Anda di halaman 1dari 18

FUNGI

A. KARAKTERISTIK FUNGI
Fungi (jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak
dengan tidak memiliki klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang tersusun atas
kitin. Karena sifat-sifatnya tersebut dalam klasifikasi makhluk hidup, Jamur
dipisahkan dalam kingdom nya tesendiri,ia tidak termasuk dalam kindom
protista,monera, maupun plantae. Karena tidak berklorofil, jamur temasuk ke
dalam makhluk hidup heterotof (memperoleh makanan dari organisme lainnya),
dalam hal ini jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang
ada di lingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit (hidup dengan
menguai sampah oganik seperti bankai menjadi bahan anoganik). Ada juga jamur
yang hidup secara parasit (memperoleh bahan organik dari inangnya), adapula
yang hidup dengan simbiosis mutualisme (yaitu hidup dengan organisme lain agar
sama-sama mendapatkan untung).
 Ciri-ciri jamur yaitu;
1.  Eukariotik yang memiliki dinding sel
2.  Tidak memiliki klorofil
3.  Makanannya berupa bahan organik yang diperoleh dari lingkungannya, baik dari
mahkluk hidup lain atau dari sisa mahkluk hidup
4.   Dinding sel tersusun dari kitin
5.  Beberapa memiliki zat warna, seperti Amanita muscaria
6.   Jamur multiseluler memiliki sel-sel memanjang berupa benang-benang (hifa)
7.  Hifa pada jenis jamur tertentu memiliki sekat antar-sel yang disebut septum
8.  Hifa tanpa sekat : Hifa senositik
9.  Hifa jamur bercabang-cabang dan berjalin membentuk miselium
10. Miselium vegetatif : Menyerap makanan
11. Miselium generatif : Alat reproduksi, menghasilkan spora
12.  Melakukan pencernaan secara ekstraseluler atau di luar tubuh jamur
13.  Bersifat heterotrof
Gambar 1.1 Fungi
 Berdasarkan cara memperoleh makanannya :
1.    Saprofit : Memperoleh zat organik dari sisa-sisa organisme mati dan bahan tak
hidup. Sebagai pengurai (dekomposer) utama
2.     Parasit : Memperoleh zat organik dari organisme hidup lain. Merugikan organisme
inangnya karena dapat menyebabkan penyakit
3.   Simbiosis mutualisme : Hidup saling menguntungkan dengan organisme lain.
Contohnya : Jamur bersimbiosis dengan ganggang hijau biru membentuk lumut
kerak dan jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman tingkat tinggi membentuk
mikoriza
 Habitatnya :
1.  Tempat basah/lembab di daratan
2.  Organisme/sisa-sisa organisme di laut/air tawar
3.  Lingkungan asam
4.  Konsentrasi gula tinggi
 Reproduksi aseksual :
1.   Pembentukan kuncup/tunas pada jamur uniseluler
2.   Pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) pada jamur uniseluler
3.   Pembentukan spora aseksual (spora vegetatif) pada jamur multiseluler. Spora aseksual
berupa :
a. Sporangiospora : Dihasilkan dari pembelahan mitosis sel dalam kotak spora
(sporangium) yang terdapat pada ujung sporangiofor (struktur yang mendudukung
sporangiofor)
b. Konidiospora : Dihasilkan dari pembelahan mitosis sel pada ujung konidiofor
(penudukung konidia)
 Reproduksi seksual : Pembentukan spora seksual yang dihasilkan secara singami
(penyatuan sel/hifa yang berbeda jenis)

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN FUNGI


Pada umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh faktor substrat, kelembapan,
suhu, derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa-senyawa kimia dilingkungannya.
a.       Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru dapat
dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraseluler yang dapat
mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa
yang lebih sederhana. Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai komposisi
subtrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan nutrien-nutrien dalam substrat
tersebut.
b.      Kelembapan
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi tingkat
rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan kelembapan nisbi
90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium, banyak Hyphomycetes
lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang lebih rendah, yaitu 80%. Dengan
mengetahui sifat-sifat fungi ini penyimpanan bahan pangan dan materi lainnya dapat
mencegah kerusakannya.
c.       Suhu
Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan, fungi dapat
dikelompokkan sebagai fungi psikrofil, mesofil, dan termofil. Secara umum
pertumbuhan untuk kebanyakan fungi adalah sekitar 25 – 30 0C. Beberapa jenis fungi
bersifat psikrotrofik yakni dapat tumbuh baik pada suhu lemari es dan ada fungi yang
masih bisa tumbuh secara lambat pada suhu dibawah suhu pembekuan, misalnya -5 0C
sampai -10 0C. Selain itu, ada jamur yang bersifat termofilik yakni mampu tumbuh pada
suhu tinggi.km Mengetahui kisaran suhu pertumbuhan suatu fungi adalah sangat
penting, terutama bila isolat-isolat tertentu atau termotoleran dapat memberikan produk
yang optimal meskipun terjadi peningkatan suhu, karena metabolisme funginya.
d.      Derajat keasaman (pH)
pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi , karena enzim-enzim
tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu.
Umumnya fungi menyenangi pH dibawah 7,0. Namun beberapa jenis khamir tertentu
bahkan dapat tumbuh pada pH yang cukup rendah, yaitu pH 4,5 – 5,5.
e.       Senyawa kimia
Selama pertumbuhannya fungi menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
diperlukannya lagi dan dikeluarkan ke lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut
merupakan suatu pengamanan bagi dirinya terhadap serangan oleh organisme lain
termasuk terhadap sesama mikroorganisme.
f.       Waluyo (2005) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi
adalah komponen penghambat. Beberapa jamur mengeluarkan komponen yang dapat
menghambat pertumbuhan organisme lain. Pertumbuhan jamur biasanya berjalan lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri. Tetapi bila sesekali jamur bisa tumbuh,
dimana pertumbuhannya ditandai dengan misellium maka pertumbuhannya akan
berlangsung sengan cepat.
Fungi berkembang biak baik secara aseksual misalnya dengan cara pembelahan,
pembentukan kuncup atau pembentukan spora maupun secara seksual yaitu dengan peleburan
dari dua sel induk. Faktor lingkungan sangat menetukan struktur reproduksi apa yang akan
dibentuk fungi dan untuk tujuan apakah struktur reproduksi seksual atau struktur reproduksi
aseksual. Sampai sekarang diketahui bahwa banyak spesies fungi yang hanya bereproduksi
secara aseksual (fase anamorf). Akan tetapi perkembangan ilmu pengetahuan berhasil
menemukan fase seksual (fase teleomof) pada sejumlah fungi sebelumnya.
C. KLASIFIKASI
1. Zygomycota

Gambar 3.1 Zygomycota


Zygomycota adalah jamur yang menggunakan zigosporangium sebagai alat
reproduksi seksual dan zigospora sebagai hasil reproduksi seksual. Selain itu, zygomycota
juga dapat melakukan reproduksi aseksual dengan fragmentasi miselium atau spora aseksual
(spora vegetatif) yang dihasilkan oleh sporangium. Ciri-ciri zygomycota:
1. Memiliki hifa soenositik (bersekat dan tidak bersekat)
2. Alat reproduksi seksual berupa zigosporangium
3. Membentuk zigospora
4. Dinding sel tersusun dari zat kitin
5. Hidup saprofit
6. Miselium bercabang banyak
7. Mempunyai haustoria
8. Tidak memiliki zoospora
9. Spora berupa sel-sel berdinding

2. Ascomycota

Gambar 1.2 Ascomycota

Ascomycota adalah jamur yang berkembang biak dengan membentuk spora di dalam
selnya  yang disebut askus. Askus berbentuk seperti kantung kecil. Alat reproduksi aseksual
berupa hifa. Berikut adalah ciri-ciri ascomycota:
1. Hifa bersekat
2. Alat reproduksi seksual berupa askus
3. Umumnya hidup saprofit
4. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan pembentukan konidium,
fragmentasi, dan pertunasan
5. Memiliki banyak inti sel
6. Sebagian besar multiseluler
7. Spora tidak berflagela
8. Bentuk tubuh seperti mangkuk
3. Basidiomycota

Gambar 3.3 Basidiomycota

Basidiomycota adalah jamur yang bereproduksi aseksual dengan membentuk spora di


atas sel yang disebut basidium. Reproduksi seksual dilakukan dengan membentuk spora
konidia. Berikut adalah ciri-ciri basidiomycota:
1. Hifa bersekat
2. Multiseluler
3. Vegetatifnya memiliki satu inti haploid
4. Memiliki basidiokarp
5. Badan buah berbentuk seperti payung atau kuping
6. Umumnya hidup saprofit
7. Beberapa jenis dapat dijadikan sumber makanan
4. Deuteromycetes

Gambar 3.4 Deutromycetes


Deuteromycetes/deuteromycota/deuteromycotina adalah jamur yang belum diketahui
proses reproduksi seksualnya. Reproduksi aseksual dilakukan dengan konidia. Berikut adalah
ciri-ciri deuteromycota:
1. Hifa bersekat
2. Reproduksi aseksual dengan konidia
3. Dinding sel terbuat dari zat kitin
5. Chytridiomycota

Gambar 3.5 Chytridiomycota

Chytridiomycota adalah jamur yang bereproduksi dengan zoospora. Divisi ini sering
disebut sebagai peralihan antara protista dan fungi. Chytridiomycota dinyatakan termasuk ke
dalam kingdom fungi setelah membandingkan susunan DNA pada divisi terseb. Berikut
adalah ciri-ciri chytridiomycota:
1. Sebagian besar hidup di air
2. Beberapa bersifat saprofitik
3. Bersifat parasit pada invertebrata di air
4. Mendapatkan nutrisi dengan cara absorpsi
5. Dinding sel tersusun atas senyawa chitin
6. Memiliki hifa senositik
7. Bereproduksi dengan membentuk zoospora berflagel

D. CONTOH-CONTOH SPESIES
ZYGOMYCOTINA
1 Rhizopus oryzae membuat tempe
2 Mucor mucedo Di kotoran ternak
3 Rhizopus nigricans asam fumarat, pemasak buah
4 Rhizopus nodusus Menghasilkan asam laktat
5 Plasmopora viticola Parasit pada anggur
ASCOMYCOTINA
1 Saccaharomyces cerevisiae membuat bir /wine
2 Saccaharomyces ovale membuat tape
3 Saccaharomyces sake membuat sake
4 Penicillium notatum antibiotik pinisilin
5 Penicillium chryzogenum antibiotik pinisilin
7 Penicillium camemberti mengharumkan keju
8 Penicillium roquerforti mengharumkan keju
9 Aspergillus flavus beracun (alfatoksin)
10 Aspergillus fumigatus parasit paru-paru burung
11 Aspergillus oryzae membuat tape
12 Aspergillus wentii membuat kecap
13 Aspergillus nidulans Automikosis/di telinga
14 Laboulbenia parasit pada serangga
15 Claviseps purpurea bahan obat-obatan
16 Reosellina arcuata hidup di potongan akar
17 Nectria cinabarina parasit pada kayu manis
18 Neurospora sitophila membuat oncom
BASIDIOMICOTINA
1 Puccinia graminis parasit rumput-rumputan
2 Ustilago vireus parasit pada padi
3 Ustilago maydis parasit pada jagung
4 Volvariella volvacea jamur merang. enak dimakan
5 Auricularia polytrica jamur kuping, enak dimakan
6 Amanita phalloides racun falin merusak darah
7 Ustilago compestris jamur kaleng
8 Amanita muscaria racun muskarin, bunuh lalat
9 Pleurotes jamur tiram enak dimakan
10 Exobasidium vexans parasit pada tanaman the
11 Corticium salmonella jamur upas, parasit karet
DEUTEROMICOTINA
1 Helminthosprium oryzae parasit pada padi
2 Sclerotium rolfsii parasit pada bawang merah
3 Monila sitophila jamur oncom, dimakan
4 Tinea versicolor Penyakit panu
5 Epidermophyton parasit pada jari kaki
floocossum
6 Verticillium penyebab layu pada bibit
7 Curvularia parasit pada
LICHENES (LUMUT KERAK)
1 Krustos( seperti kerak) Physcia
2 Folios (seperti daun) Umbillicaria, Parmelia
3 Fruktikos (menggantung) Usnea longissima
OOMICOTINA
1 Phytium penyakit rebah semai.
2 Phythophthora infestan parasit tanamankentang
3 Phythophthora faberi Parasit tanaman karet
4 Phythophthora nicotiana Parasit tembakau
5 Phythophthorapalmifora Parasit pada kelapa
6 Saprolegnia parasit pada ikan
7 Albugo parasit tanamanbudidaya
8 Pneumonia carinii penyakit pneumonia
9 Candida sp keputihan dan sariawan

E. PERANAN FUNGI
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara
lain sebagai berikut.
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein tinggi.
b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu dalam pembuatan
tempe dan oncom.
c. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri keju, roti, dan bir.
d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
e. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.
Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai
peranan yang merugikan, antara lain sebagai berikut.
a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
b. Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman kentang.
c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.
d. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru manusia.
f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.

PROTOZOA
A. KARAKTERISTIK PROTOZOA
Protozoa merupakan jenis protista yang menyerupai hewan. Protozoa berasal
dari bahasa Yunani, yaitu proto yang berarti pertama dan zoa yang berarti hewan. Sifat
umum protozoa adalah uniselluler, heterotrofik, dan merupakan cikal bakal hewan yang
lebih kompleks.
 Ukuran dan bentuk tubuh
Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 10 – 200 µm. Bentuk selnya
sangat bervariasi, ada yang tetap dan ada yang berubah-ubah. Sebagian besar
protozoa memiliki alat gerak berupa kaki semu (pseudopodia), bulu getar (silia), atau
bulu cambuk (flagellum). Beberapa protozoa memiliki cangkang.
 Struktur dan Fungsi Tubuh
Sel protozoa tidak memiliki sel dan terdiri dari membrane sel, sitoplasma,
vakuola makanan, vakuola kontraktil (vakuola berdenyut), dan inti sel. Membran Sel
berfungsisebagai pelindung serta pengatur pertukaran makanan dan gas. Vakuola
Makanan berfungsi : untuk mencerna makanan. Vakuola makanan terbentuk dari
proses makan sel atau sel dengan cara ‘menelan’ oleh setiap bagian membrane sel
atau melalui sitostoma (mulut sel). Zat-zat makanan hasil cernaan dalam vakuola
makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi. Sedangkan sisa makanan
dikeluarkan dari vakuola ke luar sel melalui membrane plasma. Vakuola Kontraktil
Fungsi : mengeluarkan sisa makanan berbentuk cair ke luar sel melalui membrane sel
serta mengatur kadar air dalam sel. Vakuola kontraktil merupakan vakuola yang selalu
mengembang dan mengempis. Inti Sel berfungsi untuk mengatur aktivitas sel
 CARA HIDUP
Protozoa hidup secara heterotrof dengan memangsa bakteri, protista lain, dan
sampah organisme. Sebagai pemangsa bakteri, protozoa berperan penting dalam
mengontrol jumlah bakteri di alam.
 HABITAT
Protozoa hidup soliter atau berkoloni pada habitat yang beragam. Sebagian
besar protozoa hidup bebas di laut atau air tawar, misalnya di selokan, kolam, dan
sungai. Jenis lainnya ada yang hidup di tanah. Beberapa jenis protozoa hidup dalam
tubuh hewan atau manusia dengan cara bersimbiosis.

 REPRODUKSI
Protozoa sebagian besar melakukan reproduksi secara aseksual dengan cara
pembelahan biner. Pembelahan diawali deangan pembelahan inti yang diikuti
dengan pembelahan sitoplasma. Sebagian protozoa melakukan reproduksi seksual
dengan penyatuan sel geaneratif (gamet) atau dengan penyatuan inti sel vegetatif.
Reproduksi seksual dengan penyatuan inti sel disebut konyugasi.
Dalam siklus hidupnya, beberapa protozoa menghasilkan sel tidak aktif yang
disebut kista. Kista diselubungi oleh kapsul polisakarida yang melindungi protozoa
dari lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya kekeringan. Jika kondisi
lingkungan membaik, misalnya tersedia makanan dan air maka dinding kista akan
pecah dan protozoa keluar untuk memulai hidupnya kembali.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN PROTOZOA


1. Suhu
Masing-masing mikrobia memerlukan suhu tertentu untuk hidupnya. Suhu
pertumbuhan suatu mikrobia dapat di bedakan dalam suhu minimum, optimum dan
maksimum. Berdasarkan atas perbedaan suhu pertumbuhannya dapat di bedakan
mikrobia yang psikhrofil, mesofil, dan termofil. Untuk tujuan tertentu suatu mikrobia
perlu di tentukan titik kematian termal (Thermal Death Point) dan waktu kematian termal
(Thermal Death Time) nya. Daya tahan terhadap suhu itu tidak sama bagi tiap-tiap
spesies. Ada spesies yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam
cairan medium pada suhu 60°C, sebaliknya, bakteri yang membentuk spora seperti genus
Bacillus dan Clostridium itu tetap hidup setelah di panasi dengan uap 100°C atau lebih
selama kira-kira setengah jam. Untuk sterilisali, maka syaratnya untuk membunuh setiap
spesies untuk membunuh setiap spesies bakteri ialah pemanasan selama 15 menit dengan
tekanan 15 pound serta suhu 121°C di dalam autoklaf. Mengenai pengaruh suhu terhadap
kegiatan fisiologi, maka seperti halnya dengan mahluk-mahluk lain, mikrooganisme pun
dapat bertahan di dalam suatu batas-batas suhu tertentu. Batas-batas itu ialah suhu
minimum dan suhu maksimum, sedang suhu yang paling baik bagi kegiatan hidup itu
disebut suhu optimum. Berdasarkan itu adalah tiga golongan bakteri, yaitu:
 Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri yang tumbuh dengan baik sekali pada
suhu setinggi 55° sampai 65°C, meskipun bakteri ini juga dapat berbiak pada suhu
lebih rendah atau lebih tinggi daripada itu, yaitu dengan batas-batas 40°C sampai
80°C. Golongan ini terutama terdapat didalam sumber air panas dan tempat-tempat
lain yang bersuhu lebih tinggi dari 55°C.
 Bakteri mesofil (mesotermik), yaitu bakteri yang hidup baik di antara 5° dan 60°C,
sedang suhu optimumnya ialah antara 25° sampai 40°C, minimum 15°C dan
maksimum di sekitar 55°C. Umumnya hidup di dalam alat pencernaan, kadang-
kadang ada juga yang dapat hidup dengan baik pada suhu 40°C atau lebih.
 Bakteri psikrofil (oligotermik), yaitu bakteri yang dapat hidup di antara 0° sampai
30°C, sedang suhu optimumnya antara 10° sampai 20°C. Kebanyakan dari golongan
ini tumbuh di tempat-tempat dingin baik di daratan ataupun di lautan.
2. pH
Mikrobia dapat tumbuh baik pada daerah pH tertentu, misalnya untuk bakteri pada
pH 6,5 – 7,5; khamir pada pH 4,0 – 4,5 sedangkan jamur dan aktinomisetes pada daerah
pH yang luas. Setiap mikrobia mempunyai pH minimum, optimum dan maksimum untuk
pertumbuhanya. Berdasarkan atas perbedaan daerah pH untuk pertumbuhanya dapat
dibedakan mikrobia yang asidofil, mesofil ( neutrofil ) dan alkalofil. Untuk menahan
perubahan dalam medium sering ditambahkan larutan bufer. pH optimum pertumbuhan
bagi kebanyakan bakteri antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam
keadaan sangat masam atau sangat alkalin, bila bakteri di kuitivasi di dalam suatu
medium yang mula-mula disesuaikan pHnya misal 7 maka mungkin pH ini akan berubah
sebagai akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama
pertumbuhannya. Pergesaran pH ini dapat sedemikian besar sehingga mengahambat
pertumbuhan seterusnya organisme itu. Pergeseran pH dapat dapat dicegah dengan
menggunakan larutan penyangga dalam medium, larutan penyangga adalah senyawa atau
pasangan senyawa yang dapat menahan perubahan pH.
3. Pengaruh Oksigen
Mikrobia dapat dibedakan atas 3 kelompok berdasarkan kebutuhan oksigen yaitu,
mikrobia bersifat aerobik, anaerobik, dan anaerobic fakultatif. Kapang dan khamir pada
umumnya bersifat aerobic sedangkan bakteri bersifat aerobic dan anaerobic. Dalam suatu
proses fermentasi yang menggunakan mikrobia aerobic, maka aerasi selama proses
fermentasi sangat berpengaruh terhadap produk akhir yang dihasilkan.
4. Kelembaban
Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85°C, sedangkan
untuk jamur dan aktinomises diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80°C. Kadar
air bebas didalam lautan (aw) merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air
larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk
bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 – 0,999 sedangkan untuk bakteri halofilik
mendekati 0,75. Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering
untuk waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, klamidospora
dan kista. Seperti halnya dalam pembekuan, proses pengeringan protoplasma,
menyebabkan kegiatan metaobolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan-lahan
menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya
dengan naiknya kadar zat terlarut.
4. Tekanan osmosis
Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan yang
hipertonis. Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa. Didalam larutan yang
hipotonis sel mengalami plasmoptisa yang dapat di ikuti pecahnya sel. Beberapa
mikrobia dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada
larutanya dapat dibedakan jasad osmofil dan halofil atau halodurik. Medium yang paling
cocok bagi kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika
bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri
akan mengalami plasmolisis. Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah
benar menyebabkan terjadinya plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di
dalam air suling akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri,
dengan kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka
pembuatan suspense bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak kena, yang
digunakan seharusnyalah medium cair.Jika perubahan nilai osmosis larutan medium
tidak terjadi sekonyongkonyong, akan tetapi perlahan-lahan sebagai akibat dari
penguapan air, maka bakteri dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi plasmolisis
secara mendadak.
5. Senyawa toksik
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada
kadar sangat rendah akan bersifat toksis terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam
berat dapat bereaksi dengan gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar
rendah disebut daya ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida, nitrat dan benzoat
mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroorganisme. Karena adanya perbedaan sifat
fisiologi yang besar pada masing-masing mikroorganisme maka sifat meracun dari anion
tadi juga berbeda-beda. Sifat meracun alakali juga berbeda-beda, tergantung pada jenis
logamnya. Ada beberapa senyawa asam organik seperti asam benzoat, asetat dan sorbet
dapat digunakan sebagai zat pengawet didalam industry bahan makanan. Sifat meracun
ini bukan disebabkan karena nilai pH, tetapi merupakan akibat langsung dari molekul
asam organik tersebut terhadap gugusan didalam sel.
6. Pengaruh konsentrasi substrat (nutrient) terhadap pertumbuhan
Konsentrasi substrat dalam suatu medium dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan populasi mikrobia dan perolehan sel total dari suatu kultur mikrobia. Pada
konsentrasi substrat yang amat minim, maka laju pertumbuhan mikrobia secara
proposional akan menurun. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kecepatan
pertumbuhan, menikuti konsep pada kinetika enzim yaitu tentang pengaruh konsentrasi
substrat terhadap kecepatan reaksi enzimatis.

C. KLASIFIKASI PROTOZOA

Gambar 3.1 Protozoa

Berdasarkan struktur tubuh dan alat geraknya, phylum Protozoa dikelompokkan


menjadi empat classis, yaitu Rhizopoda (Sarcodina), Flagellata (Mastigophora), Ciliata
(Infusoria), dan Sporozoa.
a. Rhizopoda
Kata Rhizopoda berasal dari kata rhiza yang berarti akar dan podos yang berarti
kaki. Ciri khas Rhizopoda, yang sering disebut juga Sarcodina, adalah alat geraknya yang
berupa kaki semu (pseudopodia). Kaki semu terbentuk karena adanya aliran sitoplasma,
sebagai akibat perubahan sitoplasma dari fase cair (sol) ke fase kental (gel). Gerak yang
ditimbulkannya disebut gerak amoeboid. Contoh Rhizopoda yang terkenal adalah
Amoeba proteus yang umum ditemukan di perairan tawar.
Pada saat mengambil makanan, Amoeba akan menjulurkan pseudopodianya untuk
mengelilingi makanan, kemudian proses fagositosis pun terjadi. Makanan yang telah
ditelan Amoeba akan dicerna oleh vakuola makanan. Di dalam sitoplasmanya terdapat
vakuola kontraktil yang berguna untuk mengeluarkan sisa makanan dan mengatur kadar
air dalam tubuhnya. Contoh jenis Rhizopoda yang lain adalah Foraminifera, Entamoeba,
Arcella, Difflugia, dan Radiolaria.
Forominifera berasal dari kata foramen yang berarti lubang. Jenis ini mempunyai
pseudopodia yang cukup panjang. Sebagian besar hidup di laut dengan tubuh terlindungi
oleh kerangka luar yang tersusun atas kalsium karbonat (CaCO 3). Kerangka luar yang
telah kosong dan terendam di dasar laut selama jutaan tahun akan membentuk lapisan
tanah hitam yang disebut tanah globigerina.
Radiolaria hidup berlimpah di Lautan Hindia dan Lautan Pasifik. Tubuhnya
memiliki kerangka yang tersusun atas zat kersik atau zat kapur. Endapan kerangka
luarnya membentuk lapisan tanah radiolaria.
Arcella dan Difflugia hidup di air tawar. Bentuk tubuh Arcella seperti mangkok
terbalik, sedangkan Difflugia mirip vas bunga bulat terbalik. Tubuh Arcella terbungkus
cangkang yang tersusun atas zat kitin. Adapun tubuh Difflugia biasanya tertutup pasir
karena tubuhnya menghasilkan cairan lengket.
Contoh jenis Entamoeba adalah E.dysentriae (penyebab penyakit disentri), E.
histolitica (penyebab penyakit amubosis), dan E. gingivalis (mikroba yang membusukan
makanan di sela-sela gigi sehingga merusak gigi dan gusi).
b. Flagellata
Classis Flagellata atau Mastigophora mempunyai struktur tubuh yang khas yaitu
adanya bulu cambuk (flagellum: tunggal, flagella: jamak). Kelompok ini mempunyai
bentuk tubuh tetap karena memiliki selaput elastis yang disebut pelikel. Flagellata
dijumpai di laut dan di air tawar. Ada pula yang hidup parasit, namun jarang yang saprofit
(parasit). Flagellata ada yang mempunyai plastida (Fitoflagellata) dan ada yang tidak
mempunyai plastida (Zooflagellata). Fitoflagellata dapat berfotosintesis (autotrof)
sehingga bersifat holofitik, sedangkan Zooflagellata bersifat holozoik. Salah satu contoh
Fitoflagellata adalah Euglena. Bentuk tubuhnya menyerupai daun yang mempunyai bintik
mata dan berkloroplas.
Euglena umumnya berkembang biak secara aseksual dengan cara membelah diri
secara memanjang (longitudinal). Contoh anggota Flagellata yang lain adalah Noctiluca dan
Cymnodium. Kedua Flagellata ini hidup di laut. Kehadiran Noctiluca menyebabkan laut
tampak bercahaya di waktu malam. Adapun Cymnodium menyebabkan laut tampak merah.
Banyak species Flagellata yang hidup bersimbiosis dengan organisme lain, misalnya
Trichonympha collaris yang hidup dalam usus rayap sehingga rayap mampu mencerna kayu.
Contoh lainnya adalah Giardia lamblia, parasit di dalam dinding usus halus manusia yang
menyebabkan diare berat.
c. Ciliata
Ciliata atau Infusoria merupakan kelompok terbesar di Phylum Protozoa, di mana
anggotanya sekitar 8.000 species. Ciri khas classis ini adalah alat geraknya berupa cilia
(rambut getar). Cilia tersebut ada yang terdapat di seluruh tubuh, ada pula yang hanya di
bagian tertentu. Selain sebagai alat gerak, cilia pun berguna membantu mengumpulkan
makanan. Habitat kelompok ini adalah air tawar dan air laut yang mengandung zat organik
tinggi. Ciliata hidup bebas dan jarang yang parasit. Classis ini pun sudah mempunyai bentuk
tubuh tetap karena mengandung pelikel.
Contoh ciliata adalah Paramaecium caudatum. Struktur tubuh hewan ini mirip sandal.
Paramaecium mempunyai mulut yang disebut sitostoma. Inti dan vakuolanya ada 2 macam,
yaitu makronukleus (inti besar) dan mikronukleus (inti kecil) serta vakuola kontraktil dan
vakuola makanan. Makronukleus bertanggung jawab agar metabolisme sel berlangsung
normal, sedangkan mikronukleus mengontrol perkembangbiakan sel.
Perkembangbiakan Paramaecium dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara
aseksual, Paramaecium akan membelah diri. Adapun secara seksual, Paramaecium akan
melakukan konjugasi.
Beberapa contoh anggota Ciliata adalah Balantidium coli, Didinium, Stentor,
Vorticella, dan Stylonychia. Didinium, Stentor, dan Vorticella mempunyai bentuk yang halus.
Didinium mirip ceret teh bertangkai, sementara Stentor mirip terompet, dan Verticella seperti
lonceng. Anggota Ciliata hidup di perairan tawar dan beberapa di antaranya dapat dijadikan
indikator pencemaran, seperti Paramaecium dan Stentor. Anggota Ciliata, seperti
Balantidium coli hidup parasit di dalam usus besar manusia dan dapat menyebabkan penyakit
balantidiasis (gangguan perut).
d. Sporozoa
Sporozoa adalah satu-satunya anggota Protozoa yang tidak mempunyai alat gerak.
Meski bentuk tubuhnya sederhana, yaitu bulat atau lonjong, namun mengandung organel
yang kompleks. Hal ini berguna untuk menempel dan menginvasi inangnya. Semua anggota
Sporozoa adalah parasit. Sporozoa sendiri diambil dari kata “spora” yang merupakan salah
satu tahap dalam siklus hidupnya yang rumit.
Contoh Sporozoa yang terkenal adalah Plasmodium. Plasmodium dapat menyebabkan
penyakit malaria. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Ada
banyak jenis Plasmodium, di antaranya P. falciparum, penyebab penyakit malaria tropika
dengan sporulasi (pembentukan spora aseksual) tiap 24 jam. Contoh lainnya adalah P. vivax,
penyebab penyakit malaria tertiana dengan sporulasi tiap 48 jam. Plasmodium lainnya yang
terkenal adalah P. malariae, penyebab penyakit malaria quartana dengan sporulasi 72 jam.
Perkembangbiakan Plasmodium dilakukan dengan cara seksual dan aseksual.
Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dalam tubuh nyamuk, sedangkan secara aseksual
dilakukan di dalam tubuh manusia. Secara seksual, Plasmodium akan membentuk
mikrogamet yang akan membuahi makrogamet. Peristiwa ini dinamakan sporogoni dan
terjadi di dalam tubuh Anopheles betina. Adapun secara aseksual, Plasmodium akan
mengadakan pembelahan secara berulang kali secara mitosis dan berlangsung di dalam tubuh
inang dinamakan skizogoni.
Contoh Sporozoa yang lain adalah Pneumocystis carinii dan Taxoplasma gondii. P.
carinii dapat menyebabkan penyakit pneumonia (paru-paru basah) yang biasanya terjadi
pada pasien AIDS tahap awal. Adapun T. gondii dapat menyebabkan toxoplasmosis pada
wanita hamil. Penyakit ini membahayakan bayi yang dikandungnya.
E._PERANAN PROTOZOA

Protozoa dapat menguntungkan dan merugikan manusia. Protozoa berperan


penting dalam mengontrol jumlah bakteri di alam karena Protozoa adalah pemangsa
bakteri. Di perairan, protozoa juga merupakan zooplankton dan bentos. Zooplankton
dan bentos adalah sumber makanan hewan air termasuk udang, kepiting, dan ikan yang
secara ekonomi bermanfaat bagi manusia. Protozoa lain menguntungkan antara lain
sebagai berikut :
-      Foraminifera, cangkang atau kerangkanya merupakan petunjuk dalam pencarian
sumber daya minyak, gas alam, dan mineral.
-     Radiolaria, kerangkanya jika mengendap di dasar laut menjadi tanah radiolarian
yang dapat digunakan sebagai bahan penggosok.
Protozoa yang merugikan manusi, yaitu menyebabkan penyakit antara lain :
-   Entamoeba histolyca, penyebab disentri.
-    Trypanosoma brucei, penyebab penyakit tidur di Africa
-   Trypanosoma evansi, penyebab penyakit pada hewan ternak, misalnya pada sapi, kambing,
dan kuda
-    Leishmania, penyebab penyakit kala azar
-     Trichomonas vaginalis, parasit pada alat kelamin wanita dan saluran kelamin laki-laki.
-    Balantidium coli, penyebab diare
-    Toxopalsma gondii, penyebab toksopalsmosis
-    Plasmodium, Penyebab penyakit malaria.  

Anda mungkin juga menyukai