Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah : Teknologi Informasi

Dosen Mata Kuliah : Rahmat Hidayat, S.Kep., Ns

MAKALAH

DIABETES MELITUS

OLEH:

NUR INTAN ANA SOFIAN

14220170011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT karena limpahan rahmad
serta anugrah darinya penyusun mampu untuk menyelesaikan makalah dengan judul
“Diabetes Mellitus”

Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk
kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariat agama
Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh
alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati penyusun meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat penyusun revisi kembali. Karena
penyusun sangat menyadari bahwa makalah yang telah penyusun buat ini masih
memiliki banyak kekurangan.

Penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah
mamberikan tugas dan untuk teman-teman yang telah mendukung serta membantu
selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampung.

Demikianlah yang dapat penyusun haturkan, saya berharap supaya makalah


yang telah dibuat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembaca.

Makassar, 10 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi..............................................................................................................3
B. Klasifikasi..........................................................................................................4
C. Etiologi..............................................................................................................5
D. Patofisiologi.......................................................................................................7
E. Manifestasi Klinis..............................................................................................8
F. Penatalaksanaan.................................................................................................8
G. Komplikasi.........................................................................................................13
H. Angka Kejadian.................................................................................................13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16
LAMPIRAN.................................................................................................................17

ii
BAB 1

PENDAHULUN

A. Latar Belakang
Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah (atau gula darah), yang pada akhirnya
menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan
saraf. Yang paling umum adalah diabetes tipe 2, biasanya pada orang dewasa, yang
terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau tidak menghasilkan
cukup insulin. Diabetes tipe 1, yang dulu dikenal sebagai juvenile diabetes atau
diabetes yang tergantung pada insulin, adalah suatu kondisi kronis di mana pankreas
memproduksi sedikit atau tidak ada insulin dengan sendirinya. Bagi orang yang
hidup dengan diabetes, akses ke pengobatan yang terjangkau, termasuk insulin,
sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka. Ada target yang disepakati secara
global untuk menghentikan kenaikan diabetes dan obesitas pada tahun 2025.
(WHO, 2020)
Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Diabetes, saat ini telah menjadi
ancaman serius kesehatan global. Dikutip dari data WHO 2016, 70% dari total
kematian di dunia dan lebih dari setengah beban penyakit. 90-95% dari kasus
Diabetes adalah Diabetes Tipe 2 yang sebagian besar dapat dicegah karena
disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Indonesia juga menghadapi situasi
ancaman diabetes serupa dengan dunia.  International Diabetes Federation (IDF)
2017 melaporkan bahwa epidemi Diabetes di Indonesia masih menunjukkan
kecenderungan meningkat. Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia
setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah
penyandang Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang. Sejalan dengan hal
tersebut, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDES) memperlihatkan peningkatan angka
prevalensi Diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi
8,5% di tahun 2018; sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai

1
lebih dari 16 juta orang yang kemudian berisiko terkena penyakit lain, seperti:
serangan jantung, stroke, kebutaan dan gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan
kelumpuhan dan kematian. (Kemkes, 2018)

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Diabetes Melitus.
2. Untuk mengetahui Klasifikasi Diabetes Melitus.
3. Untuk mengetahui Etiologi Diabetes Melitus.
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus.
5. Untuk mengetahu Manifestasi Klinis Diabetes Melitus.
6. Untuk mengetahu Penatalaksanaan Diabetes Melitus.
7. Untuk mengetahui komplikasi dari Diabets Melitus.
8. Untuk mengetahui angka kejadian Diabetes Melitus di dunia dan di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Diabetes adalah masalah paling ikonik dalam industri kesehatan terlepas
dari apa pun umur dan tumbuh-tumbuhan. Ini adalah gangguan metabolisme non-
komunikatif utama, yang memiliki dampak buruk pada kesehatan dan ekonomi.
(Ramachandra Bhat et al., 2019)
Diabetes mellitus merupakan suatu sindrom dengan terganggunya
metebolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebaban oleh kurangnya
sekresi insulin atau penurunan sensivitas jaringan terhadap insulin. (Guyton &
Hall, 2016)
Diabetes Melitus atau penyakit kencing manis adalah gangguan
metabolisme yang timbul akibat peningkatan kadar gula darah di atas nilai normal
yang berlangsung secara kronis. Hal ini disebabkan adanya gangguan pada
hormon insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas. Insulin berfungsi mengatur
penggunaan glukosa oleh otot, lemak, atau sel-sel lain di tubuh. Jika produksi
insulin berkurang akan menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi serta
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. (Kemkes RI, 2018)
Diabetes Melitus adalah kelompok gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia dan intoleransi glukosa. Kondisi muncul dari gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
ketidaksempurnaan dalam pelepasan insulin, aksi insulin, atau keduanya. (Sen et
al., 2016)
Diabetes mellitus terdiri dari sekelompok gangguan heterogen, yang
memiliki peningkatan konsentrasi glukosa darah secara umum. Klasifikasi saat
ini untuk diabetes mellitus disajikan dan fitur utama dari diabetes tipe 1 dan 2
dibandingkan. Selain itu, kriteria untuk diagnosis biokimia yang benar selama tes

3
toleransi glukosa puasa dan oral serta penggunaan hemoglobin A1c (HbA1c)
dirangkum. Meningkatnya prevalensi diabetes memerlukan skrining yang
ditargetkan untuk mendeteksi diabetes dan pradiabetes pada kelompok risiko. Ini
membentuk dasar untuk inisiasi awal langkah-langkah untuk mencegah timbulnya
diabetes pada kelompok risiko ini dan untuk menunda perkembangan diabetes.
(Mayer,Davis et al., 2017)

B. Klasifikasi
1. Diabetes tipe I
Diabetes ini muncul ketika pancreas sebagai pablik insulin tidak
dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh
kurang atau tidak ada sama sekali. Gula menjadi menumpuk dalam
peredaran darah karena tidak dapat diangkat kedalam sel.
Diabetes tipe 1 biasanya adalah penyakit otonium, yaitu penyakit
yang disebabkan oleh gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh pasien
dan mengakibatkan rusaknya sel pankreas.
2. Diabetes tipe II
Diabetes tipe ini adalah jenis yang paling sering dijumpai. Biasanya
terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia diatas 20
tahun. Sekitar 90-95% penderita diabetes adalah tipe 2.
Pada diabetes tipe 2, pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi
kualitas insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci
untuk memasukkan gula kedalam sel. Akibatnya, gula dalam darah
meningkat. (Tandra, 2017)

Menurut (Guyton & Hall, 2016)


1. Diabetes tipe I, yang juga disebut diabetes mellitus bergantung-insulin
(IDDM), disebabkan kurangnya sekresi insulin.

4
2. Diabetes tipe II, yang juga disebut diabetes mellitus tidak bergantung insulin
(NIDDM), awalnya disebabkan oleh penurunan sensivitas jaringan target
terhadap efek metabolic insulin. Penurunan sensivitas terhadap insulin ini
sering kali disebut sebagai resistansi insulin.

C. Etiologi
Menurut (Aini & Aridiana, 2016) Penyebab diabetes Melitus
1. Kelainan genetic
2. Usia
Umurnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis
menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan
beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi
insulin.
3. Gaya hidup dan ras
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat
saji kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar
terhadap kerja pankreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolism
dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energy yang berakibat pada
kenaikan kerja pankreas. Beban yang ringgi membuat pankreas mudah rusak
hingga berdampak pada penurunan isulin.
4. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko
terkenan diabetes
5. Obesitas (terutama pada abdomen)
Obesitas mengakibatkan sel-sel ᵦ pankreas mengalami hipertrofi sehingga
akan berpengruh terhadap penurunan produk insulin.
Peningkatan BB 10 kg pada pria dan 8 kg pada wanita dari atas normal
IMT (indeks masa tubuh) akan meningkatkan resiko DM tipe 2.

5
6. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat rusaknya sel-
sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pankreas.
(Aini & Aridiana, 2016)
Menurut John E. Hall, Ph.D. Penyebab Diabetes Melitus
1. Kadar glukosa darah meningkat ke level yang tinggi
Kurangnya insulin mengurangi efisiensi glukosa di perifer dan akan
menambah produksi glukosa, sehingga glukosa plasma meningkat menjadi
300 sampai 1.200 mg/100 ml. peningkatan kadar glukosa plasma selanjutnya
menimbulkan berbagai pengaruh diseluruh tubuh.
2. Peningkatan kadar glukosa darah menyebabkan hilangnya glukosa darah
dalam urine.
Kadar glukosa darah yang tinggi menyebabkan lebih banyak glukosa
yang masuk kedalam tubulus ginjal untuk difiltrasi melebihi jumlah yang
dapat direabsorpsi, dan kelebihan glukosa akan akan dikeluarkan kedalam
urine.
3. Kenaikan kadar glukosa darah menyebabkan dehidrasi.
Tingginya kadar glukosa darah (kadang-kadang mencapai 8 sampai
10 kali normal pada pasien diabetes yang parah) yang menyebabkan
dehidrasi berat pada sel diseluruh tubuh. Hal ini terjadi karena glukosa tidak
dapat dengan mudah berdifusi melewati pori-pori membrane sel, dan
naiknya tekanan osmotik dalam cairan ekstraseluler menyebabkan timbulnya
perpindahan air secara osmotic keluar dari sel. (Guyton & Hall, 2016)

D. Patofisiologi
Sebagian besar patologis diabetes mellitus dapat dihubungkan dengan efek utama
kekurangan insulin, yaitu sebagai berikut.

6
1. Penguranga pengunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengakibatkan
peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1.200
mg per 1100 ml.
Insulin berfungsi membawa glukosa ke sel dan menyimpannya sebagai
glikogen. Sekresi insulin normalnya terjadi dalam dua fase yaitu (a) fase
1,terjadi dalam beberapa menit setelah suplei glukosa dan kemudian
melepaskan cadangan insulin yang disimpan dalam sel ᵦ, dan (b) fase 2,
merupakan pelepasan insulin yang baru sintesis dalam beberapa jam setelah
makan. Pada DM tipe 2, pelepasan insulin fase 2 sangat terganggu
2. Peningkatan mobilitas lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lemak
pada dinding vaskuler
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
(Aini & Aridiana, 2016)

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic
defisiensi insulin
1. Kadar glukosa darah puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis
osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus
(polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar, BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva. (Aini & Aridiana, 2016)

F. Penatalaksanan

7
Menurut (Aini & Aridiana, 2016) Ada 4 pilar dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
edukasi, terapi gizi/diet, olahraga, dan obat
1. Edukasi
Perubahan perilaku sangat dibutuhkan agar mendapatkan hasil pengelolaan
diabetes yang optimal. Supaya perubahan perilaku berhasil dibutuhkan
edukasi yang komperehensif dan upaya peningkatan motivasi. Perubahna
perilaku bertujuan agar penyandang diabetes dapat menjalani pola hidup
sehat. Beberapa perubahan perilaku yang diharapkan seperti mengikuti pola
makan sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, mengunakan obat diabetes
dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman dan teratur, melakukan
pemantauan glukosa darah mandiri dan memanfaatkan data yang ada,
melakukan peratan kaki secara berkala, memiliki kemampuan untuk
mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan tepat mempunyai
keterampilan mengatasi masalah yang sederhana dan mau bergabung dengan
kelompok penyandang diabetes, mengajak keluarga untuk mengerti
mengelolaan penyandang diabetes, serta memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada. (Aini & Aridiana, 2016)
2. Terapi Gizi Medis
Pada umumnya, diet untuk penderita diabetes diatur berdasarkan 3j yaitu
jumlah (kalori), enis, dan jadwal. Factor-faktor yang menetukan kebutuhan
kalori antara lain jenis kelainan, umur, aktifitas fisik atau pekerjaan da berat
badan.
Penyandang diabetes yang juga mengidap penyakit lain. Maka pola
pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Hal yang
terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan
mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia) dan
jangan terlalu banyak mengonsumsi makan yang memperparah penyakit

8
diabetes mellitus. Komposisi makanna yang dianjurkan terdiri atas beberapa
unsure gizi penting berikut
a. Karbohidrat
1) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energy
2) Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
3) Makan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat
tinggi
4) Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga lain.
5) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energy.
6) Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal
tidak melebihi batas aman konsumsi harian.
7) Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat dalam sehari, kalau diperlukan dapat diberikan
makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari
kebutuhan kalori sehari.
b. Lemak
1) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori,
tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energy.
2) Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori
3) Lemak tidak jenuh ganda <10% selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal
4) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain daging
berlemak dan susu.
5) Anjurkan konsumsi kolesterol < 300 mg/ hari.
c. Protein
1) Dibutuhkan sebesar 10-12 % total asupan energy

9
2) Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,
dan lain-lain), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk
susu rendah lemak, kacang-kacangan tahu, dan tempe.
3) Pasien dengn nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi
0,8 g/kg BB per hari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65%
hendaknya bernilai biologis tinggi.
d. Natrium
1) Anjurkan asupan nutrisi untuk penyandang diabetes sama
dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari
3.000 mg atau sama dengan 6-7 g ( 1 sendok teh) garam dapur.
2) Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2.400 mg
garam dapur.
3) Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,
dan bahan pengawet seperti natrium benzoate dan nitrit.
e. Serat
1) Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes
dianjurkan mengonsumsi cukup serat dan kacang-kacangan,
buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat.
Oleh karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan
lain yang baik untuk kesehatan
2) Anjuran konsumsi serat adalah ± 25g/1.000 kkal/hari
f. Pemanis alternatif
1) Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis bergizi dan tak
bergizi termasuk pemanis bergizi adalah gula alkohol dan
fruktosa
2) Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,
surbitol, dan xylotol
3) Pengunaan pemanis bergizi perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari

10
4) Fruktosa tidak dianjurkan pengunaannya bagi penyandang
diabetes karena efek samping pada lemak darah.
5) Pemanis tak bergizi termaksud aspartame, sakarin, acesulfame
potassium, sukralosa, dan neotama.
6) Pemanis alternatif pengunaannya tidak akan mengganggu
kesehatan sepanjang tidak melebihi bats aman (Accepted Daily
Intake [ADI]).
3. Olahraga
Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menutrunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin. Sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobic seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging
dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan
status kesegaran jasmani. Prinsip olahraga pada pasien DM adalah CRIPE,
yaitu sebagai berikut:
a. Continous (terus-menerus)
Latihan harus berkesinambungan terus menerus tanpa berhenti
dalam waktu tertentu, contohnya seperti berlari, istirahat, lalu
mulai berlari lagi.
b. Rhythmical (berirama)
Olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot berkontraksi dan
relaksasi secara teratur. Contohnya, jalan kaki, berlari, berenang,
atau bersepeda.
c. Internal (berselang)
Latihan dilakukan secara berselang-selang antara gerak lambat dan
cepat. Contohnya, lari dapat diselingi dengan jalan cepat diselingi
jalan biasa (asalkan tidak berhenti)
d. Progressive (meningkat)

11
Latihan dilakukan meningkat secara bertahap sesuai kemampuan
dari ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit dan
intensitas latihan mencapai 60-70% maximum heart rate (MHR).
Sementara frekuensi latihan dilakukan 3-5 kali per minggu.
e. Endurance (daya tahan)
Latihan harus ditunjukan pada latihan daya tahan untuk
meningkatkan kemampuan pernapasan dan jantung. Hal ini
dipenuhi oleh olahraga seperti jalan kaki, berlari, berenang, atau
bersepeda.
4. Farmakologi (obat)
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Cara kerja OHO terbagi menjadi empat golongan
1) Pemicu sekresi insulin
a) Sulfonylurea
b) Glinid
2) Penambah sensivitas terhadap insulin
Tiazolindindion (rosiglitazon dan pioglitazon)
3) Penghambat glukoneogenesis (Metformin)
4) Penghanbat glukosidase (Acerbose)
b. Insulin

G. Komplikasi
Komplikasi diabetes jangka panjang termasuk Retinopati dengan potensi
kehilangan penglihatan; nefropati yang menyebabkan gagal ginjal; neuropati
perifer dengan risiko kaki borok, amputasi, dan sendi Charcot; dan neuropati
otonom yang menyebabkan gejala gastrointestinal, genitourinari, dan
kardiovaskular dan seksual penyelewengan fungsi. Pasien dengan diabetes
memiliki peningkatan kejadian aterosklerotik penyakit kardiovaskular, arteri

12
perifer, dan serebrovaskular. Hipertensi dan kelainan metabolisme lipoprotein
sering ditemukan pada penderita diabetes. (Of & Mellitus, 2014)

H. Angka Kejadian
Menurut International Diabetes Federation (IDF), 2017 melaporkan bahwa
epidemi Diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat.
Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India,
Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes usia
20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang. Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes yang
cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018;
sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang
yang kemudian berisiko terkena penyakit lain, seperti: serangan jantung, stroke,
kebutaan dan gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian.
(Kemenkes, 2018)

Menurut world healtd organization (WHO), 2020 prevalensi diabetes tipe


2 telah meningkat secara dramatis di negara-negara dari semua tingkat
pendapatan. Diabetes tipe 1, yang dulu dikenal sebagai juvenile diabetes atau
diabetes yang tergantung pada insulin, adalah suatu kondisi kronis di mana
pankreas memproduksi sedikit atau tidak ada insulin dengan sendirinya. Bagi
orang yang hidup dengan diabetes, akses ke pengobatan yang terjangkau,
termasuk insulin, sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka. Ada target
yang disepakati secara global untuk menghentikan kenaikan diabetes dan obesitas
pada tahun 2025. Sekitar 422 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes,
khususnya di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 1,6 juta kematian
secara langsung dikaitkan dengan diabetes setiap tahun. Baik jumlah kasus dan

13
prevalensi diabetes telah terus meningkat selama beberapa dekade terakhir.
(WHO, 2020)

Menurut laporan Global Burden of Disease (GBD), 2015 Diabetes mellitus


termasuk yang paling umum dan penyakit kronis yang tidak wajar, yang
mempengaruhi kesehatan jutaan orang di seluruh dunia. Menurut laporan Global
Burden of Disease (GBD) untuk 2015, prevalensi diabetes meningkat dari sekitar
333 juta orang pada tahun 2005 untuk sekitar 435 juta orang pada tahun 2015,
peningkatan 30,6% .1 Selama interval yang sama, jumlah kematian tahunan akibat
diabetes meningkat dari 1,2 juta menjadi 1,5 juta. 2 Peningkatan ini dikaitkan
dalam laporan GBD ke populasi pertumbuhan dan penuaan, dengan sedikit
penurunan spesifik usia dan kematian spesifik-penyebab di atas periode yang
sama. (Ingelfinger & Jarcho, 2017)

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus terdiri dari sekelompok gangguan heterogen, yang
memiliki peningkatan konsentrasi glukosa darah secara umum. Diabetes Melitus
atau penyakit kencing manis adalah gangguan metabolisme yang timbul akibat
peningkatan kadar gula darah di atas nilai normal yang berlangsung secara kronis.
Yang disebabkan oleh adanya gangguan pada hormon insulin yang dihasilkan
kelenjar pankreas. Kalsifikasi Diabetes Mellitus terdiri atas Diabetes Melitus Tipe
1 dan Diabetes Melitus Tipe 2.
Sebagian besar patologis diabetes mellitus dapat dihubungkan dengan efek
utama kekurangan insulin, Penguranga pengunaan glukosa oleh sel-sel tubuh
mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1.200
mg per 1100 ml. Faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit
Diabetes Melitus yaitu: Kelainan genetic, Usia, Pola makan yang salah, Obesitas,
Infeksi, Gaya hidup dan ras.
Kejadian diabetes Melitus diawali dengan kekurangan insulin yang
bersifat relative yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin. Keadaan ini
ditandai dengan ketidak mampuan organ mengunaka insulin, sehingga insulin
tidak dapat berfungsi secara optimal dalam mengatur metabolisme glukosa.
Akibatnya kadar glukosa darah meningkat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., & Aridiana, L. M. (2016). Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin dengan
pendekatan NANDA NIC NOC (T. Utami (ed.)). Jakarta: Selemba Medika.

Tandra, H. (2017). Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat
dan Mudah (I. F. Siregar (ed.); 2nd ed.). PT. Gramedia.

Guyton, & Hall. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (M. . J. Widjajakusuma & A.
Tanzil (eds.); 12th ed.). Elsevier.

Mayer-Davis, E. J., Lawrence, J. M., Dabelea, D., Divers, J., Isom, S., Dolan, L.,
Imperatore, G., Linder, B., Marcovina, S., Pettitt, D. J., Pihoker, C., Saydah, S., &
Wagenknecht, L. (2017). Incidence Trends of Type 1 and Type 2 Diabetes among
Youths, 2002–2012. New England Journal of Medicine, 376(15), 1419–1429.
https://doi.org/10.1056/NEJMoa1610187

Ramachandra Bhat, L., Vedantham, S., Krishnan, U. M., & Rayappan, J. B. B. (2019).
Methylglyoxal – An emerging biomarker for diabetes mellitus diagnosis and its
detection methods. Biosensors and Bioelectronics, 133(December 2018), 107–124.
https://doi.org/10.1016/j.bios.2019.03.010

Sen, S., Chakraborty, R., De, B., Sen, S., Chakraborty, R., & De, B. (2016). Diabetes
Mellitus: General Consideration. In Diabetes Mellitus in 21st Century.
https://doi.org/10.1007/978-981-10-1542-7_2

Of, D., & Mellitus, D. (2014). Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes
Care, 37(SUPPL.1), 81–90. https://doi.org/10.2337/dc14-S081

WHO. (2020). Diabetes. https://www.who.int/health-topics/diabetes#tab=tab_1

16
Indonesia, K. K. R. (2018). suara dunia perangi diabetes.
https://www.kemkes.go.id/article/view/18121200001/prevent-preven-and-prevent-the-
voice-of-the-world-fight-diabetes.html

Indonesia, K. K. R. (2018). Hati-hati Anak pun Bisa Diabetes.


https://www.kemkes.go.id/article/view/18110100002/hati-hati-anak-pun-bisa-
diabetes.html

Ingelfinger, J. R., & Jarcho, J. A. (2017). Increase in the incidence of diabetes and its
implications. New England Journal of Medicine, 376(15), 1473–1474.
https://doi.org/10.1056/NEJMe1616575

LAMPIRAN

17
18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai