Anda di halaman 1dari 33

DAFTAR ISI

COVER HALAMAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
C. Manfaat Penulisan
D. Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Anatomi Fisiologi
B. Definisi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Pathway
F. Gejala Dan Tanda
G. Klasifikasi
H. Komplikasi
I. Penatalaksanaan
J. Pencegahan
K. Pemeriksaan diagnostik
L. Asuhan Keperawatan Teori

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “HIPEREMESIS GRAVIDARUM“.
Makalah ini penulis susun dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Maternitas, dan merupakan
salah satu tugas individu yang harus dipenuhi oleh mahasiswa.
     
Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah yakni  ibu RIDAWATI SULAEMAN,
M.Kes,. dan Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan
dorongan dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah  ini  bermanfaat bagi kita semua. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
                                                                                      

Mataram, 23 November, 2019

PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
             Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.Gejala – gejala ini kurang
lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan
40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi
lebih berat
     Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh
Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat
atau pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita
dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan
muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang
disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis
menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)
     Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu
pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual
dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa
yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit
berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut
hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan
insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)
 Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira – kira
5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan
koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi
selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah
HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan
perasaan pada awal kehamilan. (Walsh, 2007)
     Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau
tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan.
Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus
hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil
akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan
sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering
umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung
terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004)

B. TUJUAN
1.      untuk mengetahui definisi hiperemesis gravidarum
2.      Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3.      Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4.      Untuk mengetahui pathway hiperemesis gravidarum
5.      Untuk mengetahui gejala dan tanda hiperemesis gravidarum
6.      Untuk mengetahui klasifikasi hiperemesis gravidarum
7.      Untuk mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
10. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hiperemesis gravidarum
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori hiperemesis gravidarum
C. MANFAAT PENULISAN
Diharapkan kepada pembaca terutama mahasiswa/i kesehatan untuk dapat
mengerti dan memahami hiperemesis gravidarum serta mengetahui tanda dan
gejala sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan secara cepat
dan tepat.

D. RUMUSAN MASALAH
Wanita hamil yang mengalami mual dan muntah yang berlebihan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi fisiologi
1)      Alat kelamin luar (genetalia eksterna)
a) Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari
jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b) Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar
vulva dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang,
menjadi satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di
bawah kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons
veneris.
c) Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang
membatasi vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar
sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada
sisi lateral.
d) Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara
labio mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio
minora adalah vestibulum.
e) Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil
(labio minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum,
dalam vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama
(introetus vagina uretra), kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri
dan kanan
f) Himen (selaput darah)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang
senggama ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat
mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya
berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang
kaku dan yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang
dapat dilalui satu jari.
g) Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar
panggul yang ditutupi oleh kulit perineum.
2)      Alat kelamin dalam (genetalia interna)
a) Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari
vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan penghubung antara introitus
vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih
pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-
lipat disebut rugae.
b) Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut
miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar  5 cm, tebal  2 cm. Berat 50 gr,
dan berat 30-60 gr. Uterus terdiri dari :
(1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia
kehamilan.
(2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri
disebut kavum uteri atau rongga rahim.
(3) Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
(a)   Endometrium
(b)   Myometrium
(c)   Parametrium
c) Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus
dibawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus.
d) Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi
pada ovum. Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur
kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus
pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi
agar masuk ke dalam tuba (Tambayong, 2002).

B. DEFINISI
Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah
suatu keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di
makan dan di minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit
kurang, diuresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada
umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan)
adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian
luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan
(Ben-Zion, MD, Hal:232)
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112)
Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual
dan muntah/tumpah yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau
setiap saat, sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari
(Arief.B, 2009).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah dengan intensitas
sedang sering terjadi sampai gestasi sekitar 16 minggu.(Obstetri
Willson.2006.hal:1424)

C. Etiologi
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.
Tetapi beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi
hiperemesis gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor
adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida dan
over distensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa.
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan khorionik gonadrotropin, sedangkan pada hamil ganda dan
mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan
menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum itu.
2. Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis
gravidarum belum jelas. Besar kemungkin bahwa wanita yang menolak
hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami
dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis
gravidarum. (Manuaba,1998 : 209-210)

D. Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual muntah terus
menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokeoremia,
penurunan klorida urin selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang
mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbulnya zat
toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi
lemak tidak sempurna sehingga terjadi ketosis, hipokalemia akibat muntah
dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan
merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (Sindrom
Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal. Jantung atrofi,
kecil di biasanya. Terdapat perdarahan pada otak, terdapat degenerasi
lemak pada tubuh kontorfi serta ginjal tampak pucat
Dari otopsi wanita yang meninggal (menurut Manuaba, 1999. hal:
102) karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi
kelainan pada organ-organ tubuh sebagai berikut :
1. Hepar : Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak
sentrilobuler tanpa nekrosis. Kelainan lemak ini nampaknya tidak
menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah teru-
menerus.
2. Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai
perdarahan sub-endokardial, ini sejalan dengan lamanya penyakit,
kadang-kadang ditemukan perdarahan sub-endokardial.
3. Otak : terdapat perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada
ensefalopati wernicke dapat dijumpai (dilatasi kapiler dan perdarahan
kecil-kecil didaerah korpora mamilaria ventrikel ketiga dan ke empat).
4. Ginjal : tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
(Manuaba, 1999 : 102)
E. PATHWAY

Kehamilan

Peningkatan hormon estrogen Hormon HCG

Peningkatan pada HCL

Peristaltik Lambung Kosong Mual Muntah Berlebih

Peningkatan Sensitivas Pada Indra


HCL Pengecap
ikut keluar Output Berlebih
Nyeri di Gaster

HCL meningkat Rasa pahit


dimulut
Gangguan Nyamar (Nyeri)
Nafsu makan menurun

Intake kurang
Perubahan Psikologis
BB turun Ketidaksinambungan cairan & elektrolit

Krisis Kurang Informasi Nutrisi


Metabolisme Intrasel Menurun
kurang dari kebutuhan Cairan Intrasell
Ancaman kehilangan janin tubuh
Kurang Pengetahuan Intertitial
Otot Lemah
Haus
Kelemahan Tubuh
Cemas
Dehidrasi
Intoleransi aktifitas
F. Gejala dan Tanda
Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum
tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah
akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai
hiperemesis. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat
dibagi ke dalam 3 tingkatan.
Tingkat 1    : Ringan
Mual muntah terus menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, tidak nafsu makan, berat badan turun dan rasa nyeri pada
epigastrium, nadi sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit mengurang, lidah kering, mata cekung.
Tingkat 2     :Sedang
Penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah kering
dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik, dan mata
sedikit ikterik, berat badan turun, mata cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula terjadi acetonuria
dan nafas bau aceton.
Tingkat 3      :Berat
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat  kesadaran, suhu badan
meningkat, tensi menurun, icterus, komplikasi fatal terjadi pada susunan
syaraf pusat (ensefalopati wernicks) dengan gejala : nistagmus, diplopia,
perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks.Timbulnya ikterus menunjukkan
adanya payah hati.(Sarwono P, 2007).

G. Klasifikasi
Tingkat
Hiperemesis Tanda dan gejala
Gravidarum
Tingkat a. muntah yang terus menerus disertai dengan intoleransi
Pertama
terhadap makan dan minum.
b. penurunan berat badan
c. nyeri epigastrium karena asam lambung meningkat
dan terjadi regurgitasi ke esofagus
d. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan,
kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan
kalau sudah lama bisa keluar darah.
e. Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali/menit

pada pemeriksaan fisik :


 mata cekung
      lidah kering
    turgor kulit menurun
 urin sedikit berkurang.
 tekanan darah sistolik menurun
a. pasien memuntahkan segala yang dimakan dan
diminum
b. berat badan cepat menurun
c. ada rasa haus yang hebat

pemeriksaan Fisik :
 Pasien terlihat apatis
Tingkat
Kedua  Pucat
 lidah kotor
 kadang ikterus karena fungsi ginjal terganggu
 ditemukan aseton dan bilirubin dalam urin.
 Frekuensi nadi 100-140 x/i
 tekanan darah sistolik < 80 mmHg

Tingkat ketiga a. berkurangnya muntah atau bahkan berhenti


b. kesadaran menurun (delirium sampai koma)

Pemeriksaan Fisik :
 Pasien mengalami ikterus
 Sianosis
 Nistagmus
 gangguan jantung
 ditemukan bilirubin dan protein.

H. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain:
a) Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehodrasi, asidosis dari kekurangan gizi, alkalosis,
hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik, tetani, dan
gagguan psikologis.
b) Komplikasi yang mengancam kehidupan:
Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat, encephalophaty
wernicke’s, mielinolisis pusat pontine, retinal haemorage, kerusakan ginjal,
pneumomediastinum secara spontan, keterlambatan pertumbuhan didalam
kandungan, dan kematian janin.(Arif,2000 : 121)

I. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi
hiperemesis gravidarum dengan cara :
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan
dengan teh hangat.
5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin
7. Defekasi teratur
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula

J. Penatalaksanaan
Dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan pada ibu-ibu
dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diet
ibu hamil, makan dalam porsi kecil /sedikit namun sering. Jangan tiba-
tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah.
Defekasi hendaknya diusahakan teratur. (Ida Ayu C. Manuaba, 2008).
1). Terapi Obat
Terapi obat diberikan apabila cara di atas tidak mengurangi
keluhan dan gejala. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat
yang teratogen.Dapat menggunakan sedativa (luminal, stesolid), vitamin
(BI dan B6), anti muntah (mediamer B6, drammamin, acopreg, avomin,
torecan) antasida dan anti mulas.Pada keadaan lebih berat diberikan anti
emetic seperti disiklomin hidrokloride atau khlorpromasin.Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di Rumah Sakit.
(Sarwono P, 2007 : 126).

2) Isolasi
`Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang cerah dan
peredaran udara baik.Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-
kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang tanpa
pengobatan. (Sarwono, 2007: 133).
3)Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan dengan menghilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
mengurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah atau konflik yang
kiranya menjadi latar belakang penyakit ini.(Sarwono, 2007 : 134).
4). Cairan Parenteral
Cairan parenteral yang diberikan cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glucose 5% dalam cairan garam fisiologissebanyak 2-3
liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnya
vitamin B kompleks dan vitamin C. Dibuat daftar control caran yang
masuk dan dikeluarkan. Dengan penanganan ini umumnya gejala-gejala
akan berkurang  dan keadaan bertambah baik. (Sarwono, 2007 : 134).    
 
Hiperemesis Gravidarum Tingkat II dan III Harus Dirawat Inap di Rumah
Sakit
1. Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit
saja telah banyak mengurangi mual muntahnya
2. Isolasi
Jangan terlalu banyak tamu. Kalau perlu hanya perawat dan dokter
saja yang boleh masuk. Kadang kala hal ini saja tanpa pengobatan
khusus telah mengurangi mual dan muntah
3. Terapi psikologis
Berikan pengertian bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang wajar,
normal dan fisiologis. Jadi tidak perlu takut dan khawatir. Penambahan
cairan Berikan infus Dextrose / glukosa 5% sebanyak 2-3 liter/24 jam.
4. Berikan obat-obatan seperti te1ah dikemukakan di atas.
Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat
memperbaiki keadaan umum penderita dapat dipertimbangkan suatu
abortus buatan.(Mochtar R.. 1998).

K. Pemeriksaan diagnostic
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar.Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga
mempengaruhi keadaan umum.Tetapi harus difikirkan kemungkinan
kehamilan muda dengan penyakit lain yang juga dapat menyebabkan
muntah seperti ileus, appendicitis akuta, pielonefritis, ulkus ventrikulus, dan
tumor serabi.
Pemeriksaan diagnostic:
1. labolatorium
darah : hb, haemotokrit, golongan darah, kadar estriol
urin : kemungkinan ditemui protein, aceton dan kadar estriol yang
berkurang, reduksi.
pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum grade I yang dilakukan :
elektrolit darah dan urinalisis.
pada hiperemesis gravidarum urin terdapat aseton
2. USG
untuk mengetahui keadaan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan
amnion berkurang, derajat kematangan plasenta
3. pemeriksaan cardiotokografi (CTG)
untuk mengetahui DJJ yang abnormal
4. pemeriksaan Amnioskopi
untuk mengetahui air ketuban berkurang, bercampur mekonium dan
mengandung sel-sel pemeriksan sitosol vaginal
untuk mengetahui adanya tanda-tanda post-term
L. Asuhan keperawatan teori
I. Pengkajian
1. Data Subjektif
Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak
dapat menahan makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa
pasien mengeluh air liurnya berlebihan/hipersalivasi.
Riwayat haid: sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak
datang dan mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang
pasien tidak dapat memberikan informasi yang penting ini, sehingga
mengaburkan diagnosis.

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Pada kasus hiperemesis gravidarum umumnya
lemah.Stabil,Menurun dari composmentis sampai koma,Untuk
mengetahui Keadaan emosional yang dialami oleh ibu
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah   : Biasanya pada kasus hiperemesis
gravidarum tekanan darahnya turun.
Nadi      : Biasanya pada kasus hiperemesis gravidarum
denyut nadinya meningkat > 100 x menit.(Prawirohardjo, 2002
: 278)
Suhu     : Biasanya pada kasus hiperemesis gravidarum suhu
tubuhnya meningkat.
3) Muka
Kelopak mata : Cekung
Konjungtiva : Pucat
Sklera : Putih
         Cloasma gravidarum : ada atau tidak ada.
         Oedem : ada atau tidak ada
4) Hidung
         Polip : ada atau tidak ada
         Pendarahan : ada atau tidak ada
         Sekret : ada atau tidak ada
         Peradangan : ada atau tidak ada
5) Mulut dan Gigi
         Caries : ada atau tidak ada
         Gusi : ada pendarahan atau tidak ada
         Tonsil : ada pembengkakan atau tidak ada
6) Telinga
         Serumen : ada/ tidak
7) Pembesaran kelenjar tiroid : ada/ tidak
8) Pembesaran kelenjar limfe : ada/ tidak
9) Dada
         Jantung : ictus cordis regular/ tidak
         Paru-paru : ada/ tidak ronchi dan wheezing
10) Payudara
- Bentuk : simetris/ tidak
- Kebersihan : bersih/tidak
- Benjolan : ada/ tidak
- Rasa Nyeri : ada/ tidak
11) Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : lordosis/ tidak
         Pinggang nyeri : ada/ tidak nyeri ketuk
12) Ekstermitas atas dan bawah
         Oedema kanan / kiri :ada/ tidak ada
         Kekakuan sendi dan otot :ada/ tidak ada
         varises kanan/kiri : ada/tidak ada
         Reflek patella : kanan/kiri positif/ negatif
13) Abdomen
         Linea : Tidak ada
         Striae : Tidak ada
         Pembesaran : sesuai umur kehamilan atau tidak
         Benjolan : tidak ada
Konsistensi : lembek
14) TFU
         Leopold I
(a) Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
(b) Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian dalam fundus
(c) Konsistensi uterus
         Leopold II
(a) Menentukan batas samping rahim kanan dan kiri
(b) Menentukan letak punggung janin
       Leopold III
(a) Menentukan apa yang terdapat dibagian terbawah
(b) Untuk menentukan bagian terbawah janin apakah bagian
tersebut sudah masuk pintu atas panggul atau belum ( jika
belum bagian terbawah tersebut dapat digoyangkan )
         Leopold IV
(a) Pemeriksaan menghadap kearah kiri ibu hamil
(b) Seberapa jauh bagian terbawah janin masuk pintu atas
panggul. ( Mochtar : 1990;92 )
15 Fetus DJJ : belum terdengar
16 Anogenital
Vagina : Terdapat tanda chadwick, elastisitas bertambah, tidak
ada pembengkakan kelenjar bartolini dan skene.
17 Anus : Tidak ada haemoroid
18 eliminasi   :Pemeriksaan laboratorium
- Haemoglobin    :   Normalnya 11 gr%
Pada hyperemesis gravidarum tidak menutup kemungkinan
lib ibu hamil kurang dari 11 gr% dikarenakan kurangnya
asupan nutrisi yang mengakibatkan terjadinya anemia.
-    Urine     :   Untuk       megetahui       ada/tidaknya protein
dan albumin dalam urine. Normalnya protein negatif.albumin
urine (reduksi) negatif.
Kebutuhan Dasar Khusus
*  Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100
kali per menit).
* Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
* Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi
berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
*  Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran
mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas
berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah
kering.
* Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
*  Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh
dalam koma
* Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan
maka dilakukan abortus terapeutik.
* Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan
peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi
terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang
kurang.

Tes Laboratorium
* Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah: nilai
hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan
hemokosentrasi berkaitan dengan dehidrasi. Anemia yang
mungkin merupakan konsekuensi dari mal nutrisi.
* Urinalisis: urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai
kosentrasi tinggi sebagai akibat dehidrasi. Aseton 
menunjukkan asidosis starvasi.
.
I. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah
2. Devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
terhadap mual muntah
3. Cemas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan
psikologi kehamilan
4. Intoleransi aktifitas b/d ketidak adekuatan sumber energi
sekunder
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d keterbatasan informasi
II. Intervensi keperawatan

N Diagnosa Perencanaan
o keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 nutrisi kurang Setelah di lakukan 1. Klien akan 1. Dapat mencukupi
. dari tindakan keperawatan mengkonsumsi asupan nutrisi yang
kebutuhan selama 2x24jam asupan oral diet dibutuhkan tubuh
tubuh diharapkan masalah yang mengandung
berhubungan dapat teraatasi zat gizi yang 3. dapat
dengan dengan: adequate menstimul
anoreksia, Kriteria Hasil ; 2. Anjurkan untuk us mual
mual-muntah 1. Klien akan menghindari dan
mengkonsumsi makanan yang muntah
asupan oral diet berlemak 4. Makanan
yang 3. anjurkan untuk selingan
mengandung makan makanan dapat
zat gizi yang selingan seperti mengurang
adequate biskuit, roti dan the i atau
2. Klien tidak (panas) hangat menghinda
mengalami sebelum bagun ri rangsang
nausea dan tidur pada siang mual
vomitus hari dan sebelum muntah
3. Klein akan tidur yang
mentoleransi diit 4. Catat intake TPN, berlebih
yang telah di jika intake oral 5. Untuk
programkan tidak dapat mempertah
ankan
4. Klien akan diberikan dalam
keseimban
mengalami periode tertentu. gan nutrisi.
peningkatanber 5. Kolaborasi dengan 6. Untuk
at badan yang tim kesehatan mengurang
lain : i rasa mual
sesuai selama
Terapi gizi :Diet muntah.
hamil makanan cukup
dalam semua zat
gizi kecuali kalium
1.   

2 Devisit volume Setelah dilakukan 5. Tentukan frekuensi 1. Memberikan data


berkenaan dengan
. cairan b/d tindakan keperawatn atau beratnya
semua kondisi.
kehilangan selama 2x24 mual/muntah. Peningkatan kadar
hormon Korionik
cairan ja,diharapkan
gonadotropin (HCG),
terhadap mual kebutuhan cairan perubahan
metabolisme
muntah terpenuhi dengan:
karbohidrat dan
Kriteria Hasil : penurunan motilitas
gastrik memperberat
1. Keseimbangan
mual/muntah pada
cairan dan kehamilan
elektrolit akan 6. Tinjau ulang riwayat
2. Membantu dalam
kembali ke kemungkinah
mengenyampingkan
kondisi masalah medis lain penyebab lain untuk
normal,yangterbu (misalnya Ulkus mengatasi masalah
kti dengan turgor peptikum, gastritis. khusus dalam
mengidentifikasi
kulit intervensi
normal,membrane 7. Kaji suhu badan dan
mukosa lembab, turgor kulit, 3. Sebagai indikator
dalam membantu
berat badan stabil membran mukosa,
mengevaluasi
ttv dalam batas TD, input/output dan tingkat atau
normal; berat jenis urine. kebutuhan hidrasi.
elektrolit,serum,H Timbang BB klien
b,hematocrit,dan dan bandingkan
berat jenis urin dengan standar.
akan berada 8. Anjurkan
4. Membantu dalam
dalam batas peningkatan asupan meminimalkan
normal. minuman mual/muntah
dengan menurunkan
2. KLien tidak akan berkarbonat.
keasaman lambung.
muntah lagi. 5. Mendetaksi
3. Klien akan 9. Timbang Berat kehilangan
cairan,penurunan
mengkonsumsi Badan setiap hari
1kg BB sama
asupan dalam dengan Kehilangan
jumlah yang cairan 1lt.
adequate.
10. Kolaborasi
Pemberian obat :
 Sedativa : 6. Menurunkan sekresi
phenobarbital cairan dan elektrolit
 Vitamin : vitamin agar seimbang.
B1 atau B6-
kompleks
 Anti histamine:
dramamin,
avomin
 Anti emetik: (pada
keadaan lebih
berat): Disiklomin
3 Cemas Tujuan: setelah 1. Kontrol lingkungan  Untuk mencegah
berhubungan dilakukan tindakan klien dan batasi dan mengurangi
.
dengan keperawatan selama pengunjung kecemasan
2x24 jam,diharapkan
Koping tidak 2. Kaji tingkat fungsi  Untuk menjaga
ketakutan klien teratasi
efektif; dengan : psikologis klie intergritas psikologis
perubahan 3. Berikan support  Untuk menurunkan
psikologi Kriteria Hasil: psikologis kecemasan dan
kehamilan Klien memverbalisasi membina rasa saling
perasaan dan percaya
kekhawatirannya 4. Berikan penguatan  Untuk meringankan
tentang kesejahteraan positif pengaruh psikologis
janin akibat kehamilan
5. Berikan pelayanan  Penting untuk
kesehatan yang meningkatkan
maksimal kesehatan mental
klien

4 Intoleransi Setelah dilakukan Mandiri: 1. Meningkatkan


. aktifitas b/d tindakan 1. Tingkatkan istirahat dan
ketidak tirah ketenangan
adekuatan keperawatan baring/duduk.
sumber selama 2x24 jam Berikan
energi lingkungan
diharapkan px.
sekunder yang tenang ;
Dapat beraktifitas batasi
secara mandiri pengunjung 2. Meningkatkan
sesuai fungsi
dengan kriteria hasil
keperluan pernapasan
: 2. Ubah posisi dan
1. Px. Dpat dengan meminimalkan
memperlihatkan sering,Berikan tekanan pada
kemajuan perawatan kulit area tertentu u/
khususnya yang baik menurunkan
tingkat yang resikokekurang
lebih tinggi an jaringan
2. Px.
Mengidentifikasi 3. Tirah baring
faktor-faktor lama dapat
yang 3. Tingkatkan menurunkan
menurunkan aktivitas sesuai kemampuan.ini
toleransi toleransi,bantu dapat terjadi
aktifitas. melakukan karena
latijan rentang keterbatasan
gerak sendi aktivitas yang
pasif/aktif menunggu
periode
istirahat.

4. Meningkatkan
relaksasi dan
4. Dorong penghematan
penggunaan energi,memutu
tekhnik skan kembali
manajemen perhatian dapat
stress.contoh meningkatkan
progresiv,visual koping
isasi,
bimbingan
imajinasi
Kolaborasi
5. Membantu
5. Pemberian dalam
obat sesuai manajemen
indikasi: kebutuhan tidur
sedative,agen
antiansietas,co
ntoh diazepam
(valium);loraze
pam (Ativan).

Kurang
pengetahua
5 n tentang
penyakit b/d
.
keterbatasa Mandiri 1. U/ mengetahui
n informasi 1. Jelaskan Tentang seberapa dalam
Hiperemesis pengetahuan
Gravidarum dan pasien tentang
penyakitnya dan
kaji pengetahuan
tentang
px. penatalaksanaan
Setelah dilakukan di rumah.
2. U/ meningkatkan
tindakan
2. Berikan pengetahuan
keperawatan Pendidikan pasien tentang
keseatan tentang Hiperemesis
selama 2x24
Gravidarum
jam,diharapkan Hiperemesis 3. Peran penyuluh
gravidarum atau konselor
klien tentang 3. Buat hubungan dapat
perubahan fisiologis perawat-px. Yang memberikan
mendukung & bimbingan
dan psikologis yang
terus menerus antisipasi dan
normal dan tanda- meningkatkan
tanggung jawab
tanda bahaya
individu terhadap
kehamilan dengan kesehatan
kriteria hasil:
4. Penerimaan
1. Klien 4. Petahankan sikap penting u/
menjelaskan terbuka terhadap menggambarkan
perubahan keyakinan klien. dan
mempertahanka
fisiologis dan
5. Evaluasi n hubungan.
psikologis 5. Memberikan
normal apengetahuan
informasi u/
berkaitan peubahan membantu
dengan fisiologis/psikologi mengidentifikasi
kehamilan s yang normal kebutuhan-
trimester pada kehamilan kebtuhan dan
membuat
pertama
rencana
2. Klien keperawatan
menunjukkan
perilaku
perawatan diri
sendiri yang
meningkatkan
kesehatan
3. Mengidentifikas
i tanda-tanda
bahaya
kehmilan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan
sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu hamil pun
akan menjadi buruk.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi kehamilan usia
muda pada umur kehamilan trimester satu sampai dengan memasuki trimester
ke dua, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum ibu yang sedang hamil
dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton
dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan
sebagainya namun karena adanya ketidak normalan ibu dalam menjalani
kehamilan ini.
Oleh karena itu pada ibu hamil yang sedang mengalami mual munta
pada kehamilannya jangan dianggap biasa, karena mual muntah yang
berlebihan pada saat ibu hamil akan mengakibatkan keadaan ibu menjadi
lemah dan perkembangan janin terganggu.\

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengenali mual muntah pada ibu hamil yang berlebihan dan dapat
mengganggu kesehatan ibu dan perkembangan janin.
2. Petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
dengan disertainya makalah mengenai hiperemesis gravidarum ini mampu
memberikan referensi yang berguna untuk meningkatkan penanganan dan
pengetahuan bagi petugas medis untuk merawat ibu hamil yang
mengalami mual muntah berlebihan
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih.2010.Masalah yang dialami ibu hamil trimester satu . Jakarta: EGC


Dwana Estiwidani, DKK, “Konsep Kebidanan”, 2008
Ayu, Ida. 2008. Buku Ajar PatologiObstetri. Jakarta: EGC. Hlm 41-
53
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika. Hlm.
39-40
Farkas, G. and Farkas Jr., G.: The psychogenic etiology of hyperemesis
gravidarum. Proc IIIrd I ntern. Congr.
Mochtar R.. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi. Cetakan ke-II. Jakarta
: EGC.
Prawirohario. Sarwono, 2001. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohario. Sarwono, 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai