Anda di halaman 1dari 8

TUGAS DISKUSI

“PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM ANCAMANNYA


TERHADAP BIODIVERSITAS”

NAMA : ARNI TALOIM

NIM : 1701040026

KELAS :A

SEMESTER : VI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
Pemanasan Global Dan Perubahan Iklim Ancamannya Terhadap Biodiversitas

Pemanasan global merupakan isu lingkungan hidup yang dapat menyebabkan


perubahan iklim global. Perubahan iklim global terjadi secara perlahan dalam jangka waktu
yang cukup panjang, antara 50–100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan, perubahan iklim
memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan mahluk hidup. Dampak yang terjadi
antara lain: mencairnya es di kutub, pergeseran musim, dan peningkatan permukaan air laut.
Dampak tersebut memberikan pengaruh terhadap kelangsungan mahluk
hidup. Mencairnya es di kutub, terutama sekitar Greenland dapat meningkatkan volume air di
laut yang menyebabkan terjadi penambahan tinggi permukaan laut di seluruh dunia. Pada
abad ke-20 telah terjadi kenaikan permukaan air laut 20-25 cm. Apabila separuh es Greenland
dan Antartika meleleh maka terjadi kenaikan permukaan air laut rata-rata setinggi 6-7 meter.
Kenaikan permukaan air dapat menyebabkan terendamnya daratan yang merupakan habitat
mahluk hidup.
Perubahan iklim global sebagai penyebab terjadinya  penurunan biodiversitas masih
bersifat kontroversial untuk saat ini. Kontroversial yang terjadi merupakan suatu pertanyaan
apakah benar perubahan iklim merupakan penyebab utama penurunan biodiversitas?
Ada beberapa fakta yang disampaikan oleh Al Gore  pada bukunya Earth in The
Balance tentang pengaruh perubahan iklim terhadap biodiversitas antara lain:
1. Terjadinya perubahan iklim menyebabkan terjadinya perubahan iklim di hutan
Amazon. Awan yang biasanya diatas hutan Amazon selalu Hitam menunjukan bahwa
intensitas hujan sangat tinggi, akan tetapi sekarang intensitas hujan berkurang ditandai
dengan awan yang berada diatas hutan Amazon menjadi terang. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya penurunan jumlah burung di hutan Amazon. Akan tetapi
hubungan antara hilangnya beberapa spesies burung apakah ada berhubungan
langsung dengan berkurangnya curah hujan masih dipertanyakan.
2. Naiknya suhu laut menyebabkan terjadinya kematian terumbu karang. Memang
dibeberapa tempat terumbu karang mengalami kamatian, akan tetapi kematian
terumbu karang lebih banyak disebabkan eksploitasi  yang berlebihan oleh manusia
seperti penggunaan bom ikan.
3.  Terjadinya penurunan biodiversitas yang eksponensial sejak terjadinya revolusi
industri dan berbanding lurus dengan pertambahan populasi manusia. Hal tersebut
sangat erat sekali dengan eksploitasi seperti diburu atau habitatnya berubah untuk
menjadi pemukiman dan pertanian, bukan karena perubahan iklim.
Fakta-fakta di atas merupakan beberapa contoh saja, mengenai pengaruh
perubahan iklim terhadap biodiversitas yang masih kontroversial.

Teori Kepunahan Mahluk Hidup


Proses seleksi alam merupakan konsep yang dapat menjelaskan terjadinya proses
kepunahan mahluk hidup. Mahluk hidup akan punah apabila tidak dapat beradaptasi
terhadap perubahan lingkungannya. Menurut Karl (1991); Lawrence (1991) ada tujuh
faktor yang mempengaruhi sensitifitas mahluk hidup terhadap kepunahan yaitu:
1. Kelangkaan: Spesies disebut langka apabila hanya ditemukan pada area
tertentu atau tersebar, tetapi dalam jumlah individu yang sedikit. Spesies
langka tergantung pada faktor geografis, habitat khusus dan ukuran populasi. 
2.  Kemampuan migrasi: Spesies yang tidak mempunyai kemampuan migrasi
mempunyai sensitifitas yang tinggi dibandingkan spesies yang bisa migrasi
terhadap kepunahan.  Spesies yang dapat migrasi dapat menghindari dari
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.
3. Derajat spesialisasi: Spesies yang mempunyai derajat spesialisasi lebih tinggi
sangat sensitif terhadap kepunahan dibandingkan dengan spesies yang
mempunyai derajat lebih rendah. Contoh spesies yang mempunyai derajat
spesialisasi tinggi adalah Beruang Panda. Hewan ini hanya memakan satu
jenis daun bamboo, sehingga kalau terjadi kelangkaan bahan makanan ini
dapat mempengaruhi kelestarian beruang panda.
4. Variabilitas populasi: Populasi spesies yang relatif stabil akan lebih adaptif
dibandingkan  spesies yang populasinya fluktuatif terhadap perubahan
lingkungan
5. Tingkatan trophik: Mahluk hidup didalam ekosistem berdasarkan jaring-jaring
makanan berada pada tingkat berbeda. Tingkatan tropik paling bawah adalah
produsen, tingkatan kedua adalah herbivora dan tingkatan selanjutnya adalah
karnivora. Tingkatan paling bawah mempunyai  populasi lebih besar
dibandingkan tingkat di atasnya. Berdasarkan ukuran  populasi sensitifitas
tingkat tropik paling atas relatif lebih sensitif terhadap kepunahan.
6. Lama hidup: Spesies yang mempunyai waktu hidup lebih pendek lebih
  

sensitif terhadap kepunahan dibandingkan dengan spesies yang mempunyai


waktu hidup lebih panjang.
7. Kecepatan penambahan populasi: Sensitifitas terhadap kepunahan tergantung
dari kemampuan reproduksi spesies. Spesies yang mempunyai kemampuan
reproduksi tinggi (kecepatan pertumbuhan  populasi tinggi) akan lebih adaptif
dibandingkan dengan spesies yang kemampuan reproduktifnya lebih rendah.

Penyebab terjadi kepunahan mahluk hidup dapat dikategorikan secara


langsung atau tidak langsung. Penyebab langsung adalah perubahan yang terjadi dapat
langsung menyebabkan kematian mahluk hidup, sedangkan penyebab tidak langsung
adalah perubahan yang terjadi menyebabkan terjadinya perubahan faktor lain yang
menyebabkan kematian mahluk hidup. 
Ada empat faktor penyebab yang mengancam kehidupan  spesies (Stiling.P.D,
1992) yaitu:
a.  Hilangnya atau modifikasi habitat: Penyebab terjadinya hilang atau
modifikasi habitat disebabkan oleh aktifitas manusia antara lain,
perubahan lahan menjadi lahan pertanian atau perumahan pencemaran dan
polusi.
b.  Over eksploitasi: Contoh terjadinya eksploitasi antara lain budaya 
berburu, penjualan kayu dan perdagangan hewan.
c. Eksotik spesies: Introduksi spesies pada habitat suatu spesies dapat
menyebabkan terjadinya kompetisi.
d. Penyakit: Penyakit endemik atau eksotik dapat menyebabkan kematian
  

massal spesies.
http://geoenviron.blogspot.com/2011/11/kajian-dampak-Pemanasan-global-
perubahan-iklim-terhadap biodiverdsitas.html

Perubahan Iklim Ancamanaya Terhadap Keanekaragaman Hayati

Kenaikan suhu permukaan bumi, melelehnya salju di kutub utara dan


kenaikan permukaan air laut merupakan beberapa gambaran yang terjadi
sebagai dampak pemanasan global. Namun tidak hanya itu, perubahan iklim
akibat dari pemanasan global, yang terjadi dengan perlahan-lahan namun pasti,
juga membawa dampak yang sangat besar bagi keanekaragaman hayati, mulai
dari tingkatan spesies sampai ekosistem. Pada akhirnya kehidupan manusia-pun
akan terkena imbas dari perubahan iklim tersebut.
Beberapa dampak langsung terjadinya perubahan iklim terhadap
keanekaragaman hayati, diantaraya

a. Spesies range (cakupan jenis)


Masing-masing spesies memiliki rentang suhu tertentu dimana spesies
tersebut mampu beradaptasi dan bertahan hidup. Kenaikan suhu bumi akan
membuat beberapa jenis spesies berada diluar batas toleransi suhu
maksimumnya sehingga tidak mampu bertahan dan kemudian menjadi rentan
terhadap kepunahan. Menurut  International Union for Conservation
Nature (IUCN), lautan merupakan bagian planet yang paling banyak
menanggung akibat dari pemanasan global. Meskipun sejak 1970-an, perairan di
seluruh dunia telah memainkan peranan penting dalam melawan pemanasan
global dengan menyerap sekitar 93% karbondioksida yang diakibatkan oleh
aktivitas manusia.
Terumbu Karang merupakan spesies yang memiliki toleransi yang
rendah terhadap kenaikan suhu air laut. Kenaikan suhu air laut
menyebabkan bleaching pada terumbu karang, atau penurunan pigmen klorofil
pada jaringan endodermis karang. Hal ini lama-lama akan menyebabkan alga
dalam terumbu karang mati sehingga yang tersisa hanya cangkang karang
berwarna putih dari zat kapur. Sebagai contoh, pada awal tahun 2016 saja, lebih
dari 90% karang Great Barrier Reef di Australia telah mati akibat bleaching.
Terumbu karang merupakan habitat dari sekitar 25% spesies laut, kepunahannya
akan berakibat pada punahnya spesies-spesies laut yang lain yang pada akhirnya
akan mengganggu keseimbangan rantai ekosistem.

Gambar 1. Terumbu karang


b. Perubahan fenologi
Perubahan iklim menyebabkan pergeseran dalam siklus reproduksi dan
pertumbuhan organisme. Pada tumbuhan misalnya, masa perbungaan
dipengaruhi oleh suhu tertentu. Pemanasan global dapat membuat tumbuhan-
tumbuhan tertentu berbunga lebih cepat, sementara serangga-serangga
pembantu penyerbukan belum siap sehingga siklus reproduksinya terganggu.
c. Perubahan interaksi antar spesies
Perubahan iklim dapat mengakibatkan terjadinya perubahan interaksi
antar spesies sehingga memiliki konsekuensi yang sangat penting bagi stabilitas
dan fungsi ekosistem, dimana ekosistem tidak lagi berfungsi ideal. Pemanasan
iklim dengan cepat mengubah waktu dan tingkat bunga pada tumbuhan serta
migrasi pada hewan yang akan mengganggu interaksi antar spesies.
d. Laju kepunahan
Perubahan iklim mempercepat laju kepunahan beberapa jenis spesies,
misalnya spesies yang berada di ujung rantai makanan seperti karnivora, spesies
lokal endemik dan spesies migran.
Penyu Hijau (Chelonia mydas) merupakan spesies yang sangat rentan
terhadap perubahan iklim karena karakteristik hidupnya dipengaruhi oleh suhu.
Penyu Hijau juga memiliki pertumbuhan yang sangat lamban sehingga rentan
terhadap ancaman lingkungan. Menurut IUCN Redlist, Penyu Hijau berstatus
Endangered (En) atau terancam punah.
e. Penyusutan keragaman sumber daya genetik
Perubahan iklim dapat menyebabkan kemarau yang berkepanjangan,
ataupun sebaliknya curah hujan yang terlalu tinggi. Hal-hal tersebut mempunyai
dampak yang besar terhadap lingkungan, misalnya kebakaran hutan atau banjir
menjadi lebih sering terjadi.
Bencana alam dapat mengakibatkan berkurangnya populasi dan
keragaman spesies, spesies endemik terancam punah dan juga hilangnya habitat
satwa liar. Apabila terlanjur terjadi kerusakan habitat, maka akan membutuhkan
waktu yang sangat lama untuk dapat recovery atau terjadi suksesi secara alami.
Beberapa varian dalam spesies dengan gen tertentu mungkin lebih tahan
terhadap perubahan lingkungan oleh perubahan iklim sementara varian dengan
gen yang berbeda lebih rentan sehingga lebih rentan punah. Apabila terjadi
kepunahan, maka jenis-jenis yang sudah terlanjur punah-pun akan sangat sulit
untuk dikembalikan keberadaannya.
Perubahan iklim mempengaruhi pola musim yang berdampak besar
terhadap sistem pertanian, termasuk di Indonesia. Penanaman tanaman-tanaman
pangan seperti padi, palawija ataupun sayur-mayur masih sangat bergantung
pada musim. Kemarau yang terlalu panjang atau hujan yang turun terus menerus
sepanjang tahun tentu dapat mengakibatkan gagal panen yang pada akhirnya
mempengaruhi ketersediaan dan ketahanan pangan manusia.

Pada dasarnya perubahan iklim merupakan suatu keniscayaan, namun


kita dapat memperlambat lajunya. Kita perlu menyadari bahwa bumi ini bukan
milik generasi kita saja, seperti kata pepatah, "Alam ini bukanlah warisan dari
nenek moyang, tetapi pinjaman dari anak cucu kita." Sesuatu yang dipinjam,
hendaknya dikembalikan lagi secara utuh, tidak berkurang jumlah atau
kualitasnya.
Menurut saya, untuk menjaga agar bumi yang kita tinggali ini tetap
nyaman bagi anak cucu kita nanti, makakita harus:
a. Manfaatkanlah sumberdaya alam termasuk bahan bakar fosil dan
sumberdaya air yang ada dengan bijak, seperlunya dan tidak boros;
b. Lakukanlah budidaya yang ramah lingkungan
c. Cintailah alam dengan merawat dan tidak merusaknya.
http://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/dampak-perubahan-iklim-terhadap-
keanekaragaman-hayati
DAFTAR PUSTAKA

http://geoenviron.blogspot.com/2011/11/kajian-dampak-Pemanasan-global-
perubahan-iklim-terhadap biodiverdsitas.html

http://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/dampak-perubahan-iklim-terhadap-
keanekaragaman-hayati

Anda mungkin juga menyukai