Anda di halaman 1dari 5

1.

Asfiksia Neonatorum dan Resusitasi Neonatus

DEFINISI

Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia)
adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.

MenurutThe American Academy of. Pediatrics (AAP) asfiksia adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh kurangnya O2 pada udara respirasi, yang ditandai dengan:

1) Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri umbilikalis


2) Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetap 0-3
3) Manifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik iskemia ensefalopati)
4) Gangguan multiorgan sistem.

Etiologi & Faktor risiko

Terdapat lima hal yang menyebabkan terjadinya asfiksia pada saat persalinan

1) Interupsi aliran darah umbilicus.


2) Kegagalan pertukaran darah melalui plasenta (misalnya solutio plasenta)
3) Perfungsi plasenta sisi maternal yang inadekuat (misalnya hipotensi maternal yang berat)
4) Kondisi janin yang tidak dapat mentoleransi hipoksia intermiten dan transien yang terjadi
pada pada persalinan normal (misalnya pada janin yang anemia atau IUGR).
5) Gagal mengembangkan paru dan memulai ventilasi dan perfusi paru yang seharusnya
terjadi saat proses kelahiran.

Sedangkan faktor risiko terjadinya asfiksia adalah paritas, usia ibu dan usia kehamilan,
riwayat obstetri jelek, ketuban pecah dini dan berat lahir bayi.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara lain : (depkes RI)

1) Faktor ibu
a. Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2) Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat.
3) Faktor bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Patofisiologi

Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada saat
antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh
serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat.

1) Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk
mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala dijalan lahir atau bila
paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti
nafas komplit yang disebut apnea primer.
2) Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena dilakukan
tindakan resusitasi yang sesuai –usaha bernafas otomatis dimulai. Hal ini hanya akan
membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru tidak mengembang, secara
bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernafasan. Selanjutnya bayi akan
memasuki periode apnea terminal. Kecuali jika dilakukan resusitasi yang tepat,
pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi.
3) Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun di bawah 100
kali/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat saat bayi bernafas terengah-
engah tetapi bersama dengan menurun dan hentinya nafas terengah-engah bayi,
frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa semakin memburuk,
metabolisme selular gagal, jantungpun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu
cukup lama.
4) Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan
ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walupun demikian, tekanan darah yang
terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea
terminal.
5) Terjadi penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia. Apnea primer dan
apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada umumnya bradikardi berat
dan kondisi syok memburuk apnea terminal.

Diagnosis
SKOR APGAR adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk mengetahui
apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.

Nilai Apgar adalah metode obyektif untuk menilai kondisi bayi baru lahir dan berguna
untuk memberikan informasi mengenai keadaan bayi secara umum, serta responnya terhadap
resusitasi. Nilai Apgar ditentukan pada menit ke-1 dan menit ke-5 setelah lahir. Jika nilai Apgar
pada menit ke-5 kurang dari 7 maka ada tambahan nilai setiap 5 menit sampai 20 menit. Nilai
Apgar tidak digunakan untuk memulai tindakan resusitasi ataupun menunda intervensi pada
bayi dengan depresi sampai penilaian menit ke-1. Akan tetapi resusitasi harus segera dimulai
sebelum menit ke-1 dihitung.

Manajemen bayi asfiksia

Resusitasi Neonatus
Usaha untuk mengakhiri asfiksia adalah dengan resusitasi memberikan oksigenasi yang
adekuat. Langkah awal resusitasi penting untuk menolong bayi baru lahir dengan asfiksia dan
harus dilakukan dalam waktu 30 detik. Resusitasi neonatus adalah serangkaian intervensi saat
kelahiran untuk mengadakan usaha nafas dan sirkulasi yang adekuat. Pada setiap kelahiran, harus
ada paling sedikit 1 orang di kamar bersalin yang tugasnya khusus bertanggung jawab untuk
penanganan bayi dan dapat melakukan langkah awal resusitasi, termasuk pemberian ventilasi
tekanan positif (VTP) dan membantu kompresi dada.

Anda mungkin juga menyukai