Anda di halaman 1dari 11

Bab 1

Sejarah Perkembangan Sosiologi

· SEBAB MUNCULNYA SOSIOLOGI

Menurut Peter Berger pemikiran sosiologis berkembang manakala masyarakat menghadapi


ancaman terhadap hal yang selama ini dianggap hal yang sudah seharusnya demikian,benar, nyata.
Manakala hal yang selama ini menjadi pegangan manusia mengalami krisis, maka mulailah orang
melakukan renungan sosiologis.

· PARA PERINTIS SOSIOLOGI

Para pemuka pemikiran sosiologis terdiri atas sejumlah tokoh klasik seperti Saint-Siomon, Comte,
Spencer, Durkheim, Weber, Marx, dan tokoh modrn seperti Sorokin, Mead, Cooley, Simmel,
Goffman, Homans, Thibaut dan Kelly, Blau, Parsons, Merton, Mills, Dahrendorf, Coser, dan Collins.
Antara pemikiran para awal dan pemikiran para tokoh sosiologi masa kini terdapat suatu
kesinambungan suatu benang merah. Sebagian besar konsep dan teori sosiologi masa kini
berakarpada sumbangan pikiran para tokoh klasik.

1. Auguste Comte

Dalam sosiologi, tokoh ini dianggap sebagai Bapak ialah Auguste Comte. Nama “sosiologi”
merupakan ciptaannya. Comte pun dianggap positivisne. Sumbanagn pikiran penting lain yang
diberikan Comte ialah pembagian sosiologi ke dalam dua bagian besar: statika social (social statics)
dan dinamika social (social dynamics).

2. Karl Marx

Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas. Menurut Marx
perkembangan kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda: kaum bourgeouisie
dan kaum proletar. Menurut ramalan Marx konflik yang berlangsung antara kedua kelas akan
dimenangkan oleh kaum proletar, yang kemudian akan mendirikan suatu masyarakat tanpa kelas.

3. Emile Durkheim

Buku The Division of Labor in Society (1968) merupakan suatu upaya Durkheim untuk memahami
fungsi pembagian kerja dalam masyarakat, serta untuk mengetahui factor penyebabnya. Durkheim
melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas. Membedakan antara dua tipe
utama solidaritas: solidaritas mekanik, dan solidaritas organik. Lambat laun pembagian kerja dalam
masyarakat semakin berkembang sehingga solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas organik.

4. Max Weber

Weber merupakan seorang ilmuwan yang sangat produktif. Salah satu bukunya yang terkenal ialah
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Dalm buku ini ia mengemukakan tesisnya yang
terkenal mengenai keterkaitan antara Etika Protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat.
Sumbangan penting ialah kajian konsep dalam sosiologi dan menyebutkan juga bahwa sosiologi ialah
ilmu yang berupaya memahami tindakan social.
Bab 2

Pokok- pokok Bahasan Sosiologi

· Pandangan Para Perintis

Entile Durkheim : Fakta Sosial

Durkheim berpendapat bahwa sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari fakta social. Menurut
Durkheim fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar
individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya.

Max Weber : Tindakan Sosial

Bagi Weber sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajri tindakan sosial, yaitu tindakan yang dilakukan
dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain. Karena
sosiologi bertujuan memahami (Verstehen) mengapa tindakan sosial mempunyai arah dan akibat
tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelakunya, maka ahli sosiologi
harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamannya.

C.Wright Mills : The Sociological Imagination

Mills berpandangan bahwa manusia memerlukan imajinasi sosiologi (sociological imagination) untuk
dapat memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Untuk
malakukan khayalan sosiologis memrlukan dua peralatan pokok: apa yang dinamakannya personal
trobles of milieu dan public issuesnof social structure.

Peter Berger

Menurut Beger seorang sosiologi bertujuan mahami masyarakat. Berger berpendapat bahwa daya
tarik sosiologi terletak pada kenyataan bahwa sudut pandang sosiologi memungki memungkinkan
kita untuk memperoleh gambaran lain mengenai dunia yang telah kita tempati sepanjang hidup.

· Pembagian Sosiologi : Makrososiologi, Mesososiologi, dan Mikrososiologi

Lenski mengemukakan bahwadalam sosiologi terdapat tiga jenjang analisis : mikrososiologi,


mesososiologi, makrososiologi. Inkeles pun melihat bahwa sosiologi mempunyai tiga pokok bahasan
yang khas : hubungan sosial, institusi, dan masyarakat.
Bab 3

Sosialisasi

Menurut Berger manusia merupakan makhluk tak berdaya karena dilengkapi dengan naluri yang
relative tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia mangembangkankebudayaan untuk mengisi
kekosongan yang tidk diisi oleh naluri. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai proses melalui mana
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.

Pemikiran Mead

Dalam teori Mead manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dangan anggota
masyarakat lain. Menurut Mead pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui tahap play
stage, tahap game stage, dan tahap genelazed other. Mead berpandangan bahwa setiap anggota
baru masyarakat harus mempelajari peran-peran yang adadalam masyarakat suatu proses yang
dinamakannya pangambilan peran (role taking).

Pemikiran Cooley

Menurut Cooley konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dangan orang lain. Karena
kemampuan seseorang untuk mempunyai diri untuk berperan sebagai anggota masyarakat
tergantung pada sosialisasi. Oleh karena itu seseorang tidak mengalami sosialisasi tidak akan dapat
berinterksi dengan orang lain.

Agen Sosialisasi

Fuller dan Jacobs mengidentifikasi lima agen sosialisasi utama :

· Keluarga

· Kelompok Bermain

· Media Massa

· Sistem Pendidikan

Kesepadanan Pesan Agen Sosialisasi Berlainan

Pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi yang berlainan tidak selamanya sepadan satu
dengan yang lain. Apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi diharapkan
dapat berjalan lancar. Namun apabila pesan berbagai agen sosialisasi saling bertentangan maka
warga masyarakat yang menjalani proses sosialisasi serimg mengalami konflik pribadi.

Sosialisasi Primer Dan Sekunder

Setelah sosialisai dini dinamakannya sosialisasi primer kita jumpaisosialisasi sekunder. Salah satu
bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat ialah apa yang dinamakan
proses resosialisasi yang didahului dengan proses desosilisasi.

Pola Sosialisasi
Jeager membedakan dua pola sosialisasi. Menurut sosialisasi represif menekankan pda penggunaan
hukuman terhadap kesalahan. Sosialisasi partisipaotris, di pihak lain, merupakan pola yang di
dalamnya anak di beri imbalan manakala ia berperilaku baik.

Bab 4

Interaksi Sosial

Interaksionisme Simbolik

Simbol merupakan sesuatu yang nilai atau meknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang
mempergunakannya. Makna suatu simbol hanya di tangkap melalui cara non-sensoris. Menurut
Blumer pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga, pertama: manusia bertindak terhadap
sesuatu atas dasar makna yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Kedua: makna yang dupunyai
sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya.
Ketiga: makna yang diperlakukan atau yang diubah melalui suatu proses penafsiran, yang digunakan
orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.

Definisi Situasi

Thomas mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya nyata. Thoans
membedakan antara dua macam definisi situasi: definisi situasi yang dubuat secara spontan oleh
individu, dan definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat.

Aturan Yang Mengatur Interaksi Sosial

Hall mengemukakan bahwa dalam interaksi dijumpai aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang.
Dari penelitian Hall menyimpulkan bahwa dalm situasi sosial oarng cenderung menggunakan empat
macam jarak: jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak public.

Komunikasi Nonverbal

Menurut Hall dalam interaksi kita tidak hanya memperhatikan apa yang dilakukannya. Komunikasi
nonverbal atau bahasa tubuh kita gunakan secara sadar. Studi sosiologis terhadap gerak tubuh dan
isyarat tangan ini inamakan kinesics.

Interaksi Dan Informasi

Berinteraksi harus mempunyai informasi mengenai orang yang berada dihadapannya. Manakala ia
asing bagi kita karena kita tidak mengetahui riwat hidupnya atau kebudayaannya maka interaksi
sukar dilakukan. Orang mencari informasi mengenai orang yang dihadapinya dengan mengamati ciri
fisik yang diwarisi sejak lahir seperti jenis kelamin, usia, dan ras, serta penampilan daya tarik fisik,
bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan percakapan.
Bab 5

Tatanan Sosial dan Pengendalian Sosial

Pokok Pembahasan Makrososiologi

Makrososiologi menggunakan sudut pandang struktural, sudut pandang klasik Durkheim. Perumusan
Durkheim mengenai pokok pembhasan sosiologi menunjukan bahwa pokok perhatiansosiologi ialah
tatanan meso dan makro, karena fakta sosial mengacu pada institusi yang mengendalikan individu
dalam masyarakat. Durkheim berpandangan bahwa sosiologi ialah ilmu masyarakat dan mempelajari
institusi.

Struktur Sosial

Dalam membahasa struktur sosial, Linton menggunakan dua konsep penting: status dan peran.
Tipologi lain yang dipopulerkan Linton ialah pembagian status menjadi status yang diperoleh dan
status yang diraih.

Masyarakat

Dari berbagai definisi bahwa makrososiologi mempelajari masyarakat. Menurut Parsons masyarakat
ialah suatu system sosial yang swasembada melibihi masa hidup individu normal, dan merekrut
anggota secara reproduksi biologis serta melkukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya. Shils
pun menekankan pada aspek pemenuhan keperluan sendiri yang dibaginya dalam tiga komponen:
pangaturan diri, reproduksi sendiri, dan penciptaan diri.

Pengendalian Sosial

Berger mendefinisikan pengendalian sosial sebagai berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk
menertibkan anggota yang membangkang. Roucek mengemukakan bahwa pengendalian sosial
adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana maupun tidak melalui mana
individu diajarkan, dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup
kelompok.

Bab 6

Institusi Sosial

Dalam keluarga dikenal berbagai penbedaan, yaitu antar keluarga yang bersistem konsanguinal dan
keluarga konjungal, antara keluarga oreintasi dan prokreasi, dan antara keluarga batih dan keluarga
luas. Kita mengenal beberapa tipe keluarga luas, seperti joint family, dan keluarga luas virilokal.
Pokok bahasan utama dalam sosiologi pendidikan ialah institusi pendidikan Formal. Institusi
pendidikan dikaitkan dengan berbagai fungsi. Dalam kaitan ini ada ahi sosiologi membedakan antara
fungsi manifes dan fungsi laten.

Agama merupakan suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Menurut definisi
Durkheim agama ialah suatu system terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal yang suci, dan bahwa kepercayaan dan praktik tersebut mempersatukan
semua orang beriman ke dalam suatu komunitas moral yang di namakan umat.

Sosiologi mempelajari institusi politik, yaitu perangkat aturan dan status yang mengkhususkan diri
pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang. Sosiologi politik mempelajari pula proses politik. Suatu
masalah yang menjadi pokok perhatian sosiologi politik ialah factor yang menyebabkan terjadinya
konflik dan consensus.

Weber dan Michels memusatkan perhatian mereka pada hubungan antara birokrasi dan demokrasi.
Keduanya berpandangan bahwa baik organisasi sosialis maupun kapitalis akan mempunyai
kecenderungan untuk manjadi organisasi yang bersifat birokratis dan oligarkis.

Bab 7

Stratifikasi Sosial

Pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimikinya dalam sosiologi dinamakan
stratifikasi sosioal. Berdasarkan status yang diperoleh dengan sendirinya, kita jumpai adanya
berbagai macam stratifikasi. Anggota masyarakat dibeda-bedakan pula berdasarkan status yang
diraihnya,sehingga menghasilkan berbgai macam stratifikasi lain.

Dalam sosiologi kita mengenal pmbedaan antara stratifikasi tertutup dan stratifikasi terbuka.
Keterbukan suatu system stratifikasi diukur dari medah tidaknya dan sering tidaknya seseorang yang
mempunyai status tertentu memperoleh status dalam strata yang lebih tinggi.

Barber memperkenalkan beberapa konsep yang mempertajam konsep stratifikasi. Salah satu di
antaranya ialah konsep rentang, yang mengacu pada perbedaan antara kelas teratas dengan kelas
terbawah. Konsep terkait lainnya ialah konsep bentuk (shape), yang mengacu pada proporsi orang
yang terletak di kelas sosial yang berlainan.

Bab 8

Jenis Kelamin dan Gender

Mead menyimpulkan bahwa kepribadian laki-laki dan perumpuan tidak tergantung pada factor jenis
kelamin melainkan di bentuk oleh factor kebudayaan. Perbedaan kepribadian antarmasyarakat
maupun antarindividu, menurut mead merupakan proses sosialisasi, terutama pola asuhan dini yang
dituntun oleh kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

Konsep gender menyangkut perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan
—arti penting yang dibrukan masyarakat pada kategori biologis laki-laki dan perempuan. Gender
mengacu pada pangetahuan dan kesadaran, baik secara sadar atau tidak, bahwa diri seseorang
btergolong dalam suatu jenis kelamin tertentu dan bukan dalam jenis kelamin lain. Konsep gender
tidak mengacu perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki, melainkan pada perbedaan
psikologis, sosial dan budaya yang dikaitkan masyarakat antara laki-laki dan perempuan. Gender
tidak bersifat biologis melainkan dikontrusikan secara sosial. Gender tidak dibawa sejak lahir
melainkan dipelajari melalui sosialisasi. Proses sosialisasi yang membentuk perspsi diri dan aspurasi
dalam sosiologi dinamakan sosialisasi gender.

Stratifikasi gender ketimpnagan dalam penbagian kekayaan, kekuasaan, dan privilese antara laki-laki
dan perumpuan dijumpai di bidang kehidupan. Adanya stratifikasi gender telah mendorong lahirnya
gerakan feminism yang bertujuan membela dan memperluas hak-hak kaum perempuan.

Bab 9

Kelompok Sosial

Kelompok sosial sangat penting karena sebagian besar kegitan manusia berlangsung di dalamnya.
Tanpa kita sadari, sejak lahir hingga kini anda telah menjadi anggota bermacam-macam kelompok.
Dengan menggunakan tiga criteria yaitu ada tidaknya organisasi, hubungan sosial diantara anggota
kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt membedakan empat jenis kelompok: kelompok statistic,
kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial, dan kelompok asosiasi.

Menurut Merton kelompok merupakan sekelompok orang yang saling interaksi sesuai dengan pola
yang telah mapan, sedangkan kolektiva merupakan yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagi
nilai bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral untuk menjalankan harapan peran.
Konsep lain yang diajukan Merton ialah konsep kategori sosial.

Menurut Weber dalam masyarakat dalam masyarakat modern kita jumpai suatu system jabatan
yang dinamakan birokrasi. Organisasi birokrasi yang disebutkan Weber mengandung sejumlah
prinsip. Prinsip tersebut hanya dijumpai pada birokrasi yang oleh Weber disebut tipe ideal, yang
tidak akan dijumpai dalam masyarakat.Suatu gejala yang me3narik banyak ilmuan sosial ialah adanya
keterkaitan antara kelompok formal dan keompok informal. Dalm organisasi formal akan terbentuk
berbgai kelompok informal. Nilai dan aturan kelompok informal dapat bertentangan dengan nilai
dan aturan yang berlaku dalam organisasi

Bab 10

Hubungan Antarkelompok

Dalam pembahasan kita mengenai kelompok kita telah melihat tipologi kelompok menurut Robert
Bierstedt, yaitu pembagian dalam empat tipe kelompok yaitu statiscal group, societal group, social
group dan associational group. Kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok mencangkup
semua kelompok yang diklasifikasikan berdasarkan criteria cirri fisiologis, kebudayaan, ekonomi, dan
perilaku. Faktor yang mempengaruhi minoritas dapat dikaji dangan menggunakan dimensi sejarah,
demografi, sikap, institusi, gerakan sosial, dan tipe utama hubungan antarkelompok. Hubungan
antarkelompok masih ada dimensi lain yaitu dimensi perilaku dan dimensi perilaku kolekif.

Di Indonesia pun di kenal berbgai kebijaksaan yang mengatur hubungan antarkelompok. Dimasa
penjajahan, misalnya penduduk orang eropa, oaring timur, orang asing, dan orang pribumi.Setelah
merdeka kita mengenal berbagai peraturan yang mengatur hubungan antarkelompok, khususnya
antara kelompok pribumi dan kelompok tionghoa. Masyarakat juga menerapkan kebijaksaan yang
dikenal dangan nama reverse discrimination.

Hubungan antarkelompok sering melibatkan gerakan sosial, baik yang diprakarsai oloeh pihak yang
menginginkan perubahan maupun oleh mereka yang ingin memperthankan yang ada.

Hubungan antarkelompok pun sering berwujud perilaku kolektif. Tidak jarang suatu gerakan
antarkelompok berkembang menjadi huru-hara yang dapat mengakibatkan perusakan harta benda
atau koraban berjatuhan.

Bab 11

Studi Penduduk

Pertumbuhan demografi diawali pada abad 17 dan 18 sangat ditunjang dengan perkembangan
system pencatatan dan sensus. Mengenal letak demografi dalam pohon ilmu dijumpai perbedaan
pendapat. Ada yang berpendapat bahwa demografi merupakan ilmu bersifat antardisiplin, namun
ada juga yang berpendapat bahwa demografi merupakan suatu ilmu sosial. Masalah besar,
komposisi, distribusi, dan perubahan penduduk ini dipelajari para ahli demografi dengan
mempelajari tingkat kelahiran, kematian, dan imigrasi. Salah satu indicator tngkat kelahiran ialah
angka kelahiran kasar. Konsep lain yang dapat dipakai untuk mengukur pertumbuhan penduduk
ialah angka kematian kasar. Faktor dasar lain yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk ialah
perpindahan penduduk atau imigrasi.

Pertumbuhan penduduk dunia secara sangat cepat menumbuhkan keinginan kea rah tercapainya
penghentian pertumbuhan penduduk. Situasi ini hanya dapat tercapai menekala jumlah orang yang
meninggal dunia atau berimigrasi ke luar sam dengan jumlah yang dilhairkan atau berimigrasi ke
dalam.

Komposisi penduduk merupakn suatu konsep yang memacu pada susunan penduduk menurut
criteria tertentu seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan, tempat
tinggal, dan penghasilan.

Para ahli demografi membuat teori-teori tarnsisi demografi yang berusaha menjelaskan proses
perubuhan demografi penduduk dengan angka kelahiran dan angka kematian tinggi ke angka
kelahiran dan angka kematian rendah. Menurut teori ini suatu masyarakat yang mengalami proses
indutrialisasi akan melewati tiga tahap.

Kebijaksaan prenatal merukan suatu kebijaksaan yang menujang angka kelahiran tinggi.
Kebijaksanaanantinatal, dipihak lain merupakan kebijaksanaan yang bertujuan membatasi tungkat
kelahiran.

Bab 12

Konformitas dan Penyimpangan

Konsep konformitas didefinisikan Shepard sebagai bentuk interaksi yang didalamnya seorang
berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok.
Pada umumnya kita cenderung bersifat konformis. Berbgai studi memperlihatkan bahwa manusia
mudah dipengaruhi orang lain. Salah satunya ialah studi Muzafer Sherif, yang membuktikan bahwa
dalam situasi kelompok orang cnderung membentuk norma sosial.

Vander Zanden mendefinisikan penyimpangan sebgai perilaku yang oleh sejumlah besar orang di
anggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Menurut para ahli sosiologi
penyimpangan bukan sesuatu yang melekat pada bentuk perilaku tertentu, melainkan diberi cirri
penyimpangan melalui definisi sosial. Pemyimpangan terjadi karena adanya perbedaan pergaulan
dan di peljari melalui proses ahli budaya.

Merton mengidentifikasikan lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu, empat
diantaranya berperilaku peran dalam menghadpi situasi tersebut merupkan perilaku menyimpang.

Ada pun lima tipe tersebut adalah :

1. Conformity

2. Innovation

3. Ritualism

4. Retreatism

5. Rebellion

Bab 13

Perilaku Kolektif dan Gerakan Sosial

Perilaku yang tidak berpedoman pada institusi yang terdapat dalam masyarakat dalam sosiologi
dinamakan perilaku koloktif, yaitu perilaku yang (1) dilakukan bersama sejumlah orang, (2) tidak
bersifat rutin, (3) merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu. Perilaku menyimpang yang
merupakan tindakan bersama sejumlah orang dan berperilaku tidak rutin. Perilaku kolektif di picu
oleh suatu rangsangan yang sam dan dapat terdiri atas suatu peristiwa, benda, atau ide.

Perilaku kolektif selalu melibatkan perilaku sejumlah orang yang berkerumun. Menurut Le Bon istilah
kerumunan berarti sekumpulan orang yang mempunyai cirri baru yang berbeda sama sekali dengan
cirri individu yang membentuknya. Suatu kerumunan mempunyai cirri baru yang emula tidak
dijumpai pada masing-masing anggotanya.

Gerakan sosial merupakan perilaku kolektif yang ditandai kepentingan bersama dan tujuan jangka
panjang, yaitu untuk mengubah ataupun mempertahankan masyarakat atu institusi yang ada di
dalamnya. Cir lain gerakan sosial ialah pengguna cara yang berada di luar institusi yang ada.

Sejumlah sosiologi lain berpendapat bahwa perubahan sosial memerlukan pengerahan sumber daya
manusia maupun alam. Tanpa adanya pengerahan sumber daya suatu gerakan sosial tidak akan
terjadi, meskipun tingkat deprivasi tinggi.
Bab 14

Perubahan sosial

Pemikiran para tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan sosial dapat digolongkan ke dalam
beberapa pola. Pola pertama ialah pola linier, pola siklus, pola ketiga, penggabungan antara pola
pertama dan pola kedua.

Giddens mengemukakan bahwa proses peningkatan kesaling tergantungan masyarakat dunia yang
dinamakannya globalisasi ditandai kesenjangan besar antara kejayaan dan tingkat hidup masyarakat-
masyarakat industry dan masyarakat-masyarakat dunia ketiga. Selain itu ia mencatat tumbuh dan
berkembangnya Negara-negara industry baru dan semakin meningkatnya komunikasi antarnegara
sebagai dampak teknologi komunikasi yang semakin canggih.

Masalah globalisasi diulas pula oleh Waters yang berpandangan bahwa globalisasi berlangsung di
tiga bidang kehidupan, yaitu prekonomian, politik, dan budaya.

Teori-teori modern yang terkenal ialah teori modernisasi, teori ketergantungan, dan teori mengenai
system dunia.

Bab 15

Teori Sosiologi

Untuk menjelaskan proses perubahan sosial dan mendasar da berjangka pajang di eropa seperti
industrialisasi, urbanisasi, dan rasinalisasi para ahli sosiologi klasik di masa lampau mulai berteori.
Teori menurut Kornblum, merupakan seperangkat konsep salinh terkait yan bertujuan menjelaskan
sebab-sebab terjadinya yang dapat diamati.

Inti penjelasan ilmiah ialah pencarian factor penyebab. Dalam proses pencarian sebab ini di bedakan
antara factor yang harus dijelaskan dan factor penyebab, atau antara variable tergantung. Dan
variable bebas.

Teori menjawab pertanyaan: “mengapa?” pertanyaa yang hendak dijawab leh teori sosiologi ialah
mengapa dan bagaimana masyarakat dimungkinkan, dan dikenal dengan nama the problem of
order.

Menurut Ritzer teori sosiologi di Amerika sebelum tahun 80-an ditandai oleh ekstramisme mikro-
makro, yaitu konflik antara teori dan teoretikus ekstrem mikro dan ekstem makro. Namun Ritzer
mancatat bahwa sejak tahun 80an telah terjadi perkembangan baru sosiologi.
Bab 16

Metode Sosiologi

Dalam usaha mengumpulkan data yang dapat menghasilkan temuan-temuan baru dalm sosiologi,
para ahli sosiologi perlu memperhatikan tahap penelitian, yang saling berkaitan secara erat. Sebelum
memulai suatu usaha penelitian seorang ahli sosiologi terlebih dahulu harus melakukan tinjauan
terhadap bahan-bahan pustaka agar dapat mengetahui temuan-temuan yang sebelumnya.

Setelah pertanyaan penelitian dirumuskan, peneliti dituangkan dalam suatu metode penelitian yang
akan digunakannya. Dalam ilmu-ilmu sosial dikenal berbagai metode pengumpulan data, seperti
metode survai serta beberapa metode nonsurvai seperti metode riwayat hidup, studi kasus, analisis
isi, kajian data yang telah di kumpulkan oleh pihak lain, dan eksperimen.

Metode penelitian yang dipergunakan ahli sosiologi sering terkait dengan teori dan paradigm
sosiologi yang dianutnya. Menurut Ritzer masalah apa yang akan di teliti seorang peneliti,
pertanyaan peneliti yang akan diajukannya, caranya mengajukan pertanyaan penelitian, dan aturan
yang diikutinya dalam menafsirkan temuan penelitinya ditentukan oleh ditentukan oleh paradigm
yang dianut.

Anda mungkin juga menyukai