Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KALIBRASI KROMATOGRAFI GAS DAN

PENENTUAN LIMIT DETEKSI GAS CHROMATOGHRAPHY

Disusun oleh :

Adnan Aulia Mutaqien J3L118134

ANALISIS KIMIA

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2020
Daftar Isi
Daftar Isi......................................................................................................................................................i
Daftar Tabel.................................................................................................................................................i
Daftar Gambar..............................................................................................................................................i
Daftar Lampiran...........................................................................................................................................i
1 PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................2
2 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................2
2.1 Persen Standar Gas Campuran.....................................................................................................2
2.2 Kesalahan Gas Standar (Error)....................................................................................................3
2.3 Limit Deteksi...............................................................................................................................3
3 SIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................................4
3.1 Simpulan......................................................................................................................................4
3.2 Saran............................................................................................................................................4
4 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................5
5 LAMPIRAN........................................................................................................................................5

Daftar Tabe

Tabel 1 Persen Standar Gas Campuran...........................................................................................2


Tabel 2 Nilai Kesalahan (error) Gas Standar...................................................................................3

Daftar Gambar
Gambar 1 Grafik Kestabilan Kromatografi Gas..............................................................................2

Daftar Lampiran
Lampiran 1 Pengukuran Nilai Kesalahan Standar Gas....................................................................5
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan


perbedaan distribusi dari komponen-komponen dalam fasa gerak dan fasa diam.
Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan, sedangkan fasa diam dapat berupa cairan
atau padatan. Fasa gerak berupa gas disebut kromatografi gas (Gas
Chromatography). Kromatografi gas merupakan metode yang tepat dan cepat
untuk memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan
beragam, mulai dari beberapa detik untuk campuran yang sederhana sampai
berjam-jam untuk campuran yang mengandung 500-1000 komponen. Metode ini
sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti
hidrokarbon dan eter. Analisis minyak mentah dan atsiri dalam buah telah dengan
sukses dilakukan dengan tehnik ini. Efisien pemisahan ditentukan ditentukan
dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairan, dengan menggunakan fase
cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa (Adnan, Mochamad.
1997). Kromatografi gas memiliki prinsip kerja yang didasari dari pemisahan fisik
senyawa organik pada suhu tertentu, di mana senyawa tersebut dibawa oleh suatu
gas pembawa menuju kolom partisi. Setiap senyawa akan memiliki kecepatan
yang berbeda-beda dalam melewati kolom sesuai dengan nilai kepolaran (Faricha
et al 2014).

Penggunaan dari instrumen ini perlu diadakan suatu kalibrasi dan validasi
methode terlebih dahulu untuk menentukan akurasi dan ketelitian dari instrument
tersebut. Kalibrasi merupakan proses verifikasi suatu alat bahwa suatu akurasi alat
ukur sesuai dengan rancangannya (Laksminingpuri dan Nurfahdlini 2016).
Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung
dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan standar seperti
standar gas campuran sehingga dapat ditentukan standar deviasi, nilai kesalaham
(error) terhadap standar gas serta nilai limit deteksinya. Limit deteksi menyatakan
konsentrasi atau massa minimum terkecil yang masih dapat terdeteksi oleh suatu
metode analisis dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Dengan mengetahui
limit deteksi dapat diperkirakan jumlah konsentrasi sampel minimum yang
dibutuhkan dalam suatu proses analisis (Panggabean et al 2019). Batas deteksi
ditentukan dengan melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui
konsentrasinya dan menetapkan kadar terendah yang dapat dideteksi dengan baik.
2

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan kalibrasi dan validasi
tehadap instrumen kromatografi gas sehingga mengetahui performa dan ketelitian
dari instrument tersebut dan mengetahui limit deteksinya.

2 HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Persen Standar Gas Campuran


Kalibrasi terhadap standar gas campuran primer (primary mix gas standard)
yang terdiri dari gas-gas He, H2, N2, O2, Ar dan CH4 dilakukan dengan cara
peranan kalibrasi merupakan salah satu tolok ukur menginjeksikan standar gas
tersebut pada tekanan gas yang sama secara berulang, dan data hasil pengukuran
kemudian ditentukan standar deviasi, nilai kesalahan (error) terhadap standar gas
serta nilai limit deteksinya (Adventini N et al 2015). Sehingga didapatkan persen
standar pada gas campuran sebagai berikut
Tabel 1 Persen Standar Gas Campuran
No. He H2 N2 O2 Ar CH4 ∑
1 2,010 10,051 83,324 1,049 0,592 3,015 100
2 2,198 10,010 83,391 0,953 0,422 2,984 100 100
3 2,136 9,912 83,370 1,046 0,564 2,972 100
4 2,149 9,965 83,075 1,084 0,580 3,147 100
5 2,129 9,970 83,474 0,978 0,472 2,977 100
6 2,092 9,904 83,167 1,070 0,598 3,169 100
7 2,103 9,941 83,103 1,064 0,584 3,205 100
8 2,120 9,999 83,125 1,057 0,566 3,133 100
9 2,121 10,003 83,239 1,087 0,594 2,957 100
10 2,140 10,045 83,430 0,960 0,455 2,970
Rerata 2,120 9,980 83,270 1,035 0,543 3,053
SDev 0,098 0,051 0,147 0,051 0,066 0,098

Berdasarkan hasil pengukuran kalibrasi yang dilakukan dengan 10 kali


ulangan yang ditunjukan oleh tabel 1, dapat dikatakan bahwa persen peak area
untuk semua standar gas dari He hingga CH4 relatif stabil yang dikuatkan dengan
munculnya data kestabilan sebagai berikut
3

Gambar 1 Grafik Kestabilan Kromatografi Gas


Berdasarkan gambar tersebut dapat dikatakan bahwa alat dalam keadaan
yang relatif stabil walaupun ada sedikit flukttuasi penurunan nilai persentase pada
pengulangan ke 10 untuk gas oksigen. Diduga hal ini dapat disebabkan karena
injeksi standar yang lolos dalam jektor dan dapat disebabkan juga karena pengotor
sehingga oksigennya dapat turun. Untuk mengatasi kedua hal tersebut dapat
dilakukan dengan penggantian karet injektor yang sudah tertusuk-tusuk
mengakibatkan kerusakan dan dapat dilakukan pengaliran (flushing) gas carrier ke
dalam kolom terlebih dahulu beberapa saat agar gas-gas pengotor terdorong ke
atmosfer.

2.2 Kesalahan Gas Standar (Error)

Suatu pengukuran, tidak ada nilai benar “absolut”. tetapi ada nilai benar
“konvensional”. Setiap pengukuran selalu mengandung kesalahan (error), yang
dapat diminimalisasi dan dideskripsikan secara ilmiah. Hasil pengukuran yang
lengkap, memuat informasi tentang “nilai hasil ukur” dan “nilai kesalahannya”,
sehingga akan menjadi nilai dalam konteks INTERVAL (bukan nilai tunggal
sederhana). Nilai kesalahan suatu pengukuran dapat diestimasi melalui analisis/
evaluasi (statistik & matematis). Dengan estimasi ketidakpastian pengukuran,
didapatkan rentang nilai hasil pengukuran yang didalamnya (diharapkan) terdapat
nilai yang sebenarnya. Keslahan (error) adalah perbedaan antara nilai hasil
pengukuran dengan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Ada dua macam
kesalahan dalam pengukuran yaitu kesalahan sistematis dan kesalahan acak.
Kesalahan yang bersifat sistematis disebabkan oleh orang yang mengukur atau
alat ukur/instrumennya (Djemari M 2000).
Masing-masing gas standar yang tadi telah diujikan memiliki nilai
kesalahannya. Nilai kesalahan diperoleh dengan cara membandingkan terhadap
nilai komposisi gas standar primer yang tertera pada sertifikat. Nilai kesalahan
dapat dilihat seperti dalam tabel 2.

Tabel 2 Nilai Kesalahan (error) Gas Standar


Gas Pengukuran Sertifikat Error
standar (%) (%) (%)
He 2,12 2,01 5,40
H2 9,98 10,00 0,20
N2 83,27 83,49 0,26
O2 1,03 1,00 3,00
Ar 0,54 0,50 8,00
CH4 1,05 3,00 1,66
Berdasarkan tabel 2 nilai gas yang paling signifikan (tinggi) dari tabel 2
yaitu argon, mempunyai kesalahan sebesar 8,00% hal ini diduga disebabkan oleh
nilai standar argon yang terlalu kecil sehingga jika terjadi selisih nilai terhadap
standar maka menghasilkan nilai error yang cukup signifikan. Salah satu cara
untuk mengatasi kesalahan sebesar itu dengan dilakukan banyak pengulangan bisa
4

5-10 kali ulangan. Kemudian gas standar dari kelasalahan terbesar ke terkeci
berikutnya yaitu helium yang memiliki kesalahan sebesar 5,40%, lalu gas standar
O2 memiliki nilai kesalahan sebesar 3,00, berikutnya gas standar CH4 memiliki
nilai kesalahan sebesar 1,66, kemudian ada gas standar N2 memiliki nilai
kesalahan yang diperolah adalah 0,26, dan yang paling terkecil kesalahanya yaitu
gas standar H2 memiliki nilai kesalahan sebesar 0,20. Meskipun demikian nilai-
nilai error gas-gas standar tersebut masih berada dalam batas error yang diijinkan
sebesar 10% (Erachem 2014). . Hal-hal yang dapat menyebabkan kesalahan dalam
hasil pengukuran kemungkinan diakibatkan oleh adanya kebocoran dalam sistem
inlet yang sulit untuk dideteksi karena banyaknya sambungan pipa koneksi,
ketidakstabilan aliran listrik pada saat dilakukan analisis, pembacaan tekanan
yang kurang tepat karena alat pengukur tekanan (vacuum gauge) penunjuknya
berupa jarum dengan skala yang bcsar (Ratnasari et al 2016).

2.3 Limit Deteksi

Limit of Detection menggambarkan konsentrasi analit terkecil dalam sampel


yang masih dapat diukur. Nilai tersebut ditentukan melalui ratio Signal to Noise
(S/N) dengan cara mengukur analit pada konsentrasi yang telah diketahui terhadap
blanko. Nilai LOD untuk KCKT didasarkan pada S/N yaitu sebesar 3:1
(Sugihartini N et al 2014). Penentuan alat untuk limit deteksi dari gas gas standar
campuran tadi dilakukan dengan cara menginjeksikan gas standar campuran
dengan tekanan yang sama secara berulang secara bersamaan. Kemudian nilai dari
limit deteksi diperoleh dengan cara tiga kali noise atau standar deviasi dibagi
dengan slope persamaan kurva. Selain limit deteksi (LOD) sebenarnya terdapat
pasangan dari (LOD) yaitu Limit of Quantitative (LOQ) yang ditentukan melalui
garis regresu linear secara statistic dari kurva kalibrasi, namun data yang akan
dibahas hanya berupa limit deteksi. Hasil limit deteksi dapat ditentukan
berdasarkan noise dan areanya menggunakan rumus

3 × noise
Q=
area

Sehingga didapatkan limit deteksi dari masing-masing gas standar sebagai berikut
Tabel 3 Limit Deteksi Gas Standar
Gas Standar Limit Deteksi
(%)
He 4,69 × 10-3
H2 4,11 × 10-3
N2 0,397
O2 0,355
Ar 0,333
CH4 6,48 × 10-3
5

Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukan dalam tabel diatas,


menunjukkan konsentrasi analit terendah dan kuantitas terkecil yang dapat
ditetapkan oleh suatu metode dengan diaplikasikan secara lengkap pada metode
yang digunakan dengan kondisi yang disepakati di laboratorium uji. Nilai limit
deteksi yang diterima untuk nilai akurasi adalah < 5% sedangkan untuk presisi
batas diterimanya apabila nilai RSD lebih kecil dari nilai 2/3 (CVHorwitz) (Yulia
2010).

3 SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Berdasarkan data hasil kalibrasi dan pengukuran limit deteksi yang
diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa nilai limit deteksi dapat diterima
sehingga instrumen kromatografi gas dinyatakan valid dalam pengukuran gas
campuran dan instrumen dalam keadaan performa yang cukup baik.

3.2 Saran
Sebaiknya validasi methode yang dilakukan jangan hanya menggunakan 1
metode saja, melainkan validasi dengan deteksi instrumen,batas kuantitasi dan
sebagainya agar didapatkan data yang dapat lebih dipertanggung jawabkan

4 DAFTAR PUSTAKA

Adventini N., Kusmartini I., Syahfitri, W., Kurniawati S. 2015. Evaluasi Kalibrasi
Internal Mikropipet Volumetrik Sebagai Implementasi Jaminan Mutu
Laboratorium 156 Pengujian. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Nuklir. Desember 2015, Pusat sains dan Teknologi Nuklir dan
Terapan Badan Tenaga Nuklir Nasional, Bandung (394-401)
Adnan, Mochamad. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Yogyakarta (ID): Andi Offset
Djemari M. 2000. Makalah Seminar Lokakarya Pendidikan Biologi. Yogyakarta
(ID): Universitas Negeri Yogyakarta.
Erachem. 2014. The Fitness for purpose of Analytical Methods.
www.erachem.org/index.php/publications /guides/mp
Faricha A, Muhammad R, Suwito. 2014. Sistem identifikasi gas menggunakan
sensor surface acoustic wave dan metoda kromatografi. Jurnal Teknik
ITS. 3(2) : 157-162.
Laksminingpuri N dan Nurfadhlini. 2016. Kalibrasi dan limit deteksi kromatografi
gas agilent 7890A. Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi
Reaktor Nuklir. 153-156.
Ratnasari D., Primaharinastiti R., Nasutions N. 2012. Validasi metode
kromatografi gas-spektrometri massa untuk analisis residu pestisida
6

triadsimefon dalam kubis. Jurnal Berkala Ilmiah Kimia Farmasi.


1(1):101-111
Sugihartini N, et al. 2014. Validasi metode analisa penetapan kadar
epigalokatekin galat dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal
Pharmaҫiana. 4(2)111-115.
Rizalina H, Edy C, Sri M, Bowo N, Supartono. 2018. Optimasi penentuan kadar
metanol dalam darah menggunakan gas chromatography. Jurnal
Indonesia Kimia. 7(3) : 255-261.
Yulia. 2010. Validasi Metode Diktat Validasi Metode. Bndung (ID): Pusat
Penelitian Kimia-LIPI.

5 LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil pengukuran standar gas campuran
No. He H2 N2 O2 Ar CH4 ∑
1 2,010 10,051 83,324 1,049 0,592 3,015 100
2 2,198 10,010 83,391 0,953 0,422 2,984 100 100
3 2,136 9,912 83,370 1,046 0,564 2,972 100
4 2,149 9,965 83,075 1,084 0,580 3,147 100
5 2,129 9,970 83,474 0,978 0,472 2,977 100
6 2,092 9,904 83,167 1,070 0,598 3,169 100
7 2,103 9,941 83,103 1,064 0,584 3,205 100
8 2,120 9,999 83,125 1,057 0,566 3,133 100
9 2,121 10,003 83,239 1,087 0,594 2,957 100
10 2,140 10,045 83,430 0,960 0,455 2,970
Rerata 2,120 9,980 83,270 1,035 0,543 3,053
SDev 0,098 0,051 0,147 0,051 0,066 0,098

Lampiran 2 Perhitungan error

Error He = |pengukuran
sertifikat
- sertifikat
|× 100%
2,12 - 2,01
=| |×100%
2,01

= 5,4%

Error H 2 = |pengukuran
sertifikat
- sertifikat
|× 100%
9,9 8 - 10,00
=| |× 100%
10,00

= 0,20%
7

Error N 2 =|pengukuran
sertifikat
- sertifikat
|× 100%
8 3,27 - 83,49
=| |× 100%
8 3,49

= 0,26%

Error O 2 =|pengukuran
sertifikat
- sertifikat
|× 100%
1,03 - 1,00
=| |× 100%
1,00

= 3,00%

Error Ar =|pengukuran
sertifikat
- sertifikat
|× 100%
0,54 - 0,50
=| |× 100%
0,50

= 8,00 %

Error CH 4 = |pengukuran
sertifikat
- sertifikat
|× 100%
3,05 - 3,00
=| |× 100%
3,00

= 1,66 %

Anda mungkin juga menyukai