PENDAHULUAN
Teori akuntansi mempunyai peran penting dalam pengenbangan akuntansi yang sehat.
Perguruan tinggi akuntansi mempunyai peran yang penting dan strategik dalam pengembangan
pengetahuan dan praktik akuntansi. Tidak slayaknyalah perguruan tinggi tunduk pada apa yang
nyatanya di praktikkan dalam pengembangan praktik maupun pengetahuan akuntansi.
Pengajaran juga harus diarahkan untuk membahas apa yang seharusnya dipraktikkan dan tidak di
batasi pada apa yang nyatanya dipraktikkan. Untuk mencapai tingkat perkembangan yang
memuaskan, harus terjadi hubungan yang harmonis antara riset, pengajaran, dan praktik.
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksikan dan
menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. Teori didefinisikan sebagai konsep,
definisi, dan dalil yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan
menjelaskan hubungan antar variabel yang bertujuan untuk menjelaskan serta memprediksikan
fenomena tersebut.
Makalah ini membahas dan menjelaskan pengertian, karakteristik, dan status akuntansi
sebagai bidang pengetahuan. Atas dasar itulah makalah ini menjelaskan pengertian teori
akuntansi dan menentukan orientasi yang dipilih. Pengertian teori akuntansi juga dibahas dari
berbagai perspektif yaitu sasaran, tataran semiotika, dan pendekatan penalaran.
BAB II
ISI
Atas dasar perbedaan aspek diatas, teori akuntansi positif adalah penjelasan atau
penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah kebenaran pernyataan atau fenomena akuntansi
seperti apa adanya sesuai fakta. Sasaran teori akuntansi positif adalah menghasilkan penjelasan
tentang apa nyatanya terjadi secara objektif tanpa dilandasi oleh pertimbangan nilai. Sedangkan
untuk teori akuntansi normatif adalah penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan
suatu perlakuan akuntansi paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Lebih menjelaskan
praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku.
Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik akuntansi. Salah satu contoh dalam penggunaan teori positif adalah
hipotesis mengenai program pemberian bonus. Hipotesis ini menunjukkan bahwa manajemen
yang remunerasinya didasarkan pada bonus, akan berusaha memaksimalisasi bonusnya melalui
penggunaan metode akuntansi yang dapat menaikkan laba dan pada akhirnya memperbesar
bonus. Teori ini akan dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku manajemen dalam hal
program pemberian bonus, dan masih ada hipotesis dalam teori positif yaitu, Hipotesis perjanjian
hutang dan Hipotesis biaya proses politik.
Pandangan sains akan menghasilkan teori akuntansi positif dan pandangan tekhnologi
akan menghsilkan teori akuntansi normative. Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang berbeda-
beda yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh teori akuntansi.
Penjelasan positif berisi pernyataan tentang sesuatu (kejadian, tindakan atau perbuatan)
seperti apa adanya sesuai dengan fakta atau apa yang terjadi atas dasar pengamatan empiris.
Penjelasan positif diarahkan untuk memberikan jawaban apakah sesuatu pernyataan itu benar
atau salah atas dasar kriteria ilmiah. Penjelasan normativ berisi pernyataan dan penalaran untuk
menilai apakah sesuatu itu baik atau buruk atau relevan atau tak relevan dalam kaitannya dengan
kebijakan ekonomi atau sosial tertentu. Penjelasan normativ diarahkan untuk mendukung atau
menghasilkan kebijakan politik sehingga bersifat pembuatan kebijakan.
F. Other Perspectives and Issues
Selain perspektif (aspek) taksonomi yang membagi teori akuntansi menjadi penjelasan
ilmiah dan justifikasi, teori akuntansi juga sering dikelompokkan atas dasar perspektif lain
menurut tujuan atau penekanan pembahasan.
. Bila akuntansi dilakukan sebagai sains, teori akuntansi akan merupakan penjelasan
ilmiah. Bila akuntansi diperlakukan sebagai teknologi, teori akuntansi diartikan sebagai
penalaran logis. Manapun perlakuan yang dianut, teori akuntansi akan berisi pernyataan yang
berupa baik penjelasan ataupun pembenaran (justifikasi) tentang suatu fenomena atau perlakuan
akuntansi. Contoh fenomena atau perlakuan akuntansi antara lain adalah adanya bermacam
metoda akuntansi, penggunaan sistem berpasangan (debit-kredit), keharusan menyusul statemen
aliran kas, pernyataan bahwa akuntansi kos sekarang lebih relevan dari akuntansi kos historis,
dan adanya reaksi pasar modal terhadap penerbitan informasi laba. Selain perspektif (aspek)
taksonomi yang membagi teori akuntansi menjadi penjelasan ilmiah dan justifikasi, teori
akuntansi juga sering dikelompokkan atas dasar perspektif lain menurut tujuan atau penekanan
pembahasan.
Aspek Sasaran Teori: aspek sasaran ini mendasari pembedaan teori akuntansi menjadi
teori akuntansi positif dan normatif. Klasifikasi ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari
pendefinisian akuntansi sebagai sains atau teknologi. Pandangan sains akan menghasilkan teori
akuntansi positif dan pandangan teknologi akan menghasilkan teori akuntansi normatif.
Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang berbeda yang ingin dicapai atau dihasilkan olehn teori
akuntansi.
Aspek tataran semiotika: semiotika merupakan bidang kajian yang membahas teori
umum tentang tanda-tanda (signs) dan simbol-simbol dalam bidang linguistika. Tiga tataran
(level) semiotika yaitu sintaktika, semantika, dan pragmatika.
a. Sintaktika: menelaah logika dan kaidah bahasa yaitu hubungan logis diantara tanda-tanda
atau simbol-simbol bahasa.
b. Semantika: menelaah hubungan antara tanda atau simbol dan dunia kenyataan (fakta)
yang disimbolkannya.
c. Pragmatika: membahas dan menguji apakah komunikasi efektif dengan mempelajari ada
tidaknya perubahan perilaku penerima.
Tataran semiotika dalam teori komunikasi: tataran sasaran bahasa penekanan komunikasi
kandungan pesan Sistematiaka aspek formal tanda bahasa (kosa kata, tata bahasa)
Aspek Pendekatan Penalaran: telah disebut sebelumnya bahwa teori akuntansi dapat
diartikan sebagai penelaran logis yang memberikan penjelasan dan alasan tentang perlakuan
akuntansi tertentu. Penalaran mempunyai peran penting dalam rangka menerima atau menolak
kebenaran (validitas) suatu teori. Proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau
penjelasan sebagai teori dapat bersifat deduktif maupun induktif.
Penalaran Deduktif: penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari
suatu pernyatan umum yang disepakati ( disebut premis ) ke pernyatan khusus sebagai simpulan
(konklusi). Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis penelaran dapat berasal dari
teori, prinsip, konsep, doktrin, atau norma yang di anggap benar, baik, atau relevan dalam
kaitannya dengan tujuan penyimpulan dan situasi khusus yang dibahas. Pernyataan umum
tersebut dapat saja memuat nilai-nilai etika, moral, ideologi, keyakinan, atau budaya. Penalaran
deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi penjelasandan dukungan dan dukungan
terhadap kelayakan suatu pernyataan akuntansi. Misalnya, akuntansi menyajikan aset sebesar kos
historis karena akuntansi menganut konsep kontinuitas usaha. Dengan konsep ini, fungsi neraca
adalah untuk menunjukan nilai jual sehingga kos historis merupakan pengukur yang paling tepat.
Penalaran Induktif: penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang khusus dan berakhir dengan
pernyataan umum yang merupakan generalisasi (perampatan ) dari keadaan khusus tersebut.
Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya dagunakan nutukmenghasilkan pernyataan
umum yang terjadi penjelasan (teori) terhadap gejala akuntamsi tertentu. Pernyataan –
pernyataan umum tersebut biasanya berasal dari hipotetis yang diajukan dan diuji dalam suatu
penelitian empiris. Hipotetis merupakan generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi.
Contoh berikut menunjukan aplikasi penalaran indukatif: “pengamatan menunjukan bahwa
voluma saham beberapa perusahaan yang dijual-belikan beberapa hari setelah penerbitan
statemen keuangan meningkat dengan tajam. Dapat disimpulkan dengan tingkat keyakinan
tertentu bahwa informasi akuntansi bermanfaat bagi investor di pasar modal.” Pada praktriknya,
penalaran induktif dalam akuntansi tidak dapat dilaksanakan terpisah dengan penalaran deduktif
atau sebaliknya. Kedua penalaran tersebut saling berkaitan. Premis dalam penalaran deduktif
misalnya, dapat merupakan hasil dari suatu penalaran induktif.
Sampai saat ini Indonesia masih belum berupaya secara intensif untuk merumuskan teori
atau standar akuntansinya sendiri. Kita masih tetap menggunakan teori atau standar akuntansi
Amerika atau yang terakhir dari IASC (International Accounting Standard Committee) sebagai
dasar pengembangan akuntansi di tanah air. Standar akuntansi keuangan maupun pernyataan
standar pemeriksaaan masih mengadopsi atau menterjemahkan standar serat pedoman dari
Amerika atau IASC dengan berbagai modifikasi minor. Upaya yang baru dilakukan oleh profesi
akuntansi adalah perumusan prinsip akuntansi Indonesia namun belum menyentuh dasar teori
akuntansinya.
Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption)
standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar
akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United Stated Generally
Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang
sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh, baru
sebagian (harmonisasi).
Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat
diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi terhadap
standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan informasi keuangan
yang dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan
baik dengan pelanggan, supplier, investor, dan kreditor.
Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain nasionalisme dan budaya
tiap-tiap negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiaptiap negara, perbedaan kepentingan
antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses
harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi.
BAB III
RANGKUMAN
Atas dasar sasaran yang ingin dicapai, teori akuntansi dibedakan menjadi teori positif dan
normative. Teori positif menjelaskan fenomena akuntansi seperti apa adanya atas dasar
pengamatan empiris. Teori normative menjelaskan fenomena akuntansi untuk menjutifikasi atau
membenarkan pelakuan (standar) akuntansi karena tujuan akuntansi tertentu harus dicapai. Atas
dasar sasaran semiotika dalam teori komunikasi, teori akuntansi dibedakan menjadi sintatik,
semantic, dan pragmatic. Teori akuntansi semantic memusatkan perhatian pada masalah-masalah
penyimbolan, pengukuran, dan penyajian kegiatan operasi dan objek fisis perusahaan dalam
bentuk laporan keuangan. Teori ini member penalaran mengapa kegiatan perusahaan
disimbolkan dengan cara tertentu.
Teori akuntansi sintatik berkepentingan dengan struktur pelaporan keuangan. Teori ini
memberi penalaran mengapa data/informasi disajikan dengan cara tertentu. Teori akuntansi
pragmatic berkepentingan untuk mengukur pengaruh dan kebermanfaatan informasi akuntansi
terhadap perilaku pemakai. Teori ini memberi penalaran mengapa informasi berpengaruh
terhadap perilaku pemakai ( termasuk pasar modal )
Berbagai aspek teori akuntansi harus diverifikasi atau diuji validitasnya secara tepat atas
dasar penalaran logis, bukti empiris, daya prediksi, dan standar nilai yang telah disepakati.
Misalnya, teori akuntansi positif lebih tepat diuji atas dasar bukti empiris. Sementara itu, teori
akuntansi normative akan lebih cocok bila di uji atas dasar penalaran logis. Validitas akan lebih
meyakinkan bila penalaran dilandasi oleh konsep yang relevan dan moralitas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Accounting Principles Board (ABP) .”Basic Concepets And Accounting Principles Underling
Financial Statements Of Businis Enterprises.” Accounting Prisiples Board Statement
No.4.new York : AICPA,1970.
Ahmed Riahi Belkaoui, 2000 Accounting Theory 4th edition. Terjemahan Mawarta dkk. Penerbit