Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

B DENGAN
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER : HIPERTENSI
DI KOTA BINJAI BARAT, KEL. LIMAU MUNGKUR

Oleh :
PUTRI DELIMA PERDANA
190202094

Dosen Pembimbing :
Ns. Rumondang Gultom S.Kep, M.KM
Ns. Siska Evi Simanjuntak, MNS

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2020
BAB I
PENDAHALUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Masalah yang
biasa dialami lansia adalah hidup sendiri, depresi, fungsi organ tubuh
menurun dan mengalami menopause. Status kesehatan lansia tidak boleh
terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian kebutuhan akan zat gizi.
Ada lansia yang tergolong sehat, dan ada pula yang mengidap penyakit
kronis.Di samping itu, sebagian lansia masih mampu mengurus diri
sendiri, sementara sebagian lansia sangat bergantung pada “belas kasihan”
orang lain. Kebutuhan zat gizi mereka yang tergolong aktif biasanya tidak
berbeda dengan orang dewasa sehat. Namun penuaan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan jika asupan gizi tidak dijaga

Di Indonesia, prevalensi penyakit degeneratif sangat rentan terkena pada


lansia. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat
sebanyak 7,2% dari estimasi tahun 2010. Data tahun 2007-2010
menunjukkan bahwa sebanyak 81,5% penderita hipertensi menyadari
bahwa bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9% menerima pengobatan
dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan darah
sistolik). Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien stroke, dan
74% pasien congestive heart failure (CHF) menderita hipertensi dengan
tekanan darah >140/90 mmHg. Hipertensi menyebabkan kematian pada
45% penderita penyakit jantung dan 51% kematian pada penderita
penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013).

Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada rumah sakit di


Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi
(Dinkes DIY, 2013). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 menempatkan
D.I Yogyakarta sebagai urutan ketiga jumlah kasus hipertensi di Indonesia
berdasarkan diagnosis 3 dan/atau riwayat minum obat. Hal ini mengalami
kenaikan jika dibandingkan dari hasil riset kesehatan dasar pada tahun
2007, dimana D.I Yogyakarta menempati urutan kesepuluh dalam jumlah
kasus hipertensi berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat
(Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami hipertensi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk melakukakan asuhan keperawatan gerontik
dengan Hipertensi pada Ny. B di Kota Binjai Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik
dengan Hipertensi pada Ny. B
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan dengan
dengan Hipertensi pada Ny. B
c. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan gerontik
dengan dengan Hipertensi pada Ny. B
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik
dengan dengan Hipertensi pada Ny. B
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny. B dengan
Hipertensi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Lansia
1. Defenisi
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa decade.
Menurut WHO, 1998 dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks
kebutuhan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, konsep kebutuhan
tersebut dihubungkan seecara biologis sosial dan ekonomi. Lanjut usia
atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu
suatu periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode
terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang
penuh bermanfaat (Hurlock, 1999).

2. Batasan-batasan Lanjut Usia


Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang
batasan usia menurut adalah sebagai berikut: Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) adalah empat tahapan yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat dalam
UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraanlanjut usia. Menurut UU
tersebut diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila,2013).
3. Masalah-masalah Pada Lanjut Usia
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial
ekonomis. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan
mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang
dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal
ini mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan
yang memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di tandai
dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap
kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan
semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya
integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak
pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih
mempunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang
mungkin timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan
kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan
kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan
ke dalam empat besar penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi,
ketidakstabilan, gangguan mental, dan inkontinensia.

Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik.


Alasan psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan.
Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga
memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan
komplikasi sekunder (Watson, 2003). Faktor fisik yang menyebabkan
imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri pada pergerakan
artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular
yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga
terjadi ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson
dengan gejala tomor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan
penyebab imobilisasi.

Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian


ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali
lebih sering dibanding pria (Watson, 2003). Jatuh adalah suatu
kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring dan
terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat menyebabkan
imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2000).

Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan


terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan
dengan penyakit – penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga
kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah sebagai
akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian besar
lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental.
Konfusi (kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai
konsekuensi untuk semua aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang
mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak mampu
mengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga
lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi
ketidakmampuan dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia
secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas panti
dan dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat
pada lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal
ini berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi
seperti yang telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi
(Darmojo, 2000).
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-
laki. Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang
lemas, menjadi penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab
umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur
bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).

4. Teori-teori Proses Menua


Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori
psikologis. Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein,
sintesis imun, teori pelepasan, teori aktivitas, dan teori berkelanjutan.
a. Teori Biologis
Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk
membelah pada waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang
hanya dapat membelah dalam jumlah yang tertentu dan
kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel
pada lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari
laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah
akan terlihat sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan
berkurangnya umur.
Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan
terjadi ketika protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi
kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada lanjut usia, beberapa
protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
berbeda dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen
pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan
fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya
usia.
Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun
mengalami kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan
terjadinya peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker.
Terdapat juga perubahan yang progresif dalam kemampuan tubuh
untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan
pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi
terhadap stres biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit
akut dan kronik.
Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa
penyesuaian diri lanjut usia merupakan suatu proses yang secara
berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka dengan mengurangi
aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik
diri dari masyarakat.
Teori Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan
dimana teori ini berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti
terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi
waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai
kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang
telah berumur, mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti
dan mengkompensasikan dengan melakukan banyak aktivitas yang
baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan
individu daru usia pertengahan kelanjut usia.
Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana
dengan bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus
menerus mempertahankan kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang
tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya (Darmojo, 1999 dalam
Watson, 2003).

5. Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia


Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang
diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan
umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit
tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

6. Penyakit umum pada lanjut usia


Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua
(Watson,2003) yakni:
a. Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi
b. Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes melitus,
klimakterium, hipertiroid dan hipotiroid
c. Gangguan pada persendian misalnya osteoartritis, gout ataupun
penyakit kolagen lainnya
d. Berbagai macam neoplasma

B. Konsep Medis Hipertensi


1. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian
dalam arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah.
Tekanan darah tidak pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah
drastis dalam hitungan detik dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
pada saat itu (Herbert Benson,dkk,2012). Hipertensi atau yang lebih
dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik akibat
desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri.
Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah.
Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada arterial
sistemik baik diastolik maupun sistolik atau kedua-duanya secara
terus-menerus (Sutanto,2010).

2. Klasifikasi Hipertensi
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of
Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH

Kategori Tekanan Tekanan darah


darah diastol (mmHg)
sistol
(mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi 140-149 90-99
ringan)
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik ≥140 <90
terisolasi
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Sumber: (Suparto, 2010)

3. Jenis Hipertensi
Menurut Herbert Benson, dkk, berdasarkan etiologinya hipertensi
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah
hipertensi yang tidak jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan
terjadinya peningkatan kerja jantung akibat penyempitan
pembuluh darah tepi. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk
dalam kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari
faktor genetik, gaya hidup, dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit sistemik lain atau pencetus lainnya yaitu
seperti, renal arteri stenosis, hyperldosteronism, hyperthyroidism,
pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik
lainnya (Herbert Benson, dkk, 2012).
4. Manifestasi Klinis Hipertensi
Gejala-gejala hipertensi, yaitu: sakit kepala, mimisan, jantung
berdebar-debar, sering buang air kecil di malam hari, sulit bernafas,
mudah lelah, wajah memerah, telinga berdenging, vertigo, pandangan
kabur. Pada orang yang mempunyai riwayat hipertensi kontrol tekanan
darah melalui barorefleks tidak adekuat ataupun kecenderungan yang
berlebihan akan terjadi vasokonstriksi perifer yang akan menyebabkan
terjadinya hipertensi temporer

5. Pathway Hipertensi

Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, stress,


kurang olahraga, genetik, konsentrasi garam.

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak

Resistensi pembuluh darah


otak

Nyeri tengkuk/kepala

Gangguan pola tidur

Sumber : Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)


6. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena
tekanan darah.
b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh tersebut.
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan
rusaknya glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik
dan kematian.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada
hipertensi maligna. Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf pusat (Huda
Nurarif & Kusuma H, 2015).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi
ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat
di akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan adanya DM.
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).

8. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma
H, 2015).
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan
sirkulasi darah, dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot
tegang akan meningkatkan keseimbangan dan
koordinasisehingga tidur bisa lebih nyenyak dan sebagai
pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih
(obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium.Mengurangi konsumsi kafein dan
alkohol (Widyastuti, 2015).
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Identitas /Data Biografis Pasien


a. Nama : Ny.B
b. Umur : 72 tahun
c. Pendidikan terakhir : SLTP
d. Agama : Islam
e. Status perkawinan : Kawin
f. Alamat : Jl. Belimbing No.1 Binjai Barat
g. Telepon :-
h. Jenis kelamin : Perempuan
i. Orang yang paling dekat dihubungi : Ny. T
j. Hubungan dengan usila : Anak
k. Alamat : Jl. Belimbing No.1 Binjai Barat
l. Jenis kelamin keluarga : Perempuan

2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan
1) Nama : Tn.K
2) Umur : 75 tahun
3) Pekerjaan : Wiraswasta
4) Alamat : Jl. Belimbing No.1 Binjai Barat
5) Hidup/Mati : Meninggal
6) Kesehatan :-

b. Anak
1) Nama : Ny. T
2) Alamat : Jl. Belimbing No.1 Binjai Barat
3) Hidup/Mati : Hidup

3. Genogram Keluarga
Keterangan:

: Perempuan : Tinggal serumah

: Laki-laki : Penderita/pasien

: laki-laki Meninggal : Perempuan meninggal

4. Riwayat Pekerjaan
Klien tidak pernah bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga.

5. Riwayat Lingkungan
Saat ini klien tinggal dirumah bersama kedua anaknya, suami klien sudah
meninggal 5 tahun yang lalu. Klien tinggal dirumah sendiri. Rumah klien
berventilasi, luas dan bersih

6. Riwayat Rekreasi
a. Hobi / minat : Memasak
b. Keanggotaan organisasi : Klien tidak berpartisipasi di organisasi
c. Kegiatan keagamaan : Klien mengikuti kegiatan wirit setiap minggu
d. Liburan / perjalanan : Klien jarang bepergian jauh

7. Sumber/Sistem Pendukung Yang Digunakan


Klien mengatakan apabila sakit biasanya klien sering berobat di klinik yang
tidak jauh dar rumah klien

8. Kebiaasan Ritual (Beribadah)


Klien rajin dalam beribadah seperti sholat 5 waktu, mengaji atau membaca Al-
Quran.

9. Status Kesehatan Saaat Ini


a. Obat Obatan :
Klien mengkonsumsi amplodipine 5 mg 1x sehari

b. Status Imunisasai :
Tidak dapat dikaji, klien lupa mengenai status imunisasi

c. Alergi :
Klien tidak mempunyai riwayat alergi

d. Penyakit Yang Diderita :


Klien mempunyai riwayat hipertensi sudah 2 tahun ini. Klien mengeluh
sakit kepala dan nyeri pada tengkuknya, klien mengatakan sering
terbangun pada malam hari jika ingin BAK sampai 3 kali, klien tidak
dapat tidur siang, klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas (P), nyeri terasa seperti mencengkram (Q), klien
mengatakan nyeri di tengkuk (R), klien mengatakan skala nyeri 5 (S),
nyeri yang dirasakan hilang timbul (T), wajah klien tampak meringissaat
menahan nyeri.

e. Nutrisi :
Nafsu makan klien baik, klien makan 3 kali sehari

10. Status Kesehatan Masa Lalu


Klien tidak pernah mengalami sakit yang serius. Hanya pernah sakit seperti
batuk, flu, demam.

11. Tinjauan Sistem


Tinjauan Sistem
a. Keadaan umum : Sedang

b. Kesadaran : Compos mentis

c. TTV
1) TD :140/90 mmHg
2) Nadi : 90 x/menit
3) Suhu : 36,5 oC
4) RR : 20 x/menit

d. Integumen
1) Kebersihan : Baik
2) Warna : Kecoklatan
3) Kelembaban : Lembab
4) Lesi : Tidak ada
5) Turgor : Tampak keriput, elastisitas berkurang
6) Akral : Hangat
7) Pruritus : Tidak ada
8) Gangguan pada kulit : Tidak ada

e. Kepala
1) Kebersihan : Bersih
2) Kerontokan rambut : Ada
3) Warna : Putih
4) Keluhan : Klien sering sakit kepala

f. Mata
1) Konjungtiva : Tidak anemis
2) Sklera : Tidak ikterik
3) Strabismus : Tidak
4) Penglihatan
Penglihatan menurun dibuktikan dengan klien tidak bisa membaca
tulisan kecil dengan jelas jika tidak memakai kacamata
5) Peradangan : Tidak
6) Riwayat katarak : Tidak
7) Pandangan kabur : Ya
8) Nyeri tekan : Tidak
9) Keluhan
Klien mengatakan penglihatannya kabur apalagi kalau melihat orang
dari jarak jauh dan juga saat melihat tulisan al-Qur’an. Klien tidak bisa
membaca kalau tidak pakai kacamata
10) Penggunaan kacamata: Ya

g. Telinga
1) Kebersihan : Bersih
2) Peradangan : Tidak
3) Pendengaran : Baik
4) Jika terganggu, jelaskan

h. Hidung
1) Bentuk : Simetris
2) Peradangan : Tidak ada
3) Penciuman : Tidak terganggu
4) Pernafasan cuping hidung: Tidak ada
5) Nyeri tekan : Tidak
6) Obstruksi : Tidak
7) Keluhan : Tidak ada

i. Mulut
1) Kebersihan : Baik
2) Mukosa : Lembab
3) Peradangan/stomatitis : Tidak
4) Gigi geligi : Ompong
5) Radang gusi : Tidak
6) Karies : Tidak
7) Lesi : Tidak ada
8) Kesulitan mengunyah : Ya
9) Kesulitan menelan : Tidak
10) Keluhan
Jika makan-makanan yang keras klien tidak bisa mengunyah

j. Leher
1) Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak ada
2) JVD : Tidak ada
3) Kaku kuduk : Tidak ada
4) Nyeri tekan : Tidak
5) Benjolan/massa : tidak ada
6) Keluhan : Tidak ada
k. Paru-paru
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada jejas, pergerakan dada kanan dan kiri
normal
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada dada
3) Perkusi
Suara ketukan dada sonor
4) Auskultasi
Suara pernafasan vesikuler

l. Jantung
1) Inspeksi
Iktus Cordis tidak terlihat
2) Palpasi
Iktus Cordis teraba, tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi
Suara perkusi pekak
4) Auskultasi
Suara jantung S1 dan S2 normal

m. Gastrointestinal
1) Inspeksi
Bentuk simetris, tidak ada jejas atau luka
2) Auskultasi
Terdengat suara bising usus
3) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
4) Perkusi
Suara abdomen tympani

n. Genetalia
1) Kebersihan : Tidak terkaji
2) Haemoroid : Tidak ada
3) Keluhan : Tidak ada

o. Musculoskeletal
1) Kekuatan otot : 4 4
4 4

2) Postur tubuh : Membungkuk/lordosis


3) Rentang gerak : Menurun
4) Deformitas : Tidak
5) Tremor : Tidak
6) Nyeri : Tidak
7) Pembengkakan sendi : Tidak
8) Edema : Tidak
9) Penggunaan alat bantú : TIdak

p. Perkemihan
1) BAB:
Frekuensi/pola : 1x sehari
Konsistensi : Lunak
Warna & bau : kekuningan dan bau
Kesulitan : tidak ada kesulitan
Upaya mengatasi : tidak ada

2) BAK:
Frekuensi/pola : Sering
Konsistensi : cair
Warna & bau : bening, bau khas
Kesulitan : tidak ada kesulitan
Upaya mengatasi : tidak ada

q. Sistem Nervus
1) N. I (Olfaktorius)
Fungsi penghiduan atau penciuman
Ketika pasien diminta menutup mata dan penutup salah satu lubang
hidung kemudian disuruh untuk menghidu bau kopi, pasien dapat
menyebutkan dengan benar

2) N. II (Optikus)
Fungsi penglihatan
Pasien tidak dapat menyebutkan angka dalam jarak 2 meter

3) N. III, IV, VI (Okulomotoris, Troklearis, Abdusen)


Ukuran pupil kanan dan kiri sama (isokor), reflek cahaya +/+, bola
mata dapat digerakkan ke segala arah

4) N. V (Trigeminus)
Sensorik : Pasien dapat merasakan usapan kapas pada daerah pipi
dengan mata tertutup setelah dilakukan berulang-ulang

5) N. VII (Facialis)
Sensorik : Pasien dapat merasakan teh manis yang diberikan
Motorik : Pasien dapat menaikkan alis mata dan mengerutkan dahi

6) N. VIII (Akustikus)
Pasien dapat mendengarkan suara detakan jam tangan perawat ketika
diletakkan dibelakang telinga
7) N. IX (Glosofaringeus)
Kemampuan klien menelan baik

8) N. X (Vagus)
Gerakan uvula dan ketika klien mengatakan (ah), uvula letakknya di
tengah

9) N. XI (Assesorius)
Klien mampu menggerakkan bahu kanan dan kiri dengan perlahan

10) N. XII (Hypoglosus)


Klien dapat menjulurkan lidah ke luar dan gerakan lidah ke pipi kanan
dan kiri dari arah dalam dapat di lakukan.

12. Pengkajian Fugsional Klien

a. KATZ Indeks :
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
A
kecil, berpakaian dan mandi
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu
B
dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
C
mandi dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali
D
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari- hari, kecuali
E
mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari- hari, kecuali
F
mandi, berpakaian, berpindah, dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat
Lain-Lain
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, dan G
Kesimpulan: Indeks Katz klien adalah A yang artinya klien mandiri dalam
hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi

b. Modifikasi dari Barthel indeks


No Kriteria Dengan Mandiri Keterangan
. Bantuan
1. Makan 5 10 Frekuensi : 3x sehari
Jumlah : seimbang

Jenis : sayur dan lauk


2. Minum 5 10 Frekuensi : sering

Jumlah : seimbang

Jenis : air putih


3. Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15
tidur, sebaliknya
4. Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi : 2x sehari
menyisir rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet (mencuci 5 10
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi : 2x sehari
7. Jalan dipermukaan datar 0 5 Dapat berjalan dengan
baik
8. Naik turun tangga 5 10 Tidak mampu harus
dengan bantuan orang lain
9. Mengenakan pakaian 5 10 Dapat dilakukan dengan
mandiri
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : tidak pernah
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : tidak pernah
12. Olahraga/ Latihan 5 10 Frekueensi : tidak pernah
13. Rekreasi/ pemanfaatan waktu luang 5 10 Frekueensi : sering

Jenis : berkebun

Total Score : 90

Keterangan:
A. 130 : Mandiri
B. 65-125 : Ketergantungan sebagian
C. 60 : Ketergantungan Total

Kesimpulan: Barthel Indeks klien adalah ketergantungan sebagian dimana


score penilaiannya adalah 90 yang artinya klien dibantu dalam melakukan
kegiatannya seperti saat menaiki atau turun dari tangga.

c. Psikososial
1) Komunikasi dengan orang lain : Baik
2) Hubungan dengan orang lain : Baik
3) Peran dalam Kelompok : Baik
4) Kesedihan Yang dirasakan : Jarang
5) Stabilitas emosi : Sulit tidur, gelisah
6) Perhatian dari keluarga : Baik
d. Pengkajian Status Mental Gerontik
1) Indentifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan
short portable Mental Status Quisioner (SPMSQ)
Instruksi : Anjurkan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat
semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

No. Pertanyaan Salah Benar


1. Tanggal berapa hari ini? √
2. Hari apa sekarang ini? √
3. Apa nama tempat ini? √
4. Dimana alamat anda? √
5. Berapa umur anda? √
6. Kapan Anda lahir? (Minimal tahun √
lahir)

7. Siapa presiden Indonesia Sekarang? √


8. Siapa presiden Indonesia √
sebelumnya?

9. Siapa nama Ibu anda? √


10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap √
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun.

Total Skor Salah : 2

Interprestasi hasil :
A. Skor 0-3 : Fungsi intelektual
B. Salah 4-5 : Kerusakan Intelektual ringan
C. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
D. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

Kesimpulan: Dari 10 pertanyaan yang diajukan klien menjawab


pertanyaan yang salah sebanyak 2, sehingga kesimpulannya fungsi
intelektual klien utuh.

2) Indentifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan


menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE)
No Aspek Kgnitif Nilai Nilai Kriteria
Maks Klien
5 3 Menyebutkan dengan benar
Tahun
Musim
Tanggal
1 Orientasi Hari
Bulan
5 5 Dimana kita sekarang berada?
Negara Indonesia
Provinsi Sumatera Utara
Kota Binjai
Panti Werda........................
Wisma.................................
2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama objek
(oleh pemeriksaan) 1 detik
untuk mengatakan masing-
masing objek, kemudian
tanyakan kepada klien
ketiga objek tadi untuk di
sebutkan :
a. Objek .....
b. Objek ....
c. Objek ....

3 Pengelihata 5 5 Minta klien untuk memulai


n dan dari angka 100 kemudian di
kalkulasi kurangi 7 sampai 5/ tingkat
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65

4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk


mengulangi ketiga objek no
2 (registrasi) tadi. Bila benar
1 poin untuk masing-masing
objek.

5 Bahasa 9 1 Tunjukan pada klien suatu


menyalin benda dan tanyakan
gambar namanya Tunjukan pada
klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada
klien
a. Misal : jam tangan
b. Misal : pensil
3 Minta klien untuk
mengulangi kata berikut
"tak ada, jika, dan atau,
tetapi" bila benar, nilai 1
poin
Pertanyaan benar 2 buah :
tak ada, tetapi

Total nilai : 28

Interprestasi hasil :
24 - 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 - 23 : ganguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan: Dari ke 6 poin yang diajukan, klien mendapatkan skor 28


yang artinya klien tidak memiliki gangguan kognitif.

e. Inventaris Depresi Beck

Inventaris Depresi Beck


Skore Uraian
A. Kesedihan
Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak
3
dapat menghadapinya
Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak
2
dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan
3
sesuatu tidak dapat membaik
Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk
2
memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang
0
masa depan
C. Rasa Kegagalan
Saya merasa bahwa saya benar-benar gagal sebagai
3
seseorang
Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang
2
dapat saya lihat hanya kegagalan
Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada
1
umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak
3
berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari
1
waktu yang baik
Saya tidak merasa benar benar bersalah
0
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya
3
mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
Saya tidak mempunyai pikiran pikiran mengenai
0
membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
3
dan tidak perduli pada mereka semua
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
2
dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka
Saya kurang berminat pada orang lain dari pada
1
sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
2
keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang
2 permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya
tak menarik
Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak
1
menarik
Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk
0 dari pada sebelumnya

K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras
2
untuk melakukan sesuatu
Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai
1
melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

Penilaian:
0-4 : Depresi tidak ada atau minimal.
5-7 : Depresi ringan.
8-15 : Depresi sedang.
≥16 : Depresi berat.

Kesimpulan: Dari beberapa pertanyaan di atas tentang depresi didapatkan


nilai 1 dimana klien merasa keletihan dalam melakukan kegiatan yang
artinya klien tidak mengalami depresi atau depresi minimal.

f. APGAR Keluarga
APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skore
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada 2

keluarga ( teman-teman ) saya untuk


1. Adaptasi
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan

saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1

teman ) saya membicarakan sesuatu dengan


2. Hubungan
saya dan mengungkapkan masalah dengan

saya
Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman ) 1

saya menerima dan mendukung keinginan


3. Pertumbuhan
saya untuk melakukan aktivitas atau arah

baru
Saya puas dengan cara keluarga ( teman- 1

teman ) saya mengekspresikan efek dan


4. Afeksi
berespons terhadap emosi emosi saya, seperti

marah, sedih atau mencintai


Saya puas dengan cara teman-teman saya 1
5. Pemecahan
dan saya menyediakan waktu bersama-sama
Penilaian:
Pernyataan yang dijawab: selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir
tidak pernah (poin 0).
Nilai <3: disfungsi keluarga sangat tinggi.
4-6 : disfungsi keluarga sedang.

Kesimpulan: Skor APGAR keluarga yang didapatkan klien yaitu 6 yang


artinya disfungsi keluarga klien yaitu sedang.

g. Pengkajian Posisi Dan Keseimbangan (Sullivan)


No Tes koordinasi Keteran Nil
gan ai
1 Berdiri dengan postur normal 4
2 Berdiri dengan postur normal, 4
menutup mata
3 Berdiri dengan kaki rapat 4
4 Berdiri dengan satu kaki 3
5 Berdiri, fleksi trunk dan berdiri ke 3
posisi netral
6 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 3
7 Berjalan, tempatkan tumit salah satu 1
kaki didepan jari kaki yang lain
8 Berjalan sepanjang garis lurus 3
9 Berjalan mengikuti tanda gambar 3
pada lantai
10 Berjalan menyamping 3
11 Berjalan mundur 2
12 Berjalan mengikuti lingkaran 2
13 Berjalan pada tumit 1
14 Berjalan dengan ujung kaki 1
Jumlah 37
Keterangan
4 : mampu melakukan aktifitas dengan lengkap
3: mampu melakukan aktifitas dengan bantuan
2 : mampu melakukan aktifitas dengan bantuan maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktifitas

Nilai
42-54 : mampu melakukan aktifitas
28-41 : mampu melakukan sedikit bantuan
14-27 : mampu melakukan bantuan maksimal
14 : tidak mampu melakukan

Kesimpulan: Pada pengkajian posisi dan keseimbangan didapatkan nilai 37


yang artinya klien mampu melakukan aktifitas dengan sedikit bantuan
ANALISA DATA

Nama klien : Ny.B


Umur : 72 tahun
Puskesmas :

Data penunjang Masalah Kemungkinan penyebab


DS: Ansietas Gangguan pola tidur
- Klien mengatakan
memiliki penyakit
hipertensi atau tekanan
darah tinggi kurang lebih
2 tahun yang lalu
- Saat ini Ny.B masih
mengkonsumsi obat
antihipertensi rutin
- Klien mengatakan sering
terbangun pada malam
hari jika ingin BAK
sampai 3 kali.
- Klien mengatakan tidak
pernah tidur siang
- Klien mengatakan
mengalami susah tidur,
gelisah

DO:
- Klien tampak tidak tidur
di waktu siang hari.
- TD 140/90 mmHg

DS: Proses penyakit Gangguan rasa nyaman :


- Klien mengatakan sering Nyeri Kronis
pusing dan merasa sakit
pada bagian tengkuknya.
- Klien mengatakan rasa
nyeri yang dirasakan
terkadang mengganggu
aktivitasnya.

DO:
- Wajah klien tampak
meringis saat menahan
nyeri.
- Klien mengatakan nyeri
dirasakan saat terlalu
banyak melakukan
aktivitas (P)
- Nyeri terasa seperti
mencengkram (Q)
- Klien mengatakan nyeri
di tengkuk (R)
- Klien mengatakan skala
nyeri 5 (S)
- Nyeri yang dirasakan
hilang timbul (T)

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS

Nama : Ny.B
Umur : 72 Tahun
Puskesmas :

No Diagnosa Keperawatan Tanda Tangan


DX
1 Gangguan rasa nyaman nyeri kronis b/d proses
penyakit

2 Ganggun pola tidur b/d Ansietas

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Ny.B
Umur : 72 Tahun
Puskesmas :

No.D Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Tanda


X Keperawatan Standar Tangan
Kep
1 Nyeri Kronis Setelah dilakukan Pain management
b/d proses tindakan asuhan
penyakit keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
3x 12 jam nyeri dapat komprehensif.
berkurang dengan 2. Observasi reaksi non verbal dari
kriteria hasil : ketidak nyamanan.
Pain level 3. Monitor TTV
1.Nyeri berkurang dari 5 4. Ajarkan tehnik non farmakologi
menjadi 2 dengan m (relaksasi dengan tarik nafas dalam
enggunakan dan senam ergonimis)
menejemen nyeri.
2.Pasien merasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
3.TTD dalam batas
normal TD sekitar
130/80 mmHg, Nadi:
60-100x/menit,
R:20-24x/menit,
S:36,5-37°C.

2 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Monitor TTV


tidur b/d tindakan keperawatan 2. Lakukan penyuluhan tentang tekhnik
ansietas selama 3x12 jam, relaksasi otot progresif kepada klien
diharapkan masalah 3. Latih klien untuk melakukan tekhnik
insomnia Ny.B dapat relaksasi otot progresif
teratasi dengan kriteria 4. Evaluasi tekhnik relaksasi otot
hasil: progresif yang dilakukan oleh klien
1. Klien tampak
bergairah saat
mengikuti
kegiatan pagi di
panti
2. Ny.B tidak
terbangun pada
malam hari
3. Melaporkan secara
verbal bahwa
insomnia
berkurang
TINDAKAN KEPERAWATAN / IMPLEMENTASI

Nama : Ny.B
Umur : 72 Tahun
Puskesmas :

No No. DX. Tindakan Keperawatan Tanda


Kep. Tanggan
1 Nyeri Pain management
Kronis b/d
proses 1. Melakukan
penyakit pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Mengobservas
i reaksi non verbal dari ketidak nyamanan.
3. Memonitor
TTV
4. Mengajarkan
tehnik non farmakologi (relaksasi dengan tarik
nafas dalam dan senam ergonimis)

2 Gangguan 1. Memonitor TTV


pola tidur 2. Melakukan penyuluhan tentang tekhnik relaksasi
b/d ansietas otot progresif kepada klien
3. Melatih klien untuk melakukan tekhnik relaksasi
otot progresif
4. Mengevaluasi tekhnik relaksasi otot progresif
yang dilakukan oleh klien

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Ny.B
Umur : 72 Tahun
Puskesmas :

No Tgl No. DX. Evaluasi Keperawatan Tanda


Kep. Tanggan
1 13 Nyeri S:
April Kronis b/d P: klien mengatakan masih nyeri
2020 proses Q: nyeri terasa mencengkram
penyakit R: nyeri di tengkuk
S: skala 5
T: hilang timbul

O: TD: 140/90 mmHg, Nadi: 90x/menit,


,
RR: 20x/menit.
A : Masalah nyeri kronis belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
1. Kaji nyeri klien
2. Evaluasi senam ergonomis

2 13 Gangguan S:
April pola tidur Klien mengatakan senang diajarkan
2020 b/d ansietas senam relaksasi otot progresif.
O:
Klien nampak mempraktikan
relaksasi otot progresif sesuai
intruksi meskipun ada beberapa
gerakan yang kurang tepat.
TD : 140/90 mmHg
A:
Masalah keperawatan gangguan pola
tidur teratasi sebagian.
P:
Motivasi klien untuk melakukan
relaksasi otot progresif setiap
sebelum.bangun tidur.

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Ny.B
Umur : 72 Tahun
Puskesmas :

No Tgl No. DX. Evaluasi Keperawatan Tanda


Kep. Tanggan
1 14 Nyeri S:
April Kronis b/d P: klien mengatakan nyeri mulai
2020 proses berkurang
penyakit Q: nyeri terasa mencengkram
R: nyeri di tengkuk
S: skala 4
T: hilang timbul

O: TD: 140/70 mmHg, Nadi: 84x/menit,


RR: 20x/menit.
A: Masalah nyeri kronisteratasi sebagian

P:
1. Kaji nyeri klien
2. Motivasi klien untuk melakukan
senam ergonomis

2 14 Gangguan S:
April pola tidur 1. Klien mengatakan masih ada
2020 b/d ansietas beberapa gerakan yang belum di
kuasai.
2. Klien mengatakan dapat tidur
pada siang hari 15 menit tetapi
tidur pada malam hari masih
terbangun.
O:
Klien mampu melakukan gerakan
senam relaksasi progresif tetapi
masih sering lupa.
TD : 140/70 mmHg
A:
Masalah keperawatan gangguan pola
tidur teratasi sebagian

P:
Motivasi klien untuk melakukan
relaksasi otot progresif setiap hari.

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Ny.B
Umur : 72 Tahun
Puskesmas :

No Tgl No. DX. Evaluasi Keperawatan Tanda


Kep. Tanggan
1 15 Nyeri S:
April Kronis b/d P: klien mengatakan nyeri sudah
2020 proses berkurang
penyakit Q: nyeri terasa mencengkram
R: nyeri di tengkuk
S: skala 2
T: hilang timbul

O: TD: 140/80 mmHg, Nadi: 80x/menit,


RR: 22x/menit.
A: Masalah nyeri kronis teratasi sebagian

P:
1. Kaji nyeri klien
2. Motivasi klien untuk selalu
melakukan senam ergonomis

2 15 Gangguan S:
April pola tidur 1. Kli
2020 b/d ansietas en mengatakan sudah
mempraktekkan setelah bangun
tidur.
2. Kli
en mengatakan masih terbangun
di malam hari karena pipis
O:
Klien mampu mempraktekkan
kembali senam serelaksasi otot
progresif, meskipun tidak berurutan.
TD : 140/70 mmHg
A:
Masalah keperawatan insomnia
teratasi sebagian
P:
Motivasi klien untuk melakukan
relaksasi otot progresif setiap hari

DAFTAR PUSTAKA

Delta Agustin. 2015. Pemberian Massage Punggung Terhadap Kualitas


Tidur Pada Asuhan Keperawatan Ny.U dengan Stroke Non
Haemorogik di Ruang Anggrek II RSUD dr. Muwardi Surakarta.
Surakarta : Karya Tulis Stikes Kusuma Husada.
Depkes. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Hipertensi. Jakarta.
Dinas Kesehatan Sleman. 2013. Kesehatan Usia Lanjut.
http://dinkes.slemankab. go.id/kesehatan-usia-lanjut. Dikutip
pada tanggal 27 April 2016.
Herbert Benson, dkk. 2012. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia.
Huda Nurarif & Kusuma H,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi
Revisi Jilid 2. Jogja: Medi Action.
Kaplan N, M. 2010. Primary Hypertension: Patogenesis, Kaplan Clinical
Hypertension. 10th Edition: Lippincot Williams & Wilkins,
USA.
Herdman,  Heather.  2010.  Diagnosis  Keperawatan:  Definisi  dan  Klasif
ikasi  2009-2011.Jakarta : EGC
Hidayat.  2009.  Konsep  Personal  Hygiene  diakses  dalam  http://hidayat
2.wordpress.com diakses tanggal 18 Juli 2013
PPNP-SIK STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2012. Buku  Evaluasi Mahasis
wa 
KeperawatanGerontik. Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah
Padila. (2013). Keperawatan gerontik .Yogyakarta: Nuha Medika.
Philadelpia: elsevier Saunders.
Stanley, M. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (Gerontoligical
nursing : A health promotion/ protection approach).Jakarta:
EGC
Watson, R. (2003).Perawatan pada lanjut usia. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2007,Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC
WHO-ISH., 1998 World Health Organization-International Society of
Hypertension Guidelines for the Management of
Hypertension,1998

Anda mungkin juga menyukai