Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS INTERVENSI KEPERAWATAN

PEMASANGAN NASOGATRICTUBE (NGT) DALAM PEMENUHAN NUTRISI

MATA KULIAH :
Keperawatan Medikal Bedah II

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Henni Kusuma, M.Kep., Sp.KepMB

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Andika Hilman Faris 22020119183165
Victor Erich Bay 22020119183163
Yohana Hale Heret 22020119183183
Muhimatun Nasikhah 22020119183189
Pebri Emilda Nurriska 22020119183187
Subroto Yudo Negoro 22020119183177
Indra A Rahman 22020119183167
Florida Maria Lende 22020119183180

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
1. TUJUAN DAN INDIKASI PEMASANGAN NGT
Tujuan dan Indikasi pemasangan NGT diantaranya yaitu dekompresi, lavase, dan untuk
nutrisi (Proehl, 2004: Craven Hirnle , 2003) dengan penjelasan sebagai berikut :
A. Dekompresi lambung
Dekompresi lambung yaitu mengeluarkan cairan dan gas dari saluran
gastrointestinal/lambung dengan mengalirkan isi lambung , melepaskan abdomen, dan
intestinal dari tekan yang diakibatkan oleh akumulasi cairan dan udara gastrointestinal.
Dekompresi lambung diindikasikan untuk obstruksi bowel, untuk ileus paralitik, dan
saat operasi pada area abdomen atau intestinal akan dilakukan. Dalam setiap situasi
akumulasi cairan dan udara/gas baik itu yang aktual maupun yang masih beresiko
dapat menyebabkan distensi abdomen, rasa tidak nyaman pada pasien, serta
kemungkinan gangguan fisiologis yang serius. Selang biasanya terus dipasang sampai
fungsi bowel kembali normal.
B. Lavase lambung
Lavase lambung yaitu irigasi lambung pada kasus pendarahan aktif, keracunan,
dilatasi lambung. Pada saat kasus keracunan yang tidak sengaja ataupun disengaja atau
pada kasus overdosis obat. Pengeluaran isi lambung pada pasien yang sedang
perdarahan saluran makan bagian atas. Jika pasien tidak dapat menelan obat-obatan
emetik levesi lambung dapat dilakukan. Tindakan lavase lambung dilakukan dengan
cara memasukkan NGT untuk mengaspirasi isi lambung dan memasukkan normal
salin ke dalam lambung untuk melarutkan substansi racun.
C. Feeding (Pemberian nutrisi)
Pasien yang tidak mampu mendapatkan nutris adekuat melalui oral, makanan cair
dapat dimasukkan ke lambung melalui NGT. Tipe pemberian makan ini juga disebut
nutrisi internal. NGT yang digunakan untuk pemberian makanan dimaksudkan untuk
dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama dibandingkan dengan NGT yang
digunakan untuk dekompresi atau lavase. Bentuknya lebih ramping dan dibuat dari
bahan yang lebih lentur.
D. Diagnostik
Pemasangan NGT juga dapat membantu diagnosis dengan analisa cairan isi lambung.

Sedangkan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018), secara umum


diagnosa yang bisa diberikan intervensi terkait Pemasangan NGT (Insersi Selang
Nasogatrik dan Pemberian Makanan Enteral) adalah sebagai berikut :
A. Defisit Nutrisi
B. Defisit Perawatan Diri
C. Diare
D. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
E. Gangguan Menelan
F. Hipervolemia
G. Hipovolemia
H. Kesiapan Peningkatan Nutrisi
I. Konstipasi
J. Perlambatan Pemulihan Pascabedah
K. Risiko Aspirasi
L. Risiko Berat Badan Lebih
M. Risiko Defisit Nutrisi
N. Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
O. Risiko Gangguan Pertumbuhan
P. Risiko Hipovolemia Risiko Ketidakseimbangan Cairan
Sedangkan kontraindikasi pemasangan NGT meliputi :
A. Klien dengan maxillofacial injury atau fraktur basis cranii fossa interior
B. Klien dengan riwayat striktur esofagus dan varises esofagus
C. Klien dengan tumor esofagus

2. ALAT DAN BAHAN


A. Selang NGT jenis levin dengan bahan poliuretan dan bahan yang dapat terlihat dengan x
ray/radio opaque (biasanya ukuran 12 Fr, 14 Fr, 16 Fr, atau 18 Fr)
B. Perlak perlindungan linen atau handuk
C. Tisu wajah
D. Bengkok untuk tempat muntah
E. Penlight
F. Plester hipoalergik sebanyak 1 atau 2 buah
G. Sarung tangan bersih
H. Lubrikan yang bersifat larut air
I. Gelas berisi air dan sedotan
J. Stetoskop
K. Spatel lidah
L. Kateter tip atau spuit 50 cc
M.Peralatan suction jika diperlukan

3. PRINSIP DAN LANGKAH PROSEDUR BERDASARKAN NURSING


INTERVENTION CLASSIFICATION
A. Verifikasi bahwa pasien tidak ada kontra indikasi untuk memasang di hidung
(misalnya patah tulang tengkorak dasar; trauma wajah, hidung atau sinus; esophageal
varices atau stricture; atau pembekuan darah tidak normal)
B. Pilih tipe dan ukuran dari selang yang mau dimasukkan (misalnya selang kecil
digunakan untuk makan dan memberikan pengobatan, sementara selang besar
digunakan untuk drainase lambung; beberapa memiliki sistem petunjuk magnetik)
C. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional penggunaan selang nasogatrik
D. Tempatkan pasien dalam posisi terlentang dengan bagian kepala tempat tidur di
tinggikan paling tidak 30 derajat jika tidak ada kontra indikasi
E. Tentukan panjang dari selang untuk dimasukkan kedalam perut dengan mengukur
selang dari bagian atas dari hidung kebagian atas dari daun telinga dan dasar dari
tulang xiphoid
F. Tambahkan panjangnya jika selang dilewatkan melalui spinchter pylorik
G. Sediakan untuk pasien segelas air untuk menelan selama di insersi dengan tepat
H. Lubrikasi ujung dari selang dengan air atau water soluble jelly
I. Insersi selang ke dalam lubang hidung sampai melalui dasar dari lubang hidung ke
bagian posterior pharynx
J. Instruksikan pasien untuk menelan dan lanjutkan dorongan selang sampai tanda yang
sudah ditentukan
K. Posisikan pasien pada sisi kanan untuk memfasilitasi pergerakan dari selang ke dalam
duodenum dengan tepat
L. Berikan pengobatan untuk meningkatkan peristalsis, dengan tepat
M. Berikan persiapan kulit untuk permukaan hidung dan wajah diarea selang diamankan
N. Lekatkan selang dengan aman ke hidung sehingga selang tidak menekan kulit dari
lubang hidung
O. Catat kedalaman selang
P. Label selang dengan tanggal dan jam dari saat memasang
Q. Dapatkan radiograph untuk mengkonfirmasi penempatan selang pada selang
pencernaan
4. DAMPAK NEGATIF YANG MUNCUL DAN ANTISIPASI
Komplikasi-komplikasi dapat terjadi akibat trauma mekanik selama proses pemasangan
awal NGT maupun penempatan NGT yang tidak tepat antara lain:
A. Distres Nafas
Menurut Thomsen, Shaffer, et all (2006) Distres nafas pada pemasangan awal NGT
terjadi akibat penempatan posisi pasien serta teknik pemasangan NGT yang tidak
tepat. Ini dapat dicegah dengan memposisikan pasien pada posisi fowler atau sniffing
serta melakukan setiap tahapan prosedur pemasangan NGT dengan berurutan, serta
yang paling penting adalah konfirmasi letak pipa. Penangan awal bila muncul tanda-
tanda distres nafas adalah dengan segera menarik keluar NGT
B. Malposisi NGT
Menurut Barbara & Nelson , serta Thomsen, Shaffer, et all (2006), , hindari
melakukan pemasangan NGT pada pasien trauma maksilofasial yang dicurigai
mengalami fraktur pada cribiformis plate
C. Ketidaknyamanan Pasien
Menurut Barbara & Nelson , serta Thomsen, Shaffer, et all (2006) , pasien merasa
tidak nyaman dapat diatasi dengan pemberian nasal dekongestan dan anastesi topikal
dengan menggunakan lidokain 4 persen ke dalam mukosa hidung serta sprai lidokain 4
persen atau benzocaine langsung ke posterior orofaring. Alternatif lain dengan
menggunakan nebulizer yang mengandung lidocain 4 persen, sehingga baik mukosa
hidung dan mulut teranastesi baik
D. Epistaksis Masif
Menurut Williams & Wilkins (2004), epistaksis masif dapat menyebabkan gangguan
pada jalan nafas, sehingga memerlukan pemasangan tampon. Risiko komplikasi ini
dapat dikurangi dengan melakukan teknik pemasangan NGT yang tepat yaitu dengan
menelusuri dasar hidung menuju ke arah telinga saat mendorong masuk NGT untuk
mengurangi terjadinya turbinasi dan nyeri serta epistaksis. Menurut Barbara &
Nelson , serta Thomsen, Shaffer, et all (2006) hal ini bisa dicegah dengan memberikan
nasal dekongestan seperti oxymethazoline atau phenylephrine untuk vasokonstriksi
pembuluh darah mukosa hidung juga dapat dilakukan sebelum pemasangan NGT.
E. Pneumonia Aspirasi
Menurut Barbara & Nelson, pneumonia aspirasi terjadi akibat aspirasi isi lambung saat
pasien muntah , ini dapat dicegah dengan memposisikan pasien dengan baik, bila perlu
lakukan intubasi saluran napas tidak lapang terutama pada pasien yang tidak sadar.
Menelan yang gentle dan cepat saat pemasangan NGT juga akan mengurangi sensasi
ingin muntah
F. Pneumonitis
Menurut Barbara & Nelson, pneumonitis dapat terjadi akibat pemberian makanan atau
obat melalui pipa yang posisi atau letaknya setinggi trakea. Selain itu menurut Kozier
Barbara, et all (2004) , Williams & Wilkins (2004) cara mencegah terjadinya
pneumonitis yaitu dengan pemakaian lubrikan yang larut dalam air, karena akan
diserap dengan baik bila saat pemasangan NGT, pipa masuk ke dalam saluran
pernapasan dibandingkan dengan menggunakan lubrikan yang larut dalam minyak
G. Hipoksemia
Menurut Barbara & Nelson, hipoksemia terjadi akibat obstruksi saluran napas karena
penempatan NGT yang kurang tepat.

5. EVALUASI BERDASARAKAN NURSING OUTCOME CLASSIFICATION (NOC)


Evaluasi keefektifan pemasangan NGT dapat dinilai dengan pencapaian indikator
pemasangan NGT dalam menyelesaikan masalah pemenuhan nutrisi sesuai dengan
keadaan klien. Berdasarkan buku NOC edisi keenam (2018), klasifikasi luaran
keperawatan mengenai Status Nutrisi memiliki indikator berupa Asupan Gizi, Asupan
Makanan, Asupan Cairan, Energi, Rasio berat badan/tinggi badan, serta Hidrasi dengan
skala luaran keseluruhan dari 1-5.

6. HASIL RISET TERKINI MENGENAI PROSEDUR PEMASANGAN NGT


A. Berdasarkan Indian Journal of Critical Care Medicine (2016), SORT maneuver
merupakan teknik dengan pendekatan yang masuk akal untuk insersi NGT pada klien
dengan masalah Piriform Sinus dan Kartilago Arytenoid.
B. Berdasarkan Medistudents (2018) pada tahap ke 8 & 9 pemasangan NGT untuk
memastikan bahwa selang NGT sudah masuk kedalam lambung adalah dengan cara
mengaspirasi cairan tersebut dan diuji tingkat keasaman menggunakan kertas indikator
pH.

Anda mungkin juga menyukai