Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkat polusi udara tetap sangat tinggi di banyak bagian dunia. Data
WHO menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang menghirup udara yang
mengandung polutan tingkat tinggi. Polusi udara luar ruangan menjadi
penyebab utama kematian dini di dunia ke-4, dan kerugian ini diperkirakan
membebani ekonomi global dengan biaya tahunan yang tidak sedikit yaitu
sebesar 225 miliar USD.
Lebih dari 3000 kota, 64% diantaranya melebihi pedoman paparan
tahunan WHO (10μg / m3) untuk partikel halus, juga dikenal sebagai PM2.5.
Setiap kota terukur dengan data di Timur Tengah dan Afrika melebihi
pedoman ini, sementara 99% kota di Asia Selatan, 95% kota di Asia
Tenggara, dan 89% kota di Asia Timur juga melampaui level ini.
Bagian Indonesia Pada tahun 2018, Kota Jakarta mendapat peringkat
sepuluh besar sebagai ibu kota negara dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Dapat diindikasikan bahwa konsentrasi rata-rata tahunan PM2.5 pada tahun
2018 sangat buruk, di mana pada Jakarta Selatan mencapai 42.2 µg/m3 dan
Jakarta Pusat mencapai 37.5 µg/m3. Dengan kata lain, konsentrasi PM2.5 di
Kota Jakarta mencapai empat kali lipat di atas batas aman tahunan menurut
standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 10 µg/m3. Angka tersebut juga
telah jauh melebihi batas aman tahunan menurut standar nasional pada PP No.
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yaitu 15 µg/m3.

Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan


menurun seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya
kebutuhan transportasi dan energi, sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk,
perkembangan kota dan perubahan gaya hidup. Adalah sangat ironis apabila
ternyata pertumbuhan ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan

1
masyarakat ternyata berdampak negatif terhadap lingkungan, salah satunya
menyebabkan udara yang semakin kotor dan tidak sehat.
Dari hasil perhitungan indeks kualitas udara tahun 2016 di provinsi
Banten, rata-rata kadar NO2 sebesar 28,58 µg/m3, sedangkan rata-rata kadar
SO2 sebesar 19,37 µg/m3. Adapun hasil perhitungan kualitas udara model EU
dan IKLH tahun 2016 di Provinsi Banten menunjukan angka 58,80 yang
berarti bahwa kualitas udara di Provinsi Banten berada diatas indeks udara
nasional termasuk dalam kategori kurang, hal ini terjadi karena pemantauan
udara ambien Provinsi Banten Hanya dilakukan di roadside sehingga
konsentrasi polutan yang bersumber dari emisi kendaraan relatif tinggi dan
tidak mewakili kualitas udara ambiem Provinsi Banten secara keseluruhan.
Menurut penelitian JICA (2007), sekitar 70% kontribusi pencemaran
udara berasal dari sektor transportasi. Pencemaran udara di kota-kota besar
merupakan salah satu masalah utama yang harus dihadapi oleh Pemerintah
Kota dalam upayanya menjaga kelestarian lingkungan dan peningkatan
kualitas udara perkotaan. Sumber utama dari pencemaran udara di kota-kota
besar adalah sumber bergerak dari sektor transportasi dan sumber tidak
bergerak dari industri.
Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang sedang giat
melakukan pembangunan di segala bidang, sehingga perlu memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup, mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan
lngkungan. Pembangunan di kota Tangerang tentunya akan membawa dampak
negatif terhadap lingkungan hidup bila pembangunan tersebut tidak
memperhatikan kelestarian dan pengelolaan lingkungan. Salah satu media
yang mendapat pengaruh langsung dari kegiatan pembangunan dan industri di
kota Tangerang adalah kualitas udara dan kebisingan.
Kualitas udara ambien dan kebisingan merupakan tahap awal untuk
memahami dampak negatif dari pencemaran udara yang berdampak pada
kesehatan masyarakat. Sebagian besar zat-zat polutan udara langsung
mempengaruhi sistem pernafasan dan pembuluh darah. Sedangkan kebisingan
menyebabkan hipertensi, mengganggu tidur dan bisa menghambat

2
kemampuan kognitif pada anak-anak. Bahkan yang paling parah bisa
menyebabkan gangguan pada memori atau gangguan kejiwaan.
Tingginya kadar debu dan tingkat kebisingan di beberapa lokasi antara
lain disebabkan karena tingginya arus lalu lintas jalan raya dan kurangnya
penghijauan dan datangnya musim kemarau. Dari pengamatan dan hasil
pengukuran, lokasi yang dekat dengan jalan raya dengan arus kendaraan yang
padat cenderung lebih tinggi tingkat polusinya. Hal ini diperburuk dengan
kurangnya penghijauan di sisi-sisi jalan yang berfungsi sebagai penyerap gas
polutan dan penangkap debu serta peredam kebisingan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sudah sepantasnya Kota
Tangerang yang merupakan salah satu kota yang sedang giat melakukan
pembangunan di segala bidang perlu memperhatikan kelestarian lingkungan
hidup, mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pembangunan di Kota Tangerang tentunya akan membawa dampak negatif
terhadap lingkungan hidup bila pembangunan tersebut tidak memperhatikan
kelestarian dan pengelolaan lingkungan.
Sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa
masyarakat berhak mendapatkan informasi/pengetahuan mengenai kualitas
lingkungaan hidup. Pengetahuan yang jelas mengenai tingkat pencemaran dan
perusakan serta kualitas lingkungan hanya dapat dilakukan apabila terdapat
suatu perangkat yang baik dalam memonitor kualitas lingkungan. Perangkat
tersebut adalah pemantauan kualitas lingkungan dimana melalui kegiatan
pemantauan akan dihasilkan data yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
merancang alternatif pengelolaan lingkungan, memperoleh nilai ukur yang
dapat memperbaiki status lingkungan dan mengevaluasi kebijakan lingkungan
yang diterapkan.

3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Kualitas Udara dan Kebisingan di Wilayah
Kota Tangerang Tahun 2018
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui struktur organisasi Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan di Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang.
b. Mengetahui kegiatan dalam Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan di Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang.
c. Mengetahui kondisi kualitas udara ambien dan kebisingan di 37 titik
lokasi pengujian yang berada di 13 Kecamatan di wilayah Kota
Tangerang.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan gambaran permasalahan di tempat magang.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kegiatan yang
dilakukan dalam bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan di Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang.
2. Bagi Stikes Kharisma Persada
a. Terbinanya kerjasama dengan institusi tempat magang dalam upaya
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia
yang dibutuhkan dalam bidang kesehatan.
b. Melalui kerjasama yang terbentuk antara institusi dan tempat magang
diharapkan akan berkembang dialog pendekatan operasional yang
diyakini akan menghasilkan pengetahuan dan keterampilan yang
relevan dengan isu-isu pembangunan kesehatan masyarakat.
3. Bagi Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang
a. Dapat memanfaatkan mahasiswa untuk membantu kegiatan
manajemen dan operasional.
b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan guna menyetarakan sumber
daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan.

4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Udara Ambien
1. Definisi Udara Ambien
Udara Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan
troposfer yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang
dibutuhkan dan mempengaruhinya kesehatan manusia, makhluk hidup dan
unsur lingkungan hidup lainnya. Adanya kegiatan makhluk hidup
menyebabkan komposisi udara alami berubah. Jika perubahan komposisi
udara alami melebihi konsentrasi tertentu yang menyebabkan udara
ambien tidak dapat memenuhi fungsinya, maka udara tersebut dikatakan
telah tercemar.
2. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan, seiring
dengan semakin meningkatnya kegiatan transportasi, industri, perkantoran,
dan perumahan yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap
pencemaran udara. Udara yang tercemar dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, terutama gangguan pada organ paru-paru, pembuluh darah, dan
iritasi mata dan kulit.
Pencemaran udara karena partikel debu dapat menyebabkan
penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis, emfiesma paru, asma
bronchial dan bahkan kanker paru. Pencemar udara yang berupa gas dapat
langsung masuk ke dalam tubuh sampai paru-paru dan diserap oleh sistem
peredaran darah.

5
a. Sumber Pencemaran Udara
Sumber pencemaran dapat merupakan kegiatan yang bersifat
alami (natural) dan kegiatan antropogenik. Contoh sumber alami
adalah akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi
biotik, debu, spora tumbuhan dan lain sebagainya. Pencemaran udara
akibat aktivitas manusia (kegiatan antropogenik), secara kuantitatif
sering lebih besar. Untuk kategori ini sumber- sumber pencemar dibagi
dalam pemcemaran akibat aktivitas transportasi, industri, dari
persampahan, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran,
dan rumah tangga.
Kegiatan rumah tangga mengemisikan pencemar udara yaitu
dari proses pembakaran untuk keperluan pengolahan makanan.
Parameter udara yang diemisikan ke atmosfer juga identik dengan
parameter-parameter yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor,
seperti gas CO, NOx, partikulat, dan SOx. Kecuali senyawa tambahan
di dalam bahan bakar seperti Pb.
b. Faktor Pencemaran Udara
1) Suhu/Temperatur
Untuk lingkungan kerja disarankan mempunyai suhu kering
22°-26°C dan suhu basah 21°- 24°C. Sedangkan menurut Mukono
(2008), temperatur yang dianggap nyaman untuk suasana bekerja
adalah 23°-25°C. Tingkat panas didominasi oleh temperatur
sekitarnya. Namun demikian, standar udara kering atau
pengukuran temperatur ambien udara kering sering tidak cukup
sebagai indikator untuk kriteria tingkat kenyamanan. Temperatur
diukur dengan menggunakan termometer untuk mewakili keadaan
penghuni.
2) Kelembapan Udara
Air bukan merupakan polutan, namun uap air merupakan
pelarut untuk berbagai polutan dan dapat mempengaruhi
konsentrasi polutan di udara. Uap air dapat menumbuhkan dan

6
mempertahankan mikroorganisme di udara dan juga dapat
melepaskan senyawa-senyawa volatil yang berasal dari bahan
bangunan seperti formaldehid, amonia, dan senyawa lain yang
mudah menguap, sehingga kelembaban yang tinggi dapat
melarutkan senyawa kimia lain lalu menjadi uap dan akan terpapar
pada pekerja.
3) Angin
Angin adalah gerakan massa udara. Parameter yang dikaji
di dalam angin meliputi arah angin dan kecepatan angin.
Kecepatan angin penting karena dapat menentukan besarnya
kehilangan air melalui proses evapotranspirasi dan mempengaruhi
kejadian hujan.
c. Jenis Pencemaran Udara
Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar dapat berupa :
1) Partikel (debu, aerosol, timah hitam)
2) Gas (CO, NOx, SOx, H2S, Hidrokarbon)
3) Energi (suhu dan kebisingan)
Berdasarkan dari kejadian, terbentuknya pencemar terdiri dari :

1) Pencemar primer (yang diemisikan langsung oleh sumber) dan


2) Pencemar sekunder (yang terbentuk karena reaksi di udara antara
berbagai zat)
Sedangkan pola emisi, akan menggolongkan pencemar dari
sumber titik (point source), atau sumber garis (line source), dan
sumber area (area source).
Dilihat secara kimiawi, banyak sekali macam bahan pencemar
(puluhan ribu bahkan tak terbatas), sebagai contoh dari asap rokok
telah diidentifikasi lebih dari 200 macam bahan pencemar. Namun
biasanya yang menjadi perhatian adalah pencemar utama (major air
pollutans) yaitu golongan oksida karbon (CO, CO2), oksida belerang
(SO2, SO3), oksida nitrogen (NO2, NO, NO3), senyawa reaksi foto

7
kimia, partikel (asap, debu, asbestos, metal, minyak, garam sulfat),
senyawa inorganik (asbestos, HF, H2S, NH3, H2SO4, HNO3),
hidrokarbon (CH4, C4H10), unsur radio aktif (tritium, radon), energi
panas (suhu) dan kebisingan.

3. Metode Pengambilan Contoh Uji Udara Ambien


a. Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas
Udara Ambien Acuan: SNI 19-7119.6-2005 Udara Ambien -
Bagian 6 : Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji
Pemantauan Kualitas Udara Ambien
Secara umum pengambilan sampel udara ambien
diperuntukkan pada daerah pemukiman penduduk, perkantoran,
kawasan sekitar industri atau daerah lain yang dianggap penting untuk
mengetahui kualitas udara akibat dari suatu kegiatan tertentu. Kriteria
daerah berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
penentuan lokasi pengambilan sampel udara ambien, yaitu:
a. Daerah yang mempunyai konsentrasi pencemar tinggi;
b. Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi;
c. Daerah yang diperkirakan menerima paparan pencemar akibat
emisi cerobong industri;
d. Daerah proyeksi untuk menentukan dampak akibat perkembangan
pembangunan mendatang; dan
e. Daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan bagi kawasan
studi
Sedangkan penentuan titik pengambilan sampel udara ambien
harus mempertimbangkan faktor meteorologi, yaitu arah angin,
kecepatan angin, suhu udara, kelembaban serta faktor geografi seperti
topografi dan tata guna lahan.

Gambar 2.1. Skema Penetapan Lokasi Pemantauan Kualitas Udara Ambien

8
CATATAN:
Pada arah angin dominan, lokasi pemantauan kualitas udara
ambien minimum dua lokasi dengan mengutamakan daerah
pemukiman atau tempat-tempat spesifik. Sedangkan pada arah angin
lainnya minimum satu titik dengan kriteria penetapan lokasi seperti
pada gambar 1. Data arah angin dapat merupakan data sekunder dari
stasiun meteorologis terdekat atau data pengukuran langsung di
lapangan. Sedangkan jarak lokasi pemantauan dari industri ditentukan
berdasarkan hasil model simulasi, pengamatan lapangan, pengukuran
sesaat dan membuat isopleths nya.

Gambar GPS Gambar Anemometer

Gambar Thermohygrometer
Gambar 2.2. Gambar GPS, Anemometer, Thermohygrometer
Adapun persyaratan penempatan peralatan pengambilan sampel udara
ambien adalah:
a. Letakkan peralatan pada daerah yang aman dari pencurian,
kerusuhan, gangguan orang-orang yang tidak bertanggung jawab; 
b. Letakkan peralatan pada daerah yang dilengkapi dengan sumber
listrik dan bebas dari daerah banjir; 
c. Sedapat mungkin peralatan diletakkan di daerah terbuka atau di
daerah yang mempunyai gedung atau bangunan yang relatif rendah

9
dan saling berjauhan. Penempatan peralatan pengambilan sampel
udara ambien di atap bangunan lebih baik untuk daerah yang
mempunyai cukup kepadatan pemukiman atau perkantoran.
Apabila peralatan diletakkan di atap gedung maka harus dihindari
pengaruh emisi gas buang dari dapur, insinerator atau sumber
lainnya; 
d. Probe ditempatkan pada jarak minimal 15 m dari jalan raya dengan
ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah;  
e. Untuk pengambilan sampel partikulat minimal 2 m di atas
permukaan tanah untuk hindari debu jalanan.
Adapun Prinsip Pengukuran dan Pengujian Sampel sebagai berikut :
1) NITROGEN DIOKSIDA (NO2 )
Acuan: SNI 19-7119.2-2005 Udara Ambien-Bagian 2 : cara uji
kadar nitrogen dioksida ( NO2 ) dengan metode Griess
Saltzman menggunakan spektrofotometer
Menyusun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada
gambar. Memasukkan larutan penjerap Griess Saltzman sebanyak
10 mL ke dalam botol penjerap. Mengatur botol penjerap agar
terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Menghidupkan
pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L/menit, setelah
stabil catat laju alir awal (F1). Melakukan pengambilan contoh uji
selama 1 jam dan mencatat temperatur dan tekanan udara. Setelah
1 jam mencatat laju alir akhir (F2) dan kemudian mematikan
pompa pengisap. Analisis dilakukan di lapangan segera setelah
pengambilan contoh uji. Memasukkan larutan contoh uji ke dalam
kuvet pada alat spektrofotometer, lalu mengukur intensitas warna
merah muda yang terbentuk pada panjang gelombang 550 nm.
Membaca serapan contoh uji kemudian menghitung konsentrasi
dengan menggunakan kurva kalibrasi. Melakukan langkah-langkah
tersebut untuk larutan penjerap yang diukur sebagai larutan blanko.

10
Gambar 2.3. Peralatan Pengambil Contoh Parameter Gas

2) SULFUR DIOKSIDA (SO2 )


Acuan: SNI 19-7119.7-2005 Udara Ambien-Bagian 7 : cara uji
kadar Sulfur Dioksida ( SO2 ) dengan metode Pararosanilin
menggunakan spektrofotometer
Peralatan pengambilan contoh uji disusun seperti pada
gambar. Memasukkan larutan tetrakloromerkurat (TCM) 0,04 M
sebanyak 10 mL ke masing-masing botol penjerap. Botol penjerap
diatur agar terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung.
Menghidupkan pompa penghisap udara dan mengatur kecepatan
alir 0,5 L/menit sampai 1 L/menit, setelah stabil mencatat laju alir
awal F1 (L/menit). Melakukan pengambilan contoh uji selama 1

11
jam dan mencatat temperatur serta tekanan udara. Setelah 1 jam
mencatat laju alir akhir F2 (L/menit) dan kemudian mematikan
pompa penghisap. Didiamkan selama 20 menit setelah
pengambilan contoh uji untuk menghilangkan pengganggu.
Memindahkan larutan contoh uji ke dalam tabung uji 25 mL dan
menambahkan 5 mL air suling untuk membilas. Menambahkan 1
mL larutan asam sulfamat 0,6% dan tunggu sampai 10 menit.
Menambahkan 2,0 mL larutan formaldehida 0,2%. Menambahkan
5,0 mL larutan pararosanilin. Menempatkan dengan air suling sampai
volume 25 mL, lalu menghomogenkan dan menunggu sampai 30-60
menit. Mengukur serapan masing-masing larutan standar dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm kemudian
menghitung konsentrasi dengan menggunakan kurva kalibrasi.
Melakukan langkah-langkah di atas untuk pengujian blanko
dengan menggunakan 10 mL larutan penjerap.

Gambar 2.4. Alat Sampling Udara

12
3) OKSIDAN (OX )
Acuan: SNI 19-7119.8-2005 Udara Ambien-Bagian 8 : cara uji
kadar Oksidan dengan metode Neutral Buffer Kalium Iodida
(NBKI) menggunakan spektrofotometer
Menyusun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada
gambar. Memasukkan larutan penyerap sebanyak 10 mL ke
masing-masing botol penjerap. Botol penjerap diatur agar
terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Menghidupkan
pompa penghisap udara dan mengatur kecepatan alir 0,5 L/menit
sampai 3 L/menit, setelah stabil mencatat laju alir awal F1
(L/menit). Melakukan pengambilan contoh uji selama 30 menit dan
mencatat temperatur serta tekanan udara. Setelah 30 menit
mencatat laju alir akhir F2 (L/menit) dan kemudian mematikan
pompa penghisap. Agar diperoleh konsentrasi oksidan yang
optimal, maka pengambilan contoh uji harus dilakukan pada saat
siang hari dengan rentang waktu antara jam 11.00 sampai 15.00.
Dalam jangka waktu 30 menit – 60 menit setelah pengambilan
contoh uji, masukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat
spektrofotometer, lalu ukur intensitas warna kuning yang terbentuk
pada panjang gelombang 352 nm.

13
Gambar 2.5. Spectrophotometer UV-VIS

4) TSP (TOTAL SUSPENDED PARTICULATE MATTER)


Acuan: SNI 19-7119.3-2005 Udara Ambien-Bagian 3 : cara uji
partikel tersuspensi total menggunakan peralatan High
Volume Air Sampler (HVAS) dengan metode gravimetri.
Prinsipnya adalah udara dihisap melalui filter di dalam
shelter dengan menggunakan pompa vakum laju alir tinggi
sehingga partikel terkumpul di permukaan filter. Jumlah partikel
yang terakumulasi dalam filter selama periode waktu tertentu
dianalisa secara gravimetrik. Laju alir dipantau saat periode
pengujian. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk satuan massa
partikulat yang terkumpul per satuan volum contoh uji udara yang
diambil sebagai µg/m3.

Gambar 2.6. Alat Pengambilan Sampel TSP

14
Pengambilan contoh uji dilakukan dengan cara
menempatkan filter pada filter holder, kemudian ditempatkan alat
uji di posisi dan lokasi pengukuran menurut metode penetuan
lokasi titik ambien. Nyalakan alat uji dan catat waktu serta tanggal,
baca indikator laju alir dan catat pula laju alirnya (Q1) untuk
diteruskan pembacaan hasil dari kalibrasinya. Catat pula
temperatur dan tekanan baromatik. Sambungkan pencatat waktu ke
motor untuk mendeteksi kehilangan waktu karena gangguan listrik.
Pantau laju alir. Lakukan pengambilan contoh uji selama 24 jam.
Selama periode pengambilan, baca laju alir, temperatur, tekanan
barometer minimal 2 kali, dikumpulkan hingga seluruh data
terkumpul pada akhir pengukuran. Jika hanya pembacaan awal dan
akhir dibuat, asumsikan bahwa perubahan pembacaan linier setiap
waktu. Catat semua pembacaan seperti baca laju alir (Q 2),
temperatur, dikumpulkan hingga semua data terkumpul hingga
akhir pengukuran. Pindahkan secara hati-hati, jaga agar tidak ada
partikel yang terlepas, lipat filter dengan partikulat tertangkap di
dalamnya. Tempatkan filter dalam alumunium foil dan tandai untuk
identifikasi. Dilanjutkan analisa secara gravimetric.

Gambar 2.7. HVAS

15
Gambar 2.8. Analytical Balance

5) HIDROCARBON
Acuan: NIOSH METHOD 1501
Prinsip kerjanya adalah Hydrocarbon Aromatik di udara
ambien dijerap dengan menggunakan media karbon aktif, kemudian
Hydrocarbon yang terjerap dilarutkan dengan CS2 dan diukur dengan
menggunakan GC.
Tahap pengambilan sampelnya adalah menyiapkan vaccum
pump dan flowmeter, patahkan kedua ujung charcoal tube kemudian
rangkai dengan vaccum pump. Atur kecepatan pada flowmeter sesuai
metode yang dipakai, lakukan sampling selama 3 jam. Setelah selesai
sampling segera tutup ujung charcoal tube dan pastikan tertutup rapat.

Gambar Charcoal (karbon aktiff) Gambar instrument Gas Chromatography


Gambar 2.9. Charcoal (Karbon Aktif) dan Instrument Gas Chromatography

6) CARBON MONOKSIDA

16
Acuan:
1. Methods of Air Sampling and Analysis, Third Edition, Section
128, 1988.
2. Manual Instruction of Monoxor® II & III INSTRUCTION 19-
9113, Portable CO Analyzer .
Prinsipnya adalah Sampel udara yang mengandung gas CO
dipompakan ke dalam bejana sensor kimia, dimana jumlah kimia
karbon monoksida yang terkandung secara teknis dikonversikan
dalam bentuk data elektronik. Konsentrasi gas CO (ppm) dapat
dibaca pada monitor (LCD) alat.
Alat instrument yang digunakan adalah Monoxor II dan III,
Portable CO Analyzer (Bacharach)
dengan spesifikasi alat : CO display range : 0 – 1999 ppm CO
Akurasi : ± 5% pembacaan
dimana 1 ppm CO = 1143 µg/m3.

Gambar 2.10. Monoxor II & III, Portable CO Analyzer (Bacharach)


Prosedur pengukurannya adalah pasangkan selang
penghubung ke pipa probe dengan urutan alat, penyaring debu,
handle probe lalu pipa probe, kemudian nyalakan Monoxor dan
arahkan pipa probe di udara yang akan diukur pada ketinggian 1- 2
meter. Tunggu beberapa saat sampai pembacaan CO pada layar
display stabil selama ±1 menit. Lakukan pengukuran duplo pada
setiap titik pengukuran. Catat rata-rata hasil pembacaan.

7) PM10

17
Acuan : USEPA, Method IO-2, Sampling of Ambien Air for
Total Suspended Particulate Matter (SPM) & PM10 using High
Volume (HV) Sampler, June, 1999.
PM 10 yang dimaksud adalah padatan melayang
(particulate matter = PM), sebagaimana aerosol dan partikel halus.
Partikel halus adalah padatan atau cairan yang terlarut dalam gas.
Variasi ukuran berada antara diameter 10 nm - 10 mikron.
Prinsipnya hampir sama dengan pengambilan sampel TSP, dimana
udara dihisap melalui filter di dalam shelter dengan menggunakan
pompa vakum laju alir tinggi sehingga partikel terkumpul di
permukaan filter. Jumlah partikel yang terakumulasi dalam filter
selama periode waktu tertentu dianalisa secara gravimetrik. Laju
alir dipantau saat periode pengujian. Hasilnya ditampilkan dalam
bentuk satuan massa partikulat yang terkumpul per satuan volume
contoh uji udara yang diambil sebagai µg/m3.

Gambar 2.11. Alat Sampling PM10

8) Pb
Acuan : SNI 19-7119.4-2005. Bagian 4: Cara Uji Kadar
Timbal (Pb) dengan Metode Destruksi Basah menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom.
Pada prinsipnya, partikel di udara ditangkap dengan
mengunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS) dan media
penyaring atau filter. Timbal yang terkandung di dalam partikel

18
tersuspensi tersebut didestruksi dengan mengunakan pelarut asam,
kemudian diukur dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA) pada panjang gelombang 283.3 nm.

Gambar 2.12. Dua (2) unit AAS

9) H2S
Acuan : Methods of Air Sampling and Analysis, Third Edition,
Section 812, 1988.
Prinsipnya adalah H2S di udara ambien diambil dengan
mengalirkan sejumlah udara melalui campuran larutan penyerap.
Kemudian direaksikan dengan reagen N,N dimetil- P-phenilen
diamin dihidroklorida dan larutan ferri klorida maka akan
terbentuk senyawa metylene blue yang berwarna biru. Intensitas
warna yang terbentuk dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 670 nm. Peralatan yang digunakan sama
dengan pengukuran parameter gas NO2, SO2, maupun Ox.

Gambar 2.13. Alat Pengambil Sampel Parameter Gas

10) Ammonia

19
Acuan : SNI 19-7119.1-2005. Bagian I (Cara Uji Kadar
Amoniak (NH3) dengan Metode Indofenol Menggunakan
Spektrofotometer)

Prinsip : Gas NH3 diudara ambien dijerap dengan


menggunakan pompa hisap menggunakan larutan penjerap asam
sulfat lalu ditambahkan larutan fenol dan natrium hipoklorit dalam
suasana basa untuk membentuk senyawa komplek biru indofenol.
Warna yang terbentuk diukur serapannya pada panjang gelombang
630 nm.
b. Metode Analis Dasar
1) Perhitungan Indeks Standart Pencemar Udara (ISPU)
Indeks Standart Pencemar Udara adalah angka yang tidak
mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara
ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada
dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makluk
hidup lainnya.
Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan cara
mengubah kadar pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka
yang tidak berdimensi. Perhitungan Indeks Standar Pencemar
Udara mengacu ke Keputusan Bapedal No. 107 Tahun 1997
Tentang Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar
Pencemar Udara, sedangkan Rentang Indeks Standar Pencemar
Udara mengacu ke Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 45 Tahun 1997 Tentang Indeks Standar Pencemar Udara.

20
Tabel 2.1. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara
KATEGORI RENTANG PENJELASAN
Baik 0-50 Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan
efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan
tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan
atau nilai estetika
Sedang 51-100 Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh
pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi
berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif, dan
nilai estetika
Tidak Sehat 101-199 Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan
pada manusia ataupun kelompok hewan yang
sensitive atau bias menimbulkan kerusakan pada
tumbuhan ataupun nilai estetika
Sangat Tidak Sehat 200-299 Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan
kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang
terpapar
Bernahaya 300-lebih Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara
umum dapat merugikan kesehatan yang serius
Sumber :Lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 45
Tahun 1997 Tentang Indeks Standar Pencemar Udara
Tabel 2.2. Parameter-parameter Dasar untuk ISPU dan Periode Waktu
Pengukuran
NO. PARAMETER WAKTU PENGUKURAN
1 Partikulat (PM10) 24 Jam (Periode pengukuran rata-rata)
2 Sulfur Dioksida (SO2) 24 Jam (Periode pengukuran rata-rata)
3 Carbon Monoksida (CO) 8 Jam (Periode pengukuran rata-rata)
4 Ozon (O3) 1 Jam (Periode pengukuran rata-rata)
5 Nitrogen Dioksida (NO2) 1 Jam (Periode pengukuran rata-rata)
Sumber : Lampiran I Keputusan Bapedal No 107 Tahun 1997 Tentang
Perhitungan dan Pelapora Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

Tabel 2.3. Angka dan Kategori ISPU


INDEKS KATEGORI
0-50 Baik
51-100 Sedang

21
INDEKS KATEGORI
101-199 Tidak Sehat
200-299 Sangat Tidak Sehat
300-LEBIH Berbahaya
Sumber : Lampiran II Keputusan Bapedal No 107 Tahun 1997 Tentang
Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara
Tabel 2.4. Pengaruh ISPU Untuk Setiap Parameter Pencemar
KATEGOR RENTAN
CO NO2 O3 SO2 PM10
I G
Tidak ada Sedikit Luka pada Luka pada Tidak ada
efek berbau beberapa beberapa efek
spesies spesies
tumbuhan tumbuhan
Baik 0-50 akibat akibat
kombinasi kombinasi
dengan SO2 dengan O3
(selama 4 (selama 4
Jam) Jam)
Perubahan Berbau Luka pada Luka pada Terjadi
kimia darah beberapa beberapa penurunan
Sedang 51-100
tapi tidak spesies spesies pada jarak
terdeteksi tumbuhan tumbuhan pandang
Peningkatan Suhu dan Penurunan Bau, Jarak
pada kehilangan kemampuan meningkatny pandang
kardiovaskula warna. pada atlit yang a kerusakan turun dan
r pada Peningkatan berlatih keras tanaman terjadi
perokok yang reaktivitas pengotoran
Tidak Sehat 101-199
sakit jantung pembuluh debu dimana-
tenggorokan mana
pada
penderita
asma
Sangat Tidak 200-299 Meningkatny Meningkatny Olah raga Meningkatny Meningkatny
Sehat a a sensitifitas ringan a sensitifitas a sensitifitas
kardiovaskula pasien yang mengakibatka pada pasien pada pasien
r pada orang berpenyakit n pengaruh berpenyakit berpenyakit

22
KATEGOR RENTAN
CO NO2 O3 SO2 PM10
I G
bukan asma dan pernafasan asma dan asma dan
perokok yang bronhitis pada pasien bronhitis bronhitis
berpenyakit yang
jantung, dan berpenyakit
akan tampak paru-paru
beberapa kronis
kelemahan
yang terlihat
secara nyata
Berbahaya 300-LEBIH Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
Sumber : Lampiran III Keputusan Bapedal No 107 Tahun 1997 Tentang
Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar
Udara
Tabel 2.5. Batas ISPU dalam Satuan SI
24 Jam 1 Jam O3 1 Jam NO2
24 Jam SO2 8 Jam PM10
ISPU PM10 µg/m3 µg/m3
µg/m3 µg/m3
µg/m3
50 50 80 5 120 *(2)
100 150 365 10 235 *(2)
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2230
400 500 2100 46 1000 3000
500 600 2620 57.5 1200 3750
Keterangan : *(2) Tidak ada Indeks yang dapat dilaporkan pada konsentrasi
rendah dengan jangka pemaparan yang pendek.
Sumber : Lampiran IV Keputusan Bapedal No 107 Tahun 1997 Tentang
Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara.

23
Gambar 2.14. Diagram Alir Perhitungan ISPU
2) Perhitungan Indeks Kualitas Udara (IKU)
Indeks kualitas udara (IKU) pada umumnya dihitung
berdasarkan lima pencemar utama, yaitu oksidan/ozon di
permukaan, bahan partikel, karbon monoksida (CO), sulfur
dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2). Namun pada saat ini
penghitungan indeks kualitas udara menggunakan dua
parameter,yaitu NO2 dan SO2. Parameter NO2 mewakili emisi dari
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan
SO2 mewakili emisi dari industri dan kendaraan diesel yang
menggunakan bahan bakar solar serta bahan bakar yang
mengandung sulfur lainnya.
Penghitungan Indeksnya adalah dengan membandingkan
nilai rata-rata tahunan terhadap standar European Union (EU)
Directives. Apabila nilai indeks > 1, berarti bahwa kualitas udara
tersebut melebihi standar EU. Sebaliknya apabila nilai indeks ≤ 1
artinya kualitas udara memenuhi standar EU.

24
Sandar kualitas udara EU saat ini masih diperhitungkan
sebagai dasar penentuan baku mutu oleh WHO. Selanjutnya indeks
udara model EU (IEU) dikonversikan menjadi Indeks Kualitas Udara
(IKU) melalui persamaan sebagai berikut:
IKU= 100 – {(50/0.9)x(IEU – 0.1)}
Rumus tersebut digunakan dengan asumsi bahwa data
kualitas udara yang diukur merupakan data konsentrasi pencemar.
Sehingga harus dilakukan konversi ke dalam konsentrasi kualitas
udara dengan melakukan pengurangan dari 100 persen.

B. Kebisingan
1. Definisi Kebisingan
Menurut World Health Organization (WHO), kebisingan juga bisa
diartikan sebagai suara apa saja yang sudah tidak diperlukan dan memiliki
efek yang buruk untuk kualitas kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan
(WHO, 2001).
Kepmen LH No 48. tahun 1996 juga menjelaskan bahwa
kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987,
kebisingan dapat diartikan sebagai terjadinya bunyi yang tidak diinginkan
sehingga menganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan.
2. Sumber Bising
Sumber-sumber kebisingan pada dasarnya dibagi menjadi tiga
macam yaitu sumber titik, sumber bidang, dan sumber garis. Untuk
kebisingan lalu lintas termasuk dalam kriteria sumber garis. Sumber-
sumber kebisingan menurut Prasetio dapat bersumber dari:
a. Bising Interior (dalam)
Bising Interior atau bising dalam yaitu sumber bising yang bersumber
dari manusia, alat-alat rumah tangga, atau mesing-mesin gedung.

25
b. Bising Outdoor (luar)
Bising Outdoor atau bising luar yaitu sumber bising yang berasal dari
aktivitas lalu lintas, transportasi, industri, alat-alat mekanis yang
terlihat dalam gedung, tempat-tempat pembangunan gedung, perbaikan
jalan, kegiatan olahraga dan lain-lain diluar ruangan atau gedung.
Menurut World Health Organization (1980), sumber kebisingan
dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Lalu lintas jalan
Salah satu sumber kebisingan adalah suara lalu lintas jalan raya.
Kebisingan lalu lintas di jalan raya ditimbulkan oleh suara dari
kendaraan bermotor dimana suara tersebut bersumber dari mesin
kendaraan, bunyi pembuangan kendaraan, serta bunyi dari interaksi
antara roda dengan jalan. Dari beberapa sumber kebisingan yang
berasal dari aktivitas lalu lintas alat transportasi, kebisingan yang
bersumber dari lalu lintas jalan raya ini memberikan proposi frekuensi
kebisingan yang paling mengganggu.
b. Industri
Kebisingan industri bersumber dari suara mesin yang digunakan dalam
proses produksi. Intensitas kebisingan ini akan meningkat sejalan
dengan kekuatan mesin dan jumlah produksi dari industri.
c. Pesawat Terbang
Kebisingan yang bersumber dari pesawat terbang terjadi saat pesawat
akan lepas landas ataupun mendarat di bandara. Kebisingan akibat
pesawat pada umumnya berpengaruh pada awak pesawat, penumpang,
petugas lapangan, dan masyarakat yang bekerja atau tinggal di sekitar
bandara.
d. Kereta Api
Pada umumnya sumber kebisingan pada kereta api berasal dari
aktivitas pengoperasian kereta api, lokomotif, bunyi sinyal di
pelintasan kereta api, stasiun, dan penjagaan serta pemeliharaan
konstruksi rel. Namun, sumber utama kebisingan kereta api sebenarnya

26
berasal dari gesekan antara roda dan rel serta proses pembakaran pada
kereta api tersebut. Kebisingan yang ditimbulkan oleh kereta api ini
berdampak pada masinis, awak kereta api, penumpang, dan juga
masyarakat yang tinggal di sekitar pinggiran rel kereta api.
e. Kebisingan konstruksi bangunan
Berbagai suara timbul dari kegiatan konstruksi bangunan mulai dari
peralatan dan pengoperasian alat, seperti memalu, penggilingan semen,
dan sebagainya.
f. Kebisingan dalam ruangan
Kebisingan dalam ruangan bersumber dari berbagai sumber seperti Air
Condition (AC), tungku, unit pembuangan limbah, dan sebagainya.
Suara bising yang beraasal dari luar ruangan juga dapat menembus ke
dalam ruangan sehingga menjadi sumber kebisingan di dalam ruangan.
3. Tipe - tipe Kebisingan
Dilihat dari hubungan tingkat bunyi sebagai waktu maka
kebisingan dapat dibagi menjadi :
a. Kebisingan Kontinyu
Kebisingan yang fluktuasi intensitas kebsingan tidak lebih dari 6 dB
dengan spektrum frekuensi yang luas. Contohnya misalnya seperti
suara mesin gergaji.
b. Kebisingan terputus-putus
Kebisingan yang dimana bunyi mengeras dan melemah secara
perlahan. Contohnya misalnya seperti jalan raya dan bunyi yang
dihasilkan dari kereta api.
c. Kebisingan impulsif berulang
Kebisingan dimana waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
puncaknya tidak lebih dari 65 ms dan waktu yang dibutuhkan untuk
penuruna intensitasnya sampai 20 dBA dibawah puncaknya tidak lebih
dari 500 ms. Contohnya seperti suara mesin tempa di pabrik.

27
d. Steady-state noise
Kebisingan dengan tingkat tekana bunyi stabil terhadap perubahan
waktu dan tak mengalami kebisingan yang stabil. Contohnya seperti
kebisingan sekitar air terjun dan kebisingan pada interior pesawat
terbang saat sedang diudara.
e. Fluctuating noise
Kebisingan yang kontinyu namun berubah-ubah tingkat tekanan
bunyinya.
4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kebisingan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan dibagi menjagi dua,
yaitu :
a. Faktor Akustikal
1) Tingkat kekerasan bunyi
2) Frekuensi bunyi
3) Durasi munculnya bunyi
4) Fluktuasi kekerasan bunyi
5) Fluktuasi frekuensi bunyi
6) Waktu munculnya bunyi
b. Faktor non-akustikal
1) Pengalaman terhadap kebisingan
2) Kegiatan
3) Perkiraan terhadap kemungkinan munculnya kebisingan
4) Manfaat objek yang menghasilkan kebisingan
5) Kepribadian
6) Lingkungan dan keadaan

28
5. Metode Pengambilan Contoh Uji Kebisingan
a. PENENTUAN LOKASI PENGAMBILAN CONTOH UJI
PEMANTAUAN TINGKAT KEBISINGAN
Acuan Metode : 1) Instruction Manual Sound Level Meter 2) SNI
7231:2009. Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat
Kerja. 3) Kep-48/MENLH/11/1996. Tentang Baku Tingkat
Kebisingan - Lampiran I
Beberapa kriteria kebisingan lingkungan menggunakan dasar
waktu perata-rataan selama selang waktu tertentu. Pada dasarnya
kriteria ini menghitung nilai rata-rata Leq. Kebisingan yang melampaui
NAB, waktu pemaparan ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
Kep-48/MENLH/11/1996, tentang Baku Tingkat Kebisingan.

Adapun Waktu Pengukuran Kebisingan 24 Jam sebagai berikut :


Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM)
dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama
16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan aktifitas malam hari
selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 – 06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu
dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari
dan malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran. Lakukan
pengukuran pada :

1) Jam 07;00 mewakili pengukuran pada pada jam 06:00-09:00 catat


sebagai L1
2) Jam 10;00 mewakili pengukuran pada pada jam 09:00-14:00 catat
sebagai L2
3) Jam 15;00 mewakili pengukuran pada pada jam 14:00-17:00 catat
sebagai L3
4) Jam 20;00 mewakili pengukuran pada pada jam 17:00-22:00 catat
sebagai L4

29
5) Jam 23;00 mewakili pengukuran pada pada jam 22:00-24:00 catat
sebagai L5
6) Jam 01;00 mewakili pengukuran pada pada jam 24:00-03:00 catat
sebagai L6
7) Jam 04;00 mewakili pengukuran pada pada jam 03:00-06:00 catat
sebagai L7
Keterangan :
1) Leq : Equivalent Continuous Noise atau tingkat Kebisingan
Sanabungan Setara ialah nilai tingkat kebisingan yang berubah-
ubah (fluktualitif) selama waktu tertentu, yang setara dengan
tingkat kebisingan dari kebisingan yang ajeg (steady) pada selang
waktu yang sama.
2) LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik
3) LS = Leq selama siang hari
4) LM = Leq selama malam hari
5) LSM = Leq selama siang dan malam hari
Pengukuran Kebisingan dengan alat Sound Level Meter, satuan
dBA selama 10 menit untuk tiap pengukuran dan pembacaan
dilakukan setiap 5 detik .
Nilai Lsm yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku
tingkat kebisingan yang ditetapkan dengan nilai toleransi +3 dB(A).

Gambar 2.15. Alat ukur kebisingan Sound Level Meter


b. Perhitungan Tingkat Kebisingan

30
LS dihitung sebagai berikut :
LS = 10 log 1/16 {T1.100.1.L1 + … + T4.100.1.L4} dB (A)
LM dihitung sebagai berikut :
LM = 10 log 1/8 {T5.100.1.L5 + … + T7.100.1.L7} dB (A)
Untuk mengetahui apakah kebisingan sudah melampaui tingkat
kebisingan maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM
dihitung dengan rumus :
LSM = 10 log 1/24 {16.100.1.LS + … + 8.100.1(LM+5) } dB (A)
Keterangan :
1) Leq : Equivalent Continuous Noise atau tingkat Kebisingan
Sanabungan Setara ialah nilai tingkat kebisingan yang berubah-
ubah (fluktualitif) selama waktu tertentu, yang setara dengan
tingkat kebisingan dari kebisingan yang ajeg (steady) pada selang
waktu yang sama.
2) LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik
3) LS = Leq selama siang hari
4) LM = Leq selama malam hari
5) LSM = Leq selama siang dan malam hari
Pengukuran Kebisingan dengan alat Sound Level Meter, satuan
dBA selama 10 menit untuk tiap pengukuran dan pembacaan
dilakukan setiap 5 detik
Nilai Lsm yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat
kebisingan yang ditetapkan dengan nilai toleransi +3 dB(A).

31
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Gambaran Umum Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang


Pemerintah Kota Tangerang terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 2
tahun 1993 tentang pembentukan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II
Tangerang. Penanganan masalah Lingkungan Hidup yang ada pada Sekretariat
Pemerintah Kota Tangerang. Kemudian pada tahun 2000 Bagian Lingkungan
Hidup dikembangkan, berubah nomenkelatur menjadi Bapedalda (Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah) adanya Otonomi Daerah berdasarkan
Perda No. 12 tahun 2000 pada Januari 2001 menjadi Dinas Lingkungan Hidup
Kota Tangerang yang merupakan Dinas teknis pada Pemerintah Kota Tangerang
yang membidangi masalah Lingkungan Hidup secara umum.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 tahun 2008
tentang pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah, Dinas
Lingkungan Hidup berubah nomenkelatur menjadi Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup yang mana Susunan Organisasi dan tata kerjanya diatur
berdasarkan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 41 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup berubah nomenkelatur menjadi Badan
Lingkungan Hidup berdasarkan Peraturan Daerah nomor 82 tahun 2014 tentang
Susunan Organisasi dan tata kerja (SOTK), dan Peraturan Walikota Tangerang
Nomor 13 tahun 2015 tentang Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Badan Lingkungan Hidup berubah nomenkelatur menjadi Dinas
Lingkungan Hidup berdasarkan Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan Walikota Tangerang
Nomor 68 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi dan Fungsi Serta
Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang.

32
B. Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang
1. Visi Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang adalah :
“Terwujudnya Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Yang Handal
Dan Proaktif Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”
Tebel. 3.1. Penafsiran Dari Masing-Masing Pernyataan Visi
Pokok-Pokok Visi Penjelasan Pokok-Pokok Visi

Handal Pelayanan publik yang prima, cepat, tepat, profesional


dan berkualitas kepada masyarakat dalam pengelolaan
dan perlindungan lingkungan hidup serta pelayanan
kebersihan dan pengelolaan sampah.
Proaktif DLH Kota Tangerang bersama masyarakat sebagai
garda terdepan secara proaktif menjaga, memelihara,
mengelola, melindungi dan melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan kebersihan lingkungan.
DLH Kota Tangerang secara proaktif membentuk dan
meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dengan
membina dan memfasilitasi sarana dan prasarana untuk
melakukan upaya pengurangan sampah di sumber
dengan mengolah sampah menjadi produk bernilai
ekonomis.
Perlindungan Dan Upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
Pengelolaan melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
Lingkungan Hidup terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum lingkungan hidup.

2. Misi Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang


Untuk mencapai visi tersebut diatas maka diperlukan misi, adapun
misi Dinas Lingkungan Hidup yaitu :
1. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, akuntabel, dan transparan
didukung dengan struktur birokrasi yang berintegritas, kompeten, dan
profesional;

33
2. Meningkatkan pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah yang
bersinergi dengan partisipasi aktif masyarakat;
3. Meningkatkan daya guna sampah sebagai sumberdaya yang bernilai
ekonomi.
4. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup;

C. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang

Gambar 3.1. Bagan Struktur Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang

34
D. Struktur Organisasi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan

Gambar 3.2. Bagan Struktur Bidang PPKL

E. Tupoksi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan


Tugas pokok dan fungsi bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan di atur dalam Peraturan walikota Tangerang Nomor 68 Tahun 2016
sebagai berikut :
Pasal 16
(1) Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan mempunyai
tugas pokok menyelenggarakan sebagian tugas dan fungsi Dinas dalam
lingkup pemantauan dan pemulihan kualitas lingkungan hidup.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut pada ayat
(1),Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
mempunyai fungsi:
1. penyelenggaraan kegiatan penelitian terhadap pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup

35
2. penyelenggaraan kegiatan penilaian dan penetapan tingkat pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup
3. penyelenggaraan kegiatan pemulihan kualitas lingkungan hidup
(3) Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan dipimpin
oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris.
Pasal 17
(1) Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Bidang Pemantauan dan Pemulihan
Kualitas Lingkungan Hidup yang berkenaan dengan pemantauan kualitas
lingkungan hidup.
(2) Uraian tugas Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan adalah:
1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi Pemantauan Kualitas
Lingkungan Hidup berdasarkan tugas, permasalahan dan regulasi sebagai
bahan penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan Dinas;
2. melakukan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis
mengenai pemantauan kualitas lingkungan hidup;
3. melaksanakan pemantauan kualitas air;
4. melaksanakan pemantauan kualitas udara;
5. melaksanakan pemantauan kualitas tanah;
6. melaksanakan penentuan baku mutu lingkungan;
7. melakukan penyiapan sarana dan prasarana pemantauan lingkungan dan
laboratorium lingkungan;
8. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Seksi
Pemantauan Kualitas Lingkungan Hidup;dan
9. melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.

36
(3) Seksi Pemantauan Kualitas Lingkungan Hidup dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.
Pasal 18
(1) Seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan yang berkenaan dengan pengendalian pencemaran
lingkungan.
(2) Uraian tugas Seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan adalah:
1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi Pengendalian Pencemaran
Lingkungan berdasarkan tugas, permasalahan dan regulasi sebagai bahan
penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan Dinas;
2. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan
petunjuk teknis mengenai pengendalian pencemaran lingkungan;
3. melakukan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis
mengenai pengendalian pencemaran lingkungan;
4. melakukan penghimpunan serta pengolahan data dan informasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran
lingkungan;
5. melakukan pemantauan sumber pencemar institusi dan non institusi
6. melakukan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan
(pemberian informasi, pengisolasian serta penghentian) sumber pencemar
institusi dan non institusi;
7. melakukan pemulihan pencemaran (pembersihan, remidiasi, rehabilitasi
dan restorasi) sumber pencemar institusi dan non institusi;
8. melakukan penentuan baku mutu sumber pencemar;

37
9. melakukan pengembangan sistem informasi kondisi, potensi dampak dan
pemberian peringatan akan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup
kepada masyarakat; ;
10. melakukan penyusunan kebijakan pembinaan terhadap sumber pencemar
institusi dan non institusi;
11. melaksanakan pembinaan terhadap sumber pencemar institusi dan non
institusi;
12. melakukan pembinaan tindaklanjut rekomendasi hasil evaluasi sumber
pencemar institusi dan non institusi;
13. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan seksi
pengendalian pencemaran lingkungan;dan
14. .melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.
(3) Seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala
Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.
Pasal 19
(1) Seksi Pengendalian Kerusakan Lingkungan mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Bidang Pengendalian Pencemaran
dan Kerusakan Lingkungan yang berkenaan dengan pengendalian kerusakan
lingkungan.
(2) Uraian tugas Seksi Pengendalian Kerusakan Lingkungan adalah:
1. melakukan penyusunan rencana kegiatan Seksi Pengendalian Kerusakan
Lingkungan berdasarkan tugas, permasalahan dan regulasi sebagai bahan
penyusunan Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan Dinas;
2. melakukan penyiapan bahan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan
petunjuk teknis mengenai kerusakan lingkungan;
3. melakukan penyusunan konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis
mengenai pengendalian kerusakan lingkungan;

38
4. melakukan penghimpunan serta pengolahan data dan informasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian kerusakan
lingkungan;
5. melakukan penentuan kriteria baku kerusakan lingkungan;
6. melaksanakan pemantauan kerusakan lingkungan;
7. melaksanakan penanggulangan (pemberian informasi, pengisolasian serta
penghentian) kerusakan lingkungan;
8. melaksanakan pemulihan (pembersihan, remediasi, rehabilitasi dan
restorasi) kerusakan lingkungan;
9. melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Seksi Pemulihan
Kualitas Lingkungan Hidup; dan
10. melaksanakan tugas lain sesuai dengan bidang tugasnya.
(3) Seksi Pengendalian Kerusakan Lingkungan dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.

F. Kegiatan Magang
Dalam Bidang Pengendalian Pencemaran dan kerusakan Lingkungan
terbagi tiga seksi yaitu Pemantauan Kualitas Lingkungan, Pengendalian
Pencemaran Lingkungan dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan.
1. Pemantauan IPAL
Kegiatan magang pada seksi Pemantauan Kualitas lingkungan pada
hari Senin, 04 Februari 2019 melakukan pemantauan IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) di dua titik tempat yaitu kantin Taman Gajah
Tunggal dan kantin Pusat Pemerintahan Kota Tangerang. Dalam pemantaun
tersebut terlihat ada beberapa alat yg tidak berfungsi dan tempat pembuangan
air limbah organik kotor karena kurangnya pemantauan secara berkala dan
limbah yang dihasilkan berkapasitas besar karena letaknya ada di tempat
umum.

39
2. Pemantauan Kualitas Air dan Ekoli
Pada Rabu, 27 Februari 2019 melakukan pemantauan Kualitas Air dan
Ekoli sungai Cisadane digunakan alat pemeriksaan untuk menunjang hasil
yang didapatkan di lapangan, selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan secara
menyeluruh yang dijadikan kegitaan di tahun 2019 sebagai laporan akhir
keadaan kualiatas air sungai Cisadane Kota Tangerang.
3. Pengawasan Industri
Kegiatan magang pada seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan
pada hari Kamis, 21 Februari 2019 melakukan pengawasan industri di Kota
Tangerang, sebelum melakukan pengawasan menginput data industri dan
membuat jadwal pengawasan yang dilakukan pada tanggal 15 dan 18 Februari
2019. Dalam pengawasan industri dalam satu hari dibagi dua industri,
pengawasan dilakukan untuk melihat apakah di industri tersebut telah
melakukan sesuai yang ada di dalam buku atau laporan AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak lingkungan) yang telah diserahkan oleh pihak Dinas
Lingkungann Hidup Kota Tangerang bila industri tersebut tidak menjalankan
sesuai prosedur atau ketetapan dalam AMDAL maka pihak DLH Kota
Tangerang memberikan surat sanksi atau pelanggaran dalam kerusakan
pencemaran lingkungan di Kota Tangerang.
4. Rapat Hari Bebas Kendaraan
Kegiatan magang pada Pengendalian Kerusakan Lingkungan pada hari
Kamis, 14 Februari 2019 dilakukan Rapat Hari Bebas Kendaraan dengan
mengundang kepala lurah yang ada di Kota Tangerang membahas kegiatan
yang berlangsung setiap minggu pagi pada tujuh titik lokasi yang
diselenggaran dan menerima memberi masukan karena kegiatan ini menjadi
program tetap yang sudah berjalan selama 3 tahun ini. Pada hari Senin, 25
Februari 2019 dilakukan Rapat lanjutan dengan mengundang dari perwakilan
pihak kelurahan, satpol PP dan kepolisian untuk berlangsung kegiatan CFD

40
(Car Free Day). Pada hari Jumat, 22 Februari 2019 menginput data bibit dan
pohon, dalam program Kota Tangerang sendiri mempunyai kegiatan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) salah satunya setiap kelurahan diwajibkan
untuk menanam pohon untuk menjaga kelestarian lingkungan untuk
mendapatkan bibit dan pohonnya bisa mengajukan pada seksi Pengedalian
Kerusakan Lingkungan diberikan secara gratis.
5. Kunjuan TPA Rawa Kucing dan TPST Benua Hijau
Selebihnya kegiatan magang dengan mengikuti di Bidang Kebersihan
seperti Kunjunan ke TPA Rawa Kucing dan TPST Benua Hijau sebelum
mengikuti terlebih dahulu meminta izin kepada kepala bidang PPKL
(Pengendalian Pencemaran Kerusakan Lingkungan). Dalam Kunjungan TPA
Rawa Kucing Kota Tangerang melihat luas tempat dengan pembagian setiap
tempat seperti tempat zona pengumpulan sampah,kolam lindi, pengolahan
sampah organik yang akan dijadikan kompos. TPA Rawa Kucing tidak hanya
ada tumpukan sampah ada bukit ambekan yang menjadi tempat melihatan
tumpukan sampah sampah secara luas dan ada bibit tanaman serta kompos
untuk masyarakat Kota Tangerang untuk mempercantik dan menjaga
keindahan serta menjaga lingkungan wilayah Kota Tangerang.
Kesimpulannya selama kegiatan tersebut seluruh staff Dinas
Lingkungan Hidup melakukan kegiatan tersebut sesuai tugas pokok dan fugsi
yang telah diatur oleh Peraturan walikota Tangerang Nomor 68 Tahun 2016.

G. Kegiatan Pemantaun Kualitas Udara dan Kebisingan


1. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses yang melibatkan penentuan sasaran
atau tujuan organisasi, menyusun strategi yang menyeluruh untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan, dan mengembangkan hierarki rencana secara
menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan.

41
2. Perorganisasian
Pengorganisasian merupakan suatu proses penyusunan struktur
organisasi dan tersedianya sumberdaya (tenaga, keuangan, prasarana dan
sarana) dalam organisasi. Terdapat dua aspek penting dalam kegiatan
pengorganisasian yaitu pembagian kerja dan departemensasi. Pembagian
tugas yang dimaksud adalah penyesuaian tugas pekerjaan agar setiap petugas
dalam organisasi bertanggung jawab melaksanakan sekumpulan kegiatan yang
terbatas. Hasil dari pekerjaan pengorganisasian adalah terbentuknya wadah
atau satuan organisasi yang didalamnya ada perangkat organisasi agar tugas-
tugas yang dipercayakan kepada pendukung dapat terlaksana.
Di dalam Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang ini memiliki
tatanan organisasi yang tercantum pada Perwal Nomor 68 Tahun 2016 tentang
tugas pokok dan fungsi dari Dinas Lingkungan Hidup khususnya di bidang
Pemantauan Pengendalian dan Kerusakan Lingkungan.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau penggerakan (actuating) yang dilakukan setelah
organisasi memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian dengan
memiliki struktur organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana
sesuai dengan kebutuhan unit atau satuan kerja yang dibentuk. Di antara
kegiatan pelaksanaan adalah melakukan pengarahan, bimbingan dan
komunikasi termasuk koordinasi.
Koordinasi sebagai proses pengintegrasian tujuan dan kegiatan pada
satuan kerja yang terpisah suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
secara efisien. Tanpa koordinasi, individu dan bidang-bidang lain akan
kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi. Mereka mulai
mengejar kepentingan diri sendiri yang sering merugikan pencapaian tujuan
organisasi secara keseluruhan.

42
4. Monitoring
Monitoring adalah upaya yang dilakukan secara rutin untuk
mengidentifikasi pelaksanaan dari berbagai komponen program sebagaimana
telah direncanakan, waktu pelaksanaan program sebagaimana telah
dijadwalkan, dan kemajuan dalam mencapai tujuan program (UNESCO).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang terikat dengan waktu untuk
mengkaji secara sistematis dan objektif, relevansi, kinerja, dan keberhasilan
dari program yang sedang berjalan atau program yang telah selesai. 

43
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Perencanaan
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan pelaksanaan
pekerjaan ini, meliputi :
1. Mobilisasi Personil
Setelah dinyatakan sebagai pemenang pekerjaan ini, maka penyedia
jasa segera melakukan mobilisasi personil yang akan ditugaskan sebagai
pelaksana pekerjaan dan menyampaikan hal tersebut secara resmi kepada
Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang.
2. Pemantapan Program Kerja
Langkah ini dilakukan dalam rangka pemantapan dan penyempurnaan
program kerja yang disampaikan dalam proposal teknis. Program kerja
disusun secara rinci sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan. Dalam hal ini juga
disiapkan peralatan survey untuk pengumpulan data.
3. Koordinasi
Persiapan pelaksanaan kegiatan ini antara lain meliputi koordinasi
serta survey pendahuluan. Uraian lengkapnya seperti di bawah ini :
a. Koordinasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang dan pemangku
kepentingan lainnya
b. Penyusunan Jadwal Kegiatan/Rencana Kerja Pemantauan
c. Persiapan Logistik, seperti alat pelindung diri (masker, sarung tangan, dll)
untuk keperluan pengambilan sampel
d. Perizinan lokasi pengambilan sampel
4. Pra Survey
a. Kesepakatan penentuan titik koordinat lokasi pengambilan sampel
b. Memastikan kesesuaian usulan lokasi dengan kriteria lokasi pengambilan
sampel
c. Survey pendahuluan dilakukan untuk memberikan informasi awal bagi
rencana pemantauan

44
5. Penyusunan Laporan Pendahulua
Laporan ini disusun dalam rangka merepresentasikan kegiatan
persiapan yang telah dilakukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini
memuat antara lain metodologi dan rencana kerja serta rencana penugasan
personil.
6. Persiapan Akhir
Persiapan akhir sebelum pelaksanaan perlu dilakukan koordinasi
berhubungan dengan seluruh aspek kegiatan.

B. Perorganisasian
Dalam melakukan kegiatan pemantaun kualitas udara dan kebisingan di
wilayah Kota Tangerang seksi yang bertanggung jawab yaitu Seksi Pemantaun
Kualitas Lingkungan.
Ruang lingkup dalam laporan kegiatan pemantauan lingkungan kualitas
Udara dan Kebisingan, sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan yang berkaitan dengan persiapan
pelaksanaan pekerjaan, pengorganisasian pelaksana kegiatan dan rapat
koordinasi yang menyangkut persiapan pelaksanaan kegiatan.
2. Pengambilan Data Primer
Data primer yang diambil, yaitu :
a. Pemeriksaan kualitas udara ambien sebanyak 37 (tiga puluh tujuh)
sampel yang tersebar di 13 Kecamatan di Kota Tangerang. Parameter
meliputi :
Tabel 4.1. Parameter Uji Kualitas Udara Ambien
Waktu
No. Parameter Baku Mutu Regulasi
Pengukuran
1 SO2 (Sulfur Dioksida) 24 Jam 365 µg/Nm3
2 NO2 (Nitrogen Dioksida) 24 Jam 150 µg/Nm3 Peraturan Pemerintah
3 CO (Karbon Monoksida) 24 Jam 10000 µg/Nm3
4 TSP (Debu) 24 Jam 230 µg/Nm3 No. 41 Tahun 1999
5 PM10 (Partiket <10 ug) 24 Jam 150 µg/Nm3 Tentang Pengendalian
6 Pb (Timah Hitam) 24 Jam 2 µg/Nm3
7 O3 (Oksidan) 1 Jam 235 µg/Nm3 Pencemaran Udara
8 HC (Hidro Karbon) 3 Jam 160 µg/Nm3

45
Waktu
No. Parameter Baku Mutu Regulasi
Pengukuran
Keputusan Menteri
9 H2S (Hidrogen Sulfida) 1 Jam 0.02 ppm Negara Lingkungan
Hidup No. 50 Tahun

10 NH3 (Ammonia) 1 Jam 2 ppm 1996 Tentang Baku


Tingkat Kebauan

b. Pemeriksaan kebisingan sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) sampel dengan


durasi pemantauan 24 jam yang tersebar di 13 Kecamatan di Kota
Tangerang. Pemeriksaan kualitas udara ambien dan kebisingan dilakukan
selama 1 (satu) periode pemantauan.
Tabel 4.2. Parameter Uji Tingkat Kebisingan
Peruntukan Kawasan/ Tingkat kebisingan
Regulasi
Lingkungan Kegiatan dB (A)
a. Peruntukan kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
Keputusan Menteri
5. Industri 70
Negara Lingkungan
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
Hidup Nomor Kep-
7. Rekreasi 70
48/MENLH/11/1996
8. Khusus:
tentang Baku Tingkat
- Pelabuhan Laut 70
Kebisingan
- Cagar Budaya 60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55

c. Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap hasil uji laboratorium dan kondisi
eksisting (sumber sumber pencemar) di lokasi pemantauan untuk
memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai kondisi kualitas
udara ambien dan kebisingan di Kota Tangerang. Metode Analisis yang
akan dilakukan adalah analisis tingkat kritis, kecenderungan (trend),
analisis spasial (peta isoplet), penentuan ISPU dan perumusan kebijakan.

46
Bahan pendukung analisis tersebut diperlukan data sekunder, data
sekunder berupa data pemantauan kualitas udara dan kebisingan tahun
-tahun sebelumnya yang akan diambil dari Dinas Lingkungan Hidup Kota
Tangerang dan Instansi terkait lainnya.
d. Pelaporan
Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan yang mencakup laporan
perkembangan per bulan, laporan pendahuluan, draft laporan akhir,
laporan akhir kegiatan termasuk softcopy file data hasil pemantauan
kualitas lingkungan tahun 2018.

C. Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan Pemantauan Kualitas Udara Ambien dan
Kebisingan adalah 90 hari kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK).
Pelaksanaan pemantauan kualitas udara dan kebisingan tahun 2018
dilakukan dengan pengambilan sampel udara ambien dan kebisingan di 37 titik
lokasi di 13 Kecamatan selama 1 (satu) periode. Adapun lokasi dan pelaksanaan
pemantauan selengkapnya ditunjukkan oleh tabel berikut ini:

Tabel 4.3. Lokasi Pelaksanaan Pemantauan Kualitas Udara Ambien dan


Kebisingan
Waktu Durasi
No. Lokasi Koordinat
Pemantauan Pengukuran
1 Kecamatan Ciledug 
a. Kantor Kelurahan Paninggilan
Utara S: 06° 14' 21.70"
  24 Jam
Jalan Cipto Mangunkusumo, E: 106° 43' 03.40"
Perumahan Mahkota Simprug
Senin, 07 Mei 2018
b. Kantor Kecamatan Ciledug S: 06° 13' 33.20"
  24 Jam
Jalan HOS Cokroaminoto E: 106° 42' 17.70"
S: 06° 14' 17.8"
  c. Perumahan Tajur (Puskesmas) 24 Jam
E: 106° 41' 18.9"
2 Kecamatan Larangan
a. Kantor Kelurahan Kreo S: 06° 14' 02.00"
  24 Jam
Jalan HOS Cokroaminoto E: 106° 44' 19.60" Selasa, 08 Mei
b. Kantor Kecamatan Larangan S: 06° 13' 37.72" 2018
  24 Jam
Jalan Mawar I E: 106° 43' 53.57"
3 Kecamatan Karang Tengah
a. Ruko Perumahan Bumi Permata S: 06° 11' 41.50" Selasa, 08 Mei
  24 Jam
Indah Jalan Raden Saleh Raya E: 106° 43' 28.40" 2018
  b. Sekitar Kantor Kecamatan Karang S: 06° 12’ 37.5” 24 Jam

47
Waktu Durasi
No. Lokasi Koordinat
Pemantauan Pengukuran
Tengah (di taman bagian tengah) E: 106° 42’ 16.9”
4 Kecamatan Cipondoh
a. Kantor Kelurahan Gondrong Jalan S: 06° 11’ 19.00”
  24 Jam
KH. Ahmad Dahlan E: 106° 42’ 28.50”
b. Terminal Poris Plawad Jalan S: 06° 10’ 22.60”
  24 Jam
Benteng Betawi E: 106° 39’ 48.70”

Rabu, 09 Mei 2018


c. Jalan KH. Hasyim Ashari (Sekitar
S: 06° 11’ 47.0”
  Kantor Kecamatan Cipondoh) 24 Jam
E: 106° 40’ 39.7”
Depan Alfamart Cipondoh 5

5 Kecamatan Pinang
a. Jalan MH Thamrin (Sekitar PT. S: 06° 13’ 34.2”
  24 Jam
Tifico) E: 106° 38’ 17.8”
b. Kantor Kelurahan Kunciran Indah S: 06° 12' 55.98" Jum’at, 11 Mei
  24 Jam
Jalan Pikun E: 106° 40' 36.31" 2018
c. Kantor Kecamatan Pinang Jalan S: 06° 12' 46.60"
  24 Jam
Sultan Ageng Tirtayasa E: 106° 40' 02.60"
6 Kecamatan Tangerang
a. Gedung Puspem Jalan Satria S: 06° 10' 17.48"
  24 Jam
Sudirman E: 106° 38' 22.14"
b. Simpang 3 Robinson Jalan Daan S: 06° 10’ 31.94”
  Senin, 14 Mei 2018 24 Jam
Mogot E: 106° 37’ 47.54”
c. Perumahan Modern Land (Sekitar S: 06° 12’ 18.4”
  24 Jam
RS. Mayapada) E: 106° 38’ 26.5”
7 Kecamatan Karawaci
a. Simpang 3 Gedung Cisadane Jalan S: 06° 10’ 03.28”
  24 Jam
KS. Tubun E: 106° 37’ 51.08”
b. Jalan Beringin Raya (Sekitar
S: 06° 12’ 00,3” Selasa, 15 Mei
  Kantor Kelurahan Karawaci 24 Jam
E: 106° 36’ 53,4” 2018
Baru/Parkir Pasar Bandengan)
S: 06° 11’ 14.30”
  c. Terminal Cimone 24 Jam
E: 106° 36’ 55.50”
8 Kecamatan Cibodas
a. Jalan Gatot Subroto (Sekitar Giant, S: 06° 11’ 17,1”
  24 Jam
dekat tiang bendera) E: 106° 36’ 12,7”
S: 06° 11’ 54.00”
  b. Jalan Kalisabi 2 Rabu, 16 Mei 2018 24 Jam
E: 106° 35’ 44.20”
c. Kantor Kecamatan Cibodas Jalan S: 06° 12’ 20.94”
  24 Jam
Prambanan Raya E: 106° 36’ 15.48”
9 Kecamatan Jatiuwung
S: 06° 11’ 18.90”
  a. Jalan Siliwangi/Pasar Kemis 24 Jam
E: 106° 35’ 04.10”
b. Jalan Gatot Subroto Perbatasan
S: 06° 12’32,9"
  dengan Kabupaten Tangerang Senin, 21 Mei 2018 24 Jam
E: 106° 33' 58,2"
(depan Hino)
c. Zona Industri Manis (Jalan Manis S: 06° 12' 29.50"
  24 Jam
IV Sekitar PT. Soraya Interindo) E: 106° 34' 49.80"
10 Kecamatan Periuk

48
Waktu Durasi
No. Lokasi Koordinat
Pemantauan Pengukuran
a. Ruko Duta Indah Sentosa,
S: 06° 09' 00.20"
  Perbatasan Rajeg - Kota Tangerang 24 Jam
E: 106° 35' 37.00"
Jalan M. Toha
S: 06° 09' 23.9" Selasa, 22 Mei
  b. Jalan Aria Kemuning (Industri) 24 Jam
E: 106° 36' 16.3" 2018
c. Kantor Kecamatan Periuk Jalan S: 06° 10' 13.20"
  24 Jam
Raya Villa Tangerang Regency E: 106° 35' 37.50"
11 Kecamatan Batu Ceper
S: 06° 09' 35.38"
  a. Jembatan Tatung Jalan Daan Mogot 24 Jam
E: 106° 41' 13.31"
b. Kantor Kelurahan Batu Jaya Jalan S: 06° 09' 41.16"
  24 Jam
Pembangunan I E: 106° 39' 26.53" Kamis, 24 Mei
2018
c. Perumahan Batu Ceper Permai S: 06° 09' 42,0"
  24 Jam
(Taman) E: 106° 40' 04,3"

12 Kecamatan Benda
a. Kantor Kelurahan Pajang yang S: 06° 08' 16.13" Jum’at, 25 Mei
  24 Jam
Lama Jalan Gelora E: 106° 39' 58.76" 2018
b. Kantor Kecamatan Benda Jalan S: 06° 07' 56.60"
  24 Jam
Husen Sastranegara E: 106° 41' 09.80"
S: 06° 06' 50.31"
  c. Simpang Empat Atang Sanjaya 24 Jam
E: 106° 41' 20.26"
13 Kecamatan Neglasari
a. Jalan Marsekal Suryadarma S: 06° 08' 05.43"
  24 Jam
(Simpang M1) E: 106° 37' 58.88"
b. TPA Rawa Kucing Jalan Iskandar S: 06° 08' 20.66"
  Senin, 28 Mei 2018 24 Jam
Muda E: 106° 37' 01.25"
c. Kantor DLH Jalan Iskandar Muda S: 06° 09' 23.6"
  24 Jam
(Samping Pos Security) E: 106° 37' 46.8"

D. Monitoring
1. Kualitas Udara Ambien
Hasil dari pemantauan kualitas udara ambien pada umumnya dapat
dikategorikan cukup baik dimana sebagian besar hasil pantauan berada
dibawah baku mutu yang ditetapkan tetapi ada beberapa lokasi yang nilainya
melebihi baku mutu yang ditetapkan.

49
Tabel 4.4. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien

WAKTU HASIL PENGUKURAN KUALITAS UDARA AMBIEN


SATUAN BAKU
No PARAMETER PENGUKURA Kec. Ciledug Kec. Larangan Kec. Karangtengah Kec. Cipondoh Kec. Pinang
UNIT MUTU
N 1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 4a 4b 4c 5a 5b 5c
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 24 Jam 365* 2.94 0.7581 3.45 0.7581 2.94 6.4 5.9 3.44 0.7581 5.9 1.47 1.95 0.7581
10000
2 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 24 Jam 2068.8 5547.4 1200.2 4732 1200.2 2339.3 1684 2065 2232.7 5440.7 6366.5 1253.5 4244.3
*
3
3 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm 24 Jam 150* 1.53 6.19 2.9 4.94 0.3603 8.67 4.81 6.07 5.68 9.33 10.8 27.7 2.55
4 Oksidan (O3) µg/Nm3 1 Jam 235* 15.3 74.6 57 91.6 13.4 85.1 13.4 78.3 51.5 94.4 59.6 44.8 35.5
5 Hidro Karbon (HC) µg/Nm3 3 Jam 160* 42.7 30.1 36.4 31 36.2 39.3 48.3 54.3 45.5 55.2 47.4 31.6 19.6
6 PM 10 (Partikel < 10 µm) µg/Nm3 24 Jam 150* 84.5 88.1 62.8 85.8 60.3 52.5 58.7 34.4 29.3 65.2 36 192.8 66.1
7 Debu (TSP) µg/Nm3 24 Jam 230* 123.5 127.8 139 197.9 131.1 158.3 71.4 135.8 149.9 80.7 90.4 241.8 189.9
8 Timah Hitam (Pb) µg/Nm3 24 Jam 2* <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04
9 Amoniak (NH3) ppm - 2** 0.017 <0.0097 0.042 <0.0097 <0.0097 <0.0097 <0.0097 <0.0097 <0.0097 0.062 0.082 0.055 0.017
10 Hidrogen SUlfida (H2S) ppm - 0.02** 0.0031 <0.0021 <0.0021 0.0077 0.0022 0.0022 0.0028 0.0027 0.0037 0.0034 0.0028 <0.0021 0.0031
Temperatur ºC - - 33 33 33 33 32 32 32 33 30 32 33 32 33
Kelembaban Relatif % - - 57 51 52 56 55 56 51 54 62 61 54 55 51
0.21- 0.15- 0.26- 0.36- 0.11- 0.18- 0.08- 0.03- 1.28- 0.23- 0.36- 0.12-
Kecepatan Angin m/det - - 0.31-0.98
1.87 1.83 0.96 1.56 2.15 1.73 1.85 1.26 2.17 1.41 1.56 1.74
Arah Angin Dominan - - - Timur Timur Selatan Selatan Selatan Utara Barat Utara Barat Selatan Barat Timur Utara
Baku Mutu :
*Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
**Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan
Keterangan Lokasi :
Lokasi Kecamatan Kode
Kantor Kel. Paninggilan Utara, Jl. Cipto Mangunkusumo, Perumahan Mahkota Simprug Cileduk 1a
Kantor Kec. Ciledug, Jl. HOS Cokroaminoto Cileduk 1b
Perumahan Tajur Cileduk 1c
Kantor Kel. Kreo, Jl. HOS Cokroaminoto Larangan 2a
Kantor Kec. Larangan, Jl. Mawar I Larangan 2b
Ruko Perumahan Bumi Permata Indah, Jl. Raden Saleh Raya Karang Tengah 3a
Sekitar Kantor Kec. Karang Tengah Karang Tengah 3b
Kantor Kel. Gondrong, Jl. KH Ahmad Dahlan Cipondoh 4a
Terminal Poris Plawad, Jl. Benteng Betawi Cipondoh 4b
JL. KH. Hasyim Ashari (Sekitar Kantor Kecamatan Cipondoh) Cipondoh 4c
Jl. MH Thamrin (Sekitar PT. Tifico) Pinang 5a
Kantor Kel. Kunciran Indah, Jl. Pikun Pinang 5b
Kantor Kec. Pinang, Jl. Sultan Ageng Tirtayasa Pinang 5c

50
WAKTU HASIL PENGUKURAN KUALITAS UDARA AMBIEN
SATUAN BAKU
No PARAMETER PENGUKURA Kec. Tangerang Kec. Karawaci Kec. Cibodas Kec. Jatiuwung
UNIT MUTU
N 6a 6b 6c 7a 7b 7c 8a 8b 8c 9a 9b 9c
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 24 Jam 365* 0.7581 1.95 2.43 0.96 1.45 0.7581 0.7581 0.7581 0.7581 0.7581 0.7581 0.7581
10000
2 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 24 Jam 1741.2 2613.7 2122.2 4084.3 1958.3 5715 1741.2 3158.5 1200.2 5768.3 14043.7 5440.7
*
3
3 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm 24 Jam 150* 0.85 8.06 24.8 5.58 7.78 5.52 4.69 4.36 12.1 1.98 28.9 7.25
4 Oksidan (O3) µg/Nm3 1 Jam 235* 44.2 33.1 93.9 16.5 48.7 79.1 4.35 40.2 14.5 3.08 8.77 0.9555
5 Hidro Karbon (HC) µg/Nm3 3 Jam 160* 45.6 57.3 67.5 41.2 36.3 54.7 54.4 31.4 54.3 29.5 24.2 19.8
6 PM 10 (Partikel < 10 µm) µg/Nm3 24 Jam 150* 34.8 1.17 3.17 29.5 4.72 22.5 17.5 34.4 52.7 22.9 128.3 37.3
7 Debu (TSP) µg/Nm3 24 Jam 230* 120.8 70.2 60.7 47.1 24 79.1 58.5 71.9 81.7 51.2 66.6 22.1
8 Timah Hitam (Pb) µg/Nm3 24 Jam 2* <0.04 0.087 <0.04 <0.04 <0.04 0.15 0.16 0.35 0.054 <0.04 <0.04 <0.04
9 Amoniak (NH3) ppm - 2** 0.069 0.087 0.087 0.09 0.086 0.12 0.0097 0.07 0.06 0.14 0.07 0.079
10 Hidrogen SUlfida (H2S) ppm - 0.02** 0.0022 <0.0021 <0.0021 <0.0021 <0.0021 <0.0021 <0.0021 0.0045 <0.0021 <0.0021 <0.0021 <0.0021
Temperatur ºC - - 33 31 31 31 30 34 32 32 30 32 30 32
Kelembaban Relatif % - - 55 61 53 60 61 54 56 54 44 54 64 61
0.12- 0.48- 0.87- 0.08- 0.25- 0.26- 0.06- 0.15-
Kecepatan Angin m/det - - 0.7-1.1 0.7-1.1 0.13-1.21 0.6-1.1
2.05 1.42 1.38 1.38 1.25 1.56 1.19 1.28
Arah Angin Dominan - - - Barat Barat Timur Selatan Barat Barat Barat Barat Timur Barat Barat Selatan
Baku Mutu :
*Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
**Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan
Keterangan Lokasi :
Lokasi Kecamatan Kode
Gedung Puspem, Jl. Satria Sudirman Tangerang 6a
Simpang 3 Robinson, Jl. Daan Mogot Tangerang 6b
Moderland (perumahan) sekitar RS. Mayapada Tangerang 6c
Simpang 3 Gedung Cisadane, Jl. KS. Tubun Karawaci 7a
Jl. Beringin Raya (Sekitar Kantor Kel. Karawaci Baru) Karawaci 7b
Terminal Cimone Karawaci 7c
Jl. Gatot Subroto (sekitar giant) Cibodas 8a
Jl. Kalisabi 2 Cibodas 8b
Kantor Kec. Cibodas, Jl. Prambanan Raya Cibodas 8c
Jl. Siliwangi/Pasar Kemis Jatiuwung 9a
Jl. Gatot Subroto (depan Hino) perbatasan dengan Kabupaten Tangerang Jatiuwung 9b
Zona Industri Manis (Jl. Manis IV sekitar PT. Soraya Interindo) Jatiuwung 9c

51
HASIL PENGUKURAN KUALITAS UDARA AMBIEN
SATUAN WAKTU BAKU
No PARAMETER Kec. Periuk Kec. Batu Ceper Kec. Benda Kec. Neglasari
UNIT PENGUKURAN MUTU
10a 10b 10c 11a 11b 11c 12a 12b 12c 13a 13b 13c
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 24 Jam 365* 0.7581 0.7581 0.7581 0.97 0.7581 7.4 4.89 10.4 0.7581 1.96 0.7581 9.78
2 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 24 Jam 10000* 13171.2 5444.5 5010.2 8816.3 925.8 10995.7 1798.3 1417.3 10614.7 2724.2 1687.8 4895.8
3 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 24 Jam 150* 14.7 6 7.18 3.11 4.03 12.9 6.02 13.8 8.74 5.72 23.9 32
4 Oksidan (O3) µg/Nm3 1 Jam 235* 0.9555 0.9555 0.9555 23.6 23.6 89.1 39.4 77 31.8 19.1 0.9555 47.6
5 Hidro Karbon (HC) µg/Nm3 3 Jam 160* 33.6 30.7 29.6 28.4 24.5 24.1 36.2 31.7 26.2 28.9 22.9 19.6
6 PM 10 (Partikel < 10 µm) µg/Nm3 24 Jam 150* 49.4 95.7 27.1 54.3 46.7 39.7 18.4 25.7 18.3 78.6 54.6 65
7 Debu (TSP) µg/Nm3 24 Jam 230* 59.2 52.9 65.2 27.6 24.8 19.6 47.9 55.9 24.1 152.8 134.8 139.1
8 Timah Hitam (Pb) µg/Nm3 24 Jam 2* <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04 <0.04
9 Amoniak (NH3) ppm - 2** 0.067 0.091 0.14 0.028 0.049 0.14 0.14 0.14 0.091 0.1 0.062 0.095
10 Hidrogen SUlfida (H2S) ppm - 0.02** <0.0021 0.014 <0.0021 0.0078 0.004 0.0049 0.0023 0.011 0.0036 0.0036 <0.0021 0.0032
Temperatur ºC - - 30 31 32 32 33 32 30 33 31 32 32 32
Kelembaban Relatif % - - 64 60 53 61 54 68 56 56 63 56 53 54
Kecepatan Angin m/det - - 0.51-1.23 0.6-1 0.13-1.52 0.6-1.01 0.12-1.91 0.18-2.25 0.08-1.76 0.12-1.02 0.63-1.12 0.21-1.53 0.98-1.25 0.46-1.81
Arah Angin Dominan - - - Selatan Barat Utara Barat Barat Timur Selatan Timur Barat Barat Barat Barat
Baku Mutu :
*Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
**Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan
Keterangan Lokasi :
Lokasi Kecamatan Kode
Ruko Duta Indah Sentosa, Perbatasan Rajeg-Kota Tangerang, Jl. M. Toha Periuk 10a
Jl. Aria Kemuning (industri) Periuk 10b
Kantor Kec. Periuk, Jl. Raya Villa Tangerang Regency Periuk 10c
Jl. Marsekal Suryadarma (Simpang M1) Neglasari 11a
TPA Rawa Kucing, Jl. Iskandar Muda Neglasari 11b
Kantor DLH, Jl. Iskandar Muda Neglasari 11c
Jembatan Tatung, Jl. Daan Mogot Batu Ceper 12a
Kantor Kel. Batu Jaya, Jl. Pembangunan I Batu Ceper 12b
Perumahan Batuceper Permai Batu Ceper 12c
Kantor Kel. Pajang yang lama, Jl. Gelora Benda 13a
Kantor Kec. Benda, Jl. Husen Sastranegara Benda 13b
Simpang Empat Atang Sanjaya Benda 13c

52
2. Tingkat Kebisingan

Tabel 4.5. Hasil Analisis Tingkat Kebisingan

Baku Tingkat
Kebisingan Peruntukan
No Lokasi Kecamatan Kebisingan
(dBA) Kawasan
(dBA)
Kantor Kel. Paninggilan Utara, Jl.
Perkantoran
1 Cipto Mangunkusumo, Perumahan Ciledug 79.2 60
Pemerintahan
Mahkota Simprug
Kantor Kec. Ciledug, Jl. HOS Perkantoran
2 Ciledug 70.1 60
Cokroaminoto Pemerintahan
Perumahan &
3 Perumahan Tajur Ciledug 66.4 55
Pemukiman
Kantor Kel. Kreo, Jl. HOS Perkantoran
4 Larangan 77.7 60
Cokroaminoto Pemerintahan
Perkantoran
5 Kantor Kec. Larangan, Jl. Mawar I Larangan 63.4 60
Pemerintahan
Ruko Perumahan Bumi Permata Karang Perdagangan &
6 78.5 70
Indah, Jl. Raden Saleh Raya Tengah Jasa
Karang Perkantoran
7 Sekitar Kantor Kec. Karang Tengah 57.6 60
Tengah Pemerintahan
Kantor Kel. Gondrong, Jl. KH Perkantoran
8 Cipondoh 74.2 60
Ahmad Dahlan Pemerintahan
Kawasan
Terminal Poris Plawad, Jl. Benteng
9 Cipondoh 58.4 peruntukan 70
Betawi
pelayanan umum
JL. KH. Hasyim Ashari (Sekitar
Perdagangan &
10 Kantor Kecamatan Cipondoh-depan Cipondoh 85.4 70
Jasa
Alfa Mart)
11 Jl. MH Thamrin (Sekitar PT. Tifico) Pinang 75 Industri 70
Kantor Kel. Kunciran Indah, Jl. Perkantoran
12 Pinang 72.9 60
Pikun Pemerintahan
Kantor Kec. Pinang, Jl. Sultan Perkantoran
13 Pinang 68 60
Ageng Tirtayasa Pemerintahan
Gedung Puspem, Jl. Satria Perkantoran
14 Tangerang 61.2 60
Sudirman Pemerintahan
Simpang 3 Robinson, Jl. Daan Perdagangan &
15 Tangerang 83.8 70
Mogot Jasa
Moderland (perumahan) sekitar RS. Perumahan &
16 Tangerang 70.1 55
Mayapada Pemukiman
Simpang 3 Gedung Cisadane, Jl. Perkantoran
17 Karawaci 82.8 60
KS. Tubun Pemerintahan
Jl. Beringin Raya (Sekitar Kantor Perdagangan &
18 Karawaci 73.5 70
Kel. Karawaci Baru) Jasa
Kawasan
19 Terminal Cimone Karawaci 68.1 peruntukan 70
pelayanan umum
Perdagangan &
20 Jl. Gatot Subroto (sekitar giant) Cibodas 73.1 70
Jasa
21 Jl. Kalisabi 2 Cibodas 76.50 Industri 70

53
Baku Tingkat
Kebisingan Peruntukan
No Lokasi Kecamatan Kebisingan
(dBA) Kawasan
(dBA)
Kantor Kec. Cibodas, Jl. Prambanan Perkantoran
22 Cibodas 71.50 60
Raya Pemerintahan
Perdagangan &
23 Jl. Siliwangi/Pasar Kemis Jatiuwung 72.20 70
Jasa
Jl. Gatot Subroto (depan Hino)
24 perbatasan dengan Kabupaten Jatiuwung 85.8 Industri 70
Tangerang
Zona Industri Manis (Jl. Manis IV
25 Jatiuwung 83.00 Industri 70
sekitar PT. Soraya Interindo)
Ruko Duta Indah Sentosa,
Perdagangan &
26 Perbatasan Rajeg-Kota Tangerang, Periuk 81.20 70
Jasa
Jl. M. Toha
27 Jl. Aria Kemuning (industri) Periuk 75.30 Industri 70
Kantor Kec. Periuk, Jl. Raya Villa Perkantoran
28 Periuk 63.90 60
Tangerang Regency Pemerintahan
Kawasan
Jl. Marsekal Suryadarma (Simpang
29 Neglasari 74.20 peruntukan 70
M1)
bandar udara
Kawasan
TPA Rawa Kucing, Jl. Iskandar
30 Neglasari 71.10 peruntukan 70
Muda
pelayanan umum
Perkantoran
31 Kantor DLH, Jl. Iskandar Muda Neglasari 83.50 60
Pemerintahan
32 Jembatan Tatung, Jl. Daan Mogot Batu Ceper 74.20 Industri 70
Kantor Kel. Batu Jaya, Jl. Perkantoran
33 Batu Ceper 76.50 60
Pembangunan I Pemerintahan
Perumahan &
34 Perumahan Batuceper Permai Batu Ceper 53.70 55
Pemukiman
Kawasan
Kantor Kel. Pajang yang lama, Jl.
35 Benda 70.80 peruntukan 70
Gelora
bandar udara
Kawasan
Kantor Kec. Benda, Jl. Husen
36 Benda 67.80 peruntukan 70
Sastranegara
bandar udara
Kawasan
37 Simpang Empat Atang Sanjaya Benda 76.90 peruntukan 70
bandar udara

E. Evaluasi
1. Kualitas Udara
a. Hasil perhitungan ISPU berdasarkan per parameter menunjukkan :
1) Nilai ISPU Parameter SO2 pengukuran 24 Jam menunjukkan bahwa
semua lokasi pengujian di 37 lokasi di 13 Kecamatan Kualitas Udara
Kategori Baik;

54
2) Nilai ISPU Parameter CO pengukuran 24 Jam menunjukkan bahwa :
3) 64.86% (24 lokasi) dengan Kualitas Udara Kategori Baik, 24.32% (9
lokasi) dengan Kualitas Udara Kategori Sedang dan 10.81% (4 lokasi)
dengan Kualitas Udara Kategori Tidak Sehat.
4) Nilai ISPU Parameter NO2 pengukuran 24 Jam menunjukkan bahwa
semua lokasi pengujian di 37 lokasi di 13 Kecamatan Kualitas Udara
Kategori Baik.
5) Nilai ISPU Parameter O3 pengukuran 1 Jam menunjukkan bahwa
semua lokasi pengujian di 37 lokasi di 13 Kecamatan Kualitas Udara
Kategori Baik.
6) Nilai ISPU Parameter PM10 pengukuran 24 Jam menunjukkan bahwa
54.05% ( 20 lokasi) dengan Kualitas Udara Kategori Baik, 43.24%
(16 lokasi) dengan Kualitas Udara Kategori Sedang, 2.7% (1 lokasi)
dengan Kualitas Udara Kategori Tidak Sehat.
b. Nilai ISPU berdasarkan parameter dominan di 37 titik lokasi
menunjukkan bahwa:

Tabel 4.6. Nilai ISPU Berdasarkan Parameter Dominan di 37 Titik Lokasi

NILAI INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA (ISPU)


PARAMETE Kec.
Kec. Ciledug Kec. Larangan Kec. Cipondoh Kec. Pinang
R Karangtengah
1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 4a 4b 4c 5a 5b 5c
Kualitas Sedan Sedan Sedan Sedan Sedan Sedan Sedan Sedan Sedan Tidak Sedan
Baik Baik
Udara g g g g g g g g g Sehat g
Parameter PM1 PM1
PM10 PM10 PM10 PM10 PM10 PM10 PM10 PM10 CO PM10 PM10
Dominan 0 0

NILAI INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA (ISPU)


N
PARAMETER Kec. Tangerang Kec. Karawaci Kec. Cibodas Kec. Jatiuwung
o
6a 6b 6c 7a 7b 7c 8a 8b 8c 9a 9b 9c
Sedan Sedan Tidak
1. Kualitas Udara Baik Baik Baik Baik Baik Sedang Baik Baik Sedang
g g Sehat
Parameter Oksida
2. PM10 CO PM10 CO CO PM10 PM10 PM10 CO CO CO
Dominan n (O3)

NILAI INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA (ISPU)


No PARAMETER Kec. Periuk Kec. Batu Ceper Kec. Benda Kec. Neglasari
10a 10b 10c 11a 11b 11c 12a 12b 12c 13a 13b 13c
Tidak Sedan Sedan Tidak Tidak
1. Kualitas Udara Sedang Baik Baik Baik Sedang Sedang Sedang
Sehat g g Sehat Sehat
Parameter Oksidan
2. CO PM10 CO CO PM10 CO PM10 CO PM10 PM10 PM10
Dominan (O3)

55
2. Kebisingan
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas kebisingan di 37 titik lokasi
yang tersebar di 13 Kecamatan di Kota Tangerang menunjukkan bahwa
hampir sebagian besar lokasi pengujian nilainya berada di atas Baku Tingkat
Kebisingan dengan prosentasi 13.51% (5 lokasi) dibawah baku tingkat
kebisingan dan 86.48% (32 lokasi) melebihi baku tingkat kebisingan.

Tabel 4.7. Kualitas Kebisingan di 37 Titik Lokasi

Baku
N Kecamata Kebisingan Peruntukan Tingkat
Lokasi
o n (dBA) Kawasan Kebisingan
(dBA)
Kantor Kel.
Paninggilan Utara,
Perkantoran
Jl. Cipto
1 Ciledug 79.2 Pemerintaha 60
Mangunkusumo,
n
Perumahan
Mahkota Simprug
Kantor Kec. Perkantoran
2 Ciledug, Jl. HOS Ciledug 70.1 Pemerintaha 60
Cokroaminoto n
Perumahan
3 Perumahan Tajur Ciledug 66.4 & 55
Pemukiman
Kantor Kel. Kreo, Perkantoran
4 Jl. HOS Larangan 77.7 Pemerintaha 60
Cokroaminoto n
Kantor Kec. Perkantoran
5 Larangan, Jl. Larangan 63.4 Pemerintaha 60
Mawar I n
Ruko Perumahan
Bumi Permata Karang Perdagangan
6 78.5 70
Indah, Jl. Raden Tengah & Jasa
Saleh Raya
Perkantoran
Sekitar Kantor Kec. Karang
7 57.6 Pemerintaha 60
Karang Tengah Tengah
n
Kantor Kel. Perkantoran
8 Gondrong, Jl. KH Cipondoh 74.2 Pemerintaha 60
Ahmad Dahlan n
Kawasan
Terminal Poris
peruntukan
9 Plawad, Jl. Benteng Cipondoh 58.4 70
pelayanan
Betawi
umum
10 JL. KH. Hasyim Cipondoh 85.4 Perdagangan 70
Ashari (Sekitar & Jasa
Kantor Kecamatan

56
Baku
N Kecamata Kebisingan Peruntukan Tingkat
Lokasi
o n (dBA) Kawasan Kebisingan
(dBA)
Cipondoh-depan
Alfa Mart)
Jl. MH Thamrin
11 Pinang 75 Industri 70
(Sekitar PT. Tifico)
Kantor Kel. Perkantoran
12 Kunciran Indah, Jl. Pinang 72.9 Pemerintaha 60
Pikun n
Kantor Kec. Perkantoran
13 Pinang, Jl. Sultan Pinang 68 Pemerintaha 60
Ageng Tirtayasa n
Perkantoran
Gedung Puspem, Jl.
14 Tangerang 61.2 Pemerintaha 60
Satria Sudirman
n
Simpang 3
Perdagangan
15 Robinson, Jl. Daan Tangerang 83.8 70
& Jasa
Mogot
Moderland Perumahan
16 (perumahan) sekitar Tangerang 70.1 & 55
RS. Mayapada Pemukiman
Simpang 3 Gedung Perkantoran
17 Cisadane, Jl. KS. Karawaci 82.8 Pemerintaha 60
Tubun n
Jl. Beringin Raya
(Sekitar Kantor Perdagangan
18 Karawaci 73.5 70
Kel. Karawaci & Jasa
Baru)
Kawasan
peruntukan
19 Terminal Cimone Karawaci 68.1 70
pelayanan
umum
Jl. Gatot Subroto Perdagangan
20 Cibodas 73.1 70
(sekitar giant) & Jasa
21 Jl. Kalisabi 2 Cibodas 76.50 Industri 70
Kantor Kec. Perkantoran
22 Cibodas, Jl. Cibodas 71.50 Pemerintaha 60
Prambanan Raya n
Jl. Siliwangi/Pasar Perdagangan
23 Jatiuwung 72.20 70
Kemis & Jasa
Jl. Gatot Subroto
(depan Hino)
24 perbatasan dengan Jatiuwung 85.8 Industri 70
Kabupaten
Tangerang
Zona Industri
Manis (Jl. Manis
25 Jatiuwung 83.00 Industri 70
IV sekitar PT.
Soraya Interindo)
26 Ruko Duta Indah Periuk 81.20 Perdagangan 70

57
Baku
N Kecamata Kebisingan Peruntukan Tingkat
Lokasi
o n (dBA) Kawasan Kebisingan
(dBA)
Sentosa, Perbatasan
Rajeg-Kota
& Jasa
Tangerang, Jl. M.
Toha
Jl. Aria Kemuning
27 Periuk 75.30 Industri 70
(industri)
Kantor Kec. Periuk, Perkantoran
28 Jl. Raya Villa Periuk 63.90 Pemerintaha 60
Tangerang Regency n
Jl. Marsekal Kawasan
29 Suryadarma Neglasari 74.20 peruntukan 70
(Simpang M1) bandar udara
Kawasan
TPA Rawa Kucing, peruntukan
30 Neglasari 71.10 70
Jl. Iskandar Muda pelayanan
umum
Perkantoran
Kantor DLH, Jl.
31 Neglasari 83.50 Pemerintaha 60
Iskandar Muda
n
Jembatan Tatung,
32 Batu Ceper 74.20 Industri 70
Jl. Daan Mogot
Kantor Kel. Batu Perkantoran
33 Jaya, Jl. Batu Ceper 76.50 Pemerintaha 60
Pembangunan I n
Perumahan
Perumahan
34 Batu Ceper 53.70 & 55
Batuceper Permai
Pemukiman
Kantor Kel. Pajang Kawasan
35 yang lama, Jl. Benda 70.80 peruntukan 70
Gelora bandar udara
Kantor Kec. Benda, Kawasan
36 Jl. Husen Benda 67.80 peruntukan 70
Sastranegara bandar udara
Kawasan
Simpang Empat
37 Benda 76.90 peruntukan 70
Atang Sanjaya
bandar udara

58
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Struktur organisasi pada Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan yaitu dipimpin oleh Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan . Membawahi tiga Seksi yaitu Seksi Pemantaun Kualitas
Lingkungan, Seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan, dan Seksi Pengendalian
Kerusakan Lingkungan. Dan pada setiap Seksi membawahi staff-staff yang
bertanggung jawab langsung pada Kepala Seksi Bidang yang bersangkutan.
2. Dalam Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan setiap staff
melakukan kegiatannya sesuai tugas pokok dan fugsi yang telah diatur oleh Peraturan
walikota Tangerang Nomor 68 Tahun 2016.
3. Hasil dari pemantauan kualitas udara ambien pada umumnya dapat dikategorikan
cukup baik dimana sebagian besar hasil pantauan berada dibawah baku mutu yang
ditetapkan tetapi ada beberapa lokasi yang nilainya melebihi baku mutu yang
ditetapkan dan hasil pemantauan kualitas kebisingan di 37 titik lokasi yang tersebar di
13 Kecamatan di Kota Tangerang menunjukkan bahwa hampir sebagian besar lokasi
pengujian nilainya berada di atas Baku Tingkat Kebisingan dengan prosentasi 13.51%
(5 lokasi) dibawah baku tingkat kebisingan dan 86.48% (32 lokasi) melebihi baku
tingkat kebisingan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
a. Dalam melaksanakan magang, sebelum terjun langsung ke lapangan kita harus
sudah memiliki bekal materi tentang apa yang akan dipraktikan, baik itu dari
referensi-referensi maupun bertanya secara langsung pada pembimbing.
b. Selama magang hendaknya melaksanakan pekerjaan dengan ikhlas, disiplin dan
giat untuk mencapai hasil yang optimal.
2. Bagi STIKes Kharisma Persada
a. Diharapkan adanya kerjasama institusi dengan tempat magang agar mahasiswa
STIKes Kharisma Persada Khususnya untuk Prodi Kesehatan Masyarakat yang
berminat dengan keilmuan Kesehatan Lingkungan.

59
b. Diharapkan dengan terbina kerjasama mahasiswa yang telah melakukan kegiatan
magang dapat menerapkan ilmu kesehatan lingkungan di lingkungan STIKes
Khrisma Persada.
3. Bagi Dinas Lingkungan Hidup
a. Diharapkan mahasiswa mendapatkan ilmu yang terkait dengan kesehatan
lingkungan secara manajamen dan operasinal.
b. Diharapkan mahasiswa mendapatkan ilmu kesehatan lingkungan untuk bisa
diterapkan pada untuk menjaga kelestarian lingkungan baik disekitar institusi
maupun diluar institusi.

60

Anda mungkin juga menyukai