2020 Aktivitas antikanker 23,24-dihydrocucurbitacin B terhadap garis sel serviks manusia HeLa disebabkan untuk apoptosis dan penangkapan siklus sel G2 / M
Cucurbitacins adalah metabolit tumbuhan sekunder yang dikategorikan
secara kimiawi sebagai steroid. Cucurbitacin biasanya ada sebagai glikosida dan membantu tanaman untuk mencegah predator (1). Telah dilaporkan bahwa cucurbitacins menunjukkan aktivitas antikanker terhadap berbagai jenis kanker (2-4); Namun, aktivitas antitumor 23,24-cucurbitacin B terhadap sel kanker serviks masih belum jelas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki efek antikanker dari 23,24-dihydrocucurbitacin B terhadap garis sel kanker serviks HeLa manusia. Kanker serviks adalah kanker ketiga yang paling sering didiagnosis pada wanita di seluruh dunia. Kanker serviks merupakan penyakit utama kematian diseluruh dunia. Pada jurnal ini yang dianalisis adalah cucurbitacins 23,24- dihydeocucurbitacin B pada sel kanker serviks pada manusia, dimana cucurbitacins ini merupakan metabolit sekunder yang berfungsi sebagai steroid yang telah menunjukan aktivitas sebagai antikanker dan 23,24 dihydeocucurbitacin B memiliki mekanisme aksi pada phosphoinositide 3 kinase/ [rotein kinase B. Material yang digunakan adalah kultur sel berupa garis sel kanker serviks C33A, ME-180, C4-1 dan HeLa, sel epitel serviks manusia (HCerEpiC) yang di[eroleh dari Beijing, cina dan diperoleh dengan modifikasi penambahan 10% janin sapi dan disimpan dalam incubator pada suhu 37OC dengan 5% CO2, Metode I : UJI MTT berupa pengujian efek dari 23,24 dihydeocucurbitacin B dalam berbagai sel kanker serviks dan sel Fr2 dan HCerEpiC. Metode II : Uji Pembentukan Koloni dimana sel Hela dikultur kedalam fase eksponensial (70% pertemuan) dikumpulkan dan dihitung menggunakan hemositometer lalu diinkubasi selama 6 hari dan dibilas dengan PBS. Metode III: Deteksi apoptosis dimana sel kultur Hela dipadatkan 2x105 sel/sumur plat dan diperlakukan dengan 23,24 dihydeocucurbitacin B, setelah itu diwarnai dengan DAPI 20 menit kemudian diperbaiki dengan methanol 70% dan didiamkan pada suhu -20 oC dan diamati dengan mikroskop dengan pembesraan 200x. Metode IV : Perkiraan ROS dimana sel Hela diunggulkan dengan kepadatan 2x105 sel dna diinkubasi selama 24 jam dan diperlakukan dengan 23,24 dihydeocucurbitacin B selama 24 jam pad asuhu kamar dalam 5% CO2. Kemudian sel dicuci 2x dengan PBS lalu diidentifikasi menggunakan flow cytometer. Metode V : Distribusi siklus Hela menggunakan flow cytometer. Dengan cara dicuci 2x dengan PBS, kemudian difiksasi dengan 70% selama 1 jam pada suhu -20, dicuci dengan PBS lalu suspensikan dalam larutan PI dan penyortiran sel yang diaktifkan fluroesensi menggunakan 10.000sel/ kelompok dengan flow cytometer. Metode VI : Analisis western blot berupa perawatan dengan berbagai konsentrasi dari 23,24 dihydeocucurbitacin B. Metode VII : Analisis statistik dilakukan dengan rangkap 3 dan disajikan dengan mean SD. Dilakukan juga perbandingan 2 buah sampel dan analisis satu arah varians yang diikuti dengan test post hoc tukey. Dimana jika P <0,01 menunjukan pebedaan yang sangat signifikan. Hasil menunjukkan bahwa 23,24 dihydrocucurbitacin B menunjukkan aktivitas antikanker yang signifikan terhadap semua lini sel kanker serviks yang digunakan dalam penelitian ini. 23,24-dihydrocucurbitacin B menunjukkan aktivitas tergantung dosis dengan IC50 40 μM terhadap sel HeLa. 23,24-dihydrocucurbitacin B menunjukkan sitoksisitas yang lebih rendah secara signifikan dalam sel fR-2 dan HCerEpicCs (IC50, 125 µM) dibandingkan dengan sel HeLa. Ini juga menyebabkan perubahan yang nyata pada morfologi sel HeLa; sel menunjukkan membran yang menyusut. Pengujian pembentukan koloni dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa setelah pemberian B 23,24-dihydrocucurbitacin, persentase koloni sel HeLa menurun tergantung pada dosis. 23,24-dihidrokucurbitacin B menginduksi apoptosis dalam sel HeLa. Hasil pewarnaan DAPI menunjukkan bahwa 23,24-dihydrocucurbitacin B menyebabkan apoptosis pada sel HeLa. Lampiranin V-FITC / PI pewarnaan dan aliran cytometry menunjukkan bahwa persentase sel apoptosis meningkat secara signifikan setelah inkubasi 24 jam dengan 20, 40 dan 80 μM 23,24-dihydrocucurbitacin B, dibandingkan dengan sel yang tidak diobati. 23, 24-dihydrocucurbitacin B menurunkan ΔΨm. ROSgenerasi dikaitkan dengan disfungsi mitokondria, karena mengganggu potensi mitokondria luar untuk mengeluarkan protein yang mempromosikan apoptosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cellsm sel HeLa yang diobati dengan 23,24 dih dihydrocucurbitacin B menurun secara signifikan dan penurunan ini terjadi dalam cara yang tergantung pada dosis. Kesimpulannya, hasil penelitian saat ini menunjukkan bahwa 23,24- dihydrocucurbitacin B dapat menjadi kandidat potensial untuk pengelolaan kanker serviks dengan menginduksi apoptosis, menghentikan siklus sel dan mengatur jalur pensinyalan mTOR / PI3K / Akt. Ada pengobatan efektif terbatas yang tersedia untuk kanker serviks; toksisitas rendah yang terkait dengan B, 23,24-dihydrocucurbitacin B yang terjadi secara alami berarti dapat dikembangkan sebagai pengobatan baru untuk kanker serviks. Namun, studi lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi efektivitasnya pada kanker serviks.