Anda di halaman 1dari 4

Nama : Annisa Rahmawati

Kelas :Tk2A Keperawatan

Tugas: Keperawatan jiwa di Indonesia dan luarnegeri

Perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia dan luar negeri

Perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia dimulai sejak zaman dulu kala, ketika
gangguan jiwa dianggap kerasukan, sehingga para dukun berusaha mengeluarkan roh
jahat.

Di indonesia sejak dahulu telah mengenal ganguaan jiwa yang digambarkan dalam
cerita mahabrata dan ramayan terdapat srikandi edan, gatut kaca, gandrung dan
perilaku lesmono mirip seorang perempuan,

Bagaimana pernderita ganguan jiwa jamna dahalu belum diketahui dengan jelas,
tindakan terhadap penderita gangguan jiwa seperti warisan nenek moyang yang turun
menurun. Penderita dibuang kehutan penderita dipasung,diikat atau dirantai bila
pederita dianggap membahayakan orang lain dan lingkungan.

Bila tidak membahayakan penderitan dibiarkan berkeliaran dan menjadi tontonan


ataupun objek lelucon bahkan ada yang mengangap orang sakit atau linuwih.

Seiring perkembangan keperawatan jiwa di dunia, perkembangan di Indonesia pun turut


berkembang. Hal ini dimulai sejak zaman Kolonial. Sebelum ada RSJ di Indonesia,
pasien gangguan jiwa ditampung di RS Sipil atau RS Militer di Jakarta, Semarang, dan
Surabaya, yang ditampung pada umumnya penderita gangguan jiwa berat. Kemudian,
mulailah didirikan beberapa rumah sakit jiwa.

Rumah sakit jiwa pertama kali dibangun adalah rumah sakit jiwa bogor pada tanggal 1
juli 1882 kemudian rumah sakit jiwa lawang 1920. Namun rumah sakit jiwa dibangun
jauh dari lingkungan masyarakat dengan alasan untuk menghindari cap atau stigma
yang tidak baik dari masyarakat. Cara pengobatan yang dulu sering dipakai dirumah
sakit jiwa ialah isolasi penjagaan (Custodiam care, suntikan obat penenang terapi
mandi dan pasien dijemur dimatahari.

Di Amerika, terdapat organisasi Disabilities Act (1990) yang membantu memastikan


bahwa penderita cacat, termasuk penderita gangguan jiwa, dapat berpatisipasi penuh
dalam kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Organisasi-organisasi seperti The
National Alliance of Mentally III, menghapus stigma gangguan jiwa dan member
dukungan komunitas setempat bagi penderita ganguan jiwa dan keluarganya.
Organisasi tersebut melakukan lobi untuk meningkatkan dana penelitian dan
pengobatan gangguan jiwa. Pengetahuan tentang struktur dan fungsi otak berkembang
pesat. Tahun 1990-an dianggap sebagai “Dekade Otak” karena pertumbuhan pesat
pengetahuan tentang cara kerja otak. Seiring dengan kemajuan genetika, pengetahuan
yang dihasilhan telah membentuk kembali pemahaman tentang penyebab dan
pengobatan gangguan jiwa.

Meski dalam sejarah kesehatan jiwa banyak didominasi oleh dunia barat, namun
sesungguhnya dalam dunia Islam sejarah kesehatan jiwa justru sudah dimulai sejak
jauh sebelum Barat mengenal metode penyembuhan penyakit jiwa berikut tempat
perawatannya. Pada abad ke-8 M di Kota Baghdad. Menurut Syed Ibrahim B PhD
dalam bukunya berjudul "Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times", mengatakan,
rumah sakit jiwa atau insane asylums telah didirikan para dokter dan psikolog Islam
beberapa abad sebelum peradaban Barat menemukannya. Hampir semua kota besar di
dunia Islam pada era keemasan telah memiliki rumah sakit jiwa. Selain di Baghdad ibu
kota Kekhalifahan Abbasiyah Insane Asylum juga terdapat di kota Fes, Maroko. Selain
itu, rumah sakit jiwa juga sudah berdiri di Kairo, Mesir pada tahun 800 M. Pada abad
ke-13 M, kota Damaskus dan Aleppo juga telah memiliki rumah sakit jiwa.

Sekitar dekade berikutnya, pada saat terjadi Pergerakan Hak-Hak Sipil (The Civil
Rights) di 1960-an, penderita gangguan jiwa mulai mendapatkan hak-haknya. The
Community Mental Health Centers Act (1963) secara dramatis mempengaruhi
pemberian pelayanan kesehatan jiwa. Undang-Undang inilah yang menyebabkan fokus
dan pendanaan perawatan beralih dari rumah sakit jiwa yang besar ke pusat-pusat
kesehatan jiwa masyarakat yang mulai banyak didirikan.
Pada tahun 1970-1980, perawatan beralih dari perawatan rumah sakit jangka panjang
ke lama rawat yang lebih singkat. Fokus perawatan bergeser ke arah community based
care / service (Pengobatan berbasis komunitas). Pada tahun-tahun ini banyak dilakukan
riset dan perkembangan teknologi yang pesat. Populasi klien di rumah sakit jiwa yang
besar berkurang, sehingga banyak rumah sakit yang ditutup. Pusat-pusat kesehatan
komunitas jiwa sering tidak mampu menyediakan layanan akibat bertambahnya jumlah
klien. Tunawisma menjadi masalah bagi penderita penyakit mental kronik persisten
yang mengalami kekurangan sumber daya keluarga dan dukungan sosial yang
adekuat.

Trend dan isu peningkatan masalah kesehatan jiwa


1. Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang
umum di alami manusia dlm kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress
berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka
mjd manusia yang invalid dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak
produktif. Trauma bukan semata2 gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma
muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi
tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan

Meningkatnya Masalah psikososiatuh gangguan psikotik dan depresif. Klien gangguan


jiwa dari kalangan menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu
mengelola stress dan ada juga kasus mereka yang mengalami post power syndrome
akibat dipecat atau mutasi jabatan

2. Trend Bunuh Diri pada Anak dan Remaja

• Bunuh diri : suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dgn sengaja cara. Bunuh diri
merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka kejadian terus
meningkat. Metode yg paling disukai = menggunakan pistol, menggantung diri dan
minum racun.

• Latar belakangnya beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok rmh tangga, ekonomi


(perasaan malu terlilit utang.

Masalah Napza dan HIV/ AIDS

Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak dari
pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal terpenting
yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat hukum yang
lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah
dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga
dampaknya SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih bertindak tegas terhadap
pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin menigkat untuk masa yang
akan datang khususnya dalam era globalisasi

Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa

3. Trend dalam pelayanan keperawatan mental psikiatre

• Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa
secara global, harus fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada
komunitas (community based care) yang memberi penekanan pada preventif dan
promotif.

• Sehubungan dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,
perlu peningkatan dalam bidang ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan
institusi pendidikan yang telah ada dan mengadakan program spesialisasi keperawatan
jiwa.

4. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi

Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yg didukung ditemukannya obat


psikotropika yg terbukti dpt mengontrol perilaku klien gangguan jiwa, peran perawat
tidak terbatas di RS, tetapi dituntut lebih sensitif terhadap lingkungan sosialnya, serta
berfokus pada pelayanan preventif dan prmotif. Perubahan hospital based care menjadi
community based care. Perawat mental psikiatri harus mengintegrasikan diri dalam
community mental health, dengan 3 kunci utama :

• Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hubungan
perawat dengan profesi lain di komunitas.

• Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.

• Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan promosi


kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based car. Pengembangan
pendidikan keperawatan sangat penting, terutama keperawatan mental psikiatri baik
dlm jumlah maupun kualitas.

5. Pelayanan kep. Mental Psikiatri, kurang dapat dipertanggung jawabkan karena masih
kurangnya hasil hasil riset keperawatan Jiwa Klinik.

• Perawat Psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan yang
rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara internasional.

• Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering kali
tdk jelas “Position description.” job responsibility dan sistem reward di dlm pelayanan.

• Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa


keperawatan).

Anda mungkin juga menyukai