Anda di halaman 1dari 16

BAB 3

PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN

Seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa secara nasional


erupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan Negara tertentu
dan cara penyampaian informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik. Agar manfaat akuntansi dapat dirasakan,
pengetahuan perekayasaan tersebut harus diaplikasi dalam suatu wilayah (Negara). Wujud
aplikasi tersebut adalah terciptanya suatu mekanisme pelaporan keuangan nasional yang
dengannya unit-unit organisasi bisnis, nonbisnis, dan kepemerintahan dalam suatu Negara
menyediakan data dan menyampaikan informasi keuangan kepada para pengambil keputusan
yang dianggap paling dominan dan berpengaruh dalam pencapaian tujuan Negara (khususnya
tujuan ekonomik dan sosial).

Salah satu tujuan ekonomik Negara adalah alokasi sumber ekonomik ( alam, manusia, dan
keuangangan) secara efektif dan efisien untuk mencapai tingkat kemakmuran masyarakat yang
optimal. Kebijakan dan regulasi pemerintah (dalam berbagai bentuk undang-undang, ketetapan,
dan peraturan) yang secara langsung mempengaruhi para pelaku dan system wkonomi Negara
merupakan wahana dalam alokasi sumber sumber daya ekonomik

Pelaporan keuangan nasional harus dikerayakasa secara seksama untuk pengendalian alokasi
sumber daya secara automatis melalui mekanisme system ekonomik yang berlaku. Dalam
pelapoan keuangan, pengendalian secara automatis dicapai dengan ditetapkannya suatu pedoman
pelaporan keuangan yaitu prinsip akuntansi berterima umum/PABU termasuk didalamnya
standart akuntansi.

Perekayasaan akuntansi harus memperhatikan factor lingkungan sosial, politik, ekonomi, dan
budaya Negara tempat akuntansi akan diterapkan. Perekayasaan akuntansi dilakukan pada
tingkat nasional dengan hasil berupa kerangka konseptual yang berfungsi sebagai macam
kontribusi.
Proses Perekayasaan

Pelaporan keuangan adalah struktu dan proses akuntansi yang menggambarkan bagaimana
informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai untuk mencapai tujuan ekonomik
dan sosial Negara. FASB mengartikan pelaporan keuangan sebagai system dan sarana
penyampaian informasi tentang segala kondisi dan kinerja perusahaan terutama dari segi
keuangan dan tidak terbatas pada apa yang dapat disampaikan melalui statemen keuangan.
Pelaporan keuangan sebagai system nasional merupakan hasil perekayasaan akuntansi di tingkat
nasional. Perekayasaan akuntansi adalah proses pemikiran logis dan objektif untuk
membangun suatu struktur dan mekanisme pelaporan keuangan dalam suatu Negara menunjang
tercapainya tujuan Negara. Perekayasaan melibatkan pemilihan dan pertimbangan ideologi, teori,
konsep dasar, dan teknologi yang tersedia secara praktis dan teoritis dengan mempertimbangkan
faktor sosial, ekonomik, politik, dan budaya negara

Penalaran logis yang dibahas dalam perekayasaan adalah untuk tujuan Negara dijabarkan
dalam tujuan pelaporan keuangan. Harapannya adalah pencapaian tujuan akuntansi dengan
sendirinya akan membantu tercapainya tujuan Negara. Proses tersebut merupakan manifestasi
dari pendefinisian akuntansi sebagai teknologi.

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan perekayasaan melibatkan pertimbangan dan


pemilihan berbagai gagasan tentang ideology, filosofi, paradigma, dan konsep dasar untuk
menjamin agar tujuan pelaporan tercapai. Gagasan yang dipilih adalah gagasan yang cocok
dengan lingkungan diterapkannya akuntansi agar hasil perekayasaan menjadi efektif sebagai alat.

Perekayasaan Sebagai Proses Deduktif

Pendekatan penalaran, merupakan proses penalran deduktif-normatif. Tujuan sosial dan


ekonomik Negara dianggap telah disepakati atau sesuatu yang berian (given) dan menjadi premis
dalam penalaran. Terdapat beberapa aspek di dalam proses perekayasaan pelaporan keuangan
yang harus dipertimbangkan untuk menghasilkan suatu rerangka akuntansi, aspek-aspek tersebut
diantaranya adalah

*pernyataan prostulat yang menggambarkan unit usaha-usaha,

*pernyataan tentang tujuan pelaporan keuangan,

*evaluasi kebutuhan informasi pemakai laporan,

*penentuan ataupemulihan tentang apa yang harus di laporkan,

*evaluasi tentang pengukuran dan proses penyajian untuk omunikasi informasi,

*penentuan dan evaluas terhadap kendala-kendala,

*pengembangan dan penyusunan pernyataan umum,

*perancang bangunan struktur dan format system informasi.

Aspek (1) menghendaki agar perekayasaan mengidentifikasi dan mempertimbangkan


karakteristik operasi perusahaan beserta lingkungan politik, ekonomi, budaya, dan sosial tempat
akuntansi akan diterapkan

Aspek (2) mengarahkan perekayasaan agar menentukan siapa pihak yang di tuju oleh informasi
dalam lingkungan Negara yang dipostulatkan.

Aspek (3) pemakai biasanya dipertimbangkan sebagai pihak yang mempunyai tingkat
kecanggihan tertentu dan bukan pihak yang awan.

Aspek (4) berkaitan dengan penentuan objek-objek dan kegiatan-kegiatan fisis perusahaan dan
lingkungannya yang harus dilaporkan beserta maknanya yang relevan dengan mencapai tujuan
pelaporan keuangan.

Aspek (5) berkaitan dengan masalah bagaimana keadaan fisis perusahaan dapat diterjemahkan
dalam simbol-simbol kuantitatif yang bermakna

Aspek (6) alah identifikasi keunggulan – kelemahan berbagai alternative pendefinisian,


pengukuran, penilaian, pengakuan, dan pengungkapan, informasi dalam statement keuangan

Aspek (7) merupakan penguhubung antara proses pada tingkat makro dan mikro.
Aspek (8) diepertimbangkan dalam proses pelaksanaan hasil perekayasaan ditingkat perusahaan
mikro, bila standart akuntansi telah tersusun.

Siapa Merekayasa

Proses perekayasaan merupakan upaya tim yang melibatkan berbagai disiplin intelektual
dan kekuatan politik mengingat perekayasaan tersebut merupakan suatu proses yang serius yang
hasilnya akan berdampak luas dan jangka panjang.

Idealnya, badan legislatif membentuk komite atau tim khusus yang ada dibawah kendalinya
untuk perekayasaan ditingkat nasional seperti misalnya SEC yang ada di bawah kongres
Amerika.

Perekayasaan ditingkat nasional secara teknis diserahkan oleh badan legislative kepada profesi
atau badan khusus seperti misalnya Badan Pengawas Pasar Modal / BAPEPAM

Aspek Sematik Dalam Perekayasaan

Pertanyaan yang harus dijawab oleh perekayasaan adalah bagaimana suatu kegiatan fisis
perusahaan yang kompleks disimbolkan dalam bentuk statenment keuangan sehingga pihak yang
dituju dapat membayangkan operasi perusahaan dari segi keuangan tanpa harus menyaksikan
secara fisis operasi perusahaan. Proses sematik ini tidak lain adalah memilih dan menyimbolkan
objek-objek fisis kegiatan perusahaan yang relevan menjadi objek-objek statemen keuangan.
Jumlah rupiah sebagai hasil pengukuran disebut dengan kos (cost)

Sebagai bahan oleh akuntansi, data kos harus ditangkap dalam suatu system informasi akuntansi
agar dapat diolah dan disajikan dalam bentuk statement keuangan untuk memenuhi kebutuhan
pertanggungjelasan / akuntanbilitas (eksternal)

Proses Saksama

Proses saksama yang dilakukan FASB dalam menyusun laporan resmi.

 Mengevaluasi masalah
 Mengadakan riset analisis
 Menyusun dan mendistribusi Memorandum Diskusi
 Mengadakan dengar pendapat umum
 Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan public atas Memorandum Diskusi
 Menerbitkan draf awal standar yang diusulkan yang dikenal dengan nama Exposure
 Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis terhadap ED
 Memutuskan apakah jadi menerbitkan suatu statement atau tidak
 Menerbitkan statemen yang bersangkutan

Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan Dewan Standar Profesional Akuntan Publik
berwenang untuk menentukan materi-materi yang akan dibahas dan diusulkan untuk menjadi
standar yang akan diberlakukan di Indonesia.

Konsep Informasi Akuntansi

Salah satu kata kunci penting dalam definisi akuntansi adalah informasi keuangan. Nilai
imformasi adalah kemampuan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keyakinan
pemakai dalam pengambilan keputusan. Symbol-simbol yang termuat dalam seperangkat
statemen keungan sebenarnya tidak mempunyai makna kalau tiap elemen di interpretasi sebagai
objek yang berdiri sendiri. Artinya, satu elemen dan jumlah rupiahnya belum memberi informasi
kalau tidak dihubungkan dengan elemen lainnya

Kerangka konseptual

Jawaban atas pertanyaan perekayasaan akan menjadi konsep-konsep terpilih yang dituangkan
dokumen resmi yang di Amerika disebut kerangka konseptual. Manfaat keangka konseptual :

 Memberi pengarahan atau pedoman kepada badan yang bertanggung jawab dalam
penyusunan / penetapan standar Akuntansi
 Menjadi acuan dalam memecahkan masalah – masalah akuntansi yang dijumpai dalam
praktik yang perlakuannya belum diatur dalam standar atau pedoman
 Menentukkan batas-batas pertimbangan
 Meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan meningkatkan keyakinan
terhadap statemen keuangan
 Meningkatkan keterbandingan statemen keuangan antar perusahaan

Model
4 komponen konsep penting

1. Tujuan pelaporan keuangan


2. Kriteria kualitas informasi
3. Elemen elemen statemen keuangan
4. Pengukuran dan pengakuan

Kerangka Konseptual versi IASC

Rerangka konseptual ini disebut Framework for the Preparation and of Financial Statement atau
oleh IAI diterjemahkan sebagai Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,
mempunyai komponen konsep yang mirip dengan komponen konsep versi FASB yaitu:

 The Objective of Financial Statements


 Underlying Assumption
 Qualitative Characteristics of Financial Statement
 The Elements of Financial Statement
 Recogniition of the Elements of Financial Statement
 Measurement of the Elements of Financial Statement
 Concepts of Capital Maintenance and the Determination of Profit

Ruang lingkup penerapan standar IASC adalah internasional, sehingga tidak relevan bagi
karakteristik lingkungan negara.

Untuk komponen tujuan, IASC menyebutnya sebagai tujuan statemen keuangan bukan
tujuan pelaporan keuangan seagaikana FASB menyebutnya meskipun IASC menegaskan
bahwa satetmen keuanan merupakan bagian dari bagian proses pelaporan keuangan. Karena
memperhatikan faktor lingkungan dalam penyusunannya, rerangka konseptual versi FASB lebih
menggambarkan suatu hasil proses perekayasaan yang merupakan konsekuensi dari pengertian
akuntansi sebagai teknologi. Oleh karena itu, rerangka konseptual versi FASB sebenarnya lebih
cocok untuk dijadikan model perekayasaan pengembangan rerangka konseptual untuk suatu
negara. Elbih dari itu, rerangka konseptual FASB banyak memuat penalaran dan argumen untuk
memilih konsep-konsep yang relevan.
Aspek Kependidikan

Karena FASB mencanangkan agar rerangka konseptual mengandung aspek kependidikan kepada
pemakai (educational aspect), FASB memasukkan deskripsi, argumen, dan penalaran yang
cukup rinci dalam tiap uraian konsep. Di bidang akademik, rerangka konseptual merupakan
materi yang sangat berharga dalam pengajaran teori akuntansi yang mempunyai dampak dalam
perbaikan atau pemajuan praktik. Sebagai alat, akuntansi dan rerangka konseptualnya bukan
merupakan sesuatu yang steril terhadap perubahan. Rerangka konseptual sebagai hasil
perekayasaan harus selalu dievaluasi keefektifannya sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Prinsip Akuntansi Berterima Umum

Rerangka konseptual yang berfungsi sebagai konstitusi hanya membuat konsep-konsep umum
yang secara keseluruhan yang dianggap sebagai “konstitusi akuntansi´ di suatu negara. Sebagai
pedoman operasional, PABU akhirnya akan menjadi kriteria untuk menentukan apakah statemen
keuangan sebagai media pelaporan keuangan telah menyajikan informasi keuangan dengan baik,
benar dan jujur yang secara teknis disebut menyajikan secara wajar (present fairly). Standar
akuntansi hanya menggambarkan salah satu kriteria (meskipun utama) untuk menentukan
kewajaran. Mengapa kriteria kewajaran penyajian statemen keuangan adalah PABU bukan
Standar Akuntansi Keuangan (untuk laporan auditor di Indonesia) atau Financial Accounting
Standard (untuk laporan auditor di Amerika)? Berikut ini adalah beberapa alasan yang dapat
menjelaskan hal ini.

Pertama, tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi dapat atau telah dituangkan dalam bentuk
standar akuntansi. Kedua, bila standar akuntansi secara eksplisit dijadikan kriteria dan
dinyatakan dalam laporan auditor, dikhawatirkan terjadi bahwa kewajaran hanyalah bersifat
formal atau (teknis) bukan bersifat substantif. Ketiga, untuk mencapai kualitas informasi yang
tinggi, ukuran kewajaran harus merupakan suatu rerangka pedoman (a fremework of guidelines)
yang cukup komprehensif meliputi aspek teknis dan konseptual (substantif atau ideal).
Tiga Pengertian Penting

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat tiga istilah atau konsep penting
yang sangat berbeda maknanya yaitu prinsip akuntansi (accounting principles), standar
akuntansi (accounting standards), dan prinsip akuntansi berterima umum (generally
accepted accounting principles). Prinsip akuntansi adalah segala ideologi, gagasan, asumsi,
konsep, postulat, kaidah, prosedur, metoda, dan tekik akuntansi yang tersedia baik secara teoritis
maupun praktis yang berfungsi sebagai pengetahuan. Tersedia secara teoritis artinya prinsip
tersebut masih dalam bentuk gagasan akademik yang belum diprakktikan tetapi mempunyai
manfaat an potensi yang besar untuk diterapkan. Standar akuntansi adalah konsep, metode,
prinsip, teknik, dan lainnya yang sengaja dipilih dengan dasar rerangka konseptual oleh badan
penyusun standar (atau yang berwenang) untuk diberlakukan dalam suatu lingkungan atau
negara dan dituangkan dengan bentuk dokumen resmi demi mencapai tujuan pelaporan keuangan
negara tersebut. Stndar akuntansi detatpkan untuk mencapai pedoman utama dalam
mmeperlakukan (pendefinisian, pengukuran, pengakuhan, penilaian dan penyajian suatu objek,
elemen, atau pos pelaporan.

PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan sumber-sumber
lain yang didukung berlakunya secara resmi (yuridis), teoritis dan praktis.

Berlaku atau Berterima

Istilah berterima digunakan sebagai padan kata accepted dalam istilah generally accepted
accounting principles. Sementara itu, IM (dalam buku Standar Profesional Akuntan
Publik/SPAP) menggunakan istilah berlaku dan bahkan GAAP diterjemahkan dalam laporan
auditor menjadi “prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. “GAAP bukan sekadar
frasa tetapi sudah menjadi istilah teknis akuntansi. Oleh karena itu, pengindonesiaannya juga
harus didasarkan pada makna teknis yang melekat pada istilah tersebut.

Beberapa penyimpangan makna terjadi dalam istilah “yang berlaku umum di Indonesia.
“Pertama, penggunaan kata “yang” menjadikan istilah tersebut sebagai ungkapan atau frasa
umum dan bukan lagi istilah teknis yang generik. Misalnya pengertian “isteri saya yang cantik”
sangat berbeda dengan penegrtian “isteri cantik saya.”Penggunaan kata “yang” mempunyai
konotasi bahwa ada pasangan “yang tidak” padahal maksud generally accepted yang generik
tidak harus mempunyai komplemen atau pasangan generally accepted atau not generally
accepted.

Kedua, penambahan kata “di” untuk menunjukkan bahwa GAAP tersebut adalah bersifat atau
untuk Indonesia juga tidak tepat secara makna. Sebagai istilah teknis yang generik, penulisan
generally accepted accounting principles tidak pernah memakai huruf besar kecuali sebagai
singkatan (yaitu GAAP). GAAP memang lahir di Amerika sehingga kalau istilah tersebut tanpa
pewatas, istilah tersebut sering diasosiasi dengan GAAP Amerika (US-GAAP). Barangkali
penambahan “di” perlu terpaksa dilakukan dalam SPAP karena terlanjur terjadi kesalahan
penggunaan kata “yang” sehingga akan terjadi kejanggalan kalau digunakan istilah “prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia” yang kalau maknanya diinggriskan akan menjadi
accounting principles (that are) generally accepted in Indinesia yang menjadikan GAAP bukan
lagi sebagai satu kesatuan sitilah teknis dan generik.

Ketiga, makna yang berlaku juga berbeda dengan berterima. Berlaku mengandung makna efektif
atau secara yuridis ditetapkan padahal makna generally accepted adalah mengawasi bahwa
rerangka pedoman meliputi pula konvensi, kebiasaan, praktik yang dianggap atau disepakati
sebagai prinsip yang baik dan bermanfaat (misalnya praktik industri). Rerangka pedoman tidak
hanya berisi ketentuan-ketentuan yang diturunkan secara resmi oleh badan penyusun standar. Hal
ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh APB.

Jadi, makna yang paling tepat untuk GAAP adalah prinsip akuntansi berterima umum (PABU).
GAAP merupakan jargon penting dan strategik sehingga penerjemahannya harus benar-benar
tepat. Bila harus diberi pewatas lingkup penerapan (mislanya Indonesia) istilah yang tepat adalah
prinsip akuntansi yang berterima umum Indonesia (PABUI).

Isi PABU Sebagai Rerangka Pedoman

Telah dibahas sebelumnya bahwa kriteria kewajaran penyajian informasi dalam bentuk statemen
keuangan adalah suatu rerangka pedoman dan bukan semata-mata standar akuntansi. Rerangka
pedoman ini berisi komponen-komponen yang tersusun secara hierarkis baik atas dasar tingkat
konseptualitas maupun autoritas. Rerangka pedoman ini mengalami perkembangan sesuai
dengan perkembangan kebutuhan oraktik dan profesi.

PABU Versi APB

APB sebenarnya telah meletakkan dasar-dasar penting penyusunan dokumen yang sekarang
dikenal dengan rerangka konseptual. APB menyebutnya, sebagai Basic Concepts and
Accounting Principles Underlying Financial Statements of Business Enterprises. Dokumen ini
dapat dipandang sebagai embruo rerangka konseptual. PABU yang didefinisi APB merupakan
bagian dari dokumen tersebut.

Sebagi embrio, APB statement nomor empat memuat komponen-komponen rerangka konseptual.
Komponen karakteristik kualitatif informasi dalam rerangka konseptual FASB dicakupi oleh
tujuan akuntansi keuangan dalam APB Statement nomor empat dan disebut sebagai tujuan
kualitatif. Komponen pengukuran dan pengakuan dalam rerangka konseptual FASB dimuat
dalam prinsip mendasar (pervasif) dan operasi umum dalam APB Statement nomor empat.
Sementara itu, ciri dasar yang dikemukakan dalam APB Statement nomor empat tersebar dalam
berbagai komponen konsep versi FASB sebagai basis penalaran penjelasan, dan argumen.

Prinsip mendasar berisi prinsip tentang pengukuran dan pengakuan suatu elemen statemen
keuangan atau objek pelaporan lainnya. Mislanya, di dalam kategori ini dideskripsi secara umum
kapan suatu objek harus diukur, bagaimana menentukan unit pengukur, kapan hasil pengukuran
harus dicatat, apa kriteria pengakuan pendapatan dan biaya, dan bagaimana pendapatan
diasosiasi biaya dalam rangka menentukan laba serta dalam kondisi bagaimana penerapan
prinsip dapat dikecualikan.

Prinsip operasi umum merupakan penjabaran lebih lanjut penerapan prinsip mendasar untuk
elemen atau pos-pos statemen keuangan. Dengan kata lain, kategori ini mendeskripsi tentang
perlakuan akuntansi untuk tiap elemen atau pos pelaporan keuangan. Perlakuan akuntansi
meliputi pengertian elemen/pos, pengukuran, pengakuan, penilaian, dan penyajian elemen/pos
dalam statemen keuangan beserta pengungkapan (disclosures) yang diperlukan. Ketentuan
tentang perlakuan akuntansi biasanya dituangkan dalam bentuk standar akuntansi.
Prinsip terinci berisi pedoman teknis untuk menjalankan prinsip mendasar dan prinsip operasi
umum. Pedoman atau petunjuk teknis ini berisi teknik dan prosedur untuk mencatat,
megklasifikasi, meringkas, dan menyajikan transaksi atau kejadian finansial secara spesifik
untuk suatu perusahaan. Kategori ini melipiti persyaratan-persyaratan penyajian statemen
keuangan yang harsu diserahkan ke badan pengawas (misalnya SEC), buku pedoman akunatansi
industri (misalnya manual akuntansi pabrik gul), buletin teknis yang dikeluarkan profesi, prinsip-
prinsip atau teknis-teknis akuntansi yang dibahas dalam buku teks kuntansi, dan prinsip-prinsip
dari sumber yang tidak secara khsuus ditentukan dalam standar akuntansi. Karena landasan
konseptual melandasi penurunan atau penjabaran GAAP seluruh komponen sebenarnya
membentuk GAAP dalam membentuk GAAP dalam bentuk luas. Bagian atas dapat disebut
sebagai landasan konseptul dan GAAP disebut landasan operasional atau praktik.

PABU Versi RUBIN

Dari apa yag dibahas teratas, dapat disimplkan bawwa PABU bukan merupakan satu
buku/dokumen tetapi lebih merupakan rerangka pedoman yang terdiri atas berbagai sumber
dengan berbagai tingkat keautoritatifan yang membentuk suatu hierarki tersebut dengan suatu
bentuk bangunan rumah (The House of GAAP).

PABU Versi SAS No. 69

Rerangka pedoman PABU versi Rubin hanya ditujukan untuk entitas non kepemerintahan
sebagaimana tertuang dalam SAS nomor 43. Telah disebutkan sebelumnya bahwa entitas bisnis
(khususnya swasta) dan entitas nonbisnis atau nonlaba keduanya diacu sebagai entitas
nonkepemerintahan sebagai pasangan entitas kepemerintahan. Karena tujuan, karakteristik, dan
juridiksi operasi entitas kepemerintahan yang berbeda, diperlukanlah pelaporan keuangan yang
berbeda pula. Untuk itu, dibentuklah Governmental Accounting Standards Boards (GASB) yang
bertanggungjawab untuk menentuka PABU (terutama standar akuntansi) untuk entitas
kepemerintahan. Dengan kata lain, entitas nonkepemerintahan berada di bawah juridiksi
(lingkup/ kekuasaan hukum) FASB dan entitas kepemerintahan di bawah juridiksi GASB.
Dengan adanya dua badan penysuun standar tersebut, lingkup GAAP sbegai rerangka pedoman
perlu direvisi dan diperluas. SAS nomor 43 belum memisahkan sumber-sumber prinsip yang
berlaku bagi entitas non kepemerintahan dan kepemerintahan. Pengumuman resmi dari FASB
dapat mempunyai kekuatan untuk memengaruhi atau mengubah GAAP entitas kepemerintahan
kecuali kalau GASB menegasinya (mengeluarkan apa yang sering disebut “negative standards”).
Hal ini sangat merepotkan GASB dan membingungkan para praktis yang berkecimpung dalam
entitas kepemerintahan..

Untuk mengatasi hal di atas. Financial Accounting Foundation (FAF), yaitu badan yang
membawahkan FASB dan GASB, meminta untuk mengubah hierarki GAAP sehingga FASB dan
GASB masing-masing mempunyai tanggungjawab utama dalam penyusunan standar untuk
entitas yang berada di bawah jurisdiksinya. Dengan pemisahan tanggung jawab ini, suatu entitas
yang berada di bawah juridiksi GASB tidak harus mengubah prinsip eplaporannya sebagai akibat
dari standar yang dikeluarkan oleh badan yang lain (FASB), demikian pula sebaliknya. Tuntutan
ini melahirkan SAS nomor 69 (pengganti SAS nomor 43) yang mendeskripsi GAAP sebagai dua
hierarki paralel, satu untuk entitas nonkepemerintahan dan yang lain untuk entitas
kepemerintahan.

Dengan demikian, laporan auditor independen akan tetap menggunakan frasa “generally
accepted accounting principles” dalam paragraf opiinya tanpa pewatas ataupun penejlasan untuk
membedakan laporan auditor untuk entitas kepemerintahan dan nonkepemerintahan.

PABU Versi SPAP

Standar profeisonal akuntan publik (SPAP) disusun dari dua sumber yaitu AICPA, SAS, dan
IFA. Rerangka pedoman PABU Inddonesia secara struktural diadopsi sumber pertama yaitu AU
S 411 yang berasal dari SAS nomor 69 tetapi hanya diambil untuk entitas nonkepemerintahan
(bisnis dan nonbisnis). Rerangka ini mungkin tidak berlaku lagi atau berubah kalau profesi di
Indonesia mengadopsi secara penuh standar akuntansi internasional. Jadi adopsi ini sebenarnya
belum lengkap karena belum memasukkan sumber-sumber pedoman untuk organisasi
kepemerintahan. IAI sebenarnya sudah dilengkapi dengan kompartemen akuntansi sektor publik
yang berkepentingan dengan penentuan rerangka konseptual dan standar akuntansi untuk entitas
sektor publik. Dengan rerangka pedoman diatas, makna PABU hanya dibatasi untuk entitas
nonkepemerintahan sehingga ukuran kewajaran penyajian statemen keuangan untuk entitas
kepemerintahan belum jelas. Artinya, belum jelas apakah frasa “menyajikan secara wajar...
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum Indonesia” masih dapat dipakai.

Pedoman tingkat 1 telah dilayani oleh IAI dalam bentuk pengumuman resmi berupa Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK)
yang dikodifikasi dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Isi dan bentuk penerbitan untuk
pedoman tingkat dua dan tiga dapat dijelaskan sebagai berikut:

Buletin Teknis. Karena standar hanya memuat ketentuan-ketentuan pokok, hal-hal yang bersifat
teknis pencatatan biasanya diserahkan kepada praktisi untuk menentukan sendiri berdasarkan
pertimbangan profesionalnya. Buletin ini dapat berisi petunjuk teknis yang diberikan oleh
penyusun standar atau badan autoritatif lainnya (yang beranggotakan ahli akuntansi) untuk
tujuan menajwab pertanyaan dari praktisi atau untuk tujuan memberi contoh pelaksanaan teknis
yang dianggap bermanfaat. Penerbitan IAI berupa buletin teknis sampai saat ini belum ada
tampaknya hal ini sudah diantisipasi dalam rerangka PABU di atas.

Peraturan Pemerintah. Banyak peraturan pemerintah yang memengaruhi atau bahkan harus
dijalankan dalam kaitannya dalam penyusunan lapran keuangan dan penyampaian informasi
suatu industri tertentu. Misalnya, peraturan pemerintah mengenai BUMN, asuransi dan
perbankan, Kepres tentang pelaksanaan pemerintah. Karena harus dipenuhi dalam pelaporan
keuangan, sumber-sumber tersebut jelas merupakan bagian dari rerangka pedoman. Hal ini
relevan hnaya bila rerangka PABU di atas mencakupi entitas kepemerintahan. Bila SAS nomor
69 diadopsi secara penuh, sumber ini akan dimasukkan dalam kelompok state and local
governments.

Pedoman/Praktik Akuntansi Industri. Karena kebutuhan atau karena kepraktisan, dalam industri
tertentu berkembang praktik akuntansi yang banyak digunakan, dalam industri tersebut. Untuk
kepentingan tertentu, badan yang berwenang dalam suatu industri tidak jarang mengeluarkan
pedoman akuntansi tertentu yang khusus berlaku dalam industri tersebut. Karena pedoman
tersebut berlaku umum dalam industri dan sudah dikenal secara luas maka sumber ini jelas
merupakan bagian dari kerangka kerja PABU. Mislanya saja pedoman akuntansi untuk industri
pabrik gula, pedoman akuntansi untuk industri perbankan, dan pedoman akuntansi untuk suatu
unit pemerintah (daerah).
Simpulan Riset Akuntansi. Temuan para ahli mengenai perlakuan akuntansi yang d perlakuan
akuntansi yang dianggap baik dan informatif dapat dijadikan basis untuk mengungkapkan
informasi keuangan dan dapat dijadikan basis untuk mengungkapkan informasi keuangan dan
dapat diajdikan basis untuk menentukan kelayakan perlakuan akuntansi tertentu yang mungkin
kejadiannya sangat khusus. Sumber ini juga menjadi bagian dari kerangka kerja PABUI. Tentu
sjaa auditor hanya menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan kelayakan
perlakuan yang disarankan dalam sumber ini terhadap kondisi yang dihadapinya.

Praktik Akuntansi Yang Sehat. Praktik, konvensi dan kebiasaan akuntansi/ pelaporan yang
dianggap baik dan sehat dapat juga dijadikan acuan untuk menentukan kelayakan perlakuan
akuntansi tertentu. Sumber lain. Dlam hal kejadian yang sangat khusus atau yang masih baru
dalam dunia akuntansi (misalnya masalah off-balance sheet financing) yang perlakuannya tidak
dapat dicari dalam berbagai sumber sebelumnya, akuntan dapat mendasarkan diri pada prinsip-
prinsip akuntansi (termasuk metode dan teknik) yang dibahas dalam buku teks atau yang
disarnkan para ahli dalam artikel ilmiah atau akademik. Tentu saja kelayakan perlakuan harus
dinilai atas dasar rerangka konseptual dan dipertimbangkan secara profesional.

Pedoman Tentang Apa?

Sebagai rerangka pedoman, PABU menetapkan pedoman untuk memperlakukan suatu objek
yang harus dilaporkan yang menyangkut hal-hal berikut ini.

Definisi

PABU memberi batasan atau definisi beragai elemen, pos, atau objek statemen keuangan atau
istilah yang digunakan dalam pelaporan keuangan agar tidak terjadi kesalahan klasifikasi oleh
penyusun dan kesalahan interpretasi oleh pemakai. Definisi akan sangat kritis untuk elemen atau
pos statemen keuangan. Batasan tersebut diperlukan karena laporan keuangan banyak istilah atau
nama-nama yang digunakan sehrai-hari yang sudah terlanjur mempunyai arti umum. Hal ini
sering menimbulkan salah arti di pihakpemakai karena pemakai cenderung mengartikan istilah
dengan pengertian umum yang acapkali berbeda dengan arti yang dimaksudkan dalam laporan
keuangan.

Pengukuran/penilaian
Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus didekatkan pada suatu objek yang
terlibat dalam suatu transaksi keuangan. Jumlah rupiah ini akan dicatat untuk dijadikan data
dasar dalam penyusunan statemen keuangan. Pengukuran lebih berhubungan dengan masalah
penentuan jumlah rupiah (kos) yang dicatat pertama kali pada saat suatu transaksi terjadi.
Berkaitan dengan hal ini misalnya adalah bahwa kos aset tetap adalah semua pengeluaran dalam
rangka memperoleh aset ettap tersebut sampai siap digunakan. Pengukuran sering pula disebut
penilaian. Akan tetapi, penilaian lebih ditujukan untuk penentuan jumlah rupiah yang harus
diletakkan pada suatu elemen atau pos pada saat dilaporkan dalam statemen keuangan. Penilaian
berkaitan dengan masalah apakah misalnya sediaan dilaporkan sebesar kos atau harga pasar.
Teori akuntansi menawarkan beberapa pendekatan penilaian antara lain: kos historis, kos
penggantai, kos likuidasi, harga masukan, harga keluaran, dan daya beli konstan yang akan
dibhas di bab lain dalam buku ini.

Pengakuan

Pengakuan adalah pencatatn suatu jumlah rupiah (kos) ke dalam sistem akuntansi sehingga
jumlah tersebut akan memengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam lapran keuangan. Jadi,
pengakuan berhubungan dengan masalah apakah suatu transaksi dicatat (dijurnal) atau tidak.
PABU memberi pedoman tentang pengakuan ini dengan menetapkan beberapa kriteria
pengakuan agar suatu jumlah rupiah (kos) suatu objek transaksi dapat diakui serta saat
pengakuannya. Mislanya, PABU (dalam rerangka konseptual) memberi pedoman tentang kriteria
yang harus dipenuhi untuk mengakui pendapatan atau biaya.

Penyajian dan Pengungkapan

Penyajian menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos dalam seperangkat
statemen keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif. Pengungkapan berkaitan
dengan cara pembebaran atau penjelasan hal-hal informatif yang dianggap penting dan
bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui statemen keuangan utama.
Standar akuntansi biasanya memuat ketentuan tentang apakah suatu informasi atau objek harus
disajikan secara terpisah dari statemen utama, apakah suatu informais harus digabung dengan
pos statemen yang lain, apakah suatu pos perlu dirinci, atau apakah suatu informasi cukup
disajikan dalam suatu catatan kaki.
Autoritas Rerangka Konseptual

Rerangka pedoman PABU versi Rubin dan SAS No.69 menempatkan rerangka konseptual pada
tingkat yang paling tidak autoritatif yaitu di tingkat 4 kanan dalam Rubin dan di hierarki (e)
dalam SAS No. 69. Secara teoritis, rerangka konseptual mestinya menjadi landasan rerangka
PABU tersebut. Karena rerangka konseptual dirancang untuk perbaikan masa depan,
penyusunannya tidak memperhatikan standar akuntansi yang telah diberlakukan. Jadi dapat
diantisipasi bahwa akan banyak standar akuntansi yang tidak sesuai dengan diberlakukannya
rerangka konseptual.

Anda mungkin juga menyukai