Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PATOFISIOLOGI PENYAKIT MENULAR

“PENYAKIT INFEKSI KULIT”

Di Susun Oleh :

Nisa Nurjanah 18051334023

Hafiza Zulfa A. 18051334024

Septian Rachma A. 18051334032

Danti Latifah S. 18051334034

FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

S1 GIZI A

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2020
PENYAKIT INFEKSI KULIT

penyakit menular adalah gangguan yang disebabkan oleh organisme seperti bakteri,
virus, jamur, atau parasit yang bisa menular dari satu orang ke orang yang lain. Penularan
dari penyakit ini biasanya terjadi bila ada kontak antara orang yang sakit dengan orang lain.
Salah satu penyakit menular yaitu penyakit infeksi kulit.

Infeksi kulit adalah suatu gangguan pada kulit yang dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, atau parasit. Infeksi kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya
faktor lingkungan dan kebiasaan hidup sehari-hari. Lingkungan yang sehat dan bersih akan
membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan
menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit. Seseorang yang menderita infeksi
kulit bisa mengalami gejala yang beragam, mulai dari ringan hingga berat. Infeksi kulit
ringan umumnya dapat diatasi dengan penggunaan obat yang dijual bebas dan perawatan di
rumah. Namun pada kasus infeksi kulit berat, penanganan dari dokter sangat dibutuhkan.

CONTOH PENYAKIT INFEKSI KULIT

SKABIES/KUDIS

A. Pengertian
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
Sarcoptes scabiei var. hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas
Arachnida, ordo Acarina, famili Sarcoptidae. Beberapa kelompok yang memiliki
kerentanan dan lebih berisiko untuk terinfeksi adalah anak-anak/usia muda, dewasa
muda yang aktif secara seksual, penghuni rumah jompo, fasilitas kesehatan jangka
panjang, sekolah berasrama, dan tempat huni lain yang ramai dengan kebersihan
rendah, sistem kekebaan tubuh yang rendah, pendapatan keluarga yang rendah,
kebersihan yang buruk seperti berbagi pakaian dan handuk serta frekuensi mandi yang
jarang.
Scabies disebabkan oleh Sarcoptes scabiei, tungau ini berbentuk bundar dan
mempunyai empat pasang kaki . Dua pasang kaki dibagian anterior menonjol keluar
melewati batas badan dan dua pasang kaki bagian posterior tidak melewati
batas badan. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneumdan
lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah
Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi
hypopi yakti sarcoptes muda dengan tiga pasang kaki. Akibat terowongan yang digali
Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita
mengalami rasa gatal, akibatnya penderita menggaruk kulitnya sehingga terjadi
infeksi ektoparasit dan terbentuk kerak berwarna coklat keabuan yang berbau anyir.
Sarcoptes scabiei bertahan hidup dengan menjadi benalu di kulit manusia, dan akan
mati dalam beberapa hari tanpa manusia
B. Patofisiologi
Kelainan kulit yang disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Saat terjadi kontak kulit yang kuat yang
menyebabkan lesi timbul di pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap secret dan eksret tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setela infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat
lebih luas dari lokasi tungau. Infestasi dimulai saat tungau betina telah dibuahi tiba-
tiba di permukaan kulit. Tungau dan produk-produknya menyebabkan iritan yang
akan merangsang system imun tubuh untuk mengerahkan komponen-komponennya
(Habif, 2003).
Dalam beberapa hari pertama, antibodi dan sel sistem imun spesifik lainnya
belum memberikan respon. Namun, terjadi perlawanan dari tubuh oleh sistem imun
non spesifik yang disebut inflamasi. Tanda terjadinya inflamasi ini antara lain
timbulnya kemerahan pada kulit, panas, nyeri, dan bengkak. Hal ini disebabkan
karena peningkatan persediaan darah ke tempat inflamasi yang terjadi atas pengaruh
amin vasoaktif seperti histamine, triptamin dan mediator lainnya yang berasal dri sel
mastosit. Mediator-mediator inflamasi itu juga menyebabkan rasa gatal di kulit.
Molekul-molekul seperti prostaglandin dan kinin juga ikut meningkatkan
permeabilitas dan mengalirkan plasma dan protein plasma melintasi endotel yang
menimbulkan kemerahan dan panas. Faktor kemotaktik yang diproduksi seperti C5a,
histamine, leukotrien akan menarik fagosit. Peningkatan permeabilitas vaskuler
memudahkan neutrofil dan monosit memasuki jaringan tersebut. Neutrofil datang
terlebih dahulu untuk menghancurkan/ menyingkirkan antigen. Meskipun biasanya
berhasil, tetapi beberapa sel akan mati dan mengeluarkan isinya yang juga akan
merusak jaringan sehingga menimbulkan proses inflamasi. Sel mononuklear datang
untuk menyingkirkan debris dan merangsang penyembuhan (Baratawidjaja, 2007).
Bila proses inflamasi yang diperankan oleh pertahanan non spesifik belum
dapat mengatasi infestasi tungau dan produknya tersebut, maka imunitas spesifik akan
terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang
diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun
lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Selanjutnya akan terjadi antibody-
dependent cellular mediated cytotoxicity (ADCC). Lisis antigen dapat terjadi karena
aktivasi komplemen yang berikatan dengan bagian Fc antibodi (Kresno, 2007).
C. Gejala
Kudis ditandai dengan munculnya rasa gatal hebat, terutama saat malam hari, disertai
timbulnya ruam bintik-bintik menyerupai jerawat. Ruam yang muncul juga dapat
berupa lepuhan kecil dan bersisik. Pada anak-anak dan orag dewasa, gejala tersebut
dapat muncul pada area ketiak, sekitar payudara, puting, siku, pergelangan tangan,
sela-sela jari dan telapak tangan, pinggang, sekitar kelamin, bokong, lutut, telapak
kaki. Sedangkan pada bayi, balita, dan lansia, gejala dapat muncul di area kepala,
wajah, leher, tangan, telapak kaki.
D. Cara Penularan
Penularan tungau Sarcoptes scabiei terjadi melalui 2 cara, yaitu:
- Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan
hal tersering, sedangkan pada anakanak penularan didapat dari orang tua atau
temannya.
- Kontak tidak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur,
pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan.
Namun demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang
peranan penting dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan
utama adalah selimut
E. Pencegahan
Cara paling ampuh untuk mencegah kudis adalah dengan menjaga diri agar
tidak terpapar tungau Sarcoptes scabiei, baik melalui kontak langsung dengan
penderita atau secara tidak langsung. Sedangkan bagi penderita, hal yang bisa
dilakukan agar tidak menularkan kepada orang lain yaitu:
- Bersihkan semua pakaian atau barang pribadi menggunakan sabun dan air hangat.
Lalu, keringkan di udara yang panas.
- Bungkus dengan plastik barang yang berpotensi terkontaminasi tungau. Lalu,
letakkan di tempat yang jauh dari jangkauan. Tungau yang terdapat di barang
tersebut akan mati dalam beberapa hari.
F. Pengobatan
Pengobatan scabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower dengan
air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan
lain adalah dengan mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia
organik maupun non organik pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan
didiamkan selama 10 jam. Alternatif lain adalah mandi denga sabun sulfur/belerang
karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian
sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering. Pengobatan
scabies harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang scabies agar tidak
tertular kembali penyakit scabies.
G. Asuhan Gizi pada Penderita

1. Hindari makanan pemicu reaksi alergi : reaksi alergi akan menyebabkan rasa gatal
parah pada kulit yang mengalami kudis. Perlu menghindari beberapa makanan pemicu
alergi umum yang bisa meningkatkan gejala gatal kudis, antara lain:
 Susu dan produk susu seperti keju dan mentega

 Kacang-kacangan

 Telur

 Makanan laut seperti kerang, udang, ikan dan lainnya

 Makanan tinggi gula

 Makanan berlemak

2. Hindari makanan yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh

Risiko kudis akan meningkat bila sistem kekebalan tubuh menurun. Sistem
Sistem kekebalan tubuh bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh dari
organisme patogen, termasuk tungau kudis. Ketika tubuh mengenali adanya bahaya,
sistem kekebalan tubuh akan merespon dengan melepaskan sel darah putih dan
senyawa kimia lainnya ke dalam darah untuk melindungi sel dan jaringan tubuh yang
terancam. Hindari konsumsi makanan yang dapat mengganggu sistem kekebalan
tubuh seperti makanan yang kaya akan lemak jenuh, termasuk konsumsi terlalu
banyak garam dan gula. Untuk mempertahankan fungsi kekebalan tubuh, sebaiknya
mengonsumsi makanan yang bergizi. Perbanyaklah konsumsi buah dan sayuran yang
kaya akan vitamin C dan E.

VARICELLA

A. Pengertian

Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular, disebabkan oleh
Varicella Zooster Virus (VZV), yang menyerang kulit dan mukosa, dan ditandai
dengan adanya vesikel-vesikel (Straus & Oxman, 2004). Di 6onger barat kejadian
varisela terutama meningkat pada musim dingin dan awal musim semi, sedangkan di
Indonesia virus menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke musim
hujan atau sebaliknya. Namun, varisela dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi
penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di
dalam satu sekolah (Harahap, 2009; Handoko, 2010). Penyakit cacar air atau dalam
istilah medis disebut varicella adalah infeksi yang disebabkan virus Varicella zoster.
Penderita yang terinfeksivirus ini ditandai dengan munculnya ruam kemerahan
berisicairan yang sangat gatal di seluruh tubuh.Pada sebagian besar penderitanya,
cacar air merupakan penyakit ringan, khususnya setelah digalakkan program vaksinasi
cacar air pada pertengahan tahun 1990-an. Kendati demikian, cacar air tetap dapat
menimbulkan komplikasi yang lebih serius pada penderita yang memiliki 6onger
kekebalan tubuh lemah, misalnya penderita HIV/AIDS.

Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-9


tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit
setelah terjadi penularan. Varisela menular melalui 6onger saluran pernapasan,
percikan ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, 6ongeri, dan secara
transplasental. Individu dengan zoster juga dapat menyebarkan varisela. Masa
inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 – 48 jam sebelum lesi
kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari (Handoko, 2009;
Harahap, 2010 ; Sterling & 6onge, 2006). Varicella Zooster Virus masuk melaui
saluran pernapasan atas, atau setelah penderita berkontak dengan lesi kulit, selama
masa inkubasinya terjadi viremia primer. Infeksi mula-mula terjadi pada selaput
7onger saluran pernapasan atas kemudian menyebar dan terjadi viremia primer. Pada
viremia primer ini virus menyebar melalui peredaran darah dan 7onger limfa
(Handoko, 2010).

Manifestasi klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal,


stadium erupsi. Pada stadium prodormal, individu akan merasakan demam yang tidak
terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala anoreksia, dan malaise.
Kemudian menyusul stadium erupsi, timbul ruam-ruam kulit “ dew drops on rose
petals” tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan
dan ekstremitas. Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari pusat). Makula kemudian
berubah menjadi papula, vesikel, 7ongeri, dan krusta. Erupsi ini disertai rasa gatal.
Perubahan ini hanya berlangsung dalam 8-12 jam, sehingga varisela secara khas
dalam perjalanan penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam
waktu yang bersamaan, ini disebut polimorf (Sterling & 7onge, 2006).

B. Patogenesis

Masa inkubasi varicella 10 – 21 hari pada anak imunokompeten (rata – rata


14 – 17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu
kurang dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari
sekresi pernafasan (droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit.
Droplet infection dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul
lesidikulit.VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan
bagian atas, orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi
pada hari ke 2 – 4 yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti
penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang
mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 – 6 setelah
infeksi pertama). Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus
tersebut dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang
sehingga akan berlanjut dengan siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar
dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel
virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16,
yang mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas.Seorang anak yang menderita
varicella akan dapat menularkan kepada yang lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5
hari setelah timbulnya lesi di kulit.

Selama terjadinya varicella, VZV berpindah tempat dari lesi kulit dan
permukaan mukosa ke ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan secaracentripetal
melalui serabut syaraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi
infeksi laten (dorman), dimana virus tersebut tidak lagi menular dan tidak
bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi
infeksius apabila terjadi reaktivasi virus. Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan
oleh keadaan yang menurunkan imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma,
penderita yang mendapat pengobatan immunosuppressive termasuk kortikosteroid
dan pada orang penerima organ transplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi, virus akan
kembali bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion
sensoris. Kemudianvirusakanmenyebarkesumsumtulangsertabatangotakdanmelalui
syaraf sensoris akan sampai kekulit dan kemudian akan timbul gejala klinis.

C. Gejala

Gejala cacar air adalah ruam merah di perut atau punggung. Selain itu, cacar
air juga ditandai dengan beberapa gejala lain seperti: Demam, Pusing, Lemas, Nyeri
tenggorokan, Rasa mual dan tubuh terasa tidak segar, Tidak nafsu makan, Rasa nyeri
atau sakit pada otot. Pengidap cacar air biasanya menjalani tiga tahap perubahan pada
ruam, yaitu: Ruam menjadi bentol-bentol kecil yang gatal, Bentol tersebut akan terisi
cairan dan terasa gatal, dan Bintil akan 8ongering dan menjadi koreng yang
mengelupas. Setelah 1-2 hari. Tidak semua bintil cacar air melewati ketiga tahap
tersebut bersamaan. Umumnya, 8ongerin bintil yang sudah 8ongering tetapi bintil
yang lain masih basah.

D. Penyebab dan Faktor Resiko

Penyebab utama penyakit cacar air adalah virus varicella zoster ini ditandai
dengan munculnya ruam pada kulit sebagai gejala utamanya. Ruam tersebut berubah
menjadi bintil merah berisi cairan yang terasa gatal yang kemudian akan 8ongering,
menjadi koreng, dan terkelupas dalam waktu 7 hingga 14 hari. Umumnya, bintil cacar
air akan tumbuh pada wajah, kulit kepala, dada, belakang telinga, perut, lengan dan
juga kaki. Cacar air disebabkan oleh virus, yang mudah menular melalui percikan
ludah, serta kontak langsung dengan cairan yang berasal dari ruam. Penyakit ini lebih
rentan menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Selain itu, ada beberapa 9onger
lain yang dapat meningkatkan risiko cacar air, di antaranya: Belum pernah mendapat
imunisasi cacar air, Belum menerima vaksin cacar air, terutama ibu hamil, Bekerja di
tempat umum, seperti di sekolah atau rumah sakit.

Cacar air memang bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi hal itu tidak berlaku
untuk segala jenis cacar air. Terdapat gejala yang perlu diperhatikan seperti bintil-
bintil di kulit, atau jika anak mengalami muntah, leher kaku, kejang, serta menjadi
sulit berjalan, bicara, dan menjaga keseimbangan tubuhnya. Segera hubungi dokter
jika kondisi cacar air anak makin serius. Orang dewasa yang mengidap cacar air
memiliki kecendrungan untuk berisiko mengalami komplikasi dan memiliki gejala
yang lebih parah. Pengobatan bisa dilakukan secara efektif menggunakan antivirus 
jika diberikan 24 jam pertama jika bintil-bintil air muncul di awal. Obat penangkal
virus tersebut tentu saja diberikan kepada pengidap cacar air yang berusia dewasa.
Komplikasi cacar air yang serius rentan terjadi pada orang dengan 9onger kekebalan
tubuh yang lemah, bayi yang baru lahir, dan juga wanuta hamil. Jika mereka terpapar
virus cacar air, dan mengalami gejalanya, maka sebaiknya mencari bantuan medis
secepatnya.

E. Pengobatan dan Pencegahan

Pengobatan cacar air bertujuan untuk mengurangi keparahan gejala yang


dialami oleh pasien, dengan atau tanpa bantuan obat. Ada beberapa pengobatan
mandiri yang bisa dilakukan untuk meringankan gejala, yaitu: Perbanyak minum dan
mengonsumsi makanan yang lembut, Tidak menggaruk ruam atau luka cacar air,
Mengenakan pakaian berbahan lembut dan ringan. Sebagai upaya pencegahan
penyakit cacar air, dianjurkan untuk melakukan vaksinasi cacar air atau vaksin
varicella. Di Indonesia sendiri, vaksinasi cacar air tidak termasuk dalam daftar
imunisasi rutin lengkap, tapi tetap dianjurkan untuk diberikan.

Penularan cacar air mudah dan cepat terjadi. Langkah pencegahan cacar air
terhadap penyebaran pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mengisolasi
pengidap cacar air dari tempat-tempat umum, seperti sekolah atau kantor. Terutama 1–
2 hari sebelum kemunculan ruam hingga 1 minggu ke depan setelah awal munculnya
ruam (ketika bintil-bintil telah 10ongering dan menjadi koreng).

F. Asuhan Gizi pada Penderita

1. Jus buah segar pada menu makanan penderita. Jus membantu menghidrasi
tubuh sedangkan nutrisi pada buah akan meningkatkan sistem kekebalan
tubuh. Buah-buahan seperti jeruk, semangka, kiwi, pisang dan buah pir
mempercepat proses penyembuhan jaringan kulit yang terluka pada fase
penyembuhan.

2. Menu makanan harus seimbang dan sehat. Tingkatkan asupan sayur-sayuran


dan buah-buahan, hindari makanan cepat saji, terutama makanan dengan nilai
gizi rendah. Sayur-sayuran seperti wortel, bayam, mentimun, brokoli, tomat
dianjurkan selama menderita cacar air. Bayam mengandung kecukupan zink
yang dibutuhkan oleh tubuh.
REFERENSI

https://www.alodokter.com/infeksi-kulit

https://www.slideshare.net/septianbarakati/makalah-penyakit-kulit-42313021

https://www.alodokter.com/kudis

http://klikfarmasi.com/artikel-ilmiah/skabies-kudis/

https://pandidikan.blogspot.com/2016/05/penyakit-skabies.html

https://www.alodokter.com/cacar-air

PDF DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

https://www.halodoc.com/kesehatan/cacar-air

Artikel Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

https://analisadaily.com/berita/arsip/2014/6/22/40666/aspek-gizi-pada-cacar-air-
varisela/

Anda mungkin juga menyukai

  • Mgm-Gizi Olahraga
    Mgm-Gizi Olahraga
    Dokumen16 halaman
    Mgm-Gizi Olahraga
    Danti Latifah
    Belum ada peringkat
  • Kasus NCP
    Kasus NCP
    Dokumen2 halaman
    Kasus NCP
    Danti Latifah
    Belum ada peringkat
  • NCP Kasus
    NCP Kasus
    Dokumen22 halaman
    NCP Kasus
    Danti Latifah
    Belum ada peringkat
  • Diagnosa
    Diagnosa
    Dokumen19 halaman
    Diagnosa
    Danti Latifah
    Belum ada peringkat
  • Tugas NCP New
    Tugas NCP New
    Dokumen5 halaman
    Tugas NCP New
    Danti Latifah
    Belum ada peringkat
  • Obat Git
    Obat Git
    Dokumen19 halaman
    Obat Git
    Danti Latifah
    Belum ada peringkat