingin kita capai.
kali dalam 24 jam membaik dari yang dengan kapas yang 3. Memberikan kseempatan
4. Nyeri dan/atau lecet terus sebelumnya meningkat telah diberikan minyak untuk bertanya kepada
menerus setelah minggu (skala 1) menjadi cukup kelapa ibu bertujuan untuk
kedua meningkat (skala 4) 5. Ajarkan perawatan membuat ibu tersebut
Gejala dan Tanda Minor 8. Kecemasan maternal payudara postpartum memliki kesempatan
Subjektif membaik dari yang (mis. Memerah ASI, dalam bertnya dan
(tidak tersedia) sebelumnya meningkat pijat payudara, pijat mengetahui seberapa
Objektif (skala 1) menjadi cukup oksitosin) jauh keingintahuan ibu
1. Intake bayi tidak adekuat meningkat (skala 4) tentang penkes.
2. Bayi mengisap tidak terus 9. Bayi rewel membaik dari 4. Hal ini bertujuan untuk
menerus yang sebelumnya mmberi motivasi ibu
3. Bayi menangis saat meningkat (skala 1) dalam mnyusui.
disusui menjadi cukup 5. Dengan melibatkan
4. Bayi rewel dan menangis meningkat (skala 4) orang lain khususnya
terus dalam jam-jam 10. Bayi menangis setelah keluarga dan suami
pertama setelah menyusui menyusu membaik dari diharapkan dapat
5. Menolak untuk menangis yang sebelumnya mengefektifkan ibu
Kondisi Klinis Terkait meningkat (skala 1) dalam menyusi.
1. Abses payudara menjadi cukup Edukasi
2. Mastitis meningkat (skala 4) 1. Membuatkan konseling
3. Carpal tunnel syndrome* menyusui bertujuan
membantu ibu atau
keluarga dalam
mengetahui informasi
lebih dalam mengenai
kegiatan menyusuinya
seperti teknik menyusui
yang tepat terlebih
kepada ibu-ibu yang
memiliki hambatan
dalam menyusui.
2. Menjelasakan manfaat
menyusui bagi ibu dan
bayi penting untuk
memberikan informasi
kepada ibu dan
meningkatkan wawasan
ibu sehingga ibu dapat
menerapkannya.
3. Mengajarkan 4 posisi ini
perlu agar ibu dapat
mengetaui posisi mana
saja yang bagus untuk
menyusui sehingga asi
mengalir lancar tanpa
hambatan dan sukses
dalam mmberikan asi
4. Perawatan payudara
antepartum ini bertujuan
untuk Menjaga
kebersihan payudara,
terutama kebersihan
puting susu, Merangsang
kelenjar-kelenjar air susu
sehingga produksi ASI
banyak dan lancar dan
Dapat mendeteksi
kelainan-kelainan
payudara secara dini dan
melakukan upaya untuk
mengatasinya.
5. Perawatan payudara post
prtum dengan pijatan dan
lain-lain ini perlu karena
hal ini membantu
memperlancar
pengeluaran ASI dan
agar payudara senantiasa
bersih dan mudah untuk
dihisap oleh bayi. 
3. Risiko Cedera pada Janin (D. Tingkat Cedera (L.14136) Pencegahan Cedera Tindakan
0138) Definisi :Keparahan dari cedera (I.14537) Observasi
Kategori :Lingkungan yang diamati atau dilaporkan. Definisi :Mengidentifikasi dan 1. Untuk mencegah akan
Subkategori : Keamanan dan Setelah melakukan pengkajian menurunkan risiko mengalami terjadi kecelakaan atau
Proteksi selama 3 × 24 jam tingkat cedera bahaya atau kerusakan fisik. cedera pada pasien
Definisi: Beresiko mengalami menurun, dengan criteria hasil : Tindakan
bahaya atau kerusakan fisik pada 1. Toleransi makanan Observasi 2. Untuk dapat mengenali
janin selama proses kehamilan menurun dari yang 1. Identifikasi area bahwa obat yang akan
dan persalinan. sebelumnya skala 2 lingkungan yang dikosumsi dapat
FaktorRisiko : (cukup menurun) berpotensi membantu penyembuhan
1. Besarnya ukuran janin menjadi skala 4 (cukup menyebabkan cedera
2. Malposisi janin meningkat) 2. Identifikasi obat yang Terapeutik
3. Induksi persalinan 2. Ketegangan otot menyebabkan cedera
4. Persalinan lama kala I, II menurun dari yang 1. Agar pasien dan keluarga
dan III sebelumnya skala 1 mengetahui apa saja alat
5. Disfungsi uterus (meningkat) menjadi Terapeutik yang dapat digunakan
6. Kecemasan yang skala 5 (menurun) 1. Sosialisasikan pasien selama dalam perawatan
berlebihan tentang proses 3. Fraktur menurun dari dan keluarga dengan
persalinan yang sebelumnya skala 2 lingkungan ruang 2. Untuk mencegah
7. Riwayat persalinan (cukup meningkat) rawat (mis. terjadinya cacat fisik
sebelumnya menjadi skala 4 (cukup Penggunaan telepon, serta mengurangi resiko
8. Usia ibu (< 15 tahun menurun) tempat tidur, cedera dan gangguan
atau> 35 tahun) 4. Perdarahan menurun dari penerangan ruangan, pergerakan yang bias
9. Paritas banyak yang sebelumnya skala 2 dan lokasi kamar terjadi di kemudian hari.
10. Efek metode/intervensi (cukup meningkat) mandi) 3. Agar pasien dan keluarga
bedah selama persalinan menjadi skala 4 (cukup 2. Diskusikan mengenai mengetahui fungsi dari
11. Nyeri pada abdomen menurun) latihan dan terapifisik alat bantu mobilitas
12. Nyeri pada jalan air 5. Agitasi menurun dari yang diperlukan tersebut.
13. Penggunaan alat bantu yang sebelumnya skala 2 4. Dengan adanya observasi
persalinan (cukup meningkat) 3. Diskusikan mengenai dan pengawasan pada
14. Kelelahan menjadi skala 4 (cukup alat bantu mobilitas pasien untuk mencegah
15. Merokok menurun) yang sesuai (mis atau mengurangi cedera
16. Efek agen farmakologis 6. Iritabilitas menurun dari tongkat atau alat bantu pasien dan meningkatkan
17. Pengaruh budaya yang sebelumnya skala 2 jalan) keselamatan pasien.
18. Pola makan yang (cukup meningkat) 4. Tingkatkan frekuensi Edukasi
tidaksehat menjadi skala 4 (cukup observasi dan 1. Agar pasien dan keluarga
19. Factor ekomoni menurun) pengawasan pasien, mengetahui tujuan dari
20. Konsumsi alcohol 7. Gangguan mobilitas sesuai kebutuhan intervensi
21. Terpapar agen teratogen menurun dari yang Edukasi yaitu untuk mengurangi
Kondisi KlinisTerkait sebelumnya skala 2 1. Jelaskan alasan terjadinya cedera yang
1. Ketuban pecah sebelum (cukup meningkat) intervensi pencegahan lebih berat lagi pada
waktunya (KPSW) menjadi skala 4 (cukup jatuh kepasien dan pasien.
2. Infeksi menurun) keluarga
3. Penyakit penyerta : 8. Gangguan kognitif
Asma, hipertensi, menurundari yang
penyakit menular seksual, sebelumnya skala 2
AIDS (cukup meningkat)
4. Masalah kontraksi menjadi skala 4 (cukup
5. Efek pengobatan pada ibu menurun)

4. Hipertermia (D. 0130) Termoregulasi (L.14134) Manajemen hipertermia Manajemen hipertemia


Kategori: lingkungan setelah di lakukan tindakan Observasi : Observasi :
Subkategori: keamanan dan keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab 1. Hipertermia biasanya terjadi
proteksi masalah Termoregulasi dapat hipertermia akibat paparan suhu panas yang
Definisi: teratasi dengan indikator : 2. Monitor suhu tubuh berlebihan dari luar tubuh, dan
suhu tubuh meningkat di atas 1. Menggigil yang tadinya 3. Monitor kadar elektrolit kegagalan sistem regulasi suhu
rentang normal tubuh meningkat sudah cukup menurun Terapeutik : tubuh untuk mendinginkan
Penyebab: 2. Kulit merah yang tadinya 1. Berikan cairan oral tubuh. Perlu di adakannya
1. Dehidrasi meningkat sudah cukup menurun 2. Lakukan pendinginan identifikasi Agar pasien dapat
2. Terpapar lingkungan 3. Kejan yang tadinya meningkat eksternal mengetahui dan meminimalisir
panas sudah cukup menurun Edukasi : penyebab Hipertermi dan bagi
3. Proses penyakit 4. Takikardi yang tadinya 1. Anjurkan tirah baring perawat untuk pengambilan
4. Ketidaksesuaian pakaian meningkat sudah cukup menurun Kolaborasi : keputusan pengobatan
dengan suhu lingkungan 5. Takipnea yang tadinya 1. Kolaborasi pemberian selanjutnya.
5. Peningkatan laju meningkat sudah cukup menurun cairan dan elektrolit 2. Suhu tubuh, biasanya akan
metabolism 6. Suhu kulit yang tadinya intravena jika perlu identik dengan suhu panas dan
6. Respon trauma memburuk sudah cukup suhu dingin. Suhu tubuh adalah
7. Aktivitas berlebihan membaik ukuran dari kemampuan tubuh
8. Penggunaaan incubator 7. Suhu tubuh yang tadinya dalam menghasilkan dan
Gejala dan Tanda Mayor memburuk sudah cukup menyingkirkan hawa panas. Ini
Subjektif membaik merupakan bagian dari sistem
1. (tidak tersedia) homeostatis tubuh yang
Objektif membuat suhu di dalam dan luar
1. Suhu tubuh diatas nilai normal tubuh dalam keadaan seimbang,
Gejala dan Tanda Minor sehingga tubuh dapat berfungsi
Subjektif secara normal. Perlu di adakan
1. (tidak tersedia) monitor suhu tubuh agar
Objektif mengetahui perubahan suhu
1. Kulit merah tubuh pasien.
2. Kejang 3. Di dalam darah, urine,
3. Takikardi jaringan tubuh, dan cairan tubuh
4. Takipnea kita lainnya terdapat zat yang
5. Kulit terasa hangat bernama elektrolit. Elektrolit
Kondisi Klinis Terkait merupakan mineral yang
1. Proses infeksi membawa muatan listrik,
2. Hipertiroid contohnya kalsium, klorida,
3. Stroke magnesium, fosfat, kalium
4. Dehidrasi (potasium), dan natrium
5. Trauma (sodium). Elektrolit masuk ke
6. Prematuritas dalam tubuh melalui makanan
dan minuman yang kita
konsumsi. Zat kimia terkecil ini
dibutuhkan oleh sel agar tubuh
dapat berfungsi dengan baik dan
normal. Perlu di adakannya
monitor kadar elektrolit Untuk
mengetahui dan memaksimalkan
keseimbangan masuk dan keluar
cairan tubuh pasien.
4. Pemberian obat per oral
adalah memberikan obat yang
dimasukkan melalui
mulut.Tujuan pemberian cairan
oral adalah Untuk memudahkan
dalam pemberian, Proses
reabsorbsi lebih lambat sehingga
bila timbul efek samping dari
obat tersebut dapat segera
diatasi, Menghindari pemberian
obat yang menyebabkan nyeri,
Menghindari pemberian obat
yang menyebabkan kerusakan
kulit dan jaringan.Rasionalnya
intervensi ini agar cairan tubuh
pasien terpenuhi.
5. Untuk mencapai kenyamanan,
kesehatan dan kesegaran hidup
dalam rumah tinggal atau
bangunan – bangunan
bertingkat, khususnya di daerah
beriklim tropis dengan udara
yang panas dan tingkat
kelembaban tinggi, diperlukan
usaha untuk mendapatkan udara
segar baik udara segar dari alam
dan aliran udaran buatan. Udara
yang nyaman mempunyai
kecepatan tidak boleh lebih dari
5 km/jam dengan suhu/
temperatur kurang dari 30°C dan
banyak mengandung O2. Perlu
di adakan intervensi ini Untuk
membantu proses penurunan
suhu tubuh pasien.
6. Tirah baring dalam istilah
kedokteran adalah perawatan
kedokteran yang membutuhkan
berbaringnya pasien di tempat
tidur untuk jangka waktu yang
berkesinambungan dan tidak
melakukan tindakan diluar dari
berbaring. Biasanya dilakukan
pada kondisi medis tertentu yang
mengalami sakit parah, sekarat
atau memerlukan berbaring
untuk menghindari komplikasi
penyakit / kondisi tertentu yang
lebih buruk. Tirah baring
biasanya diperuntukan untuk
pasien yang mendapatkan
perawatan di rumah atau di
rumah sakit jika tidak
memungkinkan perawatan di
rumah. Perlu di adakan
intervensi ini Untuk
memberikan posisi nyaman
pada pasien
7. Injeksi intravena adalah
pemasukan cairan elektrolit ke
dalam tubuh manusia dengan
media Vena. Efek terapeutik
segera dapat tercapai karena
penghantaran obat ke tempat
target berlangsung cepat.
Absorsi total memungkinkan
dosis obat lebih tepat dan terapi
lebih dapat diandalkan.
Kecepatan pemberian dapat
dikontrol sehingga efek
terapeutik dapat dipertahankan
maupun dimodifikasi. Rasa sakit
dan iritasi obat-obat tertentu jika
diberikan intramuskular atau
subkutan dapat dihindari. Sesuai
untuk obat yang tidak dapat
diabsorbsi dengan rute lain
karena molekul yang besar,
iritasi atau ketidak stabilan
dalam traktus gastrointestinalis.
Perlu di adakan intervensi ini
Untuk memenuhi cairan tubuh
pasien
5. Gangguan Integritas Kulit / Integritas Kulit / Jaringan Perawatan Integritas Kulit Tindakan :
Jaringan (D.0129) (L.14125) (I.11353) Observasi :
1. Untuk mengetahui apa yang
Kategori : Lingkungan Definisi: Definisi :
menyebabkan gangguan pada
Mengidentifkasi dan merawat
Subkategori : Keamanan an Keutuhan kulit (dermis danatau integritas kulit
kulit untuk menjaga keutuhan,
Proteksi epidermis) atau jaringan Terapeutik :
kelembaban dan mencegah
(membran mukosa, kornea, fasia, 2. Untuk menghindari
Definisi : perkembangan
otot, tendon, tulang, kartilage, terjadinya luka dekubitus
Kerusakan kulit (dermis dan / mikrogranisme.
cakpsil sendi dan/ atau ligamen). 3. Untuk menghindari
atau epidermis) atau jaringan terjadinya infeksi
Tindakan :
(membrane mukosa, kornea, Setelah melakukan pengkajian 4. Untuk menjaga kelembapan
Observasi :
fasia, otot, tendon, tulang, selama 3 × 24 jam integritas kulit
1. Identifkasi penyebab
kartilago, kapsul sendi dan/atau kulit / jaringan meningkat,
gangguan integritas 5. Untuk mengindari terjadinya
ligament). dengan kriteria hasil : sensitifitas pada kulit
kulit (mis. Perubahan

Penyebab: 1. Elastisitas dari skala 1 sirkulasi, perubahan 6. Untuk menjaga kelembapan


statu nutrisi, penurunan kulit
1. Perubahan sirkulasi (menurun) menjadi skala
2. Perubahan status nutrisi 4 (cukup meningkat) kelembaban, suhu
(kelebihan atau 2. Hidrasi dari skala 1 lingkungan ektrem, Edukasi :
penurunan mobilitas) 7. Untuk dapat
kekurangan) (menurun) menjadi skala
mempertahankan
3. Kekurangan/kelebihan 4 (cukup meningkat)
volume cairan 3. Perfusi jaringan dari Terapeutik : kelembapan kulit
4. Penurunan mobilitas skala 1 (menuurun) 2. Ubah posisi tiap 2 jam 8. Untuk mencegah dehidrasi
5. Bahan kimia iritatif menjadi skala 4 (cukup jika tirah baring dan kulit kering
6. Suhu lingkungan yang meningkat) 3. Lakukan pemijatan 9. Untuk menjaga kesehatan
ekstrim 4. Kerusakan jaringan dari pada area penonjolan kulit
7. Faktor mekanisme (mis. skala 1 (meningkat) tulang , jika perlu 10. Untuk menjaga kesahatan
penekanan pada tonjolan menjadi skala 4 (cukup 4. Bersihkan perineal dan kelembapan kulit
tulang, gesekan) atau menurun) dengan air hangat, 11. Untuk menghindari
faktor elektris 5. Kerusakan lapisan kulit terutama selama kerusakan pada kulit
(elektrodiatermi, energi dari skala 1 (meningkat) periode diare 12. Untuk menjaga kulit dari
listrik bertegangan tinggi) menjadi skala 4 (cukup 5. Gunakan produk paparan sinar matahari
8. Efek samping terapi menurun) berbahan petrolium Untuk mencegah kulit kering
radiasi 6. Nyeri dari skala 1 atau minyak pada kulit
9. Kelembaban (meningkat) menjadi kering
10. Proses penuaan skala 4 (cukup menurun) 6. Gunakan produk
11. Neuropati perifer 7. Perdarahan dari skala 1 berbahan ringan/alami
12. Perubahan pigmentasi (meningkat) menjadi dan hipoalergik pada
13. Perubahan hormonal skala 4 (cukup menurun) kulit sensitif
14. Kurang terpapar 8. Kemerahan dari skala 1 7. Hindari produk
informasi tentang upaya (meningkat) menjadi berbahan dasar alkohol
mempertahankan/melindu skala 4 (cukup menurun) pada kulit kering
ngi integritas kulit. 9. Hematoma dari skala 1 Edukasi :
Gejala dan Tanda Mayor (meningkat) menjadi 8. Anjurkan
Subjektif : skala 4 (cukup menurun) menggunakan
(tidak tersedia) 10. Pigmentasi abnormal dari pelembab (mis. Lotion,
Objektif : skala 1 (meningkat) serum)
1. Kerusakan jaringan dan menjadi skala 4 (cukup 9. Anjurkan minum air
/atau lapisan kulit. menurun) yang cukup
11. Jaringan parut dari skala 10. Anjurkan
Gejala dan Tanda Minor
1 (meningkat) menjadi meningkatkan asupan
Subjektif :
skala 4 (cukup menurun) nutrisi
(tidak tersedia)
12. Nekrosis dari skala 1 11. Anjurkan
Objektif :
(meningkat) menjadi meningkatkan asupan
1. Nyeri
skala 4 (cukup menurun) buah dan sayur
2. Perderahan
13. Abrasi kornea dari skala 12. Anjurkan menghindari
3. Kemerahan
1 (meningkat) menjadi terpapar suhu ekstrem
4. Hematoma
skala 4 (cukup menurun) 13. Anjurkan
Kondisi klinis terkait
14. Suhu kulit dari skala 1 menggunakan tabir
1. Imobilisasi
(memburuk) menjadi skal surya SPF minimal 30
2. Gagal ginjal
4 (cukup membaik) berada di luar rumah
3. DM
15. Sensasi dari skala 1 14. Anjurkan mandi dan
4. Imodefisiensi
(memburuk) menjadi skal menggunakan sabun
5. Gagal jantung kongestif
4 (cukup membaik) secukupnya
16. Tekstur dari skala 1
(memburuk) menjadi skal
4 (cukup membaik)
17. Pertumbuhan rambut dari
skala 1 (memburuk)
menjadi skal 4 (cukup
membaik)
6. Defisit Pengetahuan (D.0111) Tingkat pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383) Edukasi Kesehatan Observasi
Kategori : Perilaku (L.12111) Definisi 1. Faktor-faktor yang dapat
Subkategori : Penyuluhan dan Defiisi Mengajarkan pengelolaan mempengaruhi hidup bersih dan
Pembelajaran Kecukupan informasi kognitif faktor resiko penyakit dan sehat antara lain umur; tingkat
Definisi : yang berkaitan dengan topic perilaku hidup bersih serta pengetahuan masyarakat; tingkat
Ketiadaan atau kurangnya tertentu. sehat. pendidikan; fasilitas dan sarana;
informasi kognitif yang berkaitan Kriteria Hasil Tindakan serta perilaku petusa kesehatan.
dengan topik tertentu. Setelah dilakukan tindakan Observasi Jika hal ini berjalan dan berfunsi
Penyebab: keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi faktor-faktor sebagaimana mestinya maka
1. Keteratasan kognitif masalah Defisit pengetahuan yang dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Gangguan fungsi kognitif teratasi dengan indikator : dan menurunkan motivasi akan terlaksanakan.
3. Kekeliruan mengikuti 1. Perilaku sesuai anjuran yang perilaku hidup bersih dan Terapeutik
anjuran tadinya menurun sudah sehat. 1. Pendidikan kesehatan adalah
4. Kurang terpapar meningkat. Terapeutik proses meningkatkan control dan
informasi 2. Verbalisasi minat dalam 1. Jadwalkan pendidikan memperbaiki kesehatan individu.
5. Kurang minat dalam belajar yang tadinya menurun kesehatan sesuai Hal ini perlu dilakukan oleh
belajar sudah cukup meningkat. kesepakatan. perawat dan atau tenaga
6. Kurang mampu 3. Kemampuan menjelaskan Edukasi kesehatan lainnya agar pasien
mengingat pengetahuan tentang suatu 1. Jelaskan faktor resiko yang dan atau masyarakat tahu dan
7. Ketidaktahuan topik yang tadinya menurun dapat mempengaruhi paham tentang hal-hal yang
menemukan sumber sudah cukup meningkat. faktor kesehatan. dapan menjadi sumber penyakit
informasi 4. Perilaku sesuai dengan terutama TB paru.
Gejala dan tanda mayor: pengetahuan yang tadinya Edukasi
Subjktif: menurun sudah cukup 1. Menjelaskan faktor resiko
1. Menanyakan masalah meningkat. yang dapat mempengaruhi
yang dihadapi 5. Pertanyaan tentang masalah kesehatan pada pasien bertujuan
Objektif: yang dihadapi yang tadinya untuk memberikan pengetahuan
1. Menunjukkan perilaku meningkat sudah cukup lebih agar pasien dapat
tidak sesuai anjuran menurun. menghindari faktor-faktor
2. Menunjukkan persepsi 6. Persepsi yang keliru terhadap tersebut dan mampu menjaga
yang keliru terhadap masalah yang tadinya kesehatan.
masalah meningkat sudah menurun.
Gejala dan tanda minor: 7. Menjalani pemeriksaan yang
Subjektif: tidak tepat yang tadinya
(tidak tersedia) meningkat sudah menurun.
Objektif:
1. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tetap
2. Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis. Apatis,
bermusuhan, agitasi,
histeria)
Kondisi klinis terkait:
1. Kondisi klinis yang baru
dihadapi oleh klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis

D. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegitan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baikyang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakakn, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
2.3 KONTRASEPSI PADA PRIA DAN WANITA
A. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata ; kontra berarti mencegah atau
melawan, sedangkan konsepsi adalah; pertemuan antara sel telur ( sel
wanita ) yang matang dan sel sperma ( sel pria ) yang mengakibatkan
kehamilan. Kontrasepsi adalah; menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sel sperma (Kumalasari, 2018).
B. Macam-Macam dan Cara Kerja Alat Kontrasepsi
Pada umumnya cara atau metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi
(Kumalasari, 2018):
1. Metode sederhana
a. Tanpa alat atau tanpa obat.
1) Metode Amenore laktasi (MAL)
Metode Amenore laktasi (MAL) adalah salah satu cara
kontrasepsi yang didasari oleh menurunnya kesuburan secara
fisiologis yang dialami oleh ibu menyusui dengan mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) (Kumalasari, 2018).
Laktasi dapat diandalkan sebagai metode kontrasepsi sepanjang
ibu tidak mengalami ovulasi. Mekanisme kerja kontrasepsi Metode
amenore Laktasi (MAL) adalah terjadinya penundaan / penekanan
ovulasi. Ada2 refleks yang mempengaruhi penundaan/ penekanan
ovulasi selama masa laktasi. Pertama, pada proses menyusui isapan
mulut bayi akan menstimulus pada bagian hipofisis anterior dan
posterior. Hipofisis posterior mengeluarkan hormone oksitosin
(refleks oksitosin) yang bekerja pada payudara untuk memeras
ASI pada kelenjar susu (alveoli) sehingga ASI berkumpul pada
duktus dan akhirnya disekresi. Sedangkan pada ovarium, oksitosin
akan menekan estrogen sehingga tidak terjadi pematangan sel telur
dan tidak terjadi ovulasi. Kedua, keluarnya ASI merangsang
hipofisis anterior menghasilkan rangsangan (refleks prolaktin)
untuk meningkatkan sekresi prolaktin yang bekerja pada payudara
untuk memproduksi ASI yang mengisi alveoli. Sekresi prolaktin
yang tinggi akan menekan hormone estrogen dan progesterone
sehingga mengurangi kadar hormone LH yang diperlukan untuk
memelihara dan melangsungkan siklus haid. Kadar prolaktin yang
tinggi menyebabkan ovarium menjadi kurang sensitive terhadap
perangsangan gonadotropin yang memang sudah rendah dan
anovulasi. Bahkan pada saat aktivitas ovarium mulai pulih
kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan fase luteal yang
singkat dan fertilitas yang menurun. Sehingga gambaran dari
keadaan 3 minggu pertama post partum adalah gambaran dari
inaktivasi poros hypofisis-hipotalamus-ovarium yang akan
bertambah lama oleh laktasi dibawah pengaruh sekresi prolaktin.
Makin lama ibu menyusui bayinya, makin cenderung bahwa akan
terjadi kembali selama masa menyusui tersebut dan makin
cenderung timbul ovulasi yang mendahului haid pertama post
partum tadi. Makin sering bayi menghisap ASI, makin lama
kembalinya/ tertundanya haid ibu. Selain 2 refleks tersebut,
perasaan/motivasi ibu dapat menghambat atau meningkatkan
pengeluaran oksitosin seperti perasaan takut, gelisah, marah, sedih,
cemas atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks oksitosin yang
akhirnya menekan pengeluaran ASI (Kumalasari, 2018).
2) Senggama terputus.
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama
dilakukan sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat
kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina dan sperma
dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal,
karena suami belum tentu tahu kapan spermanya keluar
(Kumalasari, 2018).
3) Pantang berkala.
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada
saat istri dalam masa subur. Cara ini kurang dianjurkan karena
sukar dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’.
Selain itu, kadang juga istri kurang terampil dalam menghitung
siklus haidnya setiap bulan (Kumalasari, 2018).
b. Dengan alat atau dengan obat
1) Kondom
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah
kehamilan yang sudah populer di masyarakat. Kondom adalah
suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak
berpori, dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri (tegang)
sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom sudah
dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat
mencegah penularan penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS
(Kumalasari, 2018).
Kondom mempunyai kelebihan antara lain mudah diperoleh di
apotek, toko obat, atau supermarket dengan harga yang terjangkau
dan mudah dibawa kemana-mana. Selain itu, hampir semua orang
bisa memakai tanpa mengalami efek sampingan. Kondom tersedia
dalam berbagai bentuk dan aroma, serta tidak berserakan dan
mudah dibuang (Kumalasari, 2018).
2) Diafragma atau cap
diafragma adalah kondom yang digunakan pada wanita, namun
kenyataannya kurang populer di masyarakat (Kumalasari, 2018).
3) Cream, yelly dan Tablet berbusa ( Vagina tablet )
Semua kontrasepsi tersebut masing-masing dimasukkan ke
dalam liang vagina 10 menit sebelum melakukan senggama, yaitu
untuk menghambat geraknya sel sperma atau dapat juga
membunuhnya. Cara ini tidak populer di masyarakat dan biasanya
mengalami keluhan rasa panas pada vagina dan terlalu banyak
cairan sehingga pria kurang puas (Kumalasari, 2018).
2. Metode efektif
a. Pil KB
Pil KB yang umum banyak digunakan saat ini adalah pil KB
kombinasi yang terdiri dari dua komponen bahan aktif utama. Dua
bahan aktif ini yaitu estrogen (ethinylestradiol) yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya ovulasi, serta progesteron yang berfungsi untuk
mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk
menerima sel yang telah dibuahi (Kumalasari, 2018).
Pil KB kombinasi adalah alat kontrasepsi yang kini diakui paling
efektif mencegah kehamilan. Selain memiliki risiko kehamilan
terkecil, pil kombinasi juga mengurangi risiko munculnya kista
ovarium, penyakit radang panggul, gejala menstruasi yang berat, dan
anemia (Kumalasari, 2018).
b. AKDR ( alat kontrasepsi dalam rahim )
AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat
dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormon dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina
dan mempunyai benang(Kumalasari, 2018).
Mekanisme kerja AKDR menimbulkan reaksi radang di
endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan
infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga, yang
mempengaruhi enzim-enzim di endometrium, metabolisme glikogen,
dan penyerapan estrogen serta menghambat transportasi sperma. Pada
pemakai AKDR yang mengandung tembaga, jumlah spermatozoa yang
mencapai saliran genetalia atas berkurang. Perubahan cairan uterus dan
tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sperma atau ovum yang
diambil dari pemakai AKDR yang mengandung tembaga
memeperlihatkan degerasi mencolok (Kumalasari, 2018).
Langkah-langkah pemasangan AKDR
Langkah 1
a) Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan
klien mengajukan pertanyaan.
b) Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit
pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti apabila akan
diberitahu bila sampai pada langkah tersebut.
c) Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya.
Langkah 2
a) Periksa genitalia eksterna untuk memeriksa adanya ulkus,
pembengkakan kelenjar getah bening (bubo), pembengkakan kelenjar
bartholini dan kelenjar skene.
b) Lakukan pemeriksaan spekulum untuk memeriksa adanya cairan
vagina, servisitis, dan pemeriksaan mikroskopis bila diperlukan.
c) Lakukan pemeriksaan panggul untuk menetukan besar, posisi
uterus, konsistensi dan mobilitas uterus. Untuk memeriksa adanya
nyeri goyang serviks dan tumor pada adneksa atau pada kavum
douglasi.
Langkah 3
Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi
untuk memeriksa adanya jamur, trikomonas, bakterial vaginosis
(preparat basah Saline dan KOH serta pemeriksaan pH) untuk
memeriksa adanya gonorea atau klamidia.
Langkah 4
Masukkan lengan AKDR Copper T-380 A di dalam kemasan
sterilnya Langkah 5
Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks pada posisi jam 1 atau
jam 11.
Langkah 6
Masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan
kedalaman kavum uteri. Memasukkan sonde sekali masuk dengan
tekhnik tanpa sentuh (no touch) dimaksudkan untuk mengurangi
risiko infeksi. Langkah 7
a) Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan
kedalaman kavum uteri.
b) Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan
sonde uterus) sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina
berada dalam satu garis lurus.
c) Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah
berisi AKDR kedalam kanalis servikalis dengan mempertahankan
posisi leher biru dalam arah horizontal.
d) Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter
sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan
dari fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal.
e) Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan,
sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai pangkal
pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR akan berada tepat di
fundus (puncak kavum uteri).
f) Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung
inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati
sampai terasa ada tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa
lengan AKDR akan berada tetap di tempat yang setinggi mungkin
dalam kavum uteri
g) Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada
waktu benang tampak tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang
3-4 cm, potong benang tersebut degan menggunakan gunting mayo
yang tajam.
h) Lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dati tempat bekas
jepitan tenakulum, tekan dengan kasa sampai perdarahn terhenti.
Langkah 8
Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum
melepas sarung tangan. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
Langkah 9
Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera
setelah selesai dipakai.
Langkah 10
a) Ajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa benang AKDR
(dengan model bila tersedia).
b) Minta klien menunggu di klinik selam 15-30 menit setelah
pemasangan AKDR.
c. Suntikan KB
kontrasepsi suntik menyebabkan lendir servik mengental sehingga
menghentikan daya tembus sperma, mengubah endometium menjadi
tidak cocok untuk implantasi dan mengurangi fungsi tuba falopii.
Namun fungsi utama kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan
adalah menekan ovulasi
d. Susuk KB / Implan ( AKBR)
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan
pada bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan
masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversibel untuk wanita
(Kumalasari, 2018).
Kontrasepsi Implan adalah sistem norplant dari implan subdermal
levonorgestrel yang terdiri dari enam skala kapsul dimethylsiloxane
yang dibuat dari bahan sylastic, masing-masing kapsul berisi 36 mg
levonorgestrel dalam format kristal dengan masa kerja lima tahun
(Kumalasari, 2018).
Cara pasang
1) Suci hamakan daerah pemasangan ± 3 jari diatas lipatan siku kanan
untuk yang kidal, lipatan siku kiri untuk yang umum ( tidak kidal )
2) Pasang duk berlobang.
3) Lakukan anestesi lokal menyeluruh di daerah yang akan dipasang
Implan / AKBK.
4) Dengan bistori, lakukan sayatan hingga dibawah kulit ( jangan
terlalu dalam dan jangan terlalu dangkal ), selebar 1 cm.
5) Dengan trocar, masukkan Implan/ AKBK dibawah kulit. Mula-mula
pasang yang tengah, selanjutnya pasanglah yang lain sepertu bentuk
kipas.
6) Sucihamakan lagi, kemudian tutup dengan plestar dan kasa steril
serta 7) dibalut. Balutan jangan dibuka dan jangan sampai basah
selama 2 hari. 8) Kontrol dilakukan bila ada keluhan-keluahan.
3. Metode Kontap dengan cara operasi ( kontrasepsi Mantap)
Adalah merupakan suatu kontrasepsi dengan cara memotong atau
mengikat kedua saluran telur pada wanita ( tubektomi ) atau disebut
medis operatif wanita (MOW) dan pemotong atau mengikat kedua
saluran sperma pria (Vasektomi ) atau disebut juga Medis Operatif
Pria (MOP) (Kumalasari, 2018).
a. Tubektomi ( pada wanita)
Oklusi tuba fallopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat
bertemu. (Hanafi, 2004, hal 243) Adalah prosedur bedah sukarela
untuk menghentikan fertilisasi (kesuburan) seorang wanita
(Kumalasari, 2018).
Dengan mengoklusi tuba fallopi ( mengikat dan memotong atau
memasang cincin ) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
b. Vasektomi ( pada Pria )
Kontrasepsi mantap pria adalah oklusi vas deferens, sehingga
menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan
spermatozoa di dalam semen (tidak ada penghantaran spermatozoa dari
testis ke penis) (Kumalasari, 2018).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Infeksi maternal adalah proses peradangan/inflamsi yang terjadi dalam
kehamilan. Penyebabnya yaitu imunosupresi, virus, bakteri, jamur, perubahan
anatomi traktus genetalia, seks bebas, perubahan hormon, gaya hidup, jarum
suntik, kolam renang. Dimana ada beberapa jenis penyakit infeksi maternal
yang sering di jumpai antara lain : Penyakit Menular Seksual (PMS), Infeksi
TORCH, Human Papilomaviru, Infeksi Traktus Genetalia, Infeksi Pasca
Partum.
3.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
baik terhadap penderita Infeksi Maternal. Oleh karena itu, perawat juga harus
mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan
ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga terutama
mengenai tanda dan gejala, cara pencegahan dan cara penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA

Benson, Michael.2016.Buku Saku Ilmu Kebidanan Buku.Tangerang. Binarupa


aksara Pblisher
Cassone A. Vulvovaginal Candida albicans infections: pathogenesis, immunity
and vaccine prospects. BJOG 2014; DOI: 10.1111/1471 0528.12994
Hamilton, Persis mary.2012.Buku Dasar-dasar Keperawatan.Jakarta.EGC
Infection in Healty Individuals: A Systematic Review and Meta
Analysis.Journal of Clinical Medecine Research. 8 (10),pp.721-9.
Kedokteran Universitas Sumatra Utara
Kissinger P. Trichomonas vaginalis: a review of epidemiologic, clinical and
treatment issues. Infectious Diseases (2015) 15:307
Kumalasari, Intan. 2018. Modul Pembelajaran Keperawatan Maternitas. Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang
Lumbanraja.Sarma Nursani.2016.Infeksi Menular Seksual.Sumatra Utara.Fakultas
Marchaim D, Lemanek L, Bheemreddy S, et al. Fluconazole-resistant Candida
albicans vulvovaginitis. Obstet Gynecol 2012;120:1407–14.
Sheigeishi, H.& Sugiyama, M.2016.Risk Factors for oral Human Papillomavirus
Smith DS. Trichomoniasis. Medscape Reference. 2015
The Importance of HPV Vaccnation.Curret Epidemiology Repost,
2(2),pp.101-9
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Wang, C.C.J, & Palefsky, J.M.2015.Human Papillomavirus(HPV) Infection and
Workowski KA; Bolan GA. Sexually transmitted diseases treatment guidelines
(2015). Reproductive Endocrinology 2015; 24: 51-56. pp.75-78

Anda mungkin juga menyukai