Anda di halaman 1dari 6

Tugas Perbandingan Hukum Perdata

Membuat Resume dari Jurnal “The Civil Law and the Common Law : Some Point of
Comparison”

Made wahyu Arthaluhur

1306450172

Perbandingan Hukum perdata Reguler

Ketertarikan dari sarjana hukum terhadap sistem hukum selain sistem hukum mereka sendiri
serta terhadap comparative law (perbandingan hukum) sudah ada sejak dulu. Sejarah hukum
Eropa barat dan negara negara yang menerima sistem hukum mereka, dapat ditemukan dua
sistem hukum besar yang sering dianggap sebagai dasar dari studi perbandingan hukum. Namun
tentu saja terdapat sistem hukum - sistem hukum lainnya seperti pada beberapa negara asia,
negara - negara soviet, ataupun pada negara negara eropa yang termasuk negara negara
skandinavia.

Kejadian kejadian sejarah menjadi sebab adanya kesamaan dan perbedaan dalam suatu sistem
hukum. Pada negara negara dengan peradaban barat, dua sistem hukum besar, yang paling
dikenal adalah sistem hukum civil law dan sistem hukum common law, dengan contoh negaranya
adalah Prancis dan Inggris.

Pembahasan artikel ini tidak bermaksud untuk mengesampingkan pentingnya sistem hukum yang
lain. Bahkan haruslah diketahui bahwa terdapat perbedaan diantara negara - negara penganut dua
sistem hukum paling dikenal tersebut, seperti hukum Prancis dengan hukum Jerman, atau hukum
Inggris dengan hukum Amerika Serikat. Namun demikian masing - masing dari dua sistem besar
ini, civil law dan common law, terdapat karakteristik - karakteristik tertentu serta atribut - atribut
umum yang dapat menjadi pembeda.

Untuk membedakan civil law dan common law sebagai sistem hukum dapat digunakan metode -
metode seperti menemukan hal - hal atau poin - poin yang menjadi perbedaan, sejarah sistem
hukum tersebut serta perkembangannya, dari sudut pandang social dan ekonomi, yang mana
metode - metode ini. Namun ada juga pendapat yang menyatakan saat ini sudah tidak ada
perbedaan yang jelas antara kedua sistem hukum ini, yang disebabkan perkembangan
masyarakat. Terdapt juga di beberapa daerah dimana kedua sistem hukum ini berjalan dalam satu
negara, yang sering disebut sebagai “mixed jurisdiction” seperti pada Lousiana, Quebec,
Skotlandia, dan Afrika Selatan.

I. Sejarah dan Perkembangannya

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam memahami civil law dan common law
adalah melihat dengan sekilas terhadap sejarah dan perkembangannya. Terminologi civil law
berasal dari kata Latin “jus civile” yang diciptakan oleh bangsa Romawi sebagai hukum dimana
hanya Orang - orang Romawi saja yang memiliki privilese terhadap hukum ini, serta orang orang
lainnya berlaku “ius gentium”. Seringkali juga disebutkan bahwa negara - negara civil law adalah
mereka yang sistem hukumnya mengadopsi dari hukum romawi. Perkembangannya dapat dilihat
setidaknya seribu tahun dari awal mula adanya hukum tertulis dalam twelve tables sampai pada
selesainya kodifikasi dan kompilasi Justinian. Kemudian pada abad pertengahan hukum romawi
ini meredup pada negara negara di eropa, dan kembali muncul pada waktu yang berbeda dan
dengan cara yang berbeda - beda seperti modifikasi atau diinterpretasikan kembali. Pada abad 18
dan 19 hukum romawi mendapat apresiasi yang mendalam dari para sarjana hukum. Puncaknya,
adalah pada saat terdapat beberapa unifikasi politik eropa barat yang menuntun kepada unifikasi
hukum privat dalam gerakan nasional kodifikasi, khususnya di Prancis dan di Jerman.

Common law sebagai sistem hukum diidentikan dengan asalnya serta perkembangannya
di Inggris, yang mana lahir dari sistem yang feudal dan insiden - insiden yang terjadi karenanya.
Aspek penyelesaian sengketa dalam sistem ini dilaksanakan secara kedaerahan, yang mana tiap
daerah bertindak secara independen. Hak dan kewenangan suatu individu mengalir dari status
personalnya dalam sistem. Kemudian raja menginginkan kekuatan yang lebih sentral, namun
ternyata nmalah menimbulkan konflik dengan penguasa penguasa daerah. Raja dalam hal ini
membuat pengadilan sendiri dengan hakim - hakim yang berada pada seluruh negeri, namun
pengadilan ini hanya dalam kompetensi - kompetensi tertentu saja. Pengadilan - pengadilan ini
awalnya tidak diterima dengan baik oleh masyarakat. Kemudian dibuatlah peraturan yang
seragam dengan menyusun norma dasar yang biasa (common) atau dikenal di seluruh negeri,
yang kemudian menjadi bentuk hukum yang umum dan dikenal sebagai common law.
Perkembangan ini terjadi sebelum adanya perkembangan parlemen. Setelah fungsi legislasi
menjadi penting, ada suatu tahap dimana terdapat kecemburuan oleh pihak pengadilan oleh
karena penerapan produk legislasi yang harus diterapkan dalam pengadilan, serta dalam keadaan
terdapat keraguan terhadap produk legislasi tersebut produk legislasi hanya memberikan
interpretasi yang sempit untuk meminimalisasi perambahan pada common law. Kemudian ada
juga istilah “equity” yang dibedakan dengan istilah “law” tapi merupakan tambahan terhadap
“law”. Equity ini diterapkan dalam suatu pengadilan yang dikenal sebagai Court of Chancery.
Adanya equity ini bertujuan untuk menutupi kelemahan - kelemahan common law dalam hal
common law tidak mampu untuk menanggapi kebutuhan masyarakat.

II. Peraturan Perundang - Undangan dan keputusan - keputusan yudisial

Referensi untuk perbandingan lainnya selain sejarah adalah peraturan perundang -


undangan dan keputusan yudisial. Pada common law kedua hal ini dapat diartikan dalam
“enacted law” dan “case law”. Pada civil law, sumber hukum utamanya adalah peraturan
perundang - undangan, dan hal - hal yang luas dikodifikasi secara sistematik. Kodifikasi ini
meskipun berbentuk undang undang yang dibuat berdasarkan badan legislative, namun ini sedikit
berbeda dengan undang undang pada umumnya.

Pada common law, terutama di Inggris hal ini berbeda. Pada Common law, saat
pengadilan memutus suatu perkara, putusannya tidak hanya menjadi hukum bagi para piahk,
namun juga menjadi hukum bagi kasus - kasus lainnya di waktu mendatang. Common law terdiri
dari peraturan peraturan yang berasal dari putusan - putusan tersebut. Permasalahan baru akan
semakin memperkaya peraturan - peraturan pada common law. Dalam hal ini putusan hakim
dapat dianggap sebagai sumber hukum dan bukti dari adanya hukum yang berhubungan dengan
kasus kasus actual. Hal ini didasari pada asas preseden, dimana jika suatu hal telah ditetapkan,
suatu hasilnya tersebut haruslah dicapai terhadap suatu permasalahan yang sama. Namun asas
preseden ini hanya diterapkan dalam ratio decidendi atau bagian menimbangnya. Kalau ada
situasi dimana kasus yang ditangani hakim mirip tapi tidak mirip dengan kasus - kasus yang
pernah ada, maka hakim bisa memilih dua opsi, antara memakai hukum pada kasus yang sudah
ada atau tidak memperhatikan putusan sebelumnya dan hanya mengaplikasikannya pada bagian
bagian tertentu. Atau secara ekstrim dapat juga menerapkan putusan yang baru, dalam rangka
adanya suatu kondisi yang berbeda.
Perundang - undangan tetap ada pada common law. Namun perundang undangan ini
biasanya tidak dirumuskan dalam hal mengatur hal hal yang umum, namun berisi peraturan -
peraturan yang dimaksudkan untuk mengendalikan situasi tertentu yang berisi detail yang cukup.
Belakangan ini perkembangannya malah berkembang sebaliknya, sehingga menjadi pertanyaan
apakah hal ini suatu pergerakan menuju kodifikasi.

Putusan hakim pada civil law dikatakan hanyalah untuk menerapkan hukum saja.
Pernyataan tersebut merupakan pernyataan yang sempit, yang dapat menimbulkan persepsi
bahwa peran yudisial hanyalah sebatas itu saja. Saat pengadilan menerapkan hukum, itu adalah
sekaligus menginterpretasikannya. Pada proses menginterpretasikan tersebut, pengadilan
dimungkinkan memperluas penafsirannya, sehingga diharapkan dapat mengisi kekosongan
hukum. Sehingga pengadilan civil law dapat dianggap sebagai “membuat hukum” dalam arti
yang sempit, tidak seperti pada common law dimana putusan hakim dianggap sebagai sumber
hukumnya. Pada sistem civil law, pengadilan tidak terikat untuk menerapkan putusan pengadilan
sebelumnya. Putusan yang baru haruslah didasarkan pada hukum, yang mana dianggap tidak
akan menghalangi untuk hasil yang sama untuk suatu kasus yang serupa karena dianggap isi teks
yang sama akan mengarah pada kesimpulan yang sama. Pada negara Prancis atau Belgia terdapat
ketentuan kalau hukum yang sama diterapkan secara konsisten pada kasus kasus tertentu yang
identik, hal ini dapat menjadi suatu “Jurisprudence constant” dan dapat mengikat di kemudian
hari.

III. Doktrin, pendidikan Hukum, dan Penelitian Hukum

Pada negara - negara civil law, pendapat - pendapat hukum umumnya diwujudkan dalam
suatu penjelasan - penjelasan yang sistematis. Pendapat ini kemudian akan merumuskan teori -
teori yang kemudian menjadi dasar dari produk - produk legislasi, yang mana akan berpengaruh
pada sistem hukum secara keseluruhan. Pada common law, tidak terdapat banyak pendapat
pendapat hukum ini, pendapat hukum pada common law lebih kepada suatu analisis terhadap
klasifikasi kasus - kasus serta analisis terhadap aturan yang ada pada kasus - kasus tersebut.
Dapat dikatakan pada sistem civil law doktrin merupakan bagian yang inheren dan tak
terpisahkan dalam sistem, yang meskipun bukan merupakan sumber hukum utama, namun
memliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan hukum.
Pendidikan hukum tentunya akan berpengaruh terhadap bagaimana perkembangan
hukum suatu negara. Pendidikan hukum pada sistem civil law lebih berfokus kepada peraturan
perundang - undangan, kodifikasi, dan doktrin - doktrin. Pendidikan hukum di common law lebih
mengutamakan pentingnya kasus - kasus, pentingnya pengadilan dalam perkembangan dan
unifikasi hukum. Secara nyata dapat kita lihat, pada civil law professor - professor yang terkenal
adalah para pembuat doktrin seperti Bartolus, Domat, Pothier, Savigny, Ihering, dan lain
sebagainya. Pada common law justru para “pahlawannya” adalah para hakim yang berkontribusi
besar terhadap perkembangan hukum seperti Coke, Hardwicke, Mansfield, Marshall, Story,
Holmes, dan lain sebagainya.

Pada sistem civil law penelitian biasanya dimulai dengan meneliti peraturan perundang -
undangan, kemudian yang diteliti adalah komentar - komentar serta penjelasan terhadap
peraturan perundang - undangan tersebut. Barulah kemudian yang terakhir kasus - kasus
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi. Perlu diingat bahwa pada sistem civil law
tidak dikenal asas preseden sehingga putusan - putusan hakim bukan merupakan suatu sumber
yang utama. Pada common law penelitian difokuskan pada putusan - putusan. Peraturan
perundang - undangan tetap ada sebagai pengontrol terhadap dapat tidaknya suatu putusan
diterapkan. Namun tetap putusan - putusan tersebut memegang otoritas yang mengikat.

IV. Hakim dan pengadilan

Pada negara common law, tidak terdapat suatu pelatihan yang khusus, selain syarat harus
pernah menjadi advokat (attorney maupun barrister) dan memiliki pengalaman bertahun - tahun.
Pada negara civil law tertentu seperti Prancis, advokat dan hakim sama - sama berawal dari
universitas, kemudian setelah tamat, dapat memilih karirnya sendiri, dan setelah menentukan
akan ada sebuah pelatihan dengan berpraktek magang pada institusi yang telah dipilihnya.

Dalam memutus suatu perkara hakim civil law akan mencari peraturan perundang -
undangan yang mengaturnya, dan kemudian diterapkan atau diinterpretasikan tergantung
kasusnya. Pada negara common law hakim common law memutus dengan terlebih dahulu
mempertimbangkan kasus - kasus sebelumnya. Jika suatu undang - undang sudah mengatur,
maka hakim akan menggunakannya, namun apabila terdapat suatu keraguan, kembali lagi, dapat
dengan mencari putusan - putusan terkait. Kemudian hal yang unik dari sistem common law
adalah adanya jury yang pada sistem civil law tidak dikenal.

Anda mungkin juga menyukai