Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MANAJEMEN KESELAMATAN INDUSTRI

“MEDICAL CHECKUP & REGULAR TRAINING SAFETY”

Dosen:
Panca Nugrahini, S.T,M.T

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Assya Nauri Des Harahap 1915041008

Ecclesya Agata Simanjuntak 1915041050

Nuril Aiqadzani 1915041034

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Manajemen Keselamatan Industri yang membahas tentang “Medical Checkup dan Regular
Training Safety”  ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan ntuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
matakuliah Manajemen Keselamatan Industri, Ibu Panca Nurahini, S.T,M.T.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan Medical Checkup dan Regular Training Safety secara umum, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pengajar mata
kuliah Manajemen Keselamatan Industri atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini serta kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah
wawasan kita mengenai Medical Checkup dan Regular Training Safety secara umum pada industri, khususnya bagi penulis.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik.

Bandar Lampung, 24 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan Makalah................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Medical Checkup ............................................................ 2
2.2. Manfaat Medical Checkup................................................................. 2
2.3. Jenis-Jenis Medical Checkup............................................................. 3
2.4. Persiapan sebelum Medical Checkup................................................. 4
2.5. Dasar Hukum Medical Checkup........................................................ 4
2.6. Kriteria Status Kesehatan Pekerja...................................................... 6
2.7. Proses Medical Checkup.................................................................... 6
2.8. SOP Medical Checkup....................................................................... 12
2.9. Kegunaan Medical Checkup.............................................................. 14
2.10. Prosedur Medical Checkup................................................................ 15
2.11. Pengertian Safety Training................................................................. 25
2.12. Tujuan Safety Training ..................................................................... 25
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan........................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA
4.1. Daftar Pustaka……………………………………………………… 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009). Pada saat ini telah terjadi
transisi epidemilogi yaitu terjadinya perubahan pola penyakit yang pada awalnya didominasi oleh penyakit menular namun
sekarang didominasi oleh penyakit tidak menular (PTM). Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit non infeksi yang
berlangsung seumur hidup dan membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang.
Untuk mencegah terjadinya penyakit tidak menular dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan berupa pelayanan
Medical Check-Up untuk mengetahui sedini mungkin masalah kesehatan yang ada di dalam tubuh. Medical Check-Up
dilakukan untuk mempertahankan kesehatan yang tak ternilai harganya dan diperlukan untuk mencegah timbulnya penyakit
yang lebih lanjut. Mendeteksi penyakit yang mungkin timbul merupakan hal yang sangat penting, karena tidak semua
penyakit mempunyai gejala yang jelas, terkadang kita baru mengetahui penyakit tersebut saat melakukan pemeriksaan
kesehatan. Pemeriksaan kesehatan sangatlah bagus dilakukan oleh perusahaan/instansi terhadap pegawainya karena dengan
itu dapat meningkatkan kualitas kerja karyawan, dengan tubuh yang sehat tentu kinerja pegawai tersebut akan lebih maksimal
sehingga produktivitasnya juga lebih baik. Selain itu, pelatihan mengenai kesehatan keselamatan kerja juga akan mendukung
keselamatan pekerja/karyawan saat melakukan pekerjaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Medical Checkup?
2. Apa manfaat dari dilakukannya Medical Checkup?
3. Apa saja jenis-jenis Medical Checkup?
4. Bagaimana persiapan sebelum dilakukannya Medical Checkup?
5. Bagaimana prosedur dilakukannya Medical Checkup?
6. Apa saja yang menjadi kriteria status kesehatan pekerja?
7. Apa pengertian dari Safety Training?
8. Apa tujuan dari Safety Training?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Medical Checkup.
2. Untuk mengetahui manfaat Medical Checkup.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis Medical Checkup.
4. Untuk memahami persiapan yang harus dilakukan sebelum Medical Checkup.
5. Untuk memahami prosedur Medical Checkup.
6. Untuk mengetahui kriteria status kesehatan pekerja.
7. Untuk mengetahui pengertian dari Safety Training.
8. Untuk mengetahui tujuan dari pelaksanaan Safety Training.

1
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Medical Checkup
Kesehatan adalah milik kita yang paling berharga. Jika kondisi kita tidak sehat, maka akan mengakibatkan tingkat
produktivitas kita menurun dan berdampak pada keuntungan perusahaan. Oleh karena itu kesehatan adalah aset yang berharga yang
perlu dijaga dengan baik dan dilindungi sedapat mungkin. Untuk melindungi kesehatan kita secara dini dan untuk mengetahui bila ada
kondisi yang membahayakan kesehatan atau kondisi kesehatan yang menurun, maka diperlukan MCU (Medical Check Up).
https://www.integra.co.id/wp-content/uploads/2016/11/MCU-Perusahaan.pdf
Hampir semua orang merasa tidak ada keluhan dalam tubuhnya, mereka yakin tubuhnya sehat, padahal belum tentu seperti
itu. Ada penyakit yang tidak menampakkan gejalanya di awal, tetapi ketika terdeteksi sudah dalam tingkat yang parah, seperti penyakit
diabetes/kencing manis dan hipertensi/darah tinggi dll. Oleh karena itulah pentingnya mendeteksi kesehatan secara rutin, karena
seseorang tidak tahu kapan datangnya penyakit.
https://www.integra.co.id/wp-content/uploads/2016/11/MCU-Perusahaan.pdf
Pemeriksaan kesehatan atau Medical Check Up (MCU) sendiri adalah suatu rangkaian uji kesehatan yang dilakukan secara
menyeluruh dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan secara berkala. MCU dapat dilakukan sedini mungkin, namun
umumnya dilakukan pada usia dewasa. Terlebih jika seseorang mempunyai kemungkinan mendapat penyakit keturunan, seperti
diabetes/kencing manis, high kolesterol, serangan jantung dan mempunyai resiko obesitas dan penyakit yang berpotensi menular atau
mempunyai gaya hidup tidak sehat seperti perokok, kurang olahraga, sering mengonsumsi makanan cepat saji / junk food, dll.,
dianjurkan untuk melakukan MCU sekurang-kurangnya 2 kali setahun.
https://www.integra.co.id/wp-content/uploads/2016/11/MCU-Perusahaan.pdf
Medical check up karyawan merupakan salah satu program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang perlu dilakukan oleh
tiap perusahaan untuk mengetahui kondisi terkini dari kesehatan karyawan atau calon karyawan, sehingga perusahaan dapat
menentukan kemampuan karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan yang dilihat dari sisi kesehatan. Hal ini penting untuk mencegah
penyakit atau kecelakaan yang mungkin ditimbulkan akibat bahaya yang muncul di lingkungan kerja.
https://www.alodokter.com/medical-check-up-karyawan-ini-yang-harus-anda-ketahui
Dengan terjaminnya kesehatan karyawan yang didukung dengan lingkungan kerja yang aman, tidak hanya memengaruhi
kinerja dan produktivitas karyawan, namun juga memengaruhi produktivitas dan reputasi perusahaan secara keseluruhan.
https://www.alodokter.com/medical-check-up-karyawan-ini-yang-harus-anda-ketahui

2.2. Manfaat Medical Checkup


Manfaat Medical check up bagi perusahaan:
1. Menghemat biaya perusahaan
2. Melaksanakan Peraturan Pemerintah, sesuai peraturan dalam UU Nomor 1 Tahun 1970, UU Nomor 21 Tahun 2003, dan UU Nomor
13 Tahun 2003.
3. Kinerja Perusahaan Menjadi Optimal
4. Mendeteksi penyakit sejak dini
5. Karyawan lebih terjamin dan nyaman.
6. Meningkatkan loyalitas karyawan terhadap perusahaan
7. Menentukan kemampuan karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga dapat mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
8. Mengetahui secara dini tanda dari gangguan kesehatan, sehingga dapat meminimalkan faktor risiko dan menentukan langkah
penanganan selanjutnya.
https://www.integra.co.id/wp-content/uploads/2016/11/MCU-Perusahaan.pdf

Manfaat Medical check up bagi karyawan:


1. Mengetahui sedini mungkin kondisi kesehatan kita secara terperinci
2. Mencegah berkembangnya suatu kelainan atau penyakit
3. Melakukan pengobatan segera
4. Mencegah atau menunda terjadinya komplikasi penyakit
5. Menghemat biaya pengobatan
6. Memperpanjang usia produktif dan usia harapan hidup
7. Meningkatkan kualitas hidup
8. Meningkatkan kesadaran karyawan untuk menerapkan gaya hidup sehat, serta selalu mematuhi peraturan K3 di suatu
perusahaan, seperti menggunakan alat pelindung diri (APD).
https://www.integra.co.id/wp-content/uploads/2016/11/MCU-Perusahaan.pdf

2
2.3. Jenis Medical Checkup Karyawan

 Medical check up sebelum kerja (pre-employment medical check up), yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum
pekerja diterima untuk melakukan pekerjaan.

Adapun tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kondisi para tenaga kerja, memastikan tidak adanya penyakit
menular yang dapat membahayakan para pekerja lain serta memastikan bahwa karyawan tersebut cocok untuk pekerjaan yang
akan dilakukan. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain, pemeriksaan fisik lengkap, rontgen paru-paru, laboratorium rutin,
dan pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

http://www.klinikraisha.com/2019/05/medical-check-up-bagi-karyawan-dan-aspek-legalnya/

https://www.hseprime.com/medical-check-up-karyawan/

 Medical check up berkala (regular medical check < up), yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala, sesuai
dengan potensi bahaya dan risiko di lingkungan kerja. Pemeriksaan kesehatan berkala, yakni pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. Pengecekan kesehatan ini tidak hanya
bertujuan untuk mempertahankan kesehatan para pekerja setelah berada dalam pekerjaannya, tetapi juga menilai adanya
kemungkinan ancaman bahaya pekerjaan yang harus dikendalikan atau dicegah. Menurut aturan pemerintah, medical check-
up rutin ini minimal diadakan 1 tahun sekali. Jenis pemeriksaan yang dilakukan sama dengan pemeriksaan kesehatan sebelum
kerja.

https://www.hseprime.com/medical-check-up-karyawan/

http://www.klinikraisha.com/2019/05/medical-check-up-bagi-karyawan-dan-aspek-legalnya/

Selain pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalagi pelaksanaan medical check up atau biasa disebut pemeriksaan
kesehatan berkala atau MCU tahunan dimana pemeriksaan periode ini dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan
tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya (umumnya dilalkukan satu tahun sekali atau sesuai dengan jenis
pekerjaannya (Pasal 3 ayat (2)), serta menilai kemungkinan adanya pengaruh dari pekerjaan awal yang mungkin perlu
dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. (Pasal 3 ayat (1))

Adanya pemeriksaan kesehatan berkala ini salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap kesehatan. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkan hasil MCU sebelum bekerja dengan MCU berkala.

https://www.hseprime.com/dasar-hukum-medical-check-up-di-tempat-kerja/

 Medical check up khusus, yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk mendeteksi pengaruh pekerjaan terhadap
pekerja atau golongan pekerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan pada kondisi khusus, yakni pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu. Hal ini diadakan untuk mengetahui adanya pengaruh dari
suatu pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja. Misalnya, pada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja atau mengalami
sakit yang memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu, dan pekerja yang dengan tugas tertentu sehingga memiliki risiko
terpapar kondisi yang dapat menimbulkan penyakit lebih tinggi dibandingkan pekerjaan lain. Medical check-up jenis ini juga
diperuntukkan bagi pekerja yang berumur lebih dari 40 tahun, pekerja wanita dan tenaga kerja cacat.

Medical check up ini dilakukan terhadap:

o Pekerja yang mengalami kecelakaan atau penyakit yang membutuhkan perawatan lebih dari 2 minggu.

o Pekerja pria dan wanita berusia di atas 40 tahun, serta pekerja yang memiliki disabilitas.

o Pekerja yang diduga memiliki gangguan kesehatan tertentu dan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai kebutuhan.

o Golongan pekerja tertentu, seperti OGUK untuk pekerja offshore, MedEx untuk pilot, atau untuk commercial driver.

https://www.hseprime.com/medical-check-up-karyawan/

http://www.klinikraisha.com/2019/05/medical-check-up-bagi-karyawan-dan-aspek-legalnya/

Selain kedua pemeriksaan tersebut diatas adalagi jenis MCU yaitu pemeriksaan kesehatan khusus. MCU khusus ini
dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan
tenaga kerja tertentu. (Pasal 5 ayat (1)).
Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan terhadap: (Pasal 5 ayat (2))

1. Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua
minggu).

2. Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta
tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.

3. Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan
pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.

3
Umumnya biaya pelaksanaan MCU dibebankan kepada Perusahaan atau pengusaha yang bertanggung jawab atas
biaya yang diperlukan terhadap pelaksanaan MCU diatas. (Pasal 9)

https://www.hseprime.com/dasar-hukum-medical-check-up-di-tempat-kerja/

2.4. Persiapan Sebelum Medical Checkup


1. Puasa Biasanya, anjuran Puasa dilakukan untuk jangka waktu 10 jam sampai 12 jam. Selama jam puasa, pasien
tidak diperbolehkan mengonsumsi apapun, kecuali air mineral. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang mewajibkan Puasa
antara lain pemeriksaan glukosa, Kolesterol, urea, dan asam urat.
2. Konsumsi Obat Beberapa obat memiliki dampak langsung terhadap hasil tes darah. Obat dari golongan steroid,
misalnya, berdampak pada peningkatan kadar Kolesterol. Namun, bila pengkonsumsian obat tak dapat dihindari, pasien bisa
menginformasikan obat-obatan yang dikonsumsi itu pada petugas laboratorium.
3. Olahraga Anjuran untuk tidak berolahraga atau melakukan aktivitas yang berat sebelum menjalani MCU juga
berdasarkan alasan dampaknya terhadap tekanan darah. Wajar saja sesudah olahraga ada kecenderungan tekanan darah
meningkat. Namun, bila situasi ini terjadi menjelang dan saat MCU, hasil tes laboratorium bisa mendiagnosa seseorang
mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi).
4. Tidur Cukup Kualitas dan kuantitas tidur memiliki kaitan pula dengan tekanan darah. Pertanyaannya, berapa
waktu tidur yang cukup itu? Menurut penelitian National Sleep Foundation, waktu tidur yang ideal untuk orang dewasa
berusia 18 tahun hingga 64 adalah 7 jam sampai 9 jam.
5. Waktu Tes Di luar prosedur, ada anjuran pula MCU dilakukan pada pagi hari. Meski tidak diwajibkan, anjuran ini
bisa jadi pertimbangan karena juga ada alasannya. Pada dasarnya, tubuh memiliki waktu biologis. Nah, pagi hari adalah
keadaan terbaik tubuh setelah semalaman beristirahat penuh. Terlebih lagi, aktivitas yang dilakukan tubuh pada pagi hari
belum terlalu berat. Harapannya, MCU akan memberikan hasil lebih akurat dengan pilihan waktu ini.
https://www.integra.co.id/wp-content/uploads/2016/11/MCU-Perusahaan.pdf

2.5. Dasar Hukum Medical Checkup


Beberapa peraturan telah dibuat oleh pemerintah Indonesia semenjak tahun 1970an, yang tentunya terus disempurnakan
seiring dengan perjalanan waktu dan pergantian pemerintahan. Lebih spesifik lagi, peraturan yang pertama mulai mengatur
mengenai kesehatan pekerja adalah undang-undang no.1 tahun 1970 mengenai keselamatan kerja, yang menyebutkan tentang
pentingnya memelihara kesehatan pekerja sebagai salah satu poin yang ditekankan dalam kewajiban perusahaan dalam
menjaga keselamatan kerja.2
Oleh beberapa peraturan dan undang-undang lain, kepentingan perusahaan dalam memelihara kesehatan pekerjanya diperinci
sehingga memasukkan medical check-up sebagai salah satu aspek yang perlu dilakukan oleh penyedia lapangan kerja atau
dalam kasus ini perusahaan. Beberapa peraturan tersebut diantaranya adalah Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia
No. 50 tahun 2012, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.02/Men/1980, dan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.03/Men/1982. Ketiga peraturan ini secara spesifik mengatur tentang kapan
pemeriksaan kesehatan atau medical check-up perlu dilakukan oleh perusahaan untuk para karyawannya, siapa yang
bertanggung jawab akan hal tersebut dan aspek mana yang perlu diperiksakan secara khusus pada karyawan atau pekerja.
http://www.klinikraisha.com/2019/05/medical-check-up-bagi-karyawan-dan-aspek-legalnya/
Menurut Pasal 2 Per Men 02-1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja bahwa pekerja yang diminta untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum dia bekerja adalah untuk memastikan bahwa kondisi kesehatan tenaga kerja
tersebut dalam kondisi prima dan tidak sedang menderita suatu penyakit menular yang berpotensi menularkan penyakitnya
tersebut kepada tenaga kerja lainnya. Selain itu juga untuk memastikan bahwa kondisi kesehatannya saat ini memang cocok
dengan pekerjaan yang akan dibebankan kepadanya. Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat (2) Undang-
undang No.1 tahun 1970 harus mengadakan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja.
Sementara itu pada pasal 2 ayat (3) menjelaskan bahwa Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi pemeriksaan
1. Fisik lengkap,
2. Kesegaran jasmani,
3. Rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin,
4. Serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
5. Pengecualian untuk pelaksanaan medical check up sesuai dengan pasal 2 ayat (7) yang berbunyi jika 3 (tiga) bulan sebelum
permintaan medial check up ini telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter yang dimaksud pasal 1 (sub d) peraturan
tersebut, maka tenaga kerja tersebut tidak perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.
https://www.hseprime.com/dasar-hukum-medical-check-up-di-tempat-kerja/

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 menyatakan bahwa upaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) harus dilakukan di semua tempat kerja, yang memiliki pegawai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit
yang memiliki upaya preventif untuk meningkatkan produktivitas karyawan melalui skrining kesehatan pegawai atau yang
disebut dengan Medical Check-Up (MCU) yang dipantau oleh Unit Manajemen Risiko (Manrisk). Berdasarkan pengamatan
tersebut, dicatat bahwa pelaksanaan MCU, belum sesuai sebagaimana mestinya, berdasarkan Permenaker No. 02 / Men /
1980. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi
4
lapangan, review dokumen, dan wawancara mendalam. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teori
sistem yaitu input, proses, output, umpan balik, dan lingkungan. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa masalah terjadi pada input dan proses, pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
dan berkala, adalah kurangnya dokter dan klinik khusus untuk MCU, dan ini menghambat penerapan MCU. Saran dalam
penelitian ini adalah sebaiknya ada dokter bersertifikat Hiperkes dan klinik khusus untuk implementasi MCU. Selain
pemeriksaan kesehatan khusus, disarankan agar pemeriksaan kepada karyawan yang akan dirotasi ke tempat lain untuk
mengetahui kondisi kesehatan karyawan sebelum bekerja di tempat kerja yang baru, dan untuk pemeriksaan kesehatan
berkala, disarankan agar semua karyawan diberikan hasil pemeriksaan sebagai patokan bagi karyawan untuk menjaga
kesehatannya. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Rumah Sakit (RS) merupakan salah satu tempat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Kepmenkes
RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dinyatakan, bahwa rumah sakit
sebagai sarana pelayanan kesehatan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat yang memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Kegiatankegiatan yang dilakukan dituntut untuk selalu dalam kondisi dan
keadaan yang saniter serta sesuai dengan peraturan – peraturan yang berlaku. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya K3 harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai pegawai paling sedikit 10 orang. Merujuk dari hal tersebut, Rumah Sakit termasuk dalam kriteria
tempat kerja dengan berbagai macam ancaman bahaya baik yang berdampak maupun tidak pada kesehatan. Bukan hanya para
pekerja Rumah Sakit, melainkan pada pasien maupun pengunjung Rumah Sakit. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola
RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Data tahun 2014, 4% perawat di USA adalah petugas medis. Laporan yang dibuat oleh The National Safety Council (NSC),
ada petugas medis mengalami absenteisme yang diakibatkan oleh PAK dan injury yaitu sebanyak 41%. Angka tersebut jauh
lebih besar dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung
tertinggi pada perawat (16,8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia, dari 813 perawat, 87% diantaranya
mengalami low back pain. Di Amerika Serikat, terjadi insiden cedera musculoskeletal 4,62/100 perawat per tahun. Cedera
punggung menghabiskan biaya kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar dollar per tahun. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa
banyak keluhan-keluhan dari para petugas di RS, sehubungan dengan bahaya - bahaya yang ada di RS (Pedoman Manajemen
K3) di Rumah Sakit.4 Selain itu, Gun memberikan catatan bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang diderita
petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita), penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita),
dermatitis dan urtikaria (57% wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran discus invertebrae. Ditambahkan juga
bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1,5 kali dari petugas atau pekerja lain,
yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala
gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang
rangka (Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Sedangkan dari hasil penelitian Trisilawati, di RSUD Dr. Haryoto Lumajang terdapat angka kejadian KAK (Kecelakaan
Akibat Kerja) yang cukup besar yaitu 57,83% dan PAK (Penyakit Akibat Kerja) sebesar 21,69%.5 Masalah K3 tersebut
terjadi karena berbagai sebab diantaranya adalah pengelolaan data dan informasi yang kurang baik terhadap setiap kejadian
KAK dan PAK tersebut. Selain itu juga disebabkan karena sebagian besar tenaga RS tidak pernah mengikuti penyuluhan,
diklat atau seminar K3 sehingga sebagian besar dari mereka tidak tahu bagaimana upaya penanggulangan kejadian KAK dan
PAK maupun upaya penanggulangan masalah K3 lainnya. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Melihat hal tersebut, peneliti bermaksud untuk meneliti salah satu Rumah Sakit (RS) yang ada di Jakarta yaitu RSIJPK,
dimana RS ini merupakan salah satu Rumah Sakit yang menerapkan K3 Rumah Sakit. Berdasarkan data yang telah peneliti
sebutkan diatas, Rumah Sakit merupakan suatu industri jasa yang tidak terlepas dari risiko Penyakit Akibat Kerja (PAK),
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK), maupun Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yang berpengaruh terhadap penurunan
produktivitas kerja pegawai. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Berdasarkan hasil pengamatan, penulis menemukan masalah dalam pelaksanaan MCU, yaitu belum berjalan optimal dan
sesuai dengan peraturan dalam melaksanakan MCU. Penulis mengamati hasil MCU pegawai RSIJ Pondok Kopi masih
banyak yang belum melaksanakan MCU, selain itu pelaksanaan MCU juga masih belum sesuai dengan yang seharusnya yaitu
berdasarkan Permenaker No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Menurut hasil wawancara dengan informan yang terdiri dari kepala bagian Manris dan kepala bagian MCU yaitu Ibu NA dan
Bapak SY, untuk pelaksanaan MCU sebelum bekerja dilakukan dibagian MCU dan yang melakukan pemeriksaan adalah
dokter umum. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan kepala bagian Manris: “… Seharusnya sih yang bener ya Dokter
K3 yang melaksanakan MCU, tapi dokter K3 disini masih disekolahkan, selebihnya yang melakukan ya dokter umum dibantu
orangorang bagian MCU…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan kepala bagian MCU: “… yang menentukan apa-
apanya sih dari bagian Manris, kita itu ibarat pelaksana, jadi ketika Manris meminta ke Rumah Sakit, Dokter, ya oleh Rumah
Sakit dikasihnya Dokter Umum. “ Menurut Silalahi, sumber daya manusia merupakan elemen penting dari lingkungan dalam
dan merupakan aset penting dari organisasi dibandingkan dengan elemen lingkungan dalam lainnya. Secara sederhana dapat
dinyatakan, bahawa sumber daya manusialah yang membuat sumber- sumber lain dari suatu organisasi bekerja. Manusia
menjadi motor penggerak aktivitas manajerial. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Suhendra menjabarkan bahwa salah satu persyaratan dalam proses rekrutmen adalah kecakapan, mengenai kecakapan ada
tiga hal pokok yang harus diperhatikan:

5
- Pendidikan, misalkan beban tugas dan kewenangan jabatan tersebut memerlukan kapasitas
pendidikan tertentu, apakah cukup tamatan SD, SMP, SMA, atau diperlukan seorang sarjana
untukmengisinya.

- Kualifikasi kerja, apakah perlu pengalaman sebagai magang, atau sertifikat lulus pendidikan tertentu.
Pengalaman, syarat pengalaman pekerjaan dalam bidang apa dan berapa lama agar calon pegawai itu
dapat bekerja dengan baik.

(Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Pemeriksaan kesehatan bagi pegawai dilaksanakan oleh dokter, di dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang
pemeriksaan kesehatan, dokter adalah dokter yang ditunjuk oleh pengusaha yang telah memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Koperasi No. Per/10/Men/1976 dan syarat - syarat lain yang
dibenarkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja. (Santoso, Slamet Sudi.
2016.)

Dalam Permenakertranskop No. Per/01/Men/1976 Pasal 1, setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter
perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam
pasal 2 dijelaskan bahwa yang dimaksud dokter perusahaan adalah setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja di perusahaan
yang bertugas dan atau bertanggung jawab atas Hygiene Perusahaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berdasarkan hasil
wawancara mendalam dan telaah dokumen, kompetensi dari tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
di RSIJPK masih belum sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan di atas. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Kompetensi dokter yang seharusnya dipenuhi yaitu dokter perusahaan telah memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes,
mempunyai surat tanda registrasi dan surat izin praktik, dan mampu melaksanakan pelayanan medik sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

2.6. Kriteria Untuk Menentukan Status Kesehatan Pekerja

 Fit to work/Fit for the job. Karyawan dinyatakan dalam keadaan sehat dan aman untuk melakukan pekerjaannya.

 Fit with restriction. Karyawan dinyatakan dalam kondisi sehat untuk melakukan suatu pekerjaan, namun terdapat batasan-
batasan dalam pekerjaan yang ditentukan oleh perusahaan agar tidak memengaruhi kesehatannya.

 Temporary unfit. Karyawan dinyatakan memiliki gangguan kesehatan yang berisiko menimbulkan bahaya dalam
pekerjaannya, namun masih dapat membaik bila ditangani.

 Permanent unfit. Karyawan dinyatakan tidak dapat melakukan pekerjaan karena berisiko menimbulkan bahaya, baik bagi diri
karyawan itu sendiri atau bagi pekerja lain di lingkungan kerjanya.

2.7. Proses Medical Checkup


Proses

a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja


Peneliti melakukan telaah dokumen terkait dengan proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Dokumen
yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah Standard
Operating Procedures (SOP) pemeriksaan kesehatan. Di dalam SOP, terdapat langkahlangkah yang harus
dilaksanakan dalam proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Berdasarkan hasil wawancara mendalam
dengan informan utama, pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dilakukan oleh calon pegawai di bagian MCU.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan di laboratorium RSIJPK. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan
informan kunci: “…nah, kalau untuk pelaksanaannya, biasanya yang terkait pemeriksaan fisik calon pekerja,
dilakukan di bagian MCU lalu ke klinik umum, mata, dan/ atau gigi. Kalau untuk tes labnya, di lab RS. Gitu…”
(EI)
(Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

6
Alur Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Gambar 2.1. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala


Peneliti melakukan telaah dokumen terkait dengan proses pemeriksaan kesehatan berkala. Dokumen yang digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala adalah Standard Operating Procedures (SOP) pemeriksaan
kesehatan. Dalam SOP, terdapat langkah – langkah yang harus dilaksanakan dalam proses pemeriksaan kesehatan berkala.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan selama sekitar tiga hari.
Jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan urin, dan darah. Untuk pegawai yang
termasuk golongan risiko tinggi, terdapat beberapa pemeriksaan tambahan sesuai dengan area di mana pegawai tersebut
bekerja. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Gambar 2.2.Alur Pemeriksaan Kesehatan Berkala Sebelum Bekerja (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Untuk pegawai yang bekerja di area bising, maka akan dilakukan pemeriksaan audiometri, untuk pegawai yang
bekerja di area dengan kadar debu yang tinggi maka akan dilakukan pemeriksaan spirometri. Sedangkan untuk pegawai yang
bekerja di area high care maka akan dilakukan tes salmonella. “… Nah nanti setelah pelaksanaan medical checkup itu
dilakukan, biasanya si pegawai daftar dulu, nanti dikasih label. Kalau misalnya untuk periksa urin dikasih tempat urinnya, nah
nanti dia harus menjalani tes darah, ambil darah, ambil urin, kemudian rontgen…”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, menurut kepala bagian Manris, jenis-jenis pemeriksaan
yang dilakukan pada saat penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, dan
pemeriksaan laboratorium.
Untuk pegawai yang bekerja di area-area tertentu, maka akan diadakan pemeriksaan tambahan seperti
audiometri, spirometri, dan tes salmonella untuk pegawai yang bekerja di area high care.
Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan utama: “… Biasanya dari kami yang request karena berpikir
perlu. Terus, kemudian, untuk orang-orang yang mungkin pernah sakit hipertensi gitu, biasanya dari kami akan konsultasi
dengan dokter, nanti dokter akan kasih usulan ke mana nanti dia akan follow up nya, gitu… kita di sini juga ada voucher
berobat ya, biasanya sih pegawai lagsung minta ke klinik terus tinggal berobat…” (SA)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, berdasarkan keterangan dari informan utama, pegawai
yang akan melakukan pemeriksaan khusus di rumah sakit terlebih dulu meminta surat pengantar kepada bagian MCU. Selain
itu, pegawai juga dapat melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan voucher pemeriksaan yang berlaku di rumah
7
sakit. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “…kalau voucher sih, pegawai minta langsung ke MCU, nanti kita kan juga ada
laporannya juga, data pegawai yang periksa…” (NA).
Dalam pemeriksaan kesehatan khusus, berdasarkan hasil penelitian, RSIJPK telah melakukan pemeriksaan
kesehatan khusus kepada pegawai sesuai dengan kondisi yang telah ditetapkan dalam Permenaker No. 02 tahun 1980 yaitu
apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan, tenaga kerja mengalami yang diduga mengalami gangguan dalam kesehatannya.
(Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Output
Berdasarkan SOP, setelah melakukan pemeriksaan fisik, darah, urin, feses, dan foto rontgen kandidat, bagian MCU dan
Manris memeriksa hasil pemeriksaan dan memberikan hasil evaluasi kepada Recruitment Manager di SDI. Setelah itu, bagian
SDI memproses tindakan lebih lanjut terhadap pegawai baru yang bersangkutan. Berdasarkan Permenakertrans No. 02 Tahun
1980 tentang pemeriksaan kesehatan Pasal 3, dalam hal ditemukan kelainan- kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan
pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan
tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja. (Santoso, Slamet Sudi.
2016.)

Gambar 2.3. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa selama ini hasil pemeriksaan kesehatan berkala untuk
pegawai hanya dijelaskan kepada pegawai yang diindikasikan mengalami gangguan kesehatan, untuk pegawai lainnya dapat
mengkonsultasikan secara langsung ke dokter. Tindak lanjut dari hasil pemeriksaan adalah jika terdapat pegawai yang
mengalami masalah kesehatan, maka pegawai tersebut akan melakukan pemeriksaan lanjutan hingga dokter menyatakan
bahwa kondisi pegawai tersebut telah fit. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Output dari pemeriksaan kesehatan berkala bagi pegawai berupa hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pegawai.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam peneliti tentang hasil pemeriksaan kesehatan, RSIJPK telah melakukan tindakan
yang sesuai dengan Permenakertrans No. 02 tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan dan telah diperinci ke dalam SOP
sebagai pedoman teknis untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan di RS. Namun, selama ini, hanya pegawai yang terindikasi
ada masalah kesehatan yang mengetahui hasil pemeriksaan kesehatan berkala. Berdasarkan hasil wawancara mendalam,
dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan khusus adalah untuk mengetahui kondisi fisik pegawai yang diperiksa dianggap
tidak fit. Tindak lanjut dari pemeriksaan kesehatan khusus adalah perawatan terhadap pegawai. (Santoso, Slamet Sudi.
2016.)

Hasil pemeriksaan kesehatan khusus ini telah sesuai dengan tujuan pemeriksaan kesehatan khusus yang tercantum di dalam
Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan yaitu untuk menilai adanya pengaruh dari pekerjaan
tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu.
(Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

8
Umpan Balik

Gambar 2.4. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Lingkungan

Menurut Silalahi, kekuatan- kekuatan utama di luar organisasi dengan potensial untuk memengaruhi secara signifikan produk
atau layanan secara berhasil dinamakan lingkungan eksternal. Menurut Suhendra, lingkungan eksternal adalah kekuatan-
kekuatan utama di luar organisasi yang memiliki potensi untuk memengaruhi keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
tujuannya. (Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Lingkungan eksternal dapat dikelompokkan dalam dua jenis:

9
a. Mega environment Mega environment adalah kondisi dan kecenderungan umum di dalam masyarakat tempat
beroperasinya sebuah organisasi, yang memberikan pengaruh tidak langsung terhadap organisasi.

b. Task environment Task environment adalah unsur-unsur luar yang spesifik yang memengaruhi secara langsung
sebuah organisasi dalam upaya untuk menjalankan usahanya. Salah satu bagian dari Task Environment adalah
lembaga atau badan yang menyediakan jasa/layanan dan memantau kepatuhan terhadap hukum dan peraturan di
tingkat daerah atau nasional.

(Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, pihak-pihak di luar Rumah Sakit yang memiliki pengaruh terhadap proses
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan adalah Dinas Kesehatan dan Dinas Tenaga Kerja. Dinkes dan Disnaker secara berkala
melakukan audit kepada pihak perusahaan terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan izin poliklinik perusahaan.
Namun, peneliti tidak mendapatkan informasi secara lebih rinci tentang bagian dari Dinkes dan Disnaker yang terlibat
langsung dalam proses pengawasan penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan.

(Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap
penduduk, dengan perkataan lain bahwa masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku dalam pembangunan
kesehatan untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri, serta berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang mempunyai durasi yang
panjang dan umumnya berkembang lambat. Laporan World Health Organisation (WHO) tahun 2008 menunjukkan 63% dari
kematian dunia diakibatkan oleh PTM. Adapun 10 kode CBG’S di Indonesia terbanyak pada tingkat rawat jalan dan tingkat
lanjut, penyakit kronis menduduki posisi pertama dengan jumlah kasus sebanyak 12.448.641.

(Santoso, Slamet Sudi. 2016.)

Data Riskesdas tahun 2013 proporsi penduduk dengan konsumsi makanan/minum manis ≥1 kali sehari adalah 53,1 %,
konsumsi makanan berlemak, berkolestrol dan makanan gorengan ≥1 kali per hari adalah 40,7%, konsumsi makanan
berpenyedap ≥1 kali dalam sehari adalah 77%. Proporsi untuk aktifitas kurang aktif sebanayak 26,1 %. Proporsi perilaku
sedentari (perilaku duduk atau berbaring dalam kegiatan sehari-hari baik di tempat kerja atau di rumah) ≥6 jam dalam sehari
adalah 24,1 %. Sumatera Barat menduduki peringkat 5 teratas di Indonesia dengan angka 30,1 %. (Y, Firma. 2016)

Universitas Andalas (Unand) merupakan Universitas Negeri terbesar di Sumatera Barat, memiliki 16 Fakultas yang
diantaranya terdapat Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan memiliki kewajiban
terhadap masyarakat dan lingkungannya dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam suatu lembaga pendidikan Unand tidak terlepas dari civitas akademika (mahasiswa, dosen, staf atau pegawai, dan lain-
lain). Sebagai Universitas terdepan di Sumatera Barat tentunya tenaga pengajar memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan Universitas Andalas. Kemajuan teknologi di dunia kerja memiliki dampak yang besar dalam kehidupan
sehari-hari, salah satu dampaknya adalah manusia jadi kurang bergerak, dan mengakibatkan kualitas hidup menurun. (Y,
Firma. 2016)

Aktivitas di kampus yang cenderung banyak menghabiskan waktu duduk di dalam ruangan, bekerja di laboratorium serta
stres yang dialami menjadi pemicu terjadinya gangguan kesehatan. Penyebab stres kerja yang dialami tenaga pengajar adalah
beban pekerjaan yang berlebihan sehingga berdampak pada banyaknya pekerjaan yang tidak dapat diselesaikannya dengan
tepat waktu, serta hubungannya dengan rekan kerja juga mengalami gangguan seperti subjek tidak ingin diajak bicara, marah,
tegang dan sulit untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya. Dari dampak stres ini akan berakibat pada gangguan kesehatan
sehingga berakibat terhadap kehadiran tenaga pengajar sehingga menurunnya kualitas kerja. Ditambah dengan faktor usia
yang rata – rata berumur 40 tahun keatas dimana metabolisme tubuh mulai menurun menjadi faktor resiko berbagai macam
penyakit pada Dosen Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat di Universitas Andalas. (Y, Firma. 2016)

Kondisi seperti ini sebenarnya memerlukan pemeriksaan kesehatan berupa pelayanan Medical Check Up sebagai deteksi dini
dari berbagai macam penyakit. Medical Check Up atau yang disingkat dengan MCU adalah salah satu departemen pelayanan
kesehatan rumah sakit yang merupakan bagian penting dari operasional rumah sakit oleh karena akan menjadi salah satu
pintu gerbang masuknya pasien ke rumah sakit. Pemeriksaan ini merupakan suatu kegiatan yang positif dan patut
diselenggarakan secara berkesinambungan dalam mengupayakan SDM yang sehat dan produktif, sehingga tercapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
(Y, Firma. 2016)

Akhir- akhir ini Medical Check Up merupakan suatu tes kesehatan yang wajib dilakukan dalam seleksi pendidikan, seleksi
karyawan, syarat kenaikan pangkat, dan sebagainya. UU Kesehatan No.36 Tahun 2009 Bab XII Tentang kesehatan kerja
Pasal 3 Merekomendasikan perlunya uji/tes kesehatan dalam pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi. Hasil
pemeriksaan fisik dan mental tersebut digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. (Y, Firma. 2016)

Pembiayaan kesehatan adalah masalah besar di bidang kesehatan, terutama sistem pelayanan fee for service. Seringkali harga
yang ditetapkan tidak sesuai dengan kemauan membayar (Willingness To Pay) masyarakat yang akan memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ditawarkan. WTP adalah jumlah maksimum dari pendapatan dimana individu bersedia membayar
jasa atau barang yang diusulkan tersedia. Data Survei Rumah Tangga lebih dari 80% rumah tangga menghabiskan 60%
pendapatannya sebulan untuk belanja makanan, sehingga jika harus membayar pelayanan kesehatan dengan out-of-pocket
>40% dan berlangsung selama beberapa waktu maka rumah tangga tersebut akan terancam mengorbankan kebutuhan
dasarnya. (Y, Firma. 2016)

Berdasarkan Perpres no 12 tahun 2013 Jaminan kesehatan berupa perlindungan kesehatan agar peserta manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan, yang diberikan kepada setiap orang yang telah
10
membayar iuran atau iurannya di bayar oleh pemerintah. Meskipun mulai tahun 2014 segala pembiayaan kesehatan
ditanggung oleh asuransi kesehatan (BPJS Kesehatan), dengan kewajiban membayar premi jaminan kesehatan pada pekerja
formal dan informal. Bagi masyarakat kurang mampu, premi asuransi kesehatan ditanggung pemerintah. Namun pelayanan
kesehatan yang diberikan masih terbatas kepada pelayanan kuratif (penyembuhan) apabila banyak pelayanan kesehatan yang
ditanggung . (Y, Firma. 2016)

oleh sakit, dan kurang memperhatikan pelayanan promotif dan preventif, kecuali Keluarga Berencana (KB) dan imunisasi.
Untuk pelayanan Medical Check Up harus ditanggung sendiri oleh masyarakat. BPJS hanya membayar pelayanan
pemeriksaan kesehatan jika pasien terindikasi penyakit pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu yang telah di tetapkan oleh
BPJS Kesehatan. Hal ini tentu menjadi alasan bagi masyarakat untuk tidak melakukan pemeriksaan Medical Check Up yang
dianggap tidak terlalu penting, dan memerlukan biaya yang cukup banyak. (Y, Firma. 2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indriasih mengenai kemauan dan keinginan membayar iuran program jaminan
kesehatan sosial pegawai negeri sipil di Indonesia di peroleh hasil bahwa 88% PNS yang menggunakan askes mengaku masih
mengeluarkan biaya tambahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan proporsi penduduk Indonesia yang mau mengobati diri sendiri dalam artian
membayar mandiri dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah 38,1% dan Sumatera Barat menduduki 5 terbawah.
Dengan demikian dapat diketahui tingkat kemauan membayar pelayanan kesehatan secara mandiri masyarakat masih rendah.
(Y, Firma. 2016)

Survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 orang Dosen Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat
melalui wawancara dan kuesioner, didapatkan data bahwa 50% (5 orang) responden mau membayar biaya Medical Check Up,
dan 50% (5 orang) tidak mau membayar biaya Medical Check Up. Dalam hal ini peran dosen untuk mendukung kemauan
membayar biaya Medical Check Up sangat diperlukan. Sebagai Dosen Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
seharusnya lebih memahami akan pentingnya Medical Check Up dan memiliki kemauan untuk membayar biaya Medical
Check Up tersebut.

(Y, Firma. 2016)

Bagi sebagian orang, pemeriksaan secara rutin masih dianggap sebagai barang mewah. Banyak orang menganggap bahwa
check-up kesehatan hanya buang-buang uang, sehingga kunjungan dokter berkala ini hanya dilakukan jika ada permintaan
dari pihak tertentu atau mendapat fasilitas dari tempatnya bekerja. Padahal, pemeriksaan yang dilakukan dapat mendeteksi
penyakit sejak awal sehingga tidak berlarut-larut dan dapat segera diobati. Beberapa penyakit seperti tuberculosis,
osteoporosis, atau kanker misalnya, akan sangat menguntungkan jika ditemukan pada stadium yang lebih dini. (Y, Firma.
2016)

Pakar Kesehatan Keluarga yang juga menjabat sebagai Dekan di Fakultas Universitas YARSI, Prof. Dr. Hj Qomariyah
RS,MS,PKK,AIFM mengatakan, MCU bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang itu sehat atau tidak. Selain itu, MCU
juga berguna mendeteksi penyakit sedini mungkin. Jika teryata ditemukan kelainan, maka dapat segera dilakukan penanganan
yang tepat agar tidak terjadi pemburukan penyakit atau komplikasi. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

Berdasarkan pada hasil penelitian, perusahaan atau instansi menginginkan adanya kesimpulan hasil pemeriksaan laboratorium
yang mampu menjelaskan kondisi kesehatan karyawan dan kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya sesuai
dengan kondisi kesehatan karyawan. Kesimpulan tersebut dapat berisi keterangan fit on job, temporary unfit, fit with
restriction, unfit for specific occupation, unfit for job. Hal tersebut sesuai dengan klasifikasi ILO mengenai kriteria status
kesehatan kerja berdasarkan data Medical Check-up, sebagai berikut :

1. Fit / fit for the job Karyawan

calon karayawan dalam keadaan sehat atau ditemukan gangguan kesehatan ringan, tetapi tidak memerlukan follow up /
perawatan oleh dokter (misalnya : alergi makanan, penyakit kulit ringan, maag, dll). Calon karyawan masih harus memenuhi
persyaratan kerja khusus sesuai dengan penempatannya (misalnya : tinggi badan minimum 165 cm untuk operator, tidak buta
warna untuk mekanik, dll). Karyawan memenuhi persyaratan kesehatan untuk kerja. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

2. Temporary Unfit Temporary Unfit

yang dimaksud adalah karyawan mengalami gangguan kesehatan yang memerlukan follow up / pengobatan oleh dokter
(misalnya hipertensi, diabetes, kolesterol, hepatitis, jantung, dll). Follow up dapat dilakukan oleh dokter perusahaan atau
dokter spesialis konsulen, atau rumah sakit rujukan. Dalam kondisi ini karyawan tetap dapat melaksanakan pekerjaannya
selama atau setelah masa perawatan (kecuali jika dokter merawat memberikan rekomendasi khusus / istirahat / kerja ringan,
yang dibuktikan secara tertulis. Status fit / unfit ditentukan oleh dokter perusahaan, dengan mempertimbangkan seluruh
catatan medis karyawan. Temporary UNFIT pada calon karyawan mempunyai gangguan kesehatan yang memerlukan follow
up / pengobatan dokter. Dengan demikian, yang bersangkutan dianggap gagal dalam uji kesehatan karena tidak dalam kondisi
siap untuk bekerja. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

Catatan : Temporary unfit adalah status kesehatan yang bersifat sementara. Status finalnya tergantung hasil folllow up dokter.
Status final dapat "FIT" jika proses pengobatan terlaksana dengan baik, Atau "UNFIT" jika pengobatan gagal / tidak
dilakukan. Dalam kondisi khusus (yang ditentukan oleh HRD), pengujian ulang atas status kesehatan calon karyawan
dilakukan dengan mengulang "seluruh paket" Medical Check Up.

3. Fit with restriction Karyawan

secara umum dalam kondisi sehat tetapi memiliki cacat / keterbatasan fungsional (misalnya : buta warna, buta, kelemahan /
cacat anggota badan akibat sakit / cedera / bawaan, dl). Yang bersangkutan tetap layak untuk pekerjaan tertentu dimana
cacat / keterbatasannya tidak menghalangi produktivitas dan keselamatan. (Majalah Dokter Kita. 2012.)
11
4. Unfit Karyawan

memiliki masalah kesehatan serius yang memerlukan tindakan medis tertentu. Dengan demikian kondisi kesehatan / calon
karyawan tersebut tidak sesuai untuk semua pekerjaan. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

5. Uncomplate result

Status kesehatan belum disimpulkan sehingga diperlukan pemeriksaan medis lain untuk menegakkan diagnosa kesehatan.
Setelah dilakukan analisa kriteria status kesehatan karyawan dilanjutkan dengan grafik kondisi kesehatan karyawan. Grafik
kondisi kesehatan karyawan disini, berfungsi untuk mengetahui prosentase jumlah karyawan yang berada dalam kondisi fit,
unfit, temporary unfit, unfit with restriction atau uncomplete result. Dengan adanya grafik kesehatan karyawan berdasarkan
hasil pemeriksaan medical check up, diharapkan pihak HSE perusahaan mampu menganalisa faktor penyebab penyakit pada
karyawan apakah berasal dari lingkungan perusahaan atau berasal dari karyawan itu sendiri. Apabila dalam satu bagian
terdapat banyak karyawan dengan penyakit yang sama, dimungkinkan penyakit yang diderita oleh karyawan berasal dari
lingkungan perusahaan. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

Berdasarkan hasil MCU diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa design penyajian hasil pada Laboratorium Kualita Medica kurang adanya kesimpulan status kesehatan
karyawan dan grafik, sehingga dibutuhkan design penyajian laporan hasil yang informative sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.

2. Hasil medical check up karyawan yang diserahkan harus merupakan hasil yang tepat sesuai dengan hasil dan data
pasien, teliti tidak ada kesalahan dalam pengetikan dan akurat sesuai dengan hasil pemeriksaan yang sebenarnya
sehingga benar-benar mampu menjelaskan kondisi kesehatan karyawan secara akurat.

3. Penyajian hasil medical check up karyawan mampu memberikan gambaran kemampuan karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan kondisi kesehatan karyawan. Dan mampu memberikan kesimpulan
apakah karyawan dalam kondisi fit on job, temporary unfit, fit with restriction, unfit for specific occupation atau
unfit for job untuk mendukung tindak lanjut perusahaan/instansi terhadap karyawan sehingga perusahaan/instansi
dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat.

(Majalah Dokter Kita. 2012.)

2.8. SOP Medical Checkup

Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Urutan Aktifitas Pemeriksaan Kesehatan Berkala

1. Menentuan Jadwal MCU sesuai jadwal MCU yang telah ditentukan oleh kebijakan perusahaan melalui Rapat HSE
dan HR dengan penanggung jawab HR manager dan di validasi dengan Notulen dan daftar yang hadir telah di
tandatangani. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

2. Menentukan Jenis pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai denganbahaya potensial tiap
departemen telah di identifikasi (heatlh risk assesment),umur dan jenis kelamin rincian ada dalam lampiran) dengan
cara analisa data oleh dokter perusahaan dan hasil analisa berbentuk laporan. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

3. Menentukan jumlah populasi yang akan diperiksa sesuai dengan bahaya potensial dan jenis pemeriksaan dari data
karyawan per departemen dan line telah dengan cara analisa data hasil analisa berbentuk laporan. (Majalah Dokter
Kita. 2012.)

4. Penyampaian penawaran MCU kepada provider dengan surat penawaran email atau fax oleh Departemen HR dan
provider menjawab dalam bentuk proposal.Melalui rapat HR serta dokter perusahaan penyeleksian provider
dilakukan dengan cara dan syarat semua provider telah menyerahkan proposal sampai batas waktu yang telah
ditentukan dengan kriteria sebagai berikut (lampiran):

1.1.Keanggupan pelaksanaan on site

1.2.Menyerahkan bukti kalibrasi alat

1.3.Menyerahkan bukti perijinan,sertifikat dan kompetensi petugas

1.4.Penyerahan laporan maksimal 8 hari

1.5.Bentuk laporan dalam soft copy dan hard copy dengan format yang telah ditentukan

1.6.Laporan individu dalam bentuk map tertutup

1.7.laporan populasi dengan grafik dan keterangan 2 minggu setelah seluruh pemeriksaan selesai.

1.8.provider punya prosedur pengelolaan limbah

Validasi provider jika seluruh persyaratan dipenuhi

(Majalah Dokter Kita. 2012.)

5. Menentukan provider lolos seleksi yang memenuhi semua kriteria dengan harga bersaing melaluirapat HR serta dokter
perusahaan dan notulen telah ditandatangani. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

6. Menetapkan waktu,teknis pelaksanaan lapangan dengan provider jika data jumlah karyawanperdepartemen telah di
tetapkan melalui rapat HR dan dokter perusahaan dan notulen telah ditandatangani. (Majalah Dokter Kita. 2012.)
12
7. Sosialisasi dan pengaturan alur periksa perdepartemen melalui rapat HR dan dokter perusahaan dan notulen telah
ditandatangani. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

8. Melaksanaan MCU dengan pemantauan HR dan dokter perusahaan dengan membuat daftar hadir Pelaksana MCU dan
Karyawan. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

9. Menerima laporan dari provider ,data hasil MCU berbentuk laporan telah sesuai dengan format yang ditentukan dan
tepat waktu seperti yang telah disepakati dengan mencakup :

9.1.Waktu pemeriksaan

9.2.NIK

9.3.Nama

9.4.Jenis pemeriksaan

9.5.Hasil pemeriksaan

9.6.Keterangan normal atau tidak

Dalam bentuk hard copy dan softcopy (Excel) (Majalah Dokter Kita. 2012.)

10. Menyusun laporan medis hasil MCU jika seluruh data hasil MCU dari provider telah diterimadengan cara analisa dan
pembuatan laporan komputer oleh dokter perusahaan. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

11. Summary report di buat 2 minggu kemudian setelah selesai secara keseluruhan sebagai laporanPopulasi (Majalah Dokter
Kita. 2012.)

12. Menerima Laporan Individu sesuai dengan format yang ditentukan dan dialamatkan kepada Dokter Perusahaan dengan
Kesimpulan Status Kesehatan sebagai berikut :

12.1.Status Kesehatan Baik

12.2.Status Kesehatan cukup dengan kelainan yang dapat di pulihkan/tidak menganggu

12.3.Status Kesehatan terbatas untuk pekerjaan tertentu

12.4.Status Kesehatan Kurang baik dan tidak aman untuk semua pekerjaan Seluruh hasil diserahkan dengan tanda
terima di departemen HR.

(Majalah Dokter Kita. 2012.)

13. Membagikan Laporan Individu kepada karyawan menyimpan copy nya di Poliklinik dengan syarat semua berkas telah
di terima lengkap jika tidak lengkap atau kurang/salah pemeriksaan maka harus dikembalikan ke provider untuk di
perbaiki atau periksa ulang.Semua laporan telah ditanda tangani dokter pemeriksa. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

Rincian aktivitas Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

1. Dokter perusahaan msenerima data calon karyawan yang ada di Dept. HRD beserta dengan spesifikasi pekerjaannya

2. Mengidentifkasi syarat kesehatan bagi pekerja pada lingkungan produksi

3. Menentukan jadwal pemeriksaan Pra Kerja sesuai dengan kemampuan Poliklinik untuk Pemeriksaan Fisik

4. Melaksanakan Pemeriksaan Pra Kerja untuk Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya dan provider
telah dipilih.

5. Mengumpulkan hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik dan hasil sesuai dengan standar dan
telah ditanda tangani oleh dokter pemeriksa,jika ada kesalahan pemeriksaan maka akan diulang.Peninjauan oleh
dokter perusahaan.

6. Dokter perusahaan menganalisa hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik secara komprehensip
dan mengeluarkan rekomendasi:

6.1 Kondisi kesehatan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada perusahaan ini

6.2 Kondisi kesehatan memerlukan penyesuaian dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju padaperusahaan ini

6.3 Kondisi Kesehatan Tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dit tuju pada perusahaanini

6.4 Kondisi Kesehatan tidak sesuai dengan semua jenis tuntutan pekerjaan di perusahaan ini

Ditanda tangani oleh Dokter perusahaan dengan rekomendasi bilamana perlu.

7. Menginput hasil rekomendasi ke dalam komputer dengan validasi terinput sesuai form.

8. Menyerahkan hasil kepada Dept. HRD untuk tindak lanjut dengan bukti penyerahan.

(Majalah Dokter Kita. 2012.)

13
Pemeriksaan Kesehatan Khusus (Mutasi)

Rincian aktivitas Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

1. Dokter Perusahaan menerima data calon karyawan yang akan dimutasi/dipindahkan dari Dept.HRD beserta dengan
spesifikasi pekerjaannya dengan syarat data karyawan sesuai dengan data terkini dan daftar Nama telah ditanda
tangani oleh Manajer HRD

2. Mengidentifkasi syarat kesehatan bagi pekerja pada lingkungan produksi

3. Menentukan jadwal pemeriksaan sesuai dengan kemampuan Poliklinik untuk Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan
penunjang lainnya.

4. Mengumpulkan hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik

5. Menginput hasil pemeriksaan ke dalam komputer

6. Menganalisa hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik secara komprehensip dan mengeluarkan
rekomendasi:

6.1.Kondisi kesehatan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada perusahaan ini

6.2.Kondisi kesehatan memerlukan penyesuaian dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju padaperusahaan ini

6.3.Kondisi Kesehatan Tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dit tuju pada perusahaan ini

6.4Kondisi Kesehatan tidak sesuai dengan semua jenis tuntutan pekerjaan di perusahaan ini

7. Menginput hasil rekomendasi ke dalam komputer

8. Menyerahkan hasil kepada Dept. HRD untuk tindak lanjut.

(Majalah Dokter Kita. 2012.)

Pemeriksaan Kesehatan Purna Karya/Mengundurkan diri/PHK.

Rincian aktivitas Pemeriksaan Kesehatan Purna Karya

1. Dokter Perusahaan menerima data calon karyawan yang akan purna kaya dari Dept. HRD besert dengan spesifikasi
pekerjaannya

2. Mengidentifkasi status kesehatan bagi pekerja purna karya pada lingkungan produksi

3. Menentukan jadwal pemeriksaan sesuai dengan kemampuan Poliklinik untuk Pemeriksaan Fisik

4. Menentukan jadwal pemeriksaan untuk Laboratorium dan Foto X-Ray

5. Melaksanakan Pemeriksaan untuk Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang dan biologi monitoring jika perlu.

6. Mengumpulkan hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik dan menanalisadengan identifikasi
hazard ditempat kerja,riwayat penyakit dan data lain yang dianggap perlu.

7. Menginput hasil pemeriksaan ke dalam komputer

8. Menganalisa hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik secara komprehensip dan mengeluarkan
rekomendasi:

8.1 Kondisi kesehatan baik

8.2 Kelainan /gangguan kesehatan sementara tidak berhubungan dengan pekerjaan

8.3 Kelainan/gangguan kesehatan akibat kecelakaan kerja

8.4 Kelainan/ganggua kesehatan akibat kecelakaan non kerja

8.5 Menderita Penyakit akibat Kerja

9. Menginput hasil rekomendasi ke dalam komputer

10. Menyerahkan hasil kepada Dept. HRD untuk tindak lanjut.


(Majalah Dokter Kita. 2012.)

2.9. Kegunaan Medical Checkup

Medical check up dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan tubuh dan juga mendeteksi adanya suatu gangguan sejak
dini. Ketika sudah dapat dideteksi sejak dini, maka diharapkan perjalanan suatu penyakit dapat dihambat atau dikontrol.
(Majalah Dokter Kita. 2012.)

Berikut kondisi-kondisi yang memerlukan medical check up:

14
 Pemeriksaan Rutin. MCU sebaiknya dilakukan secara berkala minimal setahun sekali oleh semua orang tanpa
terkecuali, baik anak-anak maupun orang tua, wanita maupun pria, sehat maupun sakit.

 Pemantauan Penyakit. Pada orang yang sudah terdiagnosis suatu penyakit, maka MCU perlu dilakukan untuk
memantau perjalanan penyakitnya, apakah sudah ada perbaikan atau justru mengalami perburukan.

 Rencana Menikah. Medical check up juga perlu dilakukan apabila ada pasangan yang ingin merencanakan
pernikahan, disebut dengan pre-marital check up. Hal ini bertujuan agar dapat diketahui ada tidaknya kelainan yang
dapat mengganggu perkembangan janin saat kehamilan nanti. Sebagai contoh, adanya infeksi toxoplasma pada
wanita yang akan menikah, sebaiknya diobati dahulu sampai benar-benar sembuh sebelum merencanakan
kehamilan. jenis pemeriksaan yang dilakukan untuk pasangan yang akan menikah tentu berbeda dengan pemeriksaan
yang dilakukan pada saat medical chek up biasa.

 Syarat kerja dan Sekolah. Selain itu MCU juga menjadi salah satu syarat untuk mendaftar lowongan pekerjaan
atau mendaftar ujian sekolah.

(Majalah Dokter Kita. 2012.)

2.10. Prosedur Medical Checkup

Prosedur medical check up ini dapat dilakukan di laboratorium atau rumah sakit. Jenis pemeriksaan yang akan dilakukan
berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi seseorang dan juga tujuan melakukan MCU.

Secara umum pemeriksaan yang dilakukan pada saat medical check up adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
(Majalah Dokter Kita. 2012.)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada medical checkup meliputi:

 Berat badan dan tinggi badan

Berat badan dan tinggi badan seseorang diukur berdasarkan kriteria BMI (Body Mass Index = Indeks Massa Tubuh). BMI
diukur dengan rumus: Berat Badan (dalam kg) dibagi Tinggi Badan kuadrat (dalam meter). Klasifikasi BMI berdasarkan
WHO, yaitu:

- Nilai < 18.5 : underweight

- Nilai 18.5 – 24.9 : normal

- Nilai 25.0 – 29.9 : overweight

- Nilai 30.0 – 34.9 : Obesitas tingkat 1

- Nilai 35.0 – 39.9 : Obesitas tingkat 2

- Nilai 40 : Obesitas tingkat 3

(Majalah Dokter Kita. 2012.)

 Pemeriksaan tanda-tanda vital,

Seperti: tekanan darah (normal 120/80 mmHg), denyut nadi (normal 60 – 100 kali per menit), laju pernafasan (normal 12 – 20
kali per menit), dan suhu tubuh (normal 37.50C).

- Mata. Diperiksa untuk mengetahui tajam penglihatan, ada tidaknya kelainan refraksi, astigmatisma, katarak, tekanan
di dalam bola mata, pemeriksaan lapang pandang, buta warna, infeksi dan sebagainya.

- Hidung. Ada tidaknya septum deviasi, massa di dalam rongga hidung, dan sebagainya

- Rongga mulut. Apakah ada tanda-tanda infeksi di rongga mulut atau tidak, pembesaran kelenjar tonsil, pemeriksaan
gigi dan sebagainya.

- Telinga. Dinilai apakah gendang telinga masih intak atau tidak, ada tidaknya serumen, dan
kemampuan pendengaran, dan sebagainya.

- Rongga dada. Untuk menilai organ paru-paru dan jantung, ada kelainan atau tidak.

- Rongga perut. Untuk menilai organ hepar (hati), usus, dan limfe.

(Majalah Dokter Kita. 2012.)

15
Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan, akan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Beberapa pemeriksaan
penunjang medical check up yang dapat dilakukan antara lain:

 Pemeriksaan laboratorium darah

Dari pemeriksaan darah dapat diketahui banyak hal seperti:

- Haemoglobin (Hb); pria normal 14 – 18 gr/dL dan wanita normal 12 – 16 gr/dL

- Leukosit (sel darah putih); normalnya 4.000 – 10.000 sel per mm3.

- Trombosit; normalnya 200 – 400 ribu sel per mm3.

- Kadar elektrolit : Natrium, Kalium, Kalsium, dan Klorida

- Kadar gula darah puasa (normal 80 – 100 mg/dL) dan kadar gula darah 2 jam setelah puasa (normal 120 – 140
mg/dL)

- Kolesterol; normalnya HDL > 60 mg/dL, LDL < 100 mg/dL, trigliserida < 150 mg/dL, dan  kolesterol total <
200mg/dL

- Asam urat; pria normal 3.5 – 7 mg/dL dan wanita normal 2.5 – 6 mg/dL

- Fungsi hati; normalnya SGOT < 45 dan SGPT < 35, lebih lanjut baca: SGOT dan SGPT : Nilai Normal, Tinggi,
Rendah & Maknanya

- Fungsi ginjal; normalnya ureum 10 – 50 dan kreatinin 0.5 – 1.3

- dan sebagainya.

(Majalah Dokter Kita. 2012.)

 Pemeriksaan urin (urinalisis).

Dari pemeriksaan urin dapat diketahui apakah ada infeksi saluran kemih atau tidak. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

 Rontgen dada. 

Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi pada paru-paru dn mengetahui ada tidaknya pembessaran jantung. (Majalah Dokter
Kita. 2012.)

 Eletrokardiografi (EKG).

Untuk merekam aktivitas listrik jantung, dari pemeriksaan EKG ini dapat diketahui ada tidaknya pembesaran jantung, laju
detak jantung irama jantung, ada tidaknya sumbatan, dan sebagainya. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

 Treadmill.

Untuk mengetahui kemampuan kerja jantung

Pemeriksaan laboratorium khusus untuk mengetahui adanya infeksi penyakit tertentu, seperti HBsAg untuk
infeksi hepatitis B, penyakit menular seksual, dan sebagainya.

Pemeriksaan laboratorium khusus untuk mengetahui adanya penanda suatu keganasan (Ca marker).

Sebelum menjalani medical check up sebaiknya pasien berkonsultasi dahulu dengan dokter, untuk mengetahui pemeriksaan
apa saja yang perlu dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien.

(https://www.honestdocs.id/medical-check-up)

Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Urutan Aktifitas Pemeriksaan Kesehatan Berkala

1. Menentuan Jadwal MCU sesuai jadwal MCU yang telah ditentukan oleh kebijakan perusahaan melalui
Rapat HSE dan HR dengan penanggung jawab HR manager dan di validasi dengan Notulen dan daftar yang
hadir telah di tandatangani. (Majalah Dokter Kita. 2012.)

2. Menentukan Jenis pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan bahaya
potensial tiap departemen telah di identifikasi (heatlh risk assesment),umur dan jenis kelamin rincian ada
dalam lampiran) dengan cara analisa data oleh dokter perusahaan dan hasil analisa berbentuk laporan.
(Majalah Dokter Kita. 2012.)

3. Menentukan jumlah populasi yang akan diperiksa sesuai dengan bahaya potensial dan jenis pemeriksaan
dari data karyawan per departemen dan line telah dengan cara analisa data hasil analisa berbentuk laporan.
(Majalah Dokter Kita. 2012.)
16
4. Penyampaian penawaran MCU kepada provider dengan surat penawaran email atau fax oleh Departemen
HR dan provider menjawab dalam bentuk proposal.Melalui rapat HR serta dokter perusahaan penyeleksian
provider dilakukan dengan cara dan syarat semua provider telah menyerahkan proposal sampai batas waktu
yang telah ditentukan dengan kriteria sebagai berikut (lampiran):

 Keanggupan pelaksanaan on site

 Menyerahkan bukti kalibrasi alat

 Menyerahkan bukti perijinan,sertifikat dan kompetensi petugas

 Penyerahan laporan maksimal 8 hari

 Bentuk laporan dalam soft copy dan hard copy dengan format yang telah ditentukan

 Laporan individu dalam bentuk map tertutup

 laporan populasi dengan grafik dan keterangan 2 minggu setelah seluruh pemeriksaan selesai.

 provider punya prosedur pengelolaan limbah

(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

Validasi provider jika seluruh persyaratan dipenuhi

5. Menentukan provider lolos seleksi yang memenuhi semua kriteria dengan harga bersaing melalui rapat HR
serta dokter perusahaan dan notulen telah ditandatangani.

6. Menetapkan waktu,teknis pelaksanaan lapangan dengan provider jika data jumlah karyawan perdepartemen
telah di tetapkan melalui rapat HR dan dokter perusahaan dan notulen telah ditandatangani.

7. Sosialisasi dan pengaturan alur periksa perdepartemen melalui rapat HR dan dokter perusahaan dan notulen
telah ditandatangani.

8. Melaksanaan MCU dengan pemantauan HR dan dokter perusahaan dengan membuat daftar hadir Pelaksana
MCU dan Karyawan.

9. Menerima laporan dari provider ,data hasil MCU berbentuk laporan telah sesuai dengan format yang
ditentukan dan tepat waktu seperti yang telah disepakati dengan mencakup :

 Waktu pemeriksaan

 NIK

 Nama

 Jenis pemeriksaan

 Hasil pemeriksaan

 Keterangan normal atau tidak Dalam bentuk hard copy dan softcopy (Excel)

10. Menyusun laporan medis hasil MCU jika seluruh data hasil MCU dari provider telah diterima dengan cara
analisa dan pembuatan laporan komputer oleh dokter perusahaan.

11. Summary report di buat 2 minggu kemudian setelah selesai secara keseluruhan sebagai laporan populasi

12. Menerima Laporan Individu sesuai dengan format yang ditentukan dan dialamatkan kepada Dokter

(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

Perusahaan dengan Kesimpulan Status Kesehatan sebagai berikut :

 Status Kesehatan Baik

 Status Kesehatan cukup dengan kelainan yang dapat di pulihkan/tidak menganggu

 Status Kesehatan terbatas untuk pekerjaan tertentu

 Status Kesehatan Kurang baik dan tidak aman untuk semua pekerjaan

(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

Seluruh hasil diserahkan dengan tanda terima di departemen HR.

17
13. Membagikan Laporan Individu kepada karyawan menyimpan copy nya di Poliklinik dengan syarat semua
berkas telah di terima lengkap jika tidak lengkap atau kurang/salah pemeriksaan maka harus dikembalikan
ke provider untuk di perbaiki atau periksa ulang. Semua laporan telah ditanda tangani dokter pemeriksa

(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

18
19
Gambar 2.6. (Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

Gambar 2.7. (Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

Rincian aktivitas Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

1. Dokter perusahaan msenerima data calon karyawan yang ada di Dept. HRD beserta dengan spesifikasi
pekerjaannya

2. Mengidentifkasi syarat kesehatan bagi pekerja pada lingkungan produksi

3. Menentukan jadwal pemeriksaan Pra Kerja sesuai dengan kemampuan Poliklinik untuk Pemeriksaan Fisik

4. Melaksanakan Pemeriksaan Pra Kerja untuk Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya dan
provider telah dipilih.
20
5. Mengumpulkan hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik dan hasil sesuai dengan standar
dan telah ditanda tangani oleh dokter pemeriksa,jika ada kesalahan pemeriksaan maka akan diulang.Peninjauan
oleh dokter perusahaan.

6. Dokter perusahaan menganalisa hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik secara
komprehensip dan mengeluarkan rekomendasi:

 Kondisi kesehatan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada perusahaan ini

 Kondisi kesehatan memerlukan penyesuaian dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada perusahaan ini

 Kondisi Kesehatan Tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dit tuju pada perusahaan ini

 Kondisi Kesehatan tidak sesuai dengan semua jenis tuntutan pekerjaan di perusahaan ini. Ditanda tangani oleh
Dokter perusahaan dengan rekomendasi bilamana perlu.

7. Menginput hasil rekomendasi ke dalam komputer dengan validasi terinput sesuai form.

8. Menyerahkan hasil kepada Dept. HRD untuk tindak lanjut dengan bukti penyerahan.

(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

Gambar 2.8. (Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

Pemeriksaan Kesehatan Khusus (Mutasi)

Rincian aktivitas Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

1. Dokter Perusahaan menerima data calon karyawan yang akan dimutasi/dipindahkan dari Dept.
HRD beserta dengan spesifikasi pekerjaannya dengan syarat data karyawan sesuai dengan data
terkini dan daftar Nama telah ditanda tangani oleh Manajer HRD

2. Mengidentifkasi syarat kesehatan bagi pekerja pada lingkungan produksi

21
3. Menentukan jadwal pemeriksaan sesuai dengan kemampuan Poliklinik untuk Pemeriksaan Fisik
dan pemeriksaan penunjang lainnya.

4. Mengumpulkan hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik

5. Menginput hasil pemeriksaan ke dalam komputer

6. Menganalisa hasil Pemeriksaan laboratorium, X-Ray dan Pemeriksaan Fisik secara komprehensip
dan mengeluarkan rekomendasi:

 Kondisi kesehatan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada perusahaan ini

 Kondisi kesehatan memerlukan penyesuaian dengan tuntutan pekerjaan yang di tuju pada

 perusahaan ini

 Kondisi Kesehatan Tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dit tuju pada perusahaan ini

 Kondisi Kesehatan tidak sesuai dengan semua jenis tuntutan pekerjaan di perusahaan ini

7. Menginput hasil rekomendasi ke dalam komputer

8. Menyerahkan hasil kepada Dept. HRD untuk tindak lanjut

- (Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

Gambar 2.9.(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

22
Gambar 2.10.(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

Berikut kondisi-kondisi yang memerlukan medical check up:

 Pemeriksaan Rutin. MCU sebaiknya dilakukan secara berkala minimal setahun sekali oleh semua orang tanpa
terkecuali, baik anak-anak maupun orang tua, wanita maupun pria, sehat maupun sakit.
 Pemantauan Penyakit. Pada orang yang sudah terdiagnosis suatu penyakit, maka MCU perlu dilakukan untuk
memantau perjalanan penyakitnya, apakah sudah ada perbaikan atau justru mengalami perburukan.
 Rencana Menikah. Medical check up juga perlu dilakukan apabila ada pasangan yang ingin merencanakan
pernikahan, disebut dengan pre-marital check up. Hal ini bertujuan agar dapat diketahui ada tidaknya kelainan yang
dapat mengganggu perkembangan janin saat kehamilan nanti. Sebagai contoh, adanya infeksi toxoplasma pada
wanita yang akan menikah, sebaiknya diobati dahulu sampai benar-benar sembuh sebelum merencanakan
kehamilan. jenis pemeriksaan yang dilakukan untuk pasangan yang akan menikah tentu berbeda dengan pemeriksaan
yang dilakukan pada saat medical chek up biasa.
 Syarat kerja dan Sekolah. Selain itu MCU juga menjadi salah satu syarat untuk mendaftar lowongan pekerjaan atau
mendaftar ujian sekolah.
(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

23
Medical Check Up yang dibutuhkan Karyawan

Medical Check Up untuk karyawan harus tepat sasaran, sesuai dengan resiko di tempat kerja. Penanganan secara keseluruhan,
mulai dari screening karyawan sampai dengan pemeriksaan follow up hasil medical check up. Disediakan komunikasi dua
arah, baik itu untuk karyawan maupun kepada manajemen perusahaan.

(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

Menyusun Program Medical Check Up

Bagi karyawan yang mau melakukan MCU sebaiknya memilih paket pemeriksaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan dan
lingkungan kerjanya. Misalnya apakah sering kontak dengan kebisingan, kontak langsung dengan debu, dll. Untuk
menentukan jenis paket Medical Check Up tersebut sebaiknya berkonsultasi dengan Dokter Kesehatan Kerja terlebih dahulu.

(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

Ada 3 Jenis Paket Medical Check Up:

1. Pre-Employment Medical Check Up atau Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja.

Gambar 2.11.https://www.google.com/search?q=Pre-
Employment+Medical+Check+Up&safe=strict&sxsrf=ALeKk00nqnjIwqFur090kjtpGsyYX8hLRw:1584772314050&source
=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiJtND2-
KroAhUNXSsKHb_OCdUQ_AUoAXoECAwQAw&biw=1366&bih=695#imgrc=bhf4wTs2NIWYZM

Bertujuan untuk memastikan kondisi kesehatan calon karyawan sesuai dengan kriteria perusahaan, tidak mempunyai penyakit
yang menular, dan sesuai dengan pekerjaan yang akan diterimanya. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ini dilakukan
sebelum tenaga kerja diterima kerja, atau pada saat proses recruitment. (Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

2. Annual Medical Check Up atau Pemeriksaan Kesehatan Berkala.

24
Gambar 2.12. https://www.google.com/search?q=Annual+Medical+Check+Up&tbm=isch&ved=2ahUKEwj82Mv4-
KroAhVEDysKHUTUD3MQ2-
cCegQIABAA&oq=Annual+Medical+Check+Up&gs_l=img.3..0i19l4.103835.105001..105778...1.0..0.121.121.0j1......0....1..
gws-wiz-img.....10..35i362i39.uatED88jPF8&ei=3rR1XvzxCcSerAHEqL-
YBw&bih=695&biw=1366&safe=strict#imgrc=YSvPEY5AcR1QZM

Bertujuan untuk mempertahankan derajat kesehatan karyawan setelah bekerja, dan untuk mengetahui kemungkinan-
kemungkinan pengaruh dari pekerjaan terhadap kesehatan tenaga kerja. (Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

3. Screening or Specified Medical Check Up atau Pemeriksaan Kesehatan Khusus.

Gambar 2.13. https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fstikomagz.dinamika.ac.id%2Fpeduli-kesehatan-


karyawan-stikom-surabaya-gelar-specified-medical-check-up%2F&psig=AOvVaw1ZPjUOze-
zSGxBynKtfq7i&ust=1584858966707000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCLCny_f5qugCFQAAAAAdA
AAAABAD

Bertujuan untuk menilai adanya pengaruh pekerjaan tertentu terhadap kesehatan karyawan.

(Mulyana, Arief Wahyu. 2017)

2.11 Pengertian Safety Training

Pengertian Safety atau keselamatan adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko yang relatif sangat kecil di bawah tingkatan
tertentu. Sedangkan risiko adalah tingkat kemungkinan terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan kecelakaan dan intensitas bahaya
tersebut (Notoatmodjo, 2007).
Training atau pelatihan menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan
tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan
dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik
dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara
pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu
untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pelatihan berasal dari kata “latih” yang berarti olah, pelajaran untuk
membiasakan atau memperoleh suatu kecakapan. Jadi, pelatihan berarti proses pembelajaran untuk membiasakan atau memperoleh
suatu kecakapan atau keahlian tertentu.
Pelatihan menurut Dessler (2009) adalah proses mengajarkan individu atau kelompok dalam ketrampilan dasar yang mereka
butuhkan untuk menjalankan aktivitas mereka.

2.12 Tujuan Safety Training


Safety training mempunyai tujuan untuk memperkecil atau menghilangkan potensi bahaya atau risiko yang dapat
mengakibatkan kesakitan dan kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi. Kerangka konsep berpikir safety training adalah
menghindari resiko sakit dan celaka dengan pendekatan ilmiah dan praktis secara sistematis (systematic), dan dalam kerangka pikir
kesisteman (system oriented) (Notoatmodjo, 2010).
Safety training sebagai kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental
melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan kegiatan (Yuli, 2005).
Pelatihan keselamatan merupakan upaya preventif yang kegiatannya utamanya adalah identifikasi, substitusi, eliminasi,
evaluasi, dan pengendalian risiko dan bahaya (Notoatmodjo, 2007).

25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari isi makalah di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan kesehatan atau Medical Check Up (MCU) sendiri adalah suatu rangkaian uji kesehatan yang dilakukan
secara menyeluruh dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan secara berkala.
2. Medical check up dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan tubuh dan juga mendeteksi adanya
suatu gangguan sejak dini. Ketika sudah dapat dideteksi sejak dini, maka diharapkan perjalanan
suatu penyakit dapat dihambat atau dikontrol
3. Jenis-jenis Medical Checkup:
 Medical checkup sebelum kerja (pre-employment medical check up)
 Medical checkup berkala (regular medical checkup)
 Medical checkup khusus
4. Kriteria Untuk Menentukan Status Kesehatan Pekerja:
 Fit to work/Fit for the job. Karyawan dinyatakan dalam keadaan sehat dan aman untuk melakukan pekerjaannya.
 Fit with restriction. Karyawan dinyatakan dalam kondisi sehat untuk melakukan suatu pekerjaan, namun terdapat
batasan-batasan dalam pekerjaan yang ditentukan oleh perusahaan agar tidak memengaruhi kesehatannya.
 Temporary unfit. Karyawan dinyatakan memiliki gangguan kesehatan yang berisiko menimbulkan bahaya dalam
pekerjaannya, namun masih dapat membaik bila ditangani.
 Permanent unfit. Karyawan dinyatakan tidak dapat melakukan pekerjaan karena berisiko menimbulkan bahaya, baik
bagi diri karyawan itu sendiri atau bagi pekerja lain di lingkungan kerjanya.
5. Pemeriksaan yang dilakukan pada saat medical check up adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
6. Safety training adalah proses pembelajaran untuk membiasakan atau memperoleh keahlian dalam melakukan
keselamatan kerja.
7. Safety training mempunyai tujuan untuk memperkecil atau menghilangkan potensi bahaya atau risiko yang dapat
mengakibatkan kesakitan dan kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi.

26
DAFTAR PUSTAKA
Integra Team. 2016. Medical Check Up Perusahaan. Jakarta: Integra Newsletter
Majalah Dokter Kita. 2012. Pentingnya Medical Chech Up Secara Rutin. Jakarta: PT. Temprint
Mulyana, Arief Wahyu. 2017. SOP Medical Check Up. Docplayer PDF
Santoso, Slamet Sudi. 2016. Analisis Pelaksanaan Medical Check Up (MCU) pada Pegawai Rumah Sakit Islam Jakarta
Pondok Kopi Tahun 2016. Jakarta: Universitas Muhammadyah Jakarta
Y, Firma. 2016. Medical Check Up. Padang: Scholar.Unand
https://www.honestdocs.id/medical-check-up (Diakses pada 21 Maret 2020, Pukul 13.46)
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2839/6.%20BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
https://www.integra.co.id/wp-content/uploads/2016/11/MCU-Perusahaan.pdf

http://www.klinikraisha.com/2019/05/medical-check-up-bagi-karyawan-dan-aspek-legalnya/

https://www.hseprime.com/medical-check-up-karyawan/

27

Anda mungkin juga menyukai