Askep Infeksi Maternal
Askep Infeksi Maternal
INFEKSI MATERNAL
OLEH
KELOMPOK 5
KELAS A
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep medis dari Infeksi Maternal
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep keperawatan dari Infeksi Maternal
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Kontrasepsi pada pria dan wanita
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MEDIS
A. Definisi
Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan
mortalitas signifikan. Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur
hidup, seperti infertilitas dan sierilitas. Kondisi-kondisi lain seperti infeksi
yang didapat secara kongenital.
Infeksi Maternal disebabkan karena berbagai virus dan bakteri yang
menginvasi baik secara endogen maupun secara eksogen. Berbagai penyakit
bisa timbul karena infeksi maternal tersebut, klasifikasi dari macam-macam
penyakit yang ditimbulkan karena infeksi antara lain :
1. Penyakit menular seksual
2. Infeksi TORCH
3. Human Papiloma Virus
4. Infeksi Traktus Genetalia
5. Infeksi Pasca Partum
1. Penyakit Menular Seksual
2. Infeksi TORCH
Penyakit umum yang memberikan pengaruh buruk bagi ibu janin atau
neonatus dijelaskan menurut akromin TORCH. Apa kepanjangan dari
TORCH?
T : Toxoplamosis (Protozoa)
- Efek
Toxoplamosis memberikan efek pada maternal yaitu infeksi akut serupa
dengan influenza, pembengkakan kelenjar limfe,malaise atau mungkin
asimtomatik.
- Pencegahan
Hindarkan dari daging mentah yang terinfeksi atau kotoran kucing
- Pemeriksaan penunjang
Dilakukan dengan pemeriksaan serologi
- Penatalaksanaan
1. Pyrimethamine ditambah sulfadiazin
2. Klimadisin (untuk wania yang alergi terhadap sulfadiazin)
O : Penyakit lain seperti :
1. Hepatitis A
- Efek
Aborsi spontan serta gagal hepar selama kehamilan
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Disebabkan oleh feses yang terkontaminasi : Globulin Y untuk profilaksis
jika terpapar
Hepatitis B
- Efek
Demam, malaise, nyeri persendian, ikterik dan perbesaran hepar
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Disebarkan oleh cairan amnion, darah, urin, dan sekresi lainnya. Berikam
imnunoglobulin atau vaksin HBIG IM dalam 12 jam, dosis kedua pada
usia 1 bln, dosis ketiga pada usia 6 bln.
2. Sifilis (treponema pallidum spiroseta)
- Efek
Inkubasi : asimtomatik selama beberapa minggu serta ada beberapa tahap
yaitu :
1. Tahap primer : peradangan yang tidak nyeri, menghilang dalam 4-6
minggu tanpa pengobatan
2. Tahap sekunder : malaise, demam, kemerahan tidak nyeri
menyebabkan rontok-rontoknya rambut, kandilomata pada permukaan
kulit yang berminyak dan menghilang dalam 2-6 minggu tanpa
pengobatan.
3. Tahap laten awal : terlihat kembali lesi sampai 4 tahun kemudian
4. Tahap laten akhir : sepanjang hidup 50%-70% idak menunjukkan
gejala
5. Tahap tersier : kerusakan dijelaskan dengan akronim paresis untuk
kepribadian, affeks, refleks mata sensori, intelek bicara
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Disebarkan oleh darah, eksudat lesi dan semen melalui mukosa utuh dan
luka pada kulit. Muali berikan penisilin sebelum kehamilan bulan ke-5
untuk mencegah sifilis kongenital, bila tidak dilakukan mulai lakukan
pengobatan intensif baik ibu maupun bayi sesegara mungkin , tangani
kelainan lahir.
3. Listeria monocytogenes (bakteri)
- Efek
1. Tidak terdapat inflamasi vagina, gejalagejala sistemik seperti
influenza,demam, malaise, nyeri punggung
2. Mungkin diperhitungkan sebagai aborsi habitual pada beberapa wanita.
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Disebarkan melalui kontak dengan burung atau binatang, dilakukan
pemeriksaan melalui mikroskopik atau pemeriksaan antibodi. Adapun
pengobatannya yaitu antibiotik pada ibu 71%
4. Infeksi saluran perkemihan biasanya Escherichi coli (bakteri)
- Efek
1. Mengenai 2%-10% wanita disebabkan oleh stasis urin, penurunan
kapasitas lekosit bakterisid, dan tekanan pada ureter kanan dari massa
usus yang besar disebelah kiri.
2. Cystitis, demam, dorongan berkemih, disuria
3. Pielonefritis akut, menggigil, demam tinggi, nyeri flank, mual,
dehidrasi, ileus
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Pemeriksaan kultur urine dan berat jenis urin.
Pengobatan : Sulfonamid sebelum bulan terakhir, kemudian dengan
Nitrofurantoin dan antibiotik. Tetrasiklin menyebabkan gangguan
pertumbuhan tulang janin, perbanyak cairan.
Pielonefritis : cairan IV, tirah baring, baringkan pasien dalam posisi miring
kiri untuk meningkatkan pengosongan ginjal.
R : Rubella (campak jerman virus)
- Efek
Kemerahan, gejala-gejala ringan, beberapa fotofobia, kadang-kadang
ensefalitis atau artritis.
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Vaksinasi pada semua wania tak hamil, mencegah kehamilan selama 2 bln.
Kultur virus dari cairan amnion, plasenta, atau darah janin.
S : Sitomegalovirus (CMV)(virus herpes)
- Efek
Penyakit asimtomatik, mungkin mengeluarkan cairan serviks, ditularkan
pada 50% janin.
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Infeksi janin mungkin terjadi selama persalinan, kehamilan berikutnya
mungkin terinfeksi. Kultur virus, anti-CMV antibodi IgM pada tali pusat
atau serum bayi dan obati bayi dengan antimetabolit atau obat antivirus
untuk menurunkan kelainan sistem saraf pusat serta menggunakan gaun
dan sarung tangan isolasi.
H : Herpes genetalis (virus herpes simpleks, HSV I dan II)
- Efek
Gejala-gejala lebih berat pada infeksi pertama : bisul-bisul yang
menyakitkan ruptur, ulkus bengkak menghilang dalam 2-6 minggu,
keluaran vagina, demem, malaise, limfadenopati inguinal yang
menyakitkan. Lesi servikal mungkin mengarah pada karsinoma invasif
pada usia baya.
- Pencegahan dan penatalaksanaan
Disebarkan melalui hubungan seksual dan muntahan inkubasi : 2-4
minggu, tetap dalam sel untuk hidup, sehingga terjadi infeksi ulang,hidup
dorman pada ganglion saraf sensorik dicetuskan dengan kemarahan
emosi,menstruasi dan kehamilan. Obati wanita : acyclovir tidak terdapat
vaksin, tidak dapat sembuh.
b. Etiologi (Sheigeishi,2016)
Tanda dan gejalanya yaitu :
1. Kutil yang tumbuh dibahu, lengan dan jari tangan : timbul berupa
benjolan, sakit dan rentan mengalami perdarahan.
2. Kutil yang tumbuh pada telapak kaki (plantar warts) : benjolan
keras dan terasa kasar sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman
saat menapak.
3. Kutil didaerah wajah
4. Kutil didaerah kelamin : merasakan gatal didaerah sekitarnya.
c. Manifestasi klinis
1. Gejala fisik yang terlihat pada wanita :
a. Kutil pada organ kelamin, dubur atau anus atau pada permukaan
vagina.
b. Pendarahan yang tidak normal.
c. Vagina menjadi gatal, panas atau sakit.
2. Gejala fisik yang terlihat pada pria :
a. Kutil pada penis, anus atau skrotum.
b. Kutil pada uretra (mungkin terjadi penurunan jumlah urin)
d. Patofisiologi
d. Manifestasi Klinis
Gejala infeksi puerperal bisa ringan atau berat. Suhu tubuh 38⁰ C atau
lebih selama 2 hari berturut – turut tidak terjadi 24 jam pertama setelah
kelahiran, harus dianggap disebabkan oleh infeksi pascapartum.
Ibu menunjukkan gejala :
1. Keletihan
2. Letargi
3. Kurang nafsu makan
4. Menggigil
5. Nyeri perineum atau distres di abdomen bawah
6. Mual
7. Muntah
e. Klasifikasi
1. Syok bakteremia
Syok bakteremia bisa terjadi karena infeksi kritis, terutama infeksi yang
disebabkan pleh bakteri yang melepaskan endotoksin. Faktor resiko yang
berpengaruh pada syok bakteremia antara lain ibu yang menderita diabetes
melitus, konsumsi immunosupresan, dan mereka yang menderita
endometritis selama periode pasca partum
a) Gejala – gejala yang ditimbulkan antara lain demam yang tinggi dan
menggigil, cemas yang menjadikan apatis, suhu tubuh yang seringkali
menurun, kulit menjadi dingin dan lembab, warna kulit pucat, nadi
cepat, hipotensi berat, sianosis perifer, dan oliguria.
b) Temuan laboratorium menunjukkan bukti – bukti infeksi. Biakan darah
menunjukkan bakteremia, biasanya konsisten dengan basil enterik
gram-negatif. Perubahan EKG menunjukkan adanya perubahan yang
mengindikasikan insufisiensi miokard.
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium antara lain :
1. Darah
2. Pemeriksaan mikroskopis urine
3. Pemeriksaan protein urine
4. Pemeriksaan glukosa urin
g. Penatalaksanaan :
1) Penatalaksanaan terpusat pada terapi antimikrobial,
demikian juga dukungan oksigen untuk menghilangkan
hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah
kolaps vaskuler.
2) Fungsi jantung, usaha pernapasan, dan fungsi ginjal
dipantau dengan ketat
2. Mastitis
Mastitis atau infeksi payudara mempengaruhi 1% wanita segera setelah
lahir, yang kebanyakan adalah ibu yang baru pertama kali menyusui
bayinya. Organisme penyebab utama ialah Staphylococcus aureus. Fisura
di puting susu yang terinfeksi biasanya merupakan lesi awal.
Gejala yang timbul biasanya :
a) menggigil,
b) demam,
c) malaise,
d) dan nyeri tekan pada payudara.
e) Peradangan edema dan pembengkakan payudara segera akan
menyumbat aliran air susu.
Penatalaksanaan pada mastitis meliputi terapi antibiotik intensif,
menyokong payudara, kompres lokal (atau dingin), dan penggunaan analgesik.
Pathway Infeksi Maternal
INFEKSI MATERNAL
NYERI AKUT
2.2 KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Data umum klien
1. Inisial klien : Inisial suami :
2. Usia : Usia :
3. Status perkawinan : Suku :
4. Pekerjaan : Pekerjaan :
5. Pendidikan terakhir : Pendidikan terakhir :
6. Suku : Agama :
7. Agama :
8. Alamat :
Menometroragie Amenorea
Rabas pervagina : warna :.............................................................
Jumlah : ............................................................
Berapa lama : ............................................................
Metode kontrasepsi terakhir : ............................................................
Status obstetri : P.......................... A :..........................
Riwayat persalinan :
Aterm : ...................... Prematur :....................
Multiple : ....................................
Riwayat persalinan terakhir :
Tahun : ................. Tempat : .................
Lama gestasi :.................. Lama persalinan :.............
Jenis persalinan: ......................
Berat badan bayi :.....................
Komplikasi maternal/bayi : ........................................
Obyektif :
PAP smear terakhir (tgl dan hasil) : ...................................................
Tes serologi (tgl dan hasil) : ...............................................................
Makanan dan cairan
Subyektif :
Masukan oral 4 jam terakhir : ............................................................
Mual/muntah Hilang nafsu makan Masalah mengunyah
Pola makan :
Frekuensi : .............. x/hari
Konsumsi cairan :................/hari
Obyektif :
BB : ...................kg
TB :....................cm
Turgor kulit : .....................................................................................
Membran mukosa mulut : ..................................................................
Kebutuhan cairan : ...................................................................................
Pemeriksaan Hb. Ht (tgl dan hasil) :..........................................................
Eliminasi
Subyektif :
Frekuensi dafekasi : ..............................................................
Penggunaan laksatif : ..............................................................
Waktu defekasi terakhir : ..............................................................
Frekuensi berkemih : ..............................................................
Karakter urine : ..............................................................
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan berkemih :...............................................
Riwayat penyakit ginjal :..............................................................
Penyakit kandung kemih :..............................................................
Penggunaan diuretic :..............................................................
Obyektif :
Pemasangan kateter :.............................................................
Bising usus : .............................................................
Karakter urine : .............................................................
Konsistensi feces : .............................................................
Warna feces : .............................................................
Hemorrhoid : .............................................................
Palpasi kandung kemih (teraba/tidak teraba) :.......................................
Hygiene
Subyektif :
Kebersihan rambut (frekuensi ) :...........................................................
Kebersihan badan :.............................................................
Kebersihan gigi/mulut : ............................................................
Kebersihan kuku tangan dan kaki : ......................................................
Obyektif :
Cara berpakaian : ...........................................................
Kondisi kulit kepala : ...........................................................
Sirkulasi
Subyektif :
Riwayat penyakit jantung : ...........................................................
Riwayat demam reumatik :............................................................
Obyektif :
Tekanan darah : ...........................................................
Nadi :............................................................
Distensi vena jugularis (ada/tidak ada) : .............................................
Bunyi jantung : ...........................................................
Frekuensi : ...........................................................
Irama (teratur/tidak teratur) : ...........................................................
Kualitas (kuat/lemah/Rub/Murmur) :...................................................
Ekstremitas :
Suhu (hangat/akral dingin) : ...........................................................
CRT : ...........................................................
Varises (ada/tidak ada) :............................................................
Nyeri/ketidaknyamanan
Subyektif :
Lokasi : ...........................................................
Intensitas (skala 0 -10) : ..........................................................
Frekuensi : ..........................................................
Durasi : ..........................................................
Faktor pencetus : ..........................................................
Cara mengatasi : ..........................................................
Faktor yang berhubungan : ..........................................................
Obyektif :
Wajah meringis
Melindungi area yang sakit
Fokus menyempit
Pernapasan
Subyektif :
Dispnea Batuk/sputum Riwayat Bronkitis
Asma Tuberkulosis Emfisema
Pneumonia berulang Perokok, lamanya : ............. tahun
Penggunaan alat bantu pernapasan (02) : ..............L/mnt
Obyektif :
Frekuensi : ......................x/mnt
Irama : Eupnoe Tachipnoe Bradipnoe
Apnoe Hiperventilasi Cheynestokes
Kusmaul Biots
Karakteristik Sputum :......................................................................
Hasil Roentgen :.....................................................................
Interaksi sosial
Subyektif :
Status pernikahan :......................................................................
Lama pernikahan :......................................................................
Tinggal serumah dengan :.................................................................
Obyektif :
Komunikasi verbal/nonverbal dengan orang terdekat :.....................
Integritas Ego
Subyektif :
Perencanaan kehamilan : .........................................................
Perasaan klien/keluarga tentang penyakit : ......................................
Status hubungan : .........................................................
Cara mengatasi stress : .........................................................
Obyektif :
Status emosional (cemas, apatis, dll) :..............................................
Respon fisiologis yang teramati : .............................................
Agama : ............................................
Muncul perasaaan (tidak berdaya, putus asa, tidak mampu) :..........
Neurosensori
Subyektif :
Pusing (ada/tidak ada) :.............................................
Kesemutan/kebas/kelembaban (lokasi : ...............................
Keamanan :
Subyetif :
Alergi/sensitivitas : ........................................................
Penyakit masa kanak-kanak : ........................................................
Riwayat imunisasi : ........................................................
Infeksi virus terakhir : ........................................................
Binatang peliharaan dirumah : ........................................................
Masalah obstetrik sebelumnya : .......................................................
Jarak waktu kehamilan terakhir : .....................................................
Riwayat kecelakaan :.........................................................
Fraktur dislokasi : ........................................................
Pembesaran kelenjar : ........................................................
Obyektif :
Integritas kulit : .................................... ....................
Cara berjalan : .........................................................
Penyuluhan/pembelajaran
Subyektif :
Bahasa dominan : .........................................................
Pendidikan terakhir : .........................................................
Pekerjaan suami :..........................................................
Faktor penyakit dari keluarga : .........................................................
Sumber pendidikan tentang penyakit : .............................................
Pertimbangan rencana pulang :.........................................................
Tanggal informasi diambil : ................................
Pertimbangan rencana pulang : ................................
Tanggal perkiraan pulang : ................................
Ketersediaan sumber kesehatan terdekat : ................................
Pemeriksaan diagnostik :
Kategori : Psikologis
Kategori : Fisiologis
Kategori :Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kategori : Lingkungan
Kategori : Perilaku
C. Intervensi
NO. SDKI SLKI SIKI RASIONAL
1. Nyeri Akut (D. 0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08038) Observasi
Kategori : Psikologis Observasi 1. Dengan mengidentifikasi
Subkategori: Nyeri Dan Kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi, lokasi, karakteristik,
Kenyamanan Setelah di lakukan tindakan karakteristik, durasi, durasi, frekuensi, kualitas,
Definisi : keperawatan selama 3x24 jam frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, perawat
Pengalaman sensorik atau masalah Tingkat nyeri dapat intensitas nyeri. dapat menentukan
emosional yang berkaitan dengan teratasi dengan indikator : 2. Identifikasi skala intervensi yang tepat
kerusasakan jaringan aktual atau nyeri untuk diberikan sesuai
fungsional, dengan onset 1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi faktor dengan kondisi klien.
mendadak atau lambat dan dari skala 1 (meningkat) yang memperberat 2. Dengan mengetahui skala
berintensitas ringan hingga berat menjadi skala 4 (cukup dan memperingan nyeri yang dirasakan oleh
yang berlangsung kurang dari 3 menurun) nyeri klien, kita dapat
bulan. 2. Meringis menurun dari 4. Monitor keberhasilan menentukan intervensi
Penyebab : skala 1 (meningkat) terapi komplementer untuk klien berdasarkan
1. Agen pencedera fisiologis menjadi cukup menurun yang sudah diberikan tingkat keparahan nyeri
(mis, inflamasi, iskemia, (skala 4) 5. Monitor efek samping yang ia rasakan
neoplasma) 3. Sikap protektif yang penggunaan analgetik 3. Dengan mengetahui faktor
2. Agen pencedera kimiawi tadinya meningkat (skala Terapeutik yang memperberat dan
(mis, terbakar, bahan kimia 1) menjadi cukup 1. Berikan tehnik non memperingan nyeri kita
iritan) menurun (skala 4) farmakologis untuk dapat mengantisipasi agar
3. Agen pencedera fisik(mis. 4. Gelisah yang tadinya mengurangi rasa nyeri nyeri yang dirasakan oleh
Abses, amputasi, terbakar, meningkat (skala 1) ( mis, TENS, hipnosis, klien tidak menjadi lebih
terpotong, mengangkat berat, menjadi cukup menurun akupresure, terapi berat sehingga efek yang
prosedur operasi, trauma, (skala 4) musik, biofeedback, tidak diinginkan dapat
latihan fisik berlebihan) 5. Kesulitan tidur yang terapi pijat, aroma diminimalisir
Gejala dan tanda mayor tadinya meningkat (skala terapi, tehnik imajinasi 4. Terapi komplementer
Subjektif : 1) menjadi cukup meurun terbimbing, kompres adalah bidang imu
1. Mengeluh nyeri (skala 4) hangat/dingin, terapi kesehatan yang bertujuan
Objektif : 6. Menarik diri yang bermain) untuk menangani berbagai
1. Tampak meringis tadinya meningkat (skala 2. Kontrol lingkungan penyakit dengan teknik
2. Bersikap protektif 1) menjadi cukup yang memperberat rasa tradisional. Setiap
(misalnya . waspada, menurun (skala 4) nyeri (mis. Suhu tindakan memiliki efek
posisi menghindari nyeri) 7. Berfokus pada diri ruangan, pencahayaan, masing-masing sehingga
3. Gelisah sendiri yang tadinya kebisingan) perlu dilakukan
4. Frekuensi nadi meningkat meningkat (skala 1) 3. Pertimbangkan jenis pemantauan untuk
5. Sulit tidur menjadi cukup menurun dan sumber nyeri mengetahui keefektifan
Gejala dan tanda minor (skala 4) dalam pemilihan dari terapi tersebut.
Subjektif (tidak tersedia) 8. Diaforesis yang tadinya strategi meredakan 5. Dengan memantau efek
Objektif : meningkat (skala 1) nyeri samping yang ditimbulkan
1. Tekanan darah meningkat menjadi cukup menurun Edukasi oleh analgetik, kita dapat
2. Pola nafas berubah (skala 4) 1. Jelaskan penyebab, meminimalisir terjadinya
3. Nafsu makan berubah 9. Pola nafas yang tadinya periode, dan pemicu efek yang tidak di
4. Proses berfikir terganggu memburuk (skala 1) nyeri inginkan atau merugikan
5. Menarik diri menjadi cukup membaik klien
6. Berfokus pada diri sendiri (skala 4) 2. Jelaskan strategi Terapeutik
7. Diaforesis 10. Tekanan darah yang meredakan nyeri 1. Dengan memberikan
Kondisi klinis terkait tadinya memburuk (skala 3. Anjurkan teknik non farmakologis
1. Kondisi pembedahan 1) menjadi cukup mengguanakan untuk mengurangi nyeri
2. Cedera traumatis membaik (skala 4) analgetik secara tepat yang dirasakan oleh
3. Infeksi 11. Proses berpikir yang Kolaborasi klien, kita dapat
4. Syndrom koroner akut tadinya memburuk (skala 1. Kolaborasi pemberian mengurangi
5. glaukoma 1) menjadi cukup analgesik,jika perlu kemungkinan dari
membaik (skala 4) terjadinya efek yang
12. Fokus yang tadinya merugikan dari
memburuk (skala 1) penggunaan analgetik
menjadi sudah cukup 2. Dengan mengontrol
membaik (skala 4) lingkungan yang
13. Nafsu makan yang memperberat rasa nyeri
tadinya memburuk (skala klien, kita dapat
1) menjadi sudah cukup mengantisipasi agar nyeri
membaik (skala 4) yang dirasakan oleh klien
tidak menjadi parah
3. Mempertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
terhadap pemilihan
strategi untuk meredakan
nyeri dilakukan agar
intervensi yang akan
diberikan nantinya akan
lebih efektif.
Edukasi
1. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri kepada klien
dilakukan agar klien
dapat mengenali dan
menghindari hal-hal yang
nantinya dapat memicu
terjadinya nyeri.
2. Dengan mengajarkan
strategi meredakan nyeri
kepada klien, diharapkan
klien dapat
melakukannya secara
mandiri ketika
merasakan nyeri.
3. Dilakukan agar klien
dapat melakukan tehnik
non farmakologis secara
mandiri untuk
mengurangi rasa
nyerinya
Kolaborasi
1. Pemberian analgetik bisa
diberikan ketika teknik
non farmakologis tidak
efektif untuk diterapkan
kepala klien sehingga
perlu untuk
dikombinasikan dengan
pemberian analgetik.
2. Menyusui Tidak Efektif Status menyusui (L.03029) Edukasi Menyusui (I.12393) Tindakan
(D.0029) Definisi : Definisi : Observasi
Kategori : Fisiologis Kemampuan membeikan ASI Memberikan informasi dan 1. Mengidentifikasi
Subkategori : Nutrisi dan Cairan secara langsung dari payudara saran tentang menyusui yang kesiapan ibu ini penting
Definisi : kepada bayi dan anak untuk dimulai dari antepartum, agar informasi yang
Kondisi dimana ibu dan bayi
memenuhi kebutuhan nutrisi. intrapartum dan postpartum. diberikan dapat
mengalami ketidakpuasan atau
Setelah melakukan pengkajian Tindakan : bermanfaat dan
kesukaran pada proses menyusui
selama 3 × 24 jam status Observasi diterapkan
Penyebab : menyusui membaik, dengan 1. Identifikasi kesiapan 2. Tujuan dan keinginan ibu
Fisiologis criteria hasil : dan kemampuan dalam mnyesui perlu kita
1. Ketidakadekuatan suplai 1. Perlekatan bayi pada menerima informasi ketahui agar kita bisa
ASI payudara ibu membaik 2. Identifikasi tujuan atau mengukur sejauh mana
2. Hambatan pada neonatus dari yang sebelumnya keinginan menyusui ibu tersebut ingin
(mis. Prematuritas, menurun (skala 1) Terapeutik melakukan kegiatan
sumbing) menjadi cukup 1. Sediakan materi dan menyusui dan hal apa
3. Anomali payudara ibu meningkat (skala 4) media pendidikan yang membuat dia ingin
(mis. Puting yang masuk 2. Miksi bayi lebih dari 8 kesehatan menyusui sehingga dapat
ke dalam) kali/24 jam membaik 2. Jadwalkan pendidikan membantu kita dalam
4. Ketidakadekuatan refleks dari yang sebelumnya kesehatan sesuai mmberikan informasi.
oksitosin menurun (skala 1) kesepakatan Terapeutik
5. Ketidakadekuatan refleks menjadi cukup 3. Berikan kesempatan 1. Dengan menyediakan
mengisap bayi meningkat (skala 4) untuk bertanya materi dan pendidikan
6. Payudara bengkak 3. Tetesan/pancaran ASI 4. Dukung ibu kesehatan kepada
7. Riwayat operasi payudara membaik dari yang meningkatkan masyarakat khususnya
8. Kelahiran kembar sebelumnya menurun kepercayaan diri dalam ibu menyusui diharapkan
Situasional (skala 1) menjadi cukup menyusui dapat memberikan
1. Tidak rawat gabung meningkat (skala 4) 5. Libatkan sistem individu, kelompok, dan
2. Kurang terpapar informsi 4. Putting tidak lecet setelah pendukung : suami, masyarakat kesempatan
tentang pentingnya 2 minggu melahirkan keluarga, tenaga untuk memperoleh
menyusui dan/atau membaik dari yang kesehatan dan informasi dan
metode menyusui sebelumnya menurun masyarakat keterampilan yang
3. Kurangnya dukungan (skala 1) menjadi cukup Edukasi : dibutuhkan untuk
keluarga meningkat (skala 4) 1. Berikan konseling membuat keputusan
4. Faktor budaya 5. Intake bayi membaik dari menyusui kesehatan yang
Gejala dan Tanda Mayor yang sebelumnya 2. Jelaskan manfaat berkualitas terlebih
Subjektif menurun (skala 1) menyusui bagi ibu dan manfaat menyusui.
1. Kelelahan maternal menjadi cukup bayi 2. Menjadwalkan kegiatan
2. Kecemasan maternal meningkat (skala 4) 3. Ajarkan 4 (empat) pendidikan kesehatan
Objektif 6. Hisapan bayi membaik posisi menyusui dan bermaksud agar penkes
1. Bayi tidak mampu dari yang sebelumnya perlekatan (lacth on) ini dapat dilakukan
melekat pada payudara menurun (skala 1) dengan benar sesuai jadwal dan
2. ASI tidak menjadi cukup 4. Ajarkan perawatan menghasilkan sesuatu
menetes/memancar meningkat (skala 4) payudara antepartum sesuai dengan harapan
3. Bak bayi kurang dari 8 7. Kelelahan maternal dengan mengkompres yang ingin kita capai.
kali dalam 24 jam membaik dari yang dengan kapas yang 3. Memberikan kseempatan
4. Nyeri dan/atau lecet terus sebelumnya meningkat telah diberikan minyak untuk bertanya kepada
menerus setelah minggu (skala 1) menjadi cukup kelapa ibu bertujuan untuk
kedua meningkat (skala 4) 5. Ajarkan perawatan membuat ibu tersebut
Gejala dan Tanda Minor 8. Kecemasan maternal payudara postpartum memliki kesempatan
Subjektif membaik dari yang (mis. Memerah ASI, dalam bertnya dan
(tidak tersedia) sebelumnya meningkat pijat payudara, pijat mengetahui seberapa
Objektif (skala 1) menjadi cukup oksitosin) jauh keingintahuan ibu
1. Intake bayi tidak adekuat meningkat (skala 4) tentang penkes.
2. Bayi mengisap tidak terus 9. Bayi rewel membaik dari 4. Hal ini bertujuan untuk
menerus yang sebelumnya mmberi motivasi ibu
3. Bayi menangis saat meningkat (skala 1) dalam mnyusui.
disusui menjadi cukup 5. Dengan melibatkan
4. Bayi rewel dan menangis meningkat (skala 4) orang lain khususnya
terus dalam jam-jam 10. Bayi menangis setelah keluarga dan suami
pertama setelah menyusui menyusu membaik dari diharapkan dapat
5. Menolak untuk menangis yang sebelumnya mengefektifkan ibu
Kondisi Klinis Terkait meningkat (skala 1) dalam menyusi.
1. Abses payudara menjadi cukup Edukasi
2. Mastitis meningkat (skala 4) 1. Membuatkan konseling
3. Carpal tunnel syndrome* menyusui bertujuan
membantu ibu atau
keluarga dalam
mengetahui informasi
lebih dalam mengenai
kegiatan menyusuinya
seperti teknik menyusui
yang tepat terlebih
kepada ibu-ibu yang
memiliki hambatan
dalam menyusui.
2. Menjelasakan manfaat
menyusui bagi ibu dan
bayi penting untuk
memberikan informasi
kepada ibu dan
meningkatkan wawasan
ibu sehingga ibu dapat
menerapkannya.
3. Mengajarkan 4 posisi ini
perlu agar ibu dapat
mengetaui posisi mana
saja yang bagus untuk
menyusui sehingga asi
mengalir lancar tanpa
hambatan dan sukses
dalam mmberikan asi
4. Perawatan payudara
antepartum ini bertujuan
untuk Menjaga
kebersihan payudara,
terutama kebersihan
puting susu, Merangsang
kelenjar-kelenjar air susu
sehingga produksi ASI
banyak dan lancar dan
Dapat mendeteksi
kelainan-kelainan
payudara secara dini dan
melakukan upaya untuk
mengatasinya.
5. Perawatan payudara post
prtum dengan pijatan dan
lain-lain ini perlu karena
hal ini membantu
memperlancar
pengeluaran ASI dan
agar payudara senantiasa
bersih dan mudah untuk
dihisap oleh bayi.
3. Risiko Cedera pada Janin (D. Tingkat Cedera (L.14136) Pencegahan Cedera Tindakan
0138) Definisi :Keparahan dari cedera (I.14537) Observasi
Kategori :Lingkungan yang diamati atau dilaporkan. Definisi :Mengidentifikasi dan 1. Untuk mencegah akan
Subkategori : Keamanan dan Setelah melakukan pengkajian menurunkan risiko mengalami terjadi kecelakaan atau
Proteksi selama 3 × 24 jam tingkat cedera bahaya atau kerusakan fisik. cedera pada pasien
Definisi: Beresiko mengalami menurun, dengan criteria hasil : Tindakan
bahaya atau kerusakan fisik pada 1. Toleransi makanan Observasi 2. Untuk dapat mengenali
janin selama proses kehamilan menurun dari yang 1. Identifikasi area bahwa obat yang akan
dan persalinan. sebelumnya skala 2 lingkungan yang dikosumsi dapat
FaktorRisiko : (cukup menurun) berpotensi membantu penyembuhan
1. Besarnya ukuran janin menjadi skala 4 (cukup menyebabkan cedera
2. Malposisi janin meningkat) 2. Identifikasi obat yang Terapeutik
3. Induksi persalinan 2. Ketegangan otot menyebabkan cedera
4. Persalinan lama kala I, II menurun dari yang 1. Agar pasien dan keluarga
dan III sebelumnya skala 1 mengetahui apa saja alat
5. Disfungsi uterus (meningkat) menjadi Terapeutik yang dapat digunakan
6. Kecemasan yang skala 5 (menurun) 1. Sosialisasikan pasien selama dalam perawatan
berlebihan tentang proses 3. Fraktur menurun dari dan keluarga dengan
persalinan yang sebelumnya skala 2 lingkungan ruang 2. Untuk mencegah
7. Riwayat persalinan (cukup meningkat) rawat (mis. terjadinya cacat fisik
sebelumnya menjadi skala 4 (cukup Penggunaan telepon, serta mengurangi resiko
8. Usia ibu (< 15 tahun menurun) tempat tidur, cedera dan gangguan
atau> 35 tahun) 4. Perdarahan menurun dari penerangan ruangan, pergerakan yang bias
9. Paritas banyak yang sebelumnya skala 2 dan lokasi kamar terjadi di kemudian hari.
10. Efek metode/intervensi (cukup meningkat) mandi) 3. Agar pasien dan keluarga
bedah selama persalinan menjadi skala 4 (cukup 2. Diskusikan mengenai mengetahui fungsi dari
11. Nyeri pada abdomen menurun) latihan dan terapifisik alat bantu mobilitas
12. Nyeri pada jalan air 5. Agitasi menurun dari yang diperlukan tersebut.
13. Penggunaan alat bantu yang sebelumnya skala 2 4. Dengan adanya observasi
persalinan (cukup meningkat) 3. Diskusikan mengenai dan pengawasan pada
14. Kelelahan menjadi skala 4 (cukup alat bantu mobilitas pasien untuk mencegah
15. Merokok menurun) yang sesuai (mis atau mengurangi cedera
16. Efek agen farmakologis 6. Iritabilitas menurun dari tongkat atau alat bantu pasien dan meningkatkan
17. Pengaruh budaya yang sebelumnya skala 2 jalan) keselamatan pasien.
18. Pola makan yang (cukup meningkat) 4. Tingkatkan frekuensi Edukasi
tidaksehat menjadi skala 4 (cukup observasi dan 1. Agar pasien dan keluarga
19. Factor ekomoni menurun) pengawasan pasien, mengetahui tujuan dari
20. Konsumsi alcohol 7. Gangguan mobilitas sesuai kebutuhan intervensi
21. Terpapar agen teratogen menurun dari yang Edukasi yaitu untuk mengurangi
Kondisi KlinisTerkait sebelumnya skala 2 1. Jelaskan alasan terjadinya cedera yang
1. Ketuban pecah sebelum (cukup meningkat) intervensi pencegahan lebih berat lagi pada
waktunya (KPSW) menjadi skala 4 (cukup jatuh kepasien dan pasien.
2. Infeksi menurun) keluarga
3. Penyakit penyerta : 8. Gangguan kognitif
Asma, hipertensi, menurundari yang
penyakit menular seksual, sebelumnya skala 2
AIDS (cukup meningkat)
4. Masalah kontraksi menjadi skala 4 (cukup
5. Efek pengobatan pada ibu menurun)
D. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegitan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baikyang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakakn, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
2.3 KONTRASEPSI PADA PRIA DAN WANITA
A. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata ; kontra berarti mencegah atau
melawan, sedangkan konsepsi adalah; pertemuan antara sel telur ( sel
wanita ) yang matang dan sel sperma ( sel pria ) yang mengakibatkan
kehamilan. Kontrasepsi adalah; menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sel sperma (Kumalasari, 2018).
B. Macam-Macam dan Cara Kerja Alat Kontrasepsi
Pada umumnya cara atau metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi
(Kumalasari, 2018):
1. Metode sederhana
a. Tanpa alat atau tanpa obat.
1) Metode Amenore laktasi (MAL)
Metode Amenore laktasi (MAL) adalah salah satu cara
kontrasepsi yang didasari oleh menurunnya kesuburan secara
fisiologis yang dialami oleh ibu menyusui dengan mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) (Kumalasari, 2018).
Laktasi dapat diandalkan sebagai metode kontrasepsi sepanjang
ibu tidak mengalami ovulasi. Mekanisme kerja kontrasepsi Metode
amenore Laktasi (MAL) adalah terjadinya penundaan / penekanan
ovulasi. Ada2 refleks yang mempengaruhi penundaan/ penekanan
ovulasi selama masa laktasi. Pertama, pada proses menyusui isapan
mulut bayi akan menstimulus pada bagian hipofisis anterior dan
posterior. Hipofisis posterior mengeluarkan hormone oksitosin
(refleks oksitosin) yang bekerja pada payudara untuk memeras
ASI pada kelenjar susu (alveoli) sehingga ASI berkumpul pada
duktus dan akhirnya disekresi. Sedangkan pada ovarium, oksitosin
akan menekan estrogen sehingga tidak terjadi pematangan sel telur
dan tidak terjadi ovulasi. Kedua, keluarnya ASI merangsang
hipofisis anterior menghasilkan rangsangan (refleks prolaktin)
untuk meningkatkan sekresi prolaktin yang bekerja pada payudara
untuk memproduksi ASI yang mengisi alveoli. Sekresi prolaktin
yang tinggi akan menekan hormone estrogen dan progesterone
sehingga mengurangi kadar hormone LH yang diperlukan untuk
memelihara dan melangsungkan siklus haid. Kadar prolaktin yang
tinggi menyebabkan ovarium menjadi kurang sensitive terhadap
perangsangan gonadotropin yang memang sudah rendah dan
anovulasi. Bahkan pada saat aktivitas ovarium mulai pulih
kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan fase luteal yang
singkat dan fertilitas yang menurun. Sehingga gambaran dari
keadaan 3 minggu pertama post partum adalah gambaran dari
inaktivasi poros hypofisis-hipotalamus-ovarium yang akan
bertambah lama oleh laktasi dibawah pengaruh sekresi prolaktin.
Makin lama ibu menyusui bayinya, makin cenderung bahwa akan
terjadi kembali selama masa menyusui tersebut dan makin
cenderung timbul ovulasi yang mendahului haid pertama post
partum tadi. Makin sering bayi menghisap ASI, makin lama
kembalinya/ tertundanya haid ibu. Selain 2 refleks tersebut,
perasaan/motivasi ibu dapat menghambat atau meningkatkan
pengeluaran oksitosin seperti perasaan takut, gelisah, marah, sedih,
cemas atau nyeri hebat akan mempengaruhi refleks oksitosin yang
akhirnya menekan pengeluaran ASI (Kumalasari, 2018).
2) Senggama terputus.
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama
dilakukan sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat
kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina dan sperma
dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal,
karena suami belum tentu tahu kapan spermanya keluar
(Kumalasari, 2018).
3) Pantang berkala.
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada
saat istri dalam masa subur. Cara ini kurang dianjurkan karena
sukar dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’.
Selain itu, kadang juga istri kurang terampil dalam menghitung
siklus haidnya setiap bulan (Kumalasari, 2018).
b. Dengan alat atau dengan obat
1) Kondom
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah
kehamilan yang sudah populer di masyarakat. Kondom adalah
suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak
berpori, dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri (tegang)
sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom sudah
dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat
mencegah penularan penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS
(Kumalasari, 2018).
Kondom mempunyai kelebihan antara lain mudah diperoleh di
apotek, toko obat, atau supermarket dengan harga yang terjangkau
dan mudah dibawa kemana-mana. Selain itu, hampir semua orang
bisa memakai tanpa mengalami efek sampingan. Kondom tersedia
dalam berbagai bentuk dan aroma, serta tidak berserakan dan
mudah dibuang (Kumalasari, 2018).
2) Diafragma atau cap
diafragma adalah kondom yang digunakan pada wanita, namun
kenyataannya kurang populer di masyarakat (Kumalasari, 2018).
3) Cream, yelly dan Tablet berbusa ( Vagina tablet )
Semua kontrasepsi tersebut masing-masing dimasukkan ke
dalam liang vagina 10 menit sebelum melakukan senggama, yaitu
untuk menghambat geraknya sel sperma atau dapat juga
membunuhnya. Cara ini tidak populer di masyarakat dan biasanya
mengalami keluhan rasa panas pada vagina dan terlalu banyak
cairan sehingga pria kurang puas (Kumalasari, 2018).
2. Metode efektif
a. Pil KB
Pil KB yang umum banyak digunakan saat ini adalah pil KB
kombinasi yang terdiri dari dua komponen bahan aktif utama. Dua
bahan aktif ini yaitu estrogen (ethinylestradiol) yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya ovulasi, serta progesteron yang berfungsi untuk
mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk
menerima sel yang telah dibuahi (Kumalasari, 2018).
Pil KB kombinasi adalah alat kontrasepsi yang kini diakui paling
efektif mencegah kehamilan. Selain memiliki risiko kehamilan
terkecil, pil kombinasi juga mengurangi risiko munculnya kista
ovarium, penyakit radang panggul, gejala menstruasi yang berat, dan
anemia (Kumalasari, 2018).
b. AKDR ( alat kontrasepsi dalam rahim )
AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat
dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormon dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina
dan mempunyai benang(Kumalasari, 2018).
Mekanisme kerja AKDR menimbulkan reaksi radang di
endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan
infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga, yang
mempengaruhi enzim-enzim di endometrium, metabolisme glikogen,
dan penyerapan estrogen serta menghambat transportasi sperma. Pada
pemakai AKDR yang mengandung tembaga, jumlah spermatozoa yang
mencapai saliran genetalia atas berkurang. Perubahan cairan uterus dan
tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sperma atau ovum yang
diambil dari pemakai AKDR yang mengandung tembaga
memeperlihatkan degerasi mencolok (Kumalasari, 2018).
Langkah-langkah pemasangan AKDR
Langkah 1
a) Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan
klien mengajukan pertanyaan.
b) Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit
pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti apabila akan
diberitahu bila sampai pada langkah tersebut.
c) Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya.
Langkah 2
a) Periksa genitalia eksterna untuk memeriksa adanya ulkus,
pembengkakan kelenjar getah bening (bubo), pembengkakan kelenjar
bartholini dan kelenjar skene.
b) Lakukan pemeriksaan spekulum untuk memeriksa adanya cairan
vagina, servisitis, dan pemeriksaan mikroskopis bila diperlukan.
c) Lakukan pemeriksaan panggul untuk menetukan besar, posisi
uterus, konsistensi dan mobilitas uterus. Untuk memeriksa adanya
nyeri goyang serviks dan tumor pada adneksa atau pada kavum
douglasi.
Langkah 3
Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi
untuk memeriksa adanya jamur, trikomonas, bakterial vaginosis
(preparat basah Saline dan KOH serta pemeriksaan pH) untuk
memeriksa adanya gonorea atau klamidia.
Langkah 4
Masukkan lengan AKDR Copper T-380 A di dalam kemasan
sterilnya Langkah 5
Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks pada posisi jam 1 atau
jam 11.
Langkah 6
Masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan
kedalaman kavum uteri. Memasukkan sonde sekali masuk dengan
tekhnik tanpa sentuh (no touch) dimaksudkan untuk mengurangi
risiko infeksi. Langkah 7
a) Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan
kedalaman kavum uteri.
b) Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan
sonde uterus) sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina
berada dalam satu garis lurus.
c) Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah
berisi AKDR kedalam kanalis servikalis dengan mempertahankan
posisi leher biru dalam arah horizontal.
d) Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter
sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan
dari fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal.
e) Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan,
sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai pangkal
pendorong. Dengan cara ini lengan AKDR akan berada tepat di
fundus (puncak kavum uteri).
f) Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung
inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati
sampai terasa ada tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa
lengan AKDR akan berada tetap di tempat yang setinggi mungkin
dalam kavum uteri
g) Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada
waktu benang tampak tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang
3-4 cm, potong benang tersebut degan menggunakan gunting mayo
yang tajam.
h) Lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dati tempat bekas
jepitan tenakulum, tekan dengan kasa sampai perdarahn terhenti.
Langkah 8
Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum
melepas sarung tangan. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
Langkah 9
Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera
setelah selesai dipakai.
Langkah 10
a) Ajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa benang AKDR
(dengan model bila tersedia).
b) Minta klien menunggu di klinik selam 15-30 menit setelah
pemasangan AKDR.
c. Suntikan KB
kontrasepsi suntik menyebabkan lendir servik mengental sehingga
menghentikan daya tembus sperma, mengubah endometium menjadi
tidak cocok untuk implantasi dan mengurangi fungsi tuba falopii.
Namun fungsi utama kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan
adalah menekan ovulasi
d. Susuk KB / Implan ( AKBR)
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan
pada bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan
masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversibel untuk wanita
(Kumalasari, 2018).
Kontrasepsi Implan adalah sistem norplant dari implan subdermal
levonorgestrel yang terdiri dari enam skala kapsul dimethylsiloxane
yang dibuat dari bahan sylastic, masing-masing kapsul berisi 36 mg
levonorgestrel dalam format kristal dengan masa kerja lima tahun
(Kumalasari, 2018).
Cara pasang
1) Suci hamakan daerah pemasangan ± 3 jari diatas lipatan siku kanan
untuk yang kidal, lipatan siku kiri untuk yang umum ( tidak kidal )
2) Pasang duk berlobang.
3) Lakukan anestesi lokal menyeluruh di daerah yang akan dipasang
Implan / AKBK.
4) Dengan bistori, lakukan sayatan hingga dibawah kulit ( jangan
terlalu dalam dan jangan terlalu dangkal ), selebar 1 cm.
5) Dengan trocar, masukkan Implan/ AKBK dibawah kulit. Mula-mula
pasang yang tengah, selanjutnya pasanglah yang lain sepertu bentuk
kipas.
6) Sucihamakan lagi, kemudian tutup dengan plestar dan kasa steril
serta 7) dibalut. Balutan jangan dibuka dan jangan sampai basah
selama 2 hari. 8) Kontrol dilakukan bila ada keluhan-keluahan.
3. Metode Kontap dengan cara operasi ( kontrasepsi Mantap)
Adalah merupakan suatu kontrasepsi dengan cara memotong atau
mengikat kedua saluran telur pada wanita ( tubektomi ) atau disebut
medis operatif wanita (MOW) dan pemotong atau mengikat kedua
saluran sperma pria (Vasektomi ) atau disebut juga Medis Operatif
Pria (MOP) (Kumalasari, 2018).
a. Tubektomi ( pada wanita)
Oklusi tuba fallopii sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat
bertemu. (Hanafi, 2004, hal 243) Adalah prosedur bedah sukarela
untuk menghentikan fertilisasi (kesuburan) seorang wanita
(Kumalasari, 2018).
Dengan mengoklusi tuba fallopi ( mengikat dan memotong atau
memasang cincin ) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
b. Vasektomi ( pada Pria )
Kontrasepsi mantap pria adalah oklusi vas deferens, sehingga
menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan
spermatozoa di dalam semen (tidak ada penghantaran spermatozoa dari
testis ke penis) (Kumalasari, 2018).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Infeksi maternal adalah proses peradangan/inflamsi yang terjadi dalam
kehamilan. Penyebabnya yaitu imunosupresi, virus, bakteri, jamur, perubahan
anatomi traktus genetalia, seks bebas, perubahan hormon, gaya hidup, jarum
suntik, kolam renang. Dimana ada beberapa jenis penyakit infeksi maternal
yang sering di jumpai antara lain : Penyakit Menular Seksual (PMS), Infeksi
TORCH, Human Papilomaviru, Infeksi Traktus Genetalia, Infeksi Pasca
Partum.
3.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
baik terhadap penderita Infeksi Maternal. Oleh karena itu, perawat juga harus
mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan
ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga terutama
mengenai tanda dan gejala, cara pencegahan dan cara penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA