Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Teori akuntansi mempunyai peran penting dalam pengenbangan akuntansi yang sehat.
Perguruan tinggi akuntansi mempunyai peran yang penting dan strategik dalam pengembangan
pengetahuan dan praktik akuntansi. Tidak slayaknyalah perguruan tinggi tunduk pada apa yang
nyatanya di praktikkan dalam pengembangan praktik maupun pengetahuan akuntansi.
Pengajaran juga harus diarahkan untuk membahas apa yang seharusnya dipraktikkan dan tidak di
batasi pada apa yang nyatanya dipraktikkan. Untuk mencapai tingkat perkembangan yang
memuaskan, harus terjadi hubungan yang harmonis antara riset, pengajaran, dan praktik.

Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksikan dan
menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. Teori didefinisikan sebagai konsep,
definisi, dan dalil yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan
menjelaskan hubungan antar variabel yang bertujuan untuk menjelaskan serta memprediksikan
fenomena tersebut.

Makalah ini membahas dan menjelaskan pengertian, karakteristik, dan status akuntansi
sebagai bidang pengetahuan. Atas dasar itulah makalah ini menjelaskan pengertian teori
akuntansi dan menentukan orientasi yang dipilih. Pengertian teori akuntansi juga dibahas dari
berbagai perspektif yaitu sasaran, tataran semiotika, dan pendekatan penalaran.
BAB II
ISI

A. Overview of Accounting Theory


Teori adalah susunan konsep, definisi, dan dalam yang menyajikan pandangan yang
sistematisfenomena dengan menunjukkan hubungan antara variable yang satu dengan yang lain
dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Webster Third New International Dictionary mendefinisikan teori sebagai suatu susunan
yang saling berkaitan dengan hipotesis, konsep, dan prinsip pragmatis yang membentuk
kerangka acuan untuk bidang yang dipertanyakan.
Teori akuntansi merupakan bagian penting dari praktik. Pemahaman oleh praktisi dan
penyusun standar akan sangat mendorong pengembangan serta perbaikan menuju praktik yang
sehat. Teori akuntansi menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara
beralasan atau bernalar yang secara etis dan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan (Kam, 1990).
a. Pengertian Akuntansi dan Teori Akuntansi
Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada pengertian atau pendefenisian akntansi
sebagai suatu bidang pengetahuan. Artinya, kedudukan akuntansi dalam tatanan (taksonomi)
pengetahuan juga akan menentukan pengertian dan lingkup teori akuntansi. Akuntansi
didefenisikan sebagai seperangkat pengetahuan karena wilayah materi dan kegiatan cukup luas
dan dalam serta telah membentuk kesatuan pengetahuan yang terdokumentasi secara sistematis
dalam bentuk literatur akuntansi.
Akuntansi sebagai kegiatan penyedia jasa mengisyaratkan bahwa akuntansi yang
akhirnya harus diterapkan untuk merancang dan menyediakan jasa berupa informasi keuangan
harus bermanfaat untuk kepentingan sosial dan ekonomik negara tempat akuntansi diterapkan.
Sebagai seperangkat pengetahuan, akuntansi didefenisikan sebagai: seperangkat
pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan
kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian
(pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomik.
Dalam arti sempit sebagai proses, fungsi, atau praktik, akuntansi dapat didefenisiskan
sebagai: proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan, pengklasifikasian,
penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar (bahan olah akuntansi) yang
terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi, atau kegiatan operasi suatu unit organisasi
dengan cara tertentu untuk mengahasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang
berkepentingan.
Teori akuntansi adalah adalah cabang akuntansi yang terdiri dari pernyataan sistematik
tentang prinsip dan metodologi yang membedakan dengan praktik. Teori akuntansi adalah suatu
konsep definisi dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi yang
menjelaskan hubungan antara variabel dengan variabel lainnya dalam struktur akuntansi dengan
maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang mungkin muncul.
Vernon kam (1986) menganggap bahwa teori akuntansi adalah suatu sistem yang
komprehensif dimana termasuk postulat dan teori yang berkaitan dengannya. Dia membagi unsur
teori dalam beberapa elemen: postulat dan asumsi dasar, definisi, tujuan akuntasi, prinsip atau
standar, dan prosedur atau metode-metode.
Hendriksen (1982) mengemukakan kegunaan teori akuntansi untuk memberikan
kerangka rujukan sebagai dasar untuk menilai prosedur dan praktik akuntansi dan memberikan
pedoman terhadap praktik dan prosedur akuntansi yang baru.
Godfrey dkk (1992) membuat periodisasi teori akuntansi sebagai berikut:
Pre-theory period (1492-1800): Peragalo mengemukakan bahwa tidak ada teori akuntansi
yang dirumuskan sejak Pacioli sampai pada awal abad ke-19. kalaupun ada saran-saran atau
pertanyaan-pertanyaan belum dapat digolongkan sebagai teori atau pernyataan yang sistematis.
General scientific period (1800-1955): Dalam periode ini sudah ada pengembangan teori
yang penekanannya baru berupa penjelasan terhadap praktek akuntansi. Di sini sudah ada
kerangka kerja untuk menjelaskan dan mengembangkan praktek akuntansi. Akuntansi
dikembangkan berdasarkan metode empiris yang mengutamakan pengamatan atas kenyataan
sehari-hari atau realitas bukan didasarkan pada logika. Laporan AAA (A Tentative Statement of
Accounting Principles Affecting Corporate Report) pada tahun 1938 serta laporan AICPA
tentang A Statement of Accounting Principle (Sanders, Hatfield dan Moore) merupakan dua
contoh perumusan teori akuntansi berdasarkan metode empiris atau disebut era general scientific
ini.
Normative period (1956-1970): Dalam periode ini perumus teori akuntansi mencoba
merumuskan “norma-norma” atau “praktek akuntansi yang baik”. Kalau dalam periode
sebelumnya menekankan kepada ”APA” yang terjadi dalam periode ini ”Bagaimana seharusnya”
dilakukan, ”What should be”. Pada periode ini muncul kritik terhadap konsep ”historical cost”
dan pendukung adanya ”conceptual framework”. Beberapa terbitan laporan pada era ini adalah:
An Inquiry into the Nature of Accounting oleh Goldberg yang diterbitkan pada tahun 1965, AAA
menerbitkan A Statement of Basic Accounting Theory.
Specific Scientific Period (1970-sekarang): Periode ini disebut juga “positive era”. Di sini
teori akuntansi tidak cukup hanya dengan sifat normatif tetapi harus bisa diuji kebenarannya.
Norma dinilai subyektif jadi harus diuji secara positif.
b. Teori Akuntansi sebagai Penalaran Logis
Teori berusaha untuk memberikan pembenaran terhadap praktik agar praktik mempunyai
kekuatan untuk dapat di pertahankan atau dipertanggungjawabkan kelayakannya. Penalaran logis
berisi asumsi, dasar pikiran, konsep, dan argumen yang saling berkaitan dan yang membentuk
suatu rerangka pikir yang logis. Hasil proses penalaran logis dapat dituangkan dalam bentuk
dokumen yang berisi prinsip-prinsip umu yang menjadi landasan umum untuk menetukan
tindakan atau prakti yang terabaik dalam mencapai suatu tujuan. Paton dan Littleton
mengemukakan bahwa tujuan teori akuntansi adalah menyediakan gagasan-gagasan mendasar
yang menjadi basis atau fundasi dalam proses perekayasaan pelaporan keuangan. Hasil
perekayasaan tersebut berupa seperangkat doktrin yang berkaitan secara logis, terkoordinasi dan
konsisten yang mempunyai fungsi sebagai landasan untuk penurunan standar akuntansi.
Pengertian Penalaran: penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk
membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu pernyataan atau asersi. Penalaran
melibatkan inferensi yaitu proses penurunan konsekuensi logis dan melibatkan pula proses
penarikan simpulan/ konklusi dari serangkaian pernyataan tau asersi.
Struktur dan proses penalaran dibangun atas dasar tiga konsep penting yaitu asersi,
keyakinan, dan argumen.
Asersi adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu
(misalnya teori) adalah benar. Jenis asersi (pernyataan):
a) Asumsi adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat mengajukan atau
menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan atau asersi yang orang bersedia
menerima sebagai benar untuk keperluan diskusi atau debat.
b) Hipotesis adalah asersi yang kebenarannya belum atau tidak diketahui tetapi diyakini bahwa
asersi tersebut dapat diuji kebenarannya.
c) Pernyataan Fakta adalah asersi yang bukti tentang kebenarannya diyakini sangat kuat atau
bahkan tidak dapat dibantah.
Fungsi asersi: asersi dapat berfungsi sebagai premis dan konklusi. Premis adalah asersi
yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi. Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari
serangkaian asersi. Suatu argumen paling tidak berisi satu premis dan satu konklusi. Keyakinan
adalah tingkat kebersediaan untuk menerima bahwa suatu pernyataan atau teori (penjelasan)
mengenai suatu fenomena atau gejala (alam atau sosial) adalah benar. Argumen adalah
serangkaian asersi serta keterkaitan (artikulasi) dan inferensi atau penyimpulan yang digunakan
untuk mendukung suatu keyakinan. Argumenmanjadi unsur penting dalam penalaran karena
digunakan untuk membentuk, memelihara, atau mengubah suatu keyakinan.
B. Pragmatic Theories
Teori diekpresikan dalam bentuk bahasa baik yang bersifat verbal maupun matematis.
Teori dapat dinyatakan dalam bentuk kata atau simbol (tanda). Studi tentang simbol dinamakan
Semiology, yang terdiri dari 3 unsur, yaitu :
a. Sintatik adalah studi tentang tata bahasa atau hubungan antara simbol dengan simbol.
b. Sematik adalah menunjukkan makna atau hubungan antara kata, tanda atau simbol dengan
objek yang ada didunia nyata.
c. Pragmatik adalah menunjukkan pengaruh kata-kata atau simbol terhadap seseorang. Dalam
kaitannya dengan akuntansi aspek pragmatik berkaitan dengan bagaimana konsep dan
praktik akuntansi mempengaruhi perilaku seseorang, atas dasar hubungan ini pendekatan
yang popular digunakan untuk merumuskan teori secara pragmatis adalah model
keputusan.
Menurut Suwardjono, 2008: Teori Pragmatik berkepentingan untuk mengukur pengaruh
dan kebermanfaatan informasi berpengaruh terhadap perilaku pemakai (termasuk pasar modal).
C. Syntactic and Semantic Theories
Teori akuntansi sintaktik adalah teori yang berorientasi untuk membahas masalah-
masalah tentang bagaimana kegiatan-kegiatan perusahaan yang telah disimbolkan secara
semantik dalam elemen-elemen kauangan dapat diwujudkan dalam bentuk statemen keuangan.
Simbol-simbol tersebut (misalnya aset, utang, pendapatan, dan lainnya) harus berkaitan secara
logis sehingga informasi semantik dapat dikandung dalam statemen keuangan.
Teori sintaktik meliputi pula hubungan antara unsur-unsur yang membentuk struktur
pelaporan keuangan atau struktur akuntansi dalam suatu negara yaitu manajemen, identitas
pelapor (pelaporan), pemakai informasi, sistem akuntansi, dan pedoman penyusunan laporan
(prinsip akuntansi berterima umum atau generally accepted accounting principles). Dari segi
sintaktik, teori akuntansi berusaha untuk memberi penjelasan dan penalaran tentang apa yang
harus dilaporkan, siapa melaporkan, kapan dilaporkan, dan bagaimana melaporkannya. Struktur
pelaporan keuangan dalam suatu negara akan bergantung pada jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan sintaktik antara lain sebagai berikut.
Teori akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap
perubahan perilaku pemakai laporan. Dengan katalain, teori ini membahas reaksi pihak yang
dituju oleh informasi akuntansi. Apakah informasi sampai ke yang dituju dan diinterpretasi
dengan tepat , merupakan masalah keefektifan komunikasi.
Suatu pesan atau kejadian (misalnya pengumuman laba ) dikatakan mengandung
informasi kalau pesan tersebut menyebabkan perubahan keyakinan penerima (pasar modal ) dan
memicu tindakan tertentu ( misalnya terrefleksi dalam perubahan harga atau voluma saham di
pasar modal ). Apabila tindakan tersebut dapat diyakini sebagai akibat informasi dalam pesan
tersebut, dapat dikatakan informasi tersebut bermanfaat. Informasi akutansi dikatakan
bermanfaat apabila informasi tersebut benar-benar atau seakan-akan digunakan dalam
pengambilan keputusan oleh pemekai yang dituju.
Teori pragmatik akan banyak berisi pengujian-pengujian teori tentang hubungan antara
variabel akuntansi dengan variable perubahan atau perbedaan perilaku pemakai. Subjek atau
pemakai yang diukur perilakunya dapat berupa para akuntan, pelaku pasar modal, manajer, dan
auditor. Yang dapat menjadi indikator perubahan perilaku antara lain perubahan harga saham,
volume saham, kinerja manajer, kinerja karyawan, dan kinerja perusahaan.
D. Normative Theories
Akuntansi normatif adalah praktik akuntansi yang dilaksanakan sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan. Aturan tersebut dikenal dengan nama Praktik Akuntansi Berterima Umum
(PABU) atau GAAP. Salah satu bagian kecil dari PABU adalah SAK atau standar akuntansi
Keuangan.
Teori akuntansi normatif disebut juga teori preskriptif, yang mencoba menjawab
pertanyaan “apa yang semestinya”. Disini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang
harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak.
Teori normatif berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktekkan,
misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan pada
metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori
normative sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif).
Alasannya teori normatif bukan dihasilkan dari penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan
“semi-research”. Teori normatif hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi
seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada awal perkembangannya, teori
akuntansi normatif belum menggunakan pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk
menghasilkan postulat akuntansi.
E. Positive Theories
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan
kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi
yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif
pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelasakan dan
memprediksi praktik-praktik akuntansi.
Teori akuntansi positif merupakan studi lanjut dari teori akuntansi normatif karena
kegagalan normatif dalam menjelaskan fenomena praktik yang terjadi secara nyata. Teori
akuntansi positif mempunyai peranan dangat penting dalam perkembangan teori akuntansi. Teori
akuntansi positif dapat memberikan pedoman bagi para pembuat kebijakan akuntansi dalam
menentukan konsekuensi dari kebijakan tersebut. Teori akuntansi positif berkembang seiring
kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik akuntansi yang ada dalam
masyarakat sedangkan akuntansi normatif lebih menjelaskan praktik akuntansi yang seharusnya
berlaku.
Pendekatan positif melihat pada “mengapa” praktik akuntansi dan teori akuntansi
berkembang sebagaimana adanya dengan tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan peristiwa
akuntansi. Karenanya, pendekatan positif berusaha untuk menentukan berbagai faktor yang
mungkin memengaruhi faktor rasional dalam bidang akuntansi. Pada dasarnya ia berusaha untuk
menentukan suatu teori yang menjelaskan fenomena yang diamati.
Teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subjektif, sehingga tidak
dapat diterima begitu saja dan harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang
kuat. Dalam praktik, para profesional dalam bidang akuntansi telah menyadari sepenuhnya
bahwa teori akuntansi positif lebih cendrung diterapkan dibanding teori akuntansi normatif.
Teori akuntansi positif memiliki ciri pemecahan masalah yang disesuaikan dengan realitas
praktek akuntansi. Pendekatan yang digunakan dalam teori akuntansi positif adalah pendekatan
ekonomi dan prilaku. Aspek Sasaran Teori:

Unsur Pembeda Masalah Fakta Masalah Nilai


Sasaran Pemaparan Positif Normatif
Bentuk Pernyataan Pasti Kemungkinan
Dasar Penyimpulan Objektif Subjektif
Bahan Pertimbangan Fakta Nilai
Nada Pernyataan Deskriptif Preskriptif
Metode Pengujian Sains Seni
Validasi

Kriteria Penerimaan Benar/Salah Baik/buruk


Teori

Atas dasar perbedaan aspek diatas, teori akuntansi positif adalah penjelasan atau
penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah kebenaran pernyataan atau fenomena akuntansi
seperti apa adanya sesuai fakta. Sasaran teori akuntansi positif adalah menghasilkan penjelasan
tentang apa nyatanya terjadi secara objektif tanpa dilandasi oleh pertimbangan nilai. Sedangkan
untuk teori akuntansi normatif adalah penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan
suatu perlakuan akuntansi paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Lebih menjelaskan
praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku.
Tujuan dari pendekatan teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik akuntansi. Salah satu contoh dalam penggunaan teori positif adalah
hipotesis mengenai program pemberian bonus. Hipotesis ini menunjukkan bahwa manajemen
yang remunerasinya didasarkan pada bonus, akan berusaha memaksimalisasi bonusnya melalui
penggunaan metode akuntansi yang dapat menaikkan laba dan pada akhirnya memperbesar
bonus. Teori ini akan dapat menjelaskan atau memprediksi prilaku manajemen dalam hal
program pemberian bonus, dan masih ada hipotesis dalam teori positif yaitu, Hipotesis perjanjian
hutang dan Hipotesis biaya proses politik.
Pandangan sains akan menghasilkan teori akuntansi positif dan pandangan tekhnologi
akan menghsilkan teori akuntansi normative. Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang berbeda-
beda yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh teori akuntansi.
Penjelasan positif berisi pernyataan tentang sesuatu (kejadian, tindakan atau perbuatan)
seperti apa adanya sesuai dengan fakta atau apa yang terjadi atas dasar pengamatan empiris.
Penjelasan positif diarahkan untuk memberikan jawaban apakah sesuatu pernyataan itu benar
atau salah atas dasar kriteria ilmiah. Penjelasan normativ berisi pernyataan dan penalaran untuk
menilai apakah sesuatu itu baik atau buruk atau relevan atau tak relevan dalam kaitannya dengan
kebijakan ekonomi atau sosial tertentu. Penjelasan normativ diarahkan untuk mendukung atau
menghasilkan kebijakan politik sehingga bersifat pembuatan kebijakan.
F. Other Perspectives and Issues
Selain perspektif (aspek) taksonomi yang membagi teori akuntansi menjadi penjelasan
ilmiah dan justifikasi, teori akuntansi juga sering dikelompokkan atas dasar perspektif lain
menurut tujuan atau penekanan pembahasan.
. Bila akuntansi dilakukan sebagai sains, teori akuntansi akan merupakan penjelasan
ilmiah. Bila akuntansi diperlakukan sebagai teknologi, teori akuntansi diartikan sebagai
penalaran logis. Manapun perlakuan yang dianut, teori akuntansi akan berisi pernyataan yang
berupa baik penjelasan ataupun pembenaran (justifikasi) tentang suatu fenomena atau perlakuan
akuntansi. Contoh fenomena atau perlakuan akuntansi antara lain adalah adanya bermacam
metoda akuntansi, penggunaan sistem berpasangan (debit-kredit), keharusan menyusul statemen
aliran kas, pernyataan bahwa akuntansi kos sekarang lebih relevan dari akuntansi kos historis,
dan adanya reaksi pasar modal terhadap penerbitan informasi laba. Selain perspektif (aspek)
taksonomi yang membagi teori akuntansi menjadi penjelasan ilmiah dan justifikasi, teori
akuntansi juga sering dikelompokkan atas dasar perspektif lain menurut tujuan atau penekanan
pembahasan.
Aspek Sasaran Teori: aspek sasaran ini mendasari pembedaan teori akuntansi menjadi
teori akuntansi positif dan normatif. Klasifikasi ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari
pendefinisian akuntansi sebagai sains atau teknologi. Pandangan sains akan menghasilkan teori
akuntansi positif dan pandangan teknologi akan menghasilkan teori akuntansi normatif.
Klasifikasi ini terjadi karena sasaran yang berbeda yang ingin dicapai atau dihasilkan olehn teori
akuntansi.
Aspek tataran semiotika: semiotika merupakan bidang kajian yang membahas teori
umum tentang tanda-tanda (signs) dan simbol-simbol dalam bidang linguistika. Tiga tataran
(level) semiotika yaitu sintaktika, semantika, dan pragmatika.
a. Sintaktika: menelaah logika dan kaidah bahasa yaitu hubungan logis diantara tanda-tanda
atau simbol-simbol bahasa.
b. Semantika: menelaah hubungan antara tanda atau simbol dan dunia kenyataan (fakta)
yang disimbolkannya.
c. Pragmatika: membahas dan menguji apakah komunikasi efektif dengan mempelajari ada
tidaknya perubahan perilaku penerima.
Tataran semiotika dalam teori komunikasi: tataran sasaran bahasa penekanan komunikasi
kandungan pesan Sistematiaka aspek formal tanda bahasa (kosa kata, tata bahasa)

Tataran Sasaran bahasa Penekanan Kandungan


komunikasi pesanan
Sintaktika Aspek formal Operasional Informasi
tanda bahasa penandaan sintaktik
(kosa kata, tata
bahasa)
Semantika Aspek isi tanda Penafsiran Pelambangan
bahasa(makna) Informasi semantik
Pragmatika Keefektifan Fungsional, Informasi
tanda bahasa pemengaruhan pragmatik
(efek
komunikatif)

Aspek Pendekatan Penalaran: telah disebut sebelumnya bahwa teori akuntansi dapat
diartikan sebagai penelaran logis yang memberikan penjelasan dan alasan tentang perlakuan
akuntansi tertentu. Penalaran mempunyai peran penting dalam rangka menerima atau menolak
kebenaran (validitas) suatu teori. Proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau
penjelasan sebagai teori dapat bersifat deduktif maupun induktif.
Penalaran Deduktif: penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari
suatu pernyatan umum yang disepakati ( disebut premis ) ke pernyatan khusus sebagai simpulan
(konklusi). Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis penelaran dapat berasal dari
teori, prinsip, konsep, doktrin, atau norma yang di anggap benar, baik, atau relevan dalam
kaitannya dengan tujuan penyimpulan dan situasi khusus yang dibahas. Pernyataan umum
tersebut dapat saja memuat nilai-nilai etika, moral, ideologi, keyakinan, atau budaya. Penalaran
deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi penjelasandan dukungan dan dukungan
terhadap kelayakan suatu pernyataan akuntansi. Misalnya, akuntansi menyajikan aset sebesar kos
historis karena akuntansi menganut konsep kontinuitas usaha. Dengan konsep ini, fungsi neraca
adalah untuk menunjukan nilai jual sehingga kos historis merupakan pengukur yang paling tepat.
Penalaran Induktif: penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang khusus dan berakhir dengan
pernyataan umum yang merupakan generalisasi (perampatan ) dari keadaan khusus tersebut.
Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya dagunakan nutukmenghasilkan pernyataan
umum yang terjadi penjelasan (teori) terhadap gejala akuntamsi tertentu. Pernyataan –
pernyataan umum tersebut biasanya berasal dari hipotetis yang diajukan dan diuji dalam suatu
penelitian empiris. Hipotetis merupakan generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi.
Contoh berikut menunjukan aplikasi penalaran indukatif: “pengamatan menunjukan bahwa
voluma saham beberapa perusahaan yang dijual-belikan beberapa hari setelah penerbitan
statemen keuangan meningkat dengan tajam. Dapat disimpulkan dengan tingkat keyakinan
tertentu bahwa informasi akuntansi bermanfaat bagi investor di pasar modal.” Pada praktriknya,
penalaran induktif dalam akuntansi tidak dapat dilaksanakan terpisah dengan penalaran deduktif
atau sebaliknya. Kedua penalaran tersebut saling berkaitan. Premis dalam penalaran deduktif
misalnya, dapat merupakan hasil dari suatu penalaran induktif.
Sampai saat ini Indonesia masih belum berupaya secara intensif untuk merumuskan teori
atau standar akuntansinya sendiri. Kita masih tetap menggunakan teori atau standar akuntansi
Amerika atau yang terakhir dari IASC (International Accounting Standard Committee) sebagai
dasar pengembangan akuntansi di tanah air. Standar akuntansi keuangan maupun pernyataan
standar pemeriksaaan masih mengadopsi atau menterjemahkan standar serat pedoman dari
Amerika atau IASC dengan berbagai modifikasi minor. Upaya yang baru dilakukan oleh profesi
akuntansi adalah perumusan prinsip akuntansi Indonesia namun belum menyentuh dasar teori
akuntansinya.
Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption)
standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar
akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United Stated Generally
Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang
sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh, baru
sebagian (harmonisasi).
Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat
diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi terhadap
standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan informasi keuangan
yang dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan
baik dengan pelanggan, supplier, investor, dan kreditor.
Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain nasionalisme dan budaya
tiap-tiap negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiaptiap negara, perbedaan kepentingan
antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses
harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi.
BAB III
RANGKUMAN

Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada kesepakatan tentang pengertian


akuntansi sebagai suatu disiplin pengetahuan. Akuntansi dapat dipandang sebagai sains dan
sebagai teknologi. Bila akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi akan bertujuan untuk
mendapatkan kebenaran atau validitas penjelasan tentang suatu fenomena akuntansi dengan
menerapkan metoda ilmiah. Teori akuntansi berkepentingan untuk menghasilkan pernyataan-
pernyataan umum ( yang bermula dari hipotesis ) sebagai penjelasan praktik akuntansi. Bidang
kajian yang menjadi pusat perhatian adalah masalah fakta sehingga teori akuntansi harus bebas
dari pertimbangan nilai.

Bila akuntansi dipandang sebagai teknologi, akuntansi merupakan teknologi perangkat


yang harus dipelajari dan dikembangkan untuk mencapai tujuan social tertentu. Dengan
demikian, akuntansi merupakan suatu pengetahuan tentang perekayasaan informasi untuk
pengendalian keuangan Negara. Hasil akhir akuntansi adalah prinsip, metoda, dan tehnik yang
bermanfaat untuk mencapai tujuan akuntansi. Teori akuntansi akan merupakan suatu penalaran
logis untuk mengevaluai dan mengembangkan praktik akuntansi. Hasil penalaran logis adalah
suatu rerangka konseptual yang menjadi semacam konstitusi akuntansi . adanya tujuan social
yang harus dicapai oleh akuntansi menjadikan teori akuntansi banyak membahas pertimbangan
nilai ( value judgment ).

Atas dasar sasaran yang ingin dicapai, teori akuntansi dibedakan menjadi teori positif dan
normative. Teori positif menjelaskan fenomena akuntansi seperti apa adanya atas dasar
pengamatan empiris. Teori normative menjelaskan fenomena akuntansi untuk menjutifikasi atau
membenarkan pelakuan (standar) akuntansi karena tujuan akuntansi tertentu harus dicapai. Atas
dasar sasaran semiotika dalam teori komunikasi, teori akuntansi dibedakan menjadi sintatik,
semantic, dan pragmatic. Teori akuntansi semantic memusatkan perhatian pada masalah-masalah
penyimbolan, pengukuran, dan penyajian kegiatan operasi dan objek fisis perusahaan dalam
bentuk laporan keuangan. Teori ini member penalaran mengapa kegiatan perusahaan
disimbolkan dengan cara tertentu.

Teori akuntansi sintatik berkepentingan dengan struktur pelaporan keuangan. Teori ini
memberi penalaran mengapa data/informasi disajikan dengan cara tertentu. Teori akuntansi
pragmatic berkepentingan untuk mengukur pengaruh dan kebermanfaatan informasi akuntansi
terhadap perilaku pemakai. Teori ini memberi penalaran mengapa informasi berpengaruh
terhadap perilaku pemakai ( termasuk pasar modal )

Teori akuntansi menurunkan penjelasan-penjelasan atau justipikasi melalui penalaran


deduktif dan induktif. Secara umum, teori akuntansi sebagai penalaran logis bersifat normative,
sintatik, semantic, dan deduktif sementara teori akuntansi sebagai sains bersifat, positif,
pragmatic, dan induktif.

Berbagai aspek teori akuntansi harus diverifikasi atau diuji validitasnya secara tepat atas
dasar penalaran logis, bukti empiris, daya prediksi, dan standar nilai yang telah disepakati.
Misalnya, teori akuntansi positif lebih tepat diuji atas dasar bukti empiris. Sementara itu, teori
akuntansi normative akan lebih cocok bila di uji atas dasar penalaran logis. Validitas akan lebih
meyakinkan bila penalaran dilandasi oleh konsep yang relevan dan moralitas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Accounting Principles Board (ABP) .”Basic Concepets And Accounting Principles Underling
Financial Statements Of Businis Enterprises.” Accounting Prisiples Board Statement
No.4.new York : AICPA,1970.

Ahmed Riahi Belkaoui, 2000 Accounting Theory 4th edition. Terjemahan Mawarta dkk. Penerbit

Salemba Empat Jakarta

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Suwardjono, 2013. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketujuh,


Yogyakarta, BPFE

Anda mungkin juga menyukai