LP Vertigo
LP Vertigo
PENDAHULUAN
1. Tujuan Umum
Setelah membahas laporan pendahuluan ini Mahasiswa keperawatan profesi ners mampu
memahami serta menjelaskan konsep dasar vertigo dan asuhan keperawatan klien dengan
vertigo
2. Tujuan Khusus
Dalam pembuatan laporan pendahuluan ini tim penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan
internet, diskusi kelompok, serta konsultasi dengan dosen pembimbing.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan teoritis merupakan dasar ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap
individu sebagai pemberian pelayanan keperawatan agar tercapai hasil yang seoptimal
mungkin. Pada bab ini penulis menguraikan tentang anatomi fisiologi system syaraf, konsep
dasar stroke non hemoragik dan asuhan keperawatan pada klien stroke non hemoragik.
System syaraf dibagi menjadi dua sistem syaraf pusat yang terdiri dari otak dan medula
spinalis dan system syaraf perifer terdiri dari: saraf kranial dan syaraf spinal.
a. Neuron
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Neuron adalah
suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional system persyarafan. Biasanya
terdiri dari dendrit sebagai bagian peneriman rangsangan dari saraf – saraf lain; badan sel
yang mengandung inti sel; akson yang menjadi perpanjangan atau serat tempat lewatnya
sinyal yang dicetuskan di dendrit dan badan sel: serta terminal sel; serta terminal akson yang
menjadi pengirim sinyal untuk disampaikan ke dendrit atau badan sel neuron kedua dan
apabila disusunan saraf perifer, sinyal disampaikan ke sel otot atau kelenjar. (Arif Muttaqin,
2008, hlm. 2)
Neuron – neuron yang membawa informasi dari susunan saraf perifer ke sentral disebut
neuron sensorik atau aferen. Neuron yang membawa informasi keluar dari susunan saraf
pusat ke berbagai organ sasaran (suatu sel otot atau kelenjar) disebut neuron motorik atau
eferen. Kelompok ketiga yang membawa sebagian besar neuron susunan saraf pusat,
menyampaikan pesan – pesan antara neuron aferen dan eferen, neuron ini disebut
Neuron menyalurkan sinyal – sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang
kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat
c. Neutransmiter
Neurotrasmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
a. Otak
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh
manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Metabolisme otak
merupakan proses tetap dan kontinue, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti
selama 10 detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang, dan penghentian dalam
beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan yang tidak irreversible. (Valeria C.
b. Cerebrum
Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 9) Cerebrum adalah bagian otak yang paling
besar, kira-kira 80% dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan
oleh Korpus Kallosum yaitu hemisfer substansia alba, yang menghubungkan bagian – bagian
otak dengan bagian yang lain dan substansia grisea yang terdapat diluar terbentuk dari badan
– badan sel saraf. Keempat lobus serebrum yaitu lobus frontal, parietal, temporal dan
(Sumber: http://www.mayfieldclinic.com)
Berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intelektual, emosi dan fungsi fisik. Pada
bagian prontal kiri terdapat Area Broca yang berfungsi sebagai pusat motorik bahasa dan
Terdapat sensasi primer dari korteks berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi
auditorik dan mencakup Area Wernicke tempat interpretasi bau dan penyimpanan bahasa.
Mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan
warna refleks visual. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.
Menurut Arif Muttaqin, (2008. Hlm 12-14) Batang otak terdiri dari otak tengah atau
Mesencephalon, pons dan medula oblongata, berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi vital
tubuh.
(Sumber :
1) Otak tengah berfungsi sebagai kontrol refleks pergerakan mata akibat adanya stimulus pada
2) Pons
refleks pernafasan.
bersin, menelan, batuk, muntah, sekresi saliva. saraf kranial IX, X, XI dan XII keluar dari
medula oblongata.
d. Cerebellum
Besarnya kira-kira ¼ dari cerebrum, antara cerebellum dan cerebrum dibatasai oleh
tentorium serebri. Fungsi utama cerebrum koordinasi aktivitas muskuler: kontrol tonus otot,
mempertahankan postur dan keseimbangan dan melakukan program akan gerakan – gerakan
pada keadaan sadar dan tidak sadar. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 11)
e. Hipotalamus
asupan makanan, mengatur aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah dan usus,
merangsang respons organ viseral selama dalam kondisi emosional, mengatur ritme tubuh
seperti siklus tidur, perubahan mood dan kesiagaan mental. (Valeria C. Scanlon Tina Sanders,
f. Thalamus
Terletak diatas hipotalamus dibawah serebrum, fungsi thalamus serkait dengan sensasi
Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2078) menjelaskan Sirkulasi serebral. Sirkulasi
serebral menerima kira – kira 20% dari curah jantung atau 750 ml permenit.
Darah arteri yang disulai ke otak berasal dari dua arteri karotis internal dan dua arteri
vertebral dan meluas ke sistem percabangan. Karotis internal dibentuk dari percabangan dua
karotis dan memberikan sirkulasi darah otak bagian anterior. Arteri – arteri vertebral adalah
cabang dari arteri subklavia, mengalir ke belakang dan naik pada satu sisi tulang (Lihat pada
gambar 2. 4) belakang bagian vertikal dan masuk tengkorak melalui foramen magnum.
Kemudian saling berhubungan menjadi arteri basilaris pada batang otak. Arteri
vertebrobasialis paling banyak menyuplai darah ke otak bagian posterior. Arteri basilaris
(Sumber : Sylvia A. Price, dkk, 2006, hlm. 1108 dan 1111)
Pada dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara
rangkaian arteri karotis internal dan vertebral. Lingkaran ini disebut sirkullus willisi (Lihat
gambar 2.5) yang dibentuk dari cabang – cabang arteri karotis internal, anterior dan arteri
serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior dan posterior. Aliran darah dari
sirkulus willisi secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior serebral, arteri
– arteri pada sirkulus willisi memberi rute alternatif pada aliran darah jika salah satu peran
Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena trombus, dapat
menyebabkan sumbatan aliran darah ke distal neuron – neuron dan mengakibatkan sel neuron
cepat nekrosis. Keadaan ini mengakibatkan stroke (cedera serebrospinal atau infark).
Pengaruh sumbatan pembuluh darah tergantung pada pembuluh darah dan pada daerah otak
yang terserang.
Medula Spinalis atau sum-sum tulang belakang bermula pada medula oblongata.
Fungsi medula spinalis sebagai gerakan otot tubuh dan pusat refleks.
Sistem Saraf Perifer terbagi atas Saraf Spinal dan Saraf Kranial
Menurut Sylvia A. Price, dkk, (2006, hlm. 1034), bahwa ada 12 saraf kranial yang masing-
1. Pengertian
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian
vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat
disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan
tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan
gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat,
peluh dingin, mual, muntah) dan pusing (Tarwoto, dkk. 2007)
Vertigo adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan penderita sekitarnya
atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar atau bergerak naik
turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan muntah-muntah, bekringat, dan
kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran. Sering kali disertai gejala-gejala penyakit
telinga lainnya. (Manjoer, Arif, dkk. 2002)
Vertigo juga dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang otak yang
serius, misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin, Arif. 2008)
2. Etiologi
Menurut Tarwoto, dkk. (2007) yaitu :
a. Lesi vestibular
1) Fisiologik
2) Labirinitis
3) Menière
4) Obat ; misalnya quinine, salisilat.
5) Otitis media
6) “Motion sickness”
b. Lesi saraf vestibularis
1) Neuroma akustik
2) Obat ; misalnya streptomycin
3) Neuronitis vestibular
c. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
1) Infark atau perdarahan pons
2) Insufisiensi vertebro-basilar
3) Migraine arteri basilaris
4) Sklerosi diseminata
5) Tumor
6) Siringobulbia
7) Epilepsy lobus temporal
d. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :
1) Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
2) Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media
dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
3) Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops
labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.
4) Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
5) Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor,
sklerosis multipleks.
e. Penyakit SSP :
1) Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi
kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus
karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.
2) Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
3) Trauma kepala/ labirin.
4) Tumor.
5) Migren.
6) Epilepsi.
f. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan
menstruasi-hamil-menopause.
g. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
h. Kelainan mata: kelainan proprioseptik
3. Klasifikasi Vertigo
a. Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1) Vertigo paroksismal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari,
kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di
antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
a) Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere,
Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii
posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b) Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas
arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de
L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
c) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini adalah : Vertigo
posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise
Keterbatasan gerak
Ketegangan mata, kesulitan membaca
Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala
Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan
cuaca.
b. Sirkulasi
Riwayat hypertensi
Denyutan vaskuler, misal daerah temporal
Pucat, wajah tampak kemerahan.
e. Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
Perubahan pada pola bicara/pola piker
Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
Penurunan refleks tendon dalam
Papiledema.
g. Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi
Demam (sakit kepala)
Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus)
Intervensi/Implementasi
- Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
- Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
- Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
- Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
b. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode
koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat
Kriteria Hasil :
- Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif
- Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki
- Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat.
Intervensi/Implementasi
- Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.
Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan
memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan
- Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan
menjadi lebih tenang
- Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan.
Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan
klien harapan dan semangat untuk pulih.
- Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang
dapat diajarkan.
Rasional : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.
c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat
ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
Kriteria Hasil :
- Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
- Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi / Implementasi :
- Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
- Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
- Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tetang
penyakitnya.
- Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
- Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal
Rasional : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik.
- Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor
yang berhubungan.
Rasional : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit
kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28)
Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah :
a. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.
b. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan.
c. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap penyakit yang sama memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Seperti halnya pada
penyakit vertigo ini yang memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda karena setiap
diagnosa yang ditegakkan diambil dari dasar keluhan pasien. Teori dan praktek adalah hal
yang berhubungan, jika pada berbagai literatur telah disampaikan mengenai penyakit vertigo
yang memberikan tanda dan gejala sesuai penyakit. Ternyata sebagian besar tanda dan gejala
itu sama dengan realitas yang ada. Bukti nyata pasien dengan vertigo BPPV tidak mudah
untuk disembuhkan. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan sempat
sembuh tapi tidak dapat sembuh total. Pasien telah diberikan berbagai obat selama kurang
lebih satu minggu untuk mengatasi pusing yang dideritanya namun hasilnya pasien tetap
merasa pusing, meskipun pusing yang dideritanya sedikit turun.
B. SARAN
Pasien dengan penyakit apapun pasti ada kalanya obat yang dapat menyembuhkan
penyakit tersebut. Oleh karenanya jika pasien dengan vertigo ini sulit untuk disembuhkan
hendaknya setiap tindakan keperawatan baik mandiri perawat maupun kolaborasi harus
dilakukan secara bertahap dan jangan sampai berhenti. Pasien vertigo ini telah merasakan
nyeri atau pusingnya sedikit turun setelah diberikan injeksi. Dari informasi pasien tersebut
kita dapat memberikan terapi obat injeksi sesuai yang telah diberikan pada pasien agar nyeri
yang dirasakan tidak kembali ke episode nyeri awal yang dirasakan.
Penulis menyadari bahwa laporan pemdahuluan ini jauh dari sempurna, namun dalam
proses pembuatan laporan pendahuluan penulis menemukan beberapa macam kendala dan
kesulitan dalam pencarian sumber-sumber dikarenakan belum mampu menemukan suatu hal
yang mendeksti sempurna dan tepat dalam teori.
Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
untuk mendekati kesempurnaan dalam proses pembuatan laporan pendahuluan yang penulis
susun. Semoga laporan pendahuluan yang penulis susun dapat menjadi bermanfaat
dikemudian harinya.
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E. 2000. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3, EGC: Jakarta.
Kang L S. 2004. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta.
Manjoer, Arif, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3. EGC : Jakarta
Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif,A.H dan Kusuma H. (2015) APLIKASI Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Sanders, Valeria C. Scanlon Tina. (2006). Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi, edisi 3. Jakarta: EGC
Smelzzer, Suzanna C and Brenda G Barel. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Sudart, Edisi 8. Jakarta: EGC