Anda di halaman 1dari 47

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Kesehatan

1. Pengertian

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam mulut

leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari

rahim yang menempel pada puncak vagina. (Aspiani, 2017).

Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical Cancer)

merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah

pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah

rahim yang terletak antara rahim(uterus) dengan liang senggama

(vagina) (Purwoastuti, 2015).

Kanker serviks adalah keganasan yang bermula dapa sel-sel

serviks (leher rahim) dan dimulai pada lapisan serviks, terjadi kanker

serviks sangat perlahan, pertama beberapa sel normal berubah

menjadi sel prakanker, kemudian berubah menjadi sel kanker.

Perubahan ini di sebut dysplasia dan biasanya terdeteksi dengan tes

pap smear (Rahman, 2010).

Dapat disimpulkan bahwa kanker serviks atau kanker leher rahim

merupakan kanker yang terjadi pada serviks, suatu daerah pada

organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim

yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).


2. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi

Anatomi sistem reproduksi menurut Aspiany (2017)

a. Genetalia Interna

Gambar 2.1 Genetalia Intrerna

Sumber : https://wordpress.com/

1) Vagina

vagina (lubang kemaluan) menghubungkan vulva dengan

uterus terletak antara saluran kemih dan anus, arahnya

sejajar dengan arah dari pinggir atas symphisi ke

promontorium (panjang 6,5 – 9cm).

Dinding vagina terdiri dari tiga lapisan:

a) lapisan mukosa

b) lapisan otot

c) lapisan erektil

vagina mempunyai fungsi penting:

a) sebagai saluran dari uterus yang dapat bmengalirkan

darah waktu menstruasi dan lendir dari uterus.


b) Sebagai liang senggama

c) Sebagai jalan lahir waktu partus

2) Uterus

Uterus merupakan struktur muskular tunggal, berbentuk

buah pir yang terletak diantara vesica urinaria dan rektum

pada velvis wanita.

Permukaan bagian belakang sebagian besar tertutup oleh

peritoneum, sedangkan permukaan depan hanya dibagian

atasnya saja.

Bagian bawah dari permukaan depan melekat pada

dinding belakang vesica urinaria.

Uterus yang matang memiliki berat 30-40 gram pada

wanita yang belum pernah melahirkan dan 75-100 gram

pada wanita yang pernah melahirkan. Uterus terdiri dari

bagian-bagian:

a) Fundus uteri (dasar rahim)

Ditutupi oleh peritonium, pada bagian atas bermuara

tuba uterina yang menembus dinding uterus.

Sedangkan di bagian bawah dan di depan titik

pertemuan ini terdapat ligamen. Merupakan bagian

corpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.

b) corpus uteri berbentuk segitiga

berbentuk silinder, di dalamnya terdapat rongga

(cavum uteri), bagian ini merupakan tempat

bertumbuhnya janin.
Cavum uteri, merupakan bagian yang berupa segitiga,

lebar di daerah fundus dan sempit kearah cervix.

Sebelah atas rongga rahim berhubungan dengan

saluran telur (tuba fallopi) dan sebelah bawah dengan

saluran leher rahim (canalis cervkalis).

Hubungan antara cavum uteri dan canalis cervikalis

disebut ostium uteri internum, sedangkan muara

canalis cervikalis kedalam vagina disebut ostium uteri

externum.

Ukuran uterus

1) Bentuk dan ukuran uterus berbeda-beda tergantung

pada usia dan pernah melahirkan anak atau belum.

Ukuran uterus pada anak-anak 2-3 cm, pada nullipara

(belum pernah melahirkan) 6-8 cm dan pada multipara

corpus uteri 2x panjangnya cervix uteri.

2) Panjang corpus uteri terhadap cervix uteri juga berbeda-

beda, pada anak-anak panjangnya corpus uteri ½ dari

panjangnya cervix uteri, panjang pada gadis remaja

sama panjangnya dengan cervix uteri, sedangkan pada

multipara corpus uteri 2 kali panjangnya dari cervik uteri.

Dinding uterus

Secara mikroskopis, uterus dibentuk oleh otot-otot yang

membentuk dinding uterus terdiri dari lapisan-lapisan:


1) Endometrium

Merupakan lapisan bagian dalam dari corpus uteri yang

membatasi cavum uteri. Terdiri dari jaringan

epitel,pembuluh darah dan kelenjar.

2) Miometrium

Merupakan lapisan yang paling tebal. Terdiri dari

otot polos yang disusun sedemikan rupa hingga dapat

mendorong isinya keluar pada persalinan.

3) Parametrium

Merupakan lapisan luar, dilapisi oleh peritoneum viseral.

Ligament-Ligament uterus

1) Ligamentum Latum

Merupakan tonjolan tipis dari peritoneum yang

teregang dari dinding samping panggul sampai uterus.

Ligamentum rotundum, ureter dan struktur-struktur

panggul lain.

2) Ligamentum Rotundum

Merupakan pita fibrosa berpasangan yang berasal

dari fundus uterus dan keluar dari panggul melalui cincin

inguinal interna.

3) Ligamentum infundibulo pelvicum


kanan
Terdapat 2 buah kiri dan dari infundibulum dan

ovarium ke dinding panggul. Antara sudut tuba dan

ovarium terdapat ligamentum ovari proprium.


4) Ligamentum cardinale

Merupakan penunjang utama pada uterus dan

cervix. Ligamentum ini terbentang dari lateral cervix dan

vagina sampai ke dinding panggul.

5) Ligamentum vesico uterinum

Dari uterus ke vesica urinaria

6) Ligamentum vesico uterinum

Dari uterus ke vesica urinaria

Letak uterus

1) Ante dan retroleksi

Sumbu cervix dan sumbu corpus uteri membentuk sudut.

Jika sudut ini membuka ke depan disebut anteversio, jika

membuka kebelakang disebut retroleksio

2) Ante dan retroversie

Sumbu vagina dan sumbu uterus membentuk sudut. Jika

sudut ini membuka kedepan disebut anteversio, jika

membuka kebelakang di sebut retroversio

3) Positio

Uterus biasanya tidak terletak tepat pada sumbu panggul,

bisa lebih ke kiri di sebut sinistro, lebih ke kanan di sebut

dextro, lebih ke depan di sebut antero, lebih ke belakang

di sebut dorsopositio.

4) Torsio

Letak uterus biasanya agak terputar


Persarafan uterus

Kontraksi dinding uterus adalah autonom, tidak

memerlukan rangsangan dari sistem saraf pusat.

1) Tuba Fallopi (Salphinx)

Merupakan struktur saluran bilateral yang keluar dari

kornu (ujung) utetrus kanan dan kiri yang panjangnya 12-

13 cm.

2) Ovarium (indung telur)

Ovarium merupakan 2 struktur kecil berbentuk oval,

masin-masing berukuran sekitar 2 x 4 x 1,5 cm, berada

jaun di dalam pelvis wanita, sedikit lateral dibelakang

uterus.

Bentuk ovarium menyerupai buah kenari berwarna putih

dan permukaanya berbagi dan beratnya 5-8 gram.

Struktur makroskopis ovarium bervariasi tergantung usia

wanita :

a) Lahir sampai pubertas: ovarium licin dan halus,

warnanya putih dan konsistensinya agak padat.

b) Fase menstruasi: Lebih besar dan permukaanya

irreguler.

c) Fase post menopause: Ovarium menjadi lebih kecil dan

mengkerut dan di tutupi oleh jaringan parut setelah

bulan demi bulan sebelumnya folikel de graaf pecah.

Lapisan Ovarium terdiri dari


a) Cortex, lapisan luar berisi folikel ovarium.

b) Medulla, lapisan dalam terdiri pembuluh

darah,lymfe,saraf.

3) Serviks

Kurang dapat digerakan dibandingkan badan uterus,

serviks terutama tersusun dari jaringan ikat fibrosa

dengan beberapa serat otot dan jaringan elastis. Dinding

otot serviks tidak tebal , dan lapisannya berbeda dari

badan uterus yang dalam hal ini terlipat dan

mengandung kelenjar-kelenjar yang memproduksi

mukus; ini merupakan sumber utama sekresi selama

siklus menstruasi dan kehamilan. Serviks memeiliki

lubang atas, disebut os internal, berawal dari rongga

badan uterus ke kanalis servikalis, dan lubang bawah

disebut os eksternal, yang merupakan lubang vagina.

Kanalis servikalis berukuran kecil(diameter eksternalnya

sekitar 2-2,5 cm) pada wanita yang tidak hamil, hampir

tidak dapat di periksa. Pada saat persalinan, serviks

berdilatasi ke ukuran yang cukup untuk mengeluarkan

janin. (Reeder, et al. 2000).


b. Anatomi fisiologi organ genetalia femina menurut Ramadhy,

(2011).

1) Panggul (Pelvis)

Gambar 2.2 Pelvis

Sumber : Ramadhy (2011)

Jalan lahir terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian lunak

yang terdiri atas jaringan oto,ligamentum, fascia, dan orga-

organ reproduksi lainya baik yang terdapat di bagian luar

(eksterna) maupun dalam (interna); dan bagian keras yang

terdiri dari tulang dan persendian di bagian panggul

(pelviis).

Pelvis bagian tulang merupakan sebuah gelang rangka

panggul yang tersusun dari ossa coxae dan os sacrum,

dengan rongga di dalamnya, seluruh daerah pelvis ini

adalah tempat pertemuan batang badan dan anggota

badan bawah. Pelvis memiliki 2 segmen yaitu, pelvis minor

(panggul kecil) dan pelvis major (Pnggul besar).

Tulang panggul sebenarnya terdiri atas 4 buah tulang,

yaitru: 2 os coxae (kanan dan kiri), 1 os sacrum, dan 1 os


occygis. Os coxae sendiri sebenarnya tersusun atas 3

jenis tulang yaitu os ilium (tulang usus), os ischium (tulang

duduk), dan os pubis (tulang kemaluan).

Persendian pada pelvis, pelvis berhubungan dengan

sacrum melalui articulo sacroiliaca kanan dan kiri. Dari

permukaan belakang sacrum ke Os ilium terdapat jaringan

lunak yang dinamakan Ligamentum sacroiliaca anterior

dan di permukaan depan sacrum ke os ilium juga terdapat

Ligamentum sacroiliaca interossea.

Os Sacrum, Os sacrum bebrbentuk segitiga,

bentuknya melebar di atas dan meruncing di bagian

bawah. Os sacrum terletak disebelah belakang antara

kedua coxae.

Os coccygis, berbentuk segitiga dan terdidari 3-5 ruas

vertebra coccygis yang bersatu. Pada proses persalinan,

ujung tulang os coccygis ini dapat terdorong ke belakang,

sehingga ukuran pintu bawah panggul atau pintu keluar pelvis

bertambah besar/lebar.

3. Etiologi

Penyebab utama dari kanker serviks adalah adanya infeksi

virus HPV (Human papilloma virus). HPV merupakan penyebab

bagi kanker serviks sel skuamosa pada serviks yang merupakan

salah satu jenis kanker serviks yang paling sering terjadi.

(Trijayanti, 2018).
4. Faktor resiko

a. Merokok

Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi

kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.

b. Hubungan seksual dilakukan pertama pada usia dini

c. Berganti-ganti pasangan seksual

d. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual

pertama pada usia dibawah usia 18 tahun

e. Berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita

yang menderita kanker serviks.

f. Gangguan sistem kekebalan pemakaian pil KB

g. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun

h. Golongan ekonomi lemah karena tidak mampu melakukan

pemeriksaan pap smear secara rutin.

5. Stadium Kanker Serviks

Stadium klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan

pelvic, jaringan serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA dan

biopsi jaringan serviks untuk stadium kliniknya), foto paru-paru,

pielografi, intravena, (dapat digantikan dengan foto CT-scan).

Untuk kasus stadium lanjut diperlukan pemeriksaan sistoskopi,

protoskopi dan barium enema (Prawirohardjo, 2011).

a. Stadium 0 : Karisnoma in situ, CIN grade III

Bagian ini tidak diyakini sebagai kanker invasif karena

lesinya belum melebihi membran basalis


b. Stadium I : Karisnoma yang masih terbatas di serviks, belum

mencapai uterus

1) I A : secara klinis belum terlihat, hanya dapat di diagnosis

dengan mikroskop.

a) Stage IA1 : invasi ke sitroma, kedalamanya tidak

lebih dari 3 mm dan penyebaran horizontal tidak lebih

dari 7 mm.

Gambar 2.3 Kanker serviks stadium IA


Sumber : https://faktakanker.com/

b) Stage IA2 : invasi ke sitroma, kedalamanya lebih dari

3 mm tetapi tidak lebih dari 5 mm dan penyebaran

horizontal tidak lebih dari 7 mm.

2) I B : Karisnoma terbatas di serviks. Secara klinis sudah

terlihat atau lesi mikkroskopisnya lebih besar daripada IA2.

a) Stage IB1 : Secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih

kecil dengan luas pandang terbesar

b) Stage IB2 : Secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih

besar dengan luas pandang terbesar.


Gambar 2.4 Kanker serviks stadium IB1 dan IB2
Sumber : https://faktakanker.com/

c. Stadium II : Karisnoma yang masih terbatas di serviks, belum

mencapai uterus

1) IIA : Meyebar melewati serviks, termasuk 2/3 atas vagina,

tetapi bukan termasuk jaringan di sekitar uterus.

Gambar 2.5 Kanker serviks stadium IIA


Sumber : https://faktakanker.com/

2) IIB : Menyebar melewati serviks, sudah menginvasi

parametrium, tetapi belum mencapai dinding pelvis atau

1/3 bawah vagina.


Gambar 2.6 Kanker serviks stadium IIB
Sumber : https://faktakanker.com/

d. Stadium III : karisnoma yang sudah menyebar ke dinding

pelvis ataui 1/3 bawah vagina, atau menyebabkan

hidronefrosis atau kerusakan ginjal.

1) IIIA : menyebar ke 1/3 bawah vagina, tetapi belum

mencapai dinding pelvis

Gambar 2.7 Kanker serviks stadium IIIA

Sumber : https://faktakanker.com/

2) IIIB : Menyebar ke dinding pelvis, hidronefrosis atau ginjal

yang tidak berfungsi.


Gambar 2.8 Kanker serviks stadium IIIB
Sumber : https://faktakanker.com/

e. Stadium IV : Tumor telah menyebar

1) IVA : Menyebar sampai melibatkan mukosa kandung

kemih dan rektum.

Gambar 2.9 Kanker serviks stadium IVA


Sumber : https://faktakanker.com/

2) IVB : Menyebar ke organ yang jauh, misalnya limfonobi

ekstrapelvis, ginjal,tulang,paru,hepar, dan otak.

( Rasjidi et.al, 2010).


Gambar 2.10 Kanker serviks stadium IVB
Sumber : https://faktakanker.com/

6. Patofisiologi

Proses terjadinya karsinoma serviks sangat erat hubungannya

dengan proses metaplasia. Masuknya bahan-bahan yang dapat

mengubah perangai sel secara genetik atau mutagen pada fase

aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi

ganas. Perubahan biasanya terjadi pada daerah sambungan

sukuamosa kolumnar (SSK) atau daerah transformasi. Mutagen

pada umumnya berasal dari agen-agen yang di tularkan melalui

hubungan seksual seperti Human Papiloma Virus (HPV) dan

Herpes Simpleks Virus Tipe 2 (HSV 2). Karsinogenesis pada

kanker serviks dimulai sejak dimulai sejak masuknya HPV sebagai

faktor insiator terjadinya gangguan sel serviks, dimana

oncoprotein E6 dan E7 yang berasaldari HPV menyebabkan

terjadinya degenarasi keganasan.

(Rasjidi et.al, 2010).

Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia

30 tahun. Faktor resiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi

Human Paipilloma Virus (HPV) yang ditularkan secara seksual.


Faktor resiko lain perkembangan kanker serviks adalah aktivitas

seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual

yang meningkat, status sosial ekonomi yang rendah dan merokok

(Price, 2012).

7. Tanda Dan Gejala

Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim

adalah sebagai berikut:

a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.

b. Perdarahan setelah senggama yang kemudian

berlanjut menjadi perdarahan abnormal, terjadi secara

spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.

c. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus

menurun.

d. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.

e. Nyeri disekitar vagina

f. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah

g. Nyeri pada anggota gerak (kaki)

h. Terjadi pembengkakan pada area kaki.

i. Sakit waktu berhubungan seksual

j. Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-

kuningan, berbau dan bercampur dengan darah.

k. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang

sering timbul.

l. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi

perdarahan diantara siklus haid

m. Sering pusing pusing dan sinkope

n. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering

karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung


kemih dan poros usus besar bagian bawah (rectum),

Terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal,

atau timbul gejala-gejala akibat mestasis jauh.

8. Pemeriksaan diagnostik pada kanker serviks

Preinvasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan

sudah diderita selama ±10-15 tahun. Pada tahap awal, kanker

dapat terdeteksi selama prosedur skrining, namun sebagian besar

perempuan memiliki kesadaran yang rendah untuk melakukan

pemeriksaan baik melalui test paps smear maupun inspeksi visual

dengan asam asetat (IVA). Hasil penelitian, bahwa dari 171

perempuan yang mengetahui tentang kanker serviks, hanya 24,5

% (42 perempuan) yang melakukan prosedur skrining

(Wuriningsih, 2016).

a. IVA (Inspeksi dengan asam asetat)

Inspeksi asam asetat merupakan pemeriksaan leher

rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata

telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan

larutan asetat 3-5%. Apabila terjadi perubahan warna asam

asetat yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada

kelainan tahap pra kanker serviks. Jika tidak perubahan warna,

maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. (Wijaya,

2010)

Secara umum, berbagai penelitian menunjukan bahwa

sensitivitas IVA sejajar dengan pemeriksaan secara sitologi,

akan tetapi spesifitasnya lebih rendah. Keunggulan secara

skrining ini ialah cukup sederhana, murah, cepat, hasil segera

diketahui, dan pelatihan kepala tenaga kesehatan lebih mudah

dilakukan. (Wijaya, 2010).


b. Tes pap smear menurut Wijaya (2010)

Tes pap smear merupakan cara atau metode untuk

mendeteksi sejak dini munculnya lesi prakanker serviks.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit, dan

biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat.

Pemeriksaan pap smear dilakukan ketika wanita tidak

sedang masa menstruasi. Waktu yang terbaik uuntuk

skrining adalah antara 10 dan 20 hari setelah hari pertama

masa menstruasi. Selama kurang lebih dua hari sebelum

pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari

douching atau menggunakan pembersih vagina, karena

bahan-bahan ini dapat menghilangkan atau

menyembunyikan sel-sel abnormal.

Hasil pemeriksaan pap smear biasanya akan keluar

setelah dua atau tiga minggu. Pap smear hanyalah sebatas

skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks, apabila

hasil pemeriksaanya positif yang berarti terdapat sel-sel

yang abnormal, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli.

c. See & Treat

Selain belum optimalnya usaha skrining terdapat pula

masalah di penatalaksanaanya. Jadi, setelah dilakukan

deteksi dini pada kanker serviks, dan di dapatkan lesi

prakanker, permasalahanya adalah apakah

penatalaksanaanya selama ini sudah adekuat. Oleh karena

itu, untuk meningkatkan deteksi dini kanker serviks dapat di

usulkan untuk dilakukan program see & treat. (Rasjidi et.al,

2010).

Jadi singkatnya program see & treat ini bertujuan:


1) Meningkatkan cakupan skrining,

downstaging, dan terapi.

2) Menurunkan kejadian lost of follow up,

meningkatkan akses pelayanan kesehatan,

dan menekan biaya.

3) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

para wanita tentang kanker serviks dan

masalah kesehatan reproduksi lainya.

Program ini dapat dilakukan pada awal

kunjungan yaitu saat pasien datang pertama

kali di fasilitas pelayanan kesehatan.

9. Penatalaksanaan Kanker Serviks

a. Penatalaksanaan medis

Menurut Ariani (2015) pilihan pengobatan yang bisa

dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi),

kemoterapi, atau kombinasi metode-metode tersebut.

1) Operasi atau pembedahan

Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan

dengan kanker serviks stadium I dan II

a) Trakelektomi (Radical Trachelectomy)

b) Histerektomi total

c) Histerektomi radikal

d) Saluran telur dan ovarium

e) Kelenjar getah bening

2) Radioterapi

Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi

perempuan yang menderita kanker serviks dengan

stadium berapapapun. Perempuan dengan kanker


yang menyerang bagian-bagian selain kanker serviks

mungkin perlu diterapi radiasi dan kemoterapi. Ada 2

jenis terapi radiasi :

a) Terapi radiasi eksternal

Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi

pada panggul atau jaringan lain di mana kanker

telah menyebar.

b) Terapai radiasi internal

Sebuah tabung tipis yang di tempatkan di dalam

vagina.

3) Kemoterapi

Tujuan kemoterapi yaitu untuk membunuh sel-sel

kanker yang tumbuh cepat. Terapi juga dapat

membahayakan sel-sel normal yang membelah

dengan cepat, yaitu :

a) Sel darah

Bila kemoterapi menurunkan kadar sel

darah merah yang sehat, penderita akan

lebih mudah terkena infeksi.

b) Sel-sel pada akar rambut

Kemoterapi dapat menyebabkan rambut

rontok.

c) Sel yang melapisi saluran pencernaan

Kemoterapi dapat menurunkan nafsu makan,

mual-mual dan muntah, diare atau infeksi pada

mulut dan bibir.

Menurut Reeder (2013), penatalaksanaan pada kanker

serviks yaitu :

1) Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan

histerektomi atau dengan radioterapi, karena kanker

masih terbatas di daerah serviks.

2) Stadium IB dan IIA

Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total

dan limfadektomi bilateral.

3) Stadium IIB sampai IVB

Pada stadium ini radioterapi.

b. Penatalaksanaan keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks

meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan

pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta

ketakutan klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam

perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah

komplikasi (Reeder, 2013).

Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana klien dan

pasangannya memandang kemampuan reproduksi wanita dan

memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan

reproduksinya. Apabila terdiagnosis kanker, banyak wanita

merasa hidupnya lebih terancam. Perasaan ini jauh lebih

penting dibandingkan kehilangan kemampuan reproduksi.

Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu

klien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter

harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan

spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan

komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk menghadapi

masalah (Reeder, 2013).


10. Pathway menurut Price (2014) dan nanda (2015)

‐ Infeksi virus HPV


‐ Genetik
Terjadi lesi pada
‐ Hygiene yang tidak Perluasan epitel kolumnar
bersih di organ vital serviks,inflamasi,
(ekstroserviks dan endoserviks
‐ Hubungan seksual timbul nodul
<16 tahun
‐ Merokok

Proses metaplastik (erosive)

Tumor

Eksolistik Endolik
Dysplasia Penyebaran tumor

Karsinoma inasive
serviks Pelvis Ke arah
prametrium
Perubahan epitel
displastik serviks Menekan
saraf Mestastase
Perdarahan lumbosakrali ke vagina

HB Stimulus Menginfiltrasi
menurun septum
B. Konsep Asuhan Keperawatan rektovagina dan
Ditangkap kandung kemih
Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian
Kadar O2
kegiatan
reseptor nyeri
Curah Jantung
Obstruksi
pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada
Nyeri kandung
Ketidakseim Kronis kemih
Sirkulasi ke
klien/pasien di berbagaibangan
tatanan pelayananjaringan
kesehatan. Proses
kadar o2
Gangguan
keperawatan terdiri atas lima tahap yaitu pengkajian, diagnosis, eliminasi urin
Perfusi perifer
Intoleran tidak efektif
perencanaan, implementasi,
Aktivitasdan evaluasi. Setiap tahap dari proses
Terapi
keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu sama lain
Perdarahan
Non Bedah post coitus
(Budiono, 2015).

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang


Pola Hubungan
Terapi Radiasi
seksual tidak
efektif
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar
Kurang
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan
informasi
tentang
pengobatan
keperawatan pasien, baik fisik, mental sosial dan lingkungan.Pada tahap

pengkajian, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data, seperti


Ansietas

riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder

lainnya (catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literatur (Hutahaen,

2010).

Tahap perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan.

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun

prioritas masalah, merumuskan tujuan dan kriteria hasil, memilih strategi


asuhan keperawatan, melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan

lain, dan menuliskan atau mendokumentasikan renacana asuhan

keperawatan (Hutahaen, 2010).

Menurut Rohmah, (2012) pelaksanaan atau implementasi adalah

realisasi tindakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan

dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,

mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,

serta menilai data yang baru.

Evaluasi adalah Hasil yang di dapatkan dengan menyebutkan

item-item atau prilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk

menentukan apakah hasilnya sudah tercapai atau belum dalam jangka

waktu yang telah ditentukan (Doenges, 2010).

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan empat cara yaitu inspeksi,

perkusi, palpasi, dan auskultasi (IPPA). Inspeksi dilakukan dengan

menggunakan indra penglihatan, memerlukan bantuan pencahayaan

yang baik, dan pengamatan yang teliti. Perkusi adalah pemeriksaan yang

menggunakan prinsip vibrasi dan getaran udara, dengan cara mengetuk

permukaan tubuh dengan tangan pemeriksa untuk memperkirakan

densitas organ tubuh/jaringan yang diperiksa. Palpasi menggunakan

serabut saraf sensori di permukaan telapak tangan untuk mengetahui

kelembaban, suhu, tekstur, adanya massa, dan penonjolan, lokasi dan

ukuran organ, serta pembengkakan. Auskultasi menggunakan indera

pendengaran, bisa menggunakan alat bantu (stetoskop) ataupun tidak.

Suara di dalam tubuh dihasilkan oleh gerakan udara (misalnya suara

nafas) atau gerakan organ (misalnya peristaltik usus). (Debora, 2012).


C. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Pasien

Identitas yang perlu dikaji pada klien dengan kanker serviks

adalah nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,

pekerjaan, golongan darah, diagnosa medis, status marital dan

alamat. (Aspiany, 2017)

2. Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab yang perlu dikaji adalah nama,

umur, suku/bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama,

hubungan dengan klien, alamat. (Aspiany, 2017).

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan

seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang

menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker

serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual

muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.

b. Riwayat Kesehatan sekarang

Menurut Aspiany ( 2017), biasanya pasien pada stadium

awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada

stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti

keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan

hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada

panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya


mengalami keluhan mual muntah berlebihan, tidak nafsu makan,

dan anemia.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat

kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat

penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Hal yang diikaji dalam keluarga adalah apakah keluarga

mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes miletus, hipertensi,

jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan

riwayat penyakit mental. Apakah ada keluarga yang menderita

penyakit yang sama seperti klien. ( Aspiany, 2017).

4. Keadaan Psikososial

Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta

harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan

suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri

pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi

wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang

merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, 2013).

5. Data Khusus

a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Menurut Aspiany, (2017) untuk mengetahui riwayat obstetri pada

pasien dengan kanker serviks yang perlu diketahui adalah:

1) Keluhan Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab

kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan

mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi

yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid

adalah salah satu tanda gejala kanker serviks.

2) Riwayat Kehamilan Dan Persalinan

Jumlah kehamilan dan multiparitas, karena kanker serviks

terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering

partus semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks.

3) Riwayat KB

Jenis KB yang digunakan, berapa lama menggunakan KB.

b. Aktivitas dan istirahat menurut Mitayani, (2011). Gejala:

1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.

2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada

malam hari.

3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,

ansietas dan keringat malam.

4) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen

lingkungan dan tingkat stress yang tinggi.

c. Integritas ego

Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari

pengobatan, keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang

lesi cacat, pembedahan, menyangkal atau tidak mempercayai

diagnosis dan perasaan putus asa (Mitayani, 2011).

d. Eliminasi
Pada kanker serviks biasanya ada perubahan pada pola defekasi,

perubahan eliminasi urinalis, misalnya nyeri. (Doenges, 2010).

e. Nutrisi

Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam memenuhi

kebutuhan nutrisinya. Pada klien dengan kanker serviks yang

sudah mengalami pengobatan radiasi dan kemoterapi biasanya

klien mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya

dikarenakan adanya mual, muntah, penurunan nafsu makan dan

adanya stomatitis.

( Aspiany, 2017).

e. Nyaman dan Nyeri

Adanya Nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan

ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit).

(Doenges, 2010).

f. Neuro sensori

Gejala : pusing, sinkope (Mitayani, 2009).

g. Keamanan

Gejala : pemajanan zat kimia toksik, karsinogen.

Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi. (Mitayani, 2011).

h. Seksualitas

Perubahan pola seksual sebelum sakit biasanya tidak terjadi

perdarahan post coitus dan sesudah sakit terjadi perdarahan pada

saat post coitus, keputihan(jumlah, karakteristik, bau), perdarahan

sehabis senggama (Mitayani, 2011).


i. Sosialisasi

Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam

mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran dan opini.

Faktor stress (pekerjaan, keuangan, perubahan peran), cara

mengatasi stres (keyakinan, merokok, minum alkohol). Klien ada

masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan,

bentuk tubuh, klien menyangkal, menarik diri, marah. (Aspiany,

2017).

6. Pemeriksaan Penunjang

Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi,

servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi

(Padila, 2015). Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan hematologi

karena biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi

mengalami anemia karna penurunan hemaglobin. Nilai normalnya

hemoglobin wanita 12-16 gr/dl. (Brunner, 2013).

7. Pemeriksaan Fisik

Menurut Aspiany, (2017) pemeriksaan fisik pada klien dengan kanker

serviks adalah:

a. Keadaan umum

Keadaan umum klien biasanya lemah.

b. Kesadaran

Kesadaran klien biasanya composmentis.

c. Pemeriksaan tanda-tanda vital:


1) Tekanan darah : Normal/meningkat 120/80 mmHg.

2) Nadi : meningkat (>90 x/menit).

3) Suhu : Normal 37ᵒC

4) Pernafasan : Normal/meningkat (>20x/menit).

d. Pemeriksaan fisik head to toe

1) Kepala dan rambut

Pada kepala perlu dikaji adalah bentuk kepala, kulit

kepala apakah kotor atau berketombe, rambut

apakah tampak lusuh atau kusut, apakah ada

laserasi/luka.

2) Wajah

Yang perlu dikaji adalah warna kulit apakah pucat

atau tidak, bentuk wajah apakah lonjong atau oval.

3) Mata

Bentuk bola mata, adanya tidak gerakan mata,

konjunctiva anemis atau tidak, bentuk mata apakah

simetris atau tidak. Biasanya pada klien dengan

kanker serviks konjunctiva anemis dan sklera ikterik.

4) Hidung

Ada tidaknya septuminasi, polip dan kebersihanya.

5) Telinga

Kebersihan atau tidaknya kelainan fungsi

pendengaran, kelainan anatomi pada telinga.

6) Mulut, bibir dan faring


Bentuk bibir apakah simetris atau tidak,

kelembaban,warna bibir pucat atau merah muda,

kebersihan mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil,

ada tidaknya kelainan bicara.

7) Gigi

Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan gigi, ada

tidaknya peradangan pada gusi atau karies gigi,

karang gigi.

8) Leher

Yang perlu dikaji apakah ada pembesaran kelenjar

limfe, pembesaran kelenjar tioid atau adanya distensi

vena jugularis.

9) Integument

Meliputi warna kulit, apakah pucat atau tidak,

kebersihan, turgor, tekstur kulit.

10) Thorax dan payudara

Dikaji kesimetrisanya, ada tidaknya suara ronchi, ada

tidaknya kolostrum, apakah puting susu masuk atau

tidak, apakah tampak kotor tidak.

11) Abdomen

Ada tidaknya distensi abdomen, tinggi fundus uteri

masih setinggi pusat, bagaiamana dengan bising

usus, apakah ada nyeri tekan atau tidak.

12) Panggul
Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang

sudah mendesak dan abnormalitas pada organ-organ

daerah panggul.

13) Genetalia

Dikaji kebersihanya, adakah pengeluaran darah

diluar siklus menstruasi. Pada klien dengan kanker

serviks terdapat adanya perdarahan atau bercak

pada vagina yang tidak dapat dijelaskan, sifatnya.

Keluar rabas-rabas vagina : berair, purulen atau

mukoid.

14) Ekstremitas atas

Kesimetrisanya, akral dingin,warna akral biasanya

pucat, ujung-ujung jari sianosis atau tidak atau tidak

adanya oedema.

15) Ekstremitas bawah

Kesimetrisanya, ada tidaknya oedema, sianosis,

akral dingin,warna akral biasanya pucat, bagaimana

pergerakanya, reflek patella.


8. Analisa Data menurut SDKI, (2017)

No Data Etiologi Masalah


1. Data subjektif Perdarahan Perfusi Perifer tidak efektif
- Mengeluh nyeri
ekstremitas HB menurun
Data Objektif
- Nadi perifer menurun atau Curah jantung menurun
tidak teraba
- Akral teraba dingin Sirkulasi ke jaringan menurun
- Warna kulit pucat
- Edema Perfusi perifer tidak efektif
2. Data Subjektif Penyebaran tumor Gangguan pola eliminasi
- Pasien mengeluh sering
buang air kecil Ke arah prametrium
- Mengeluh desakan
berkemih Mestastase ke vagina
Data Objektif
- Volume residu urin Menginfiltrasi septum
meningkat rektovagina dan kandung kemih
- Distensi kandung kemih
- Berkemih tidak tuntas Obstruksi Kandung kemih

Gangguan eliminasi urin


3. Data Subjektif Penyebaran tumor Nyeri Kronis
- Pasien biasanya mengeluh
nyeri Pelvis
- Pasien merasa depresi
Data Objektif Menekan saraf lumbosakrali
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah Stimulus
- Pola tidur berubah
Ditangkap reseptor nyeri
Nyeri Kronis
4. Data Subjektif Tumor Harga diri rendah situasional
- Biasany pasien menilai
dirinya negatif (mis. Tidak Kearah lumen vagina
berguna)
- Merasa malu/bersalah Masa proliferasi
- Menolak penilaian positif
tentang diri sendiri Nekrosis jaringan
Data Objektif
- Kontak mata kurang Ulkus
- Menolak berinteraksi
dengan orang lain Bau busuk
- Tidak mampu membuat
keputusan Harga diri rendah
5. Data Subjektif Tumor Gangguan Integritas kulit
-
Data Objektif Endolik
- Kerusakan pada jringan
atau lapisan kulit Ke stroma serviks
- Nyeri
- Perdarahan Infiltrasi
- Hematoma
Ulkus

Gangguan Integritas kulit


6. Data Subjektif Perdarahan Intoleran Aktivitas
- Mengeluh lelah
- Merasa tidak nyaman HB menurun
setelah beraktivitas
- Merasa lemah Kadar O2 menurun
Data Objektif
- Tekanan darah berubah Ketidakseimbangan kadar O2
>20% dari kondisi istirahat
- Sianosis Intoleran aktivitas
- Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat
7. Data Subjektif Dysplasia Ansietas
- Biasanya pasien merasa
bingung Terapi
- Merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang di Non bedah
hadapi
- Mengeluh pusing Terapi radiasi
- Merasa tidak berdaya
Data Objektif Kurang informasi tentang
- Tampak gelisah pengobatan
- Frekuensi nafas meningkat
- Frekuensi nadi meningkat Ansietas
- Tremor
8. Data Subjektif Proses metaplastik (erosive) Disfungsi seksual tidak efektif
- Mengungkapkan aktivitas
seksual berubah Dysplasia
- Mengeluh nyeri pada saat
hubungan seksual Karsinoma inasive serviks
- Mengungkapkan fungsi
seksual berubah Perdarahan post coitus
- Mengungkapkan peran
seksual berubah Disfungsi seksual tidak efektif
Data Objektif
-
9. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin akan muncul menurut

SDKI, keumgkinan masalah yang akan muncul adalah sbagai

berikut :

(PPNI, 2017)

a. Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan saraf ditandai

dengan Pasien biasanya mengeluh nyeri. Pasien merasa

depresi. Pasien tampak meringis. Pasien tampak gelisah. Pola

tidur berubah (D.0078)

b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan

kadar hemoglobin ditandai mengeluh nyeri ekstremitas . Nadi

perifer menurun atau tidak teraba.Akral teraba dingin. Warna

kulit pucat. Edema (D.0009)

c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

ditandai dengan Biasanya pasien merasa bingung. Merasa

khawatir dengan akibat dari kondisi yang di hadapi. Mengeluh

pusing. Merasa tidak berdaya. Tampak gelisah. Frekuensi

nafas meningkat. Frekuensi nadi meningkat. Tremor (D.0080)

d. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan

kapasitas kandung kemih ditandai dengan mengeluh sering

buang air kecil. Mengeluh desakan berkemih. Volume residu

urin meningkat. Distensi kandung kemih. Berkemih tidak

tuntas (D.0040)
e. Harga Diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan

citra tubuh ditandai dengan ditandai dengan Biasany pasien

menilai dirinya negatif (mis. Tidak berguna) . Merasa

malu.Menolak penilaian positif tentang diri sendiri. Kontak

mata kurang. Menolak berinteraksi dengan orang lain. Tidak

mampu membuat keputusan (D.0087)

f. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan efek samping

terapi radiasi ditandai dengan Kerusakan pada jringan atau

lapisan kulit. Nyeri. Perdarahan. Hematoma (D.0192)

g. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan

Mengeluh lelah. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas.

Merasa lemah. Tekanan darah berubah (D.0056).

h. Disfungsi seksual tidak efektif berhubungan dengan kanker

ditandai dengan Mengungkapkan aktivitas seksual

berubah.Mengeluh nyeri pada saat hubungan seksual.

Mengungkapkan fungsi seksual berubah. Mengungkapkan

peran seksual berubah (D.0069).


10. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan

o keperawatan kriteria hasil


1. Nyeri kronis Setelah Manajemen Nyeri
berhubungan dilakukan
dengan tindakan I.08238
penekanan saraf keperawatan
ditandai dengan selama .. x24jam a. Observasi
Pasien biasanya diharapkan
mengeluh nyeri. keluhan nyeri - Identifikasi lokasi,
Pasien merasa menurun dengan karakteristik, durasi,
depresi. Pasien kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
tampak meringis. Tingkat nyeri intensitas nyeri
Pasien tampak L.08066 - Identifikasi skala
gelisah. Pola tidur a. Keluhan nyeri
berubah (D.0078) nyeri - Identifikasi nyeri non
menurun dari verbal
5 menjadi 1 - Identifikasi faktor
b. Meringis pemberat dan
menurun dari memperingan nyeri.
5 menjadi 1 b. Terapeutik
c. Gelisah - Berikan tekhnik non
menurun dari farmakologis untuk
5 menjadi 1 mengurangi rasa
d. Sulit tidur nyeri. (mis. Hipnosis,
menurun dari akupuntur, terapi
5 menjadi 1 musik,
aromatherapy).
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri
- Fasilitasi istirahat
tidur
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
2. Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
tidak efektif tindakan (I.02079)
berhubungan keperawatan a. Observasi :
dengan selama .. x 24 jam - Periksa sirkulais
penurunan kadar diharapkan perifer
hemoglobin perdarahan teratasi - Monitor adanya
ditandai mengeluh dengan kriteria hasil panas,kemerahan,nyer
nyeri ekstremitas . : i atau bengkak pada
Nadi perifer Status Sirkulasi ekstremitas
menurun atau (L.02016) - Identifikasi faktor
tidak teraba.Akral resiko gangguan
teraba dingin. a. Kekuatan nadi sirkulasi.
Warna kulit pucat. meningkat dari 1 b. Terapeutik :
Edema (D.0009) menjadi 5 - Lakukan pencegahan
b. Output urine infeksi
menurun dari 5 - Lakukan perawatan kaki
menjadi 1 dan kuku
c. Pucat menurun - Lakukan hidrasi

dari 5 menjadi c. Edukasi


- Ajarkan Program diet
1 tinggi protein,rendah
lemak
d. Saturasi - Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
oksigen darah secara teratur
- Anjurkan program
meningkat dari rehabilitasi vaskular.

1 menjadi 5
3. Ansietas Setelah Reduksi Ansietas
berhubungan dilakukan I.09314
dengan kurangnya tindakan a. Observasi
terpapar informasi keperawatan - Identifikasi saat
ditandai dengan selama..x24 jam tingkat ansietas
Biasanya pasien di harapkan berubah(mis.
merasa bingung. kecemasan Kondisi, waktu,
Merasa khawatir pasien berkurang stressor)
dengan akibat dari dengan kriteria - Monitor tanda-tanda
kondisi yang di hasil : ansietas (verbal dan
hadapi. Mengeluh Tingkat non verbal)
pusing. Merasa Ansietas b. Terapeutik
tidak berdaya. L.09093 - temani pasien untuk
Tampak gelisah. - Perilaku mengurangi
Frekuensi nafas gelisah kecemasan
meningkat. menurun dari - motivasi
Frekuensi nadi 5 menjadi 1 mengidentifikasi
meningkat. - Anoreksia situasi yang memicu
Tremor (D.0080) menurun dari kecemasan
5 menjadi 1 - pahami situasi yang
- Frekuensi membuat ansietas
nadi c. Edukasi
menurun dari - Anjurkan keluarga
5 menjadi 1 untuk tetap bersama
- Pola tidur pasien
meningkat - Informasikan secara
dari 1 faktual mengenai
menjadi 5 diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
4. Gangguan Setelah Manajemen eliminasi
eliminasi urin dilakukan urine I.04152
berhubungan tindakan a. Observasi
dengan keperawatan - Identifikasi tanda dan
penurunan selama .. gejala retensi atau
kapasitas x24Jam inkontinensia urine
kandung kemih diharapkan pola - Monitor eliminasi
ditandai dengan eliminasi kembali urine (mis.
mengeluh sering normal dengan Frekuensi,
buang air kecil. kriteria hasil : konsistensi, aroma,
Mengeluh Eliminasi urin volume, dan warna)
desakan L.04034 b. Terapeutik
berkemih. Volume - Sensasi - Catat waktu-waktu
residu urin berkemih dan pengeluaran
meningkat. menurun dari urine
Distensi kandung 5 menjadi 1 - Batasi asupan cairan
kemih. Berkemih - Distensi jika perlu
tidak tuntas kandung - Ambil sampel urine
(D.0040) kemih tengah atau kultur
menurun dari c. Edukasi
5 menjadi 1 - Ajarkan tanda dan
- Urin menetes gejala infeksi saluran
menurun dari kemih
5 menjadi 1 - Ajarkan minum yang
- Berkemih cukup, jika tidak ada
tidak tuntas kontra indikasi
menurun dari - Ajarkan mengenali
5 menjadi 1 tanda berkemih dan
waktu yang tepat
untuk berkemih.

5. Harga Diri rendah Setelah Promosi harga diri


situasional dilakukan I.09308
berhubungan tindakan a. Observasi
dengan keperawatan - Identifikasi budaya,
perubahan citra selama ..x24Jam agama, ras, jenis
tubuh ditandai diharapkan kelamin, dan usia
dengan ditandai harga diri pasien terhadap harga diri
dengan Biasany membaik dengan - Monitor verbalisasi
pasien menilai kriteria hasil: yang merendahkan
dirinya negatif Harga diri diri sendiri
(mis. Tidak L.09069 - Monitor tingkat harga
berguna) . Merasa - Penilaian diri diri setiap waktu,
malu.Menolak positif sesuai kebutuhan
penilaian positif meningkat b. Terapeutik
tentang diri dari 1 - Motivasi terlibat
sendiri. Kontak menjadi 5 dalam verbalisasi
mata kurang. - Perasaan positif untuk diri
Menolak memiliki sendiri
berinteraksi kelebihan - Motivasi menerima
dengan orang lain. atau tantangan hal baru
Tidak mampu kemampuan - Diskusikan
membuat positif kepercayaan
keputusan meningkat terhadap penilaian
(D.0087) dari 1 diri
menjadi 5 - Diskusikan persepsi
- Penerimaan negatif diri
penilaian c. Edukasi
positif - Jelaskan kepada
terhadap diri keluarga pentingnya
sendiri dukungan dalam
meningkat perkembangan
dari 1 konsep positif diri
menjadi 5 pasien
- Anjurkan
mengidentifikasi
kekuatan yang di
miliki
- Latih
pernyataan/kemamp
uan positif diri
- Latih cara berfikir
dan berprilaku positif
6. Gangguan Setelah Perawatan integritas
Integritas kulit dilakukan
berhubungan tindakan kulit I.11353
dengan efek keperawatan
samping terapi selama ..x24 jam a. Observasi
radiasi ditandai diharapkan - Identifikasi penyebab
dengan integritas kulit gangguan integritas
Kerusakan pada teratasi dengan kulit (mis. Perubahan
jringan atau kriteria hasil : sirkulasi, nutrisi,
lapisan kulit. Integritas kulit penurunan
Nyeri. dan jaringan kelembaban, suhu
Perdarahan. L.14125 lingkungan ekstrem)
Hematoma - Kerusakan b. Terapeutik
(D.0192) jaringan - Ubah posiis tiap 2
menurun dari 5 jam jika tirah baring
menjadi 1 - Lakukan pemijatan
- Kerusakan pada area
lapisan kulit penonjolan tulang,
menurun dari 5 jika perlu
menjadi 1 - Bersihkan perineal
- Pgmentasi dengan air hangat,
abnormal terutama selama
menurun dari 5 periode diare
menjadi 1 - Gunakan produk
- Tekstur kulit berbahan ptrolium
meningkat dari atau minyak pada
1 menjadi 5 kulit kering
c. Edukasi
- Anjurkan
menggunakan
pelembab
- Anjurkan minumn
air yang cukup
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan buah
dan sayur
7. Intoleran aktivitas Setelah Manajemen energi
berhubungan dilakukan I.05178
dengan tindakan a. Observasi
ketidakseimbanga keperawatan - Monitor kelelahan
n antara suplai selama..x24 jam fisik dan emosional
dan kebutuhan diharapkan - Monitor pola dan
oksigen ditandai pasien mmapu jam tidur
dengan Mengeluh melakukan - Monitor lokasi dan
lelah. Merasa aktivitas secara ketidaknyamanan
tidak nyaman mandiri dengan selama melakukan
setelah kriteria hasil : aktivitas
beraktivitas. Toleransi b. Terapeutik
Merasa lemah. aktivitas - Berikan aktivitas
Tekanan darah L.05047 distraksi yang
berubah (D.0056). - Frekuensi menyenangkan
nadi setelah - Lakukan latihan
aktivitas rentang gerak pasif
menurun dari dan/atau aktif
5 menjadi 1 c. Edukasi
- Keluhan - Anjurkan tirah
lelah baring
menurun dari - Anjurkan
5 menjadi 1 melakukan aktivitas
- Dispnea secara bertahap
setelah - Ajarkan strategi
aktivitas koping untuk
mrnurun dari mengurangi
5 menjadi 1 kelelahan
- Dispnea saat
aktivitas
menurun dari
5 menjadi 1
8. Disfungsi seksual Setelah Konseling seksualitas
tidak efektif dilakukan (I.07214)
berhubungan tindakan a. Observasi
dengan kanker keperawatan - Identifikasi tingkat
ditandai dengan selama..x24 jam pengetahuan,
Mengungkapkan diharapkan pola masalah sistem
aktivitas seksual seksual pasien reproduksi,
berubah.Mengelu membaik dengan masalah
h nyeri pada saat kriteria hasil : seksualitas dan
hubungan Fungsi seksual penyakit menular
seksual. (L.07055) seksual
Mengungkapkan - Mencari - Monitor stres,
fungsi seksual informasi untuk kecemasan,
berubah. mencapai depresi dan
Mengungkapkan kepuasan penyebab
peran seksual seksual disfungsi seksual
berubah (D.0069). meningkat dari b. Terapeutik
1 menjadi 5 - Berikan
- Keluhan sulit kesempatan pada
melakukan pasangan untuk
aktivitas menceritakan
seksual permasalahan
menurun dari 5 seksual
menjadi 1 - Berikan saran
- Ketertarikan yang sesuai
pada kebutuhan
pasangan pasangan dengan
meningkat dari menggunakan
1 menjadi 5 bahasa yang
mudah di
mengerti
c. Edukasi
- Informasikan
pentingnya
modifikasi pada
aktivitas seksual
- Kolaborasi
dengan spesialis
seksologi, jika
perlu
- Jelaskan efek
pengobatan,
kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

WHO. (2020). World health organitation- health topic cervical

cancer. www.who.int, diperoleh tangal 01 februari 2020

Aspiany, R, Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan

Maternitas. Jakarta: Bumi Medika.

Rahman, abdul (2011). Stop kanker, jakarta selatan: Argo

medika pustaka

Asep, S, Ramadhy. (2011). Biologi reproduksi, Bandung: Refika

aditama

Wijaya, D. (2010). Pembunuh ganas itu bernama kanker

serviks. Yogyakarta: Sinar kejora

PPNI.(2017) Standar Diagnosis keperawatan indonesia:

Definisi dan indikator diagnostik, edisi I, Jakarta: DPD

PPNI

Imam, rasjidi. (2010). Epidemiologi kanker pada wanita,

Jakarta: CV S agung seto.

Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep klinis proses-proses

penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC

Endang, purwoastuti, dan E.S.M. (2015). Ilmu obstetri dan

gonekologi sosial bagi kebidanan. Yogyakarta: Pustaka

kabarupress
Wuriningsih. (2016). Potret Asuhan keperawatan Maternitas

pada klien dengan kanker serviks melalui pendekatan

konservasi dan efikasi diri. Nurscope Jurnal keperawatan

dan pemikiran ilmiah Keperawatan, 2(2), 49-6

S. Ariani. (2015). Stop! Kanker. Yogyakarta: Istana medika.

Reeder, D. (2013). Keperawatan maternitas kesehatan wanita,

bayi dan keluarga edisi 18 Volume I, Jakarta: EGC

Budiono, Dkk. (2015). Konsep dasar keperawatan, Jakarta:

Bumi medika

Hutahaen, S. (2010). Konsep dan dokumentasi keperawatan,

Jakarta: Trans info

Nikmatur, rohman & syaiful walid. (2012). Proses keperawatan

teori & aplikasi, Yogyakarta: AR-Ruzz Media

Doenges,M.E dkk. (2010). Rencana asuhan keperawatan:

Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian

perawatan pasien, Jakarta: EGC

Mitayani.(2011). Asuhan Keperawatan maternitas, Jakarta:

Salemba medika

Kemenkes.(2016). Kenali gejala kanker serviks sejak dini,

tersedia di: http://p2ptm.kemkes.go.id, diperoleh tanggal

04 maret 2020

Doenges, M E dkk. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan:

Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian

perawatan pasien, Jakarta: EGC


PPNI.(2017) Standar Intervensi keperawatan indonesia: Definisi

dan indikator diagnostik, edisi I, Jakarta: DPD PPNI

PPNI.(2017) Standar Luaran keperawatan indonesia: Definisi

dan indikator diagnostik, edisi I, Jakarta: DPD PPNI

Debora, Oda (2012). Proses Keperawatan dan pemeriksaan

fisik, Jakarta: Salemba medika.

Padila. (2015). Asuhan Maternitas II, Yogyakarta: Nuha medika.

Anda mungkin juga menyukai