Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH STRUKTUR BAMBU, BAMBU LAMINASI,

STRUKTUR BAJA KONVENSIONAL (BAJA BERAT)


SEMESTER GENAP 2018/2019

Disusun Oleh :
Lisa Violena
1041811060

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2019

1
DAFTAR ISI

COVER . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
1
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
3
1.2 RUMUSAN MASALAH . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .
4
1.3 TUJUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.4 MANFAAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 STRUKTUR BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6
2.1.1 BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 6
2.1.2 SIFAT-SIFAT BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7
2.1.3 JENIS-JENIS BAMBU . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
2.1.4 PEMAKAIAN BAMBU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN .. . . . . . . . . . .8
2.1.5 TEKNIK MENYAMBUNG BAMBU PADA BANGUNAN . . . . . . . . . . ..9
2.1.6 KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BAMBU . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .
10
2.2 LAMINASI BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .
11
2.2.1 KUAT TARIK SEJAJAR SERAT BAMBU LAMINASI . . . . . .. . . . . . . .
11
2.2.2 TEKNIK LAMINASI BAMBU LAMINASI . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .
12
2.2.3 PROSES PENGUJIAN TAHAP AWAL BAMBU LAMINASI . . . .. .. . . 12
2.3 STRUKTUR BAJA KONVENSIONAL (BAJA BERAT) . . . . . . . . . . . . . . . . .
14

2
2.3.1 BAJA KONVENSIONAL (BAJA BERAT) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
15
2.3.2 SPESIFIKASI BAJA KONVENSIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.3.3 KELEBIHAN BAJA KONVENSIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
15
2.3.4 KEKURANGAN BAJA KONVENSIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.3.5 PROFIL BAJA KONVENSIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.3.6 SIFAT-SIFAT BAJA KONVENSIONAL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .18
3.2 SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bambu adalah material ringan yang berongga. Banyak orang mengira bahwa
rongga tengah bambu merupakan kelemahan bagi bambu, padahal hal ini tidak benar.
Bambu memang berongga, dan rongga tengah pada bambu sebenarnya merupakan
ciri khas kekuatan bambu dan berfungsi sebagai bracer. Bracer  dapat memperkuat
bambu dan membuat elemen yang biasa digunakan sebagai struktur menjadi lebih
ringan dan tidak kaku. Bambu juga memiliki karakter elastis dan tidak mudah pecah
sehingga struktur bambu menjadi lebih dapat diandalkan.

Pemanfaatan material bambu untuk berbagai keperluan sudah sejak lama dilakukan.
Mulai dari bahan konstruksi, bahan bangunan, furnitur, alat musik hingga bahan baku
kerajinan tangan. Namun hingga saat ini penggunaan bahan bambu tersebut dimanfaatkan
dalam bentuk yang masih konvensional, yaitu potongan‐potongan yang berwujud silinder
dan berbuku disambung dengan bantuan komponen pengikat paku dan tali rotan.
Penangan seperti itu membuat desain produk‐produk barbahan bambu, khususnya produk
furnitur sangat sulit berkembang dan minim variasi. Bambu laminasi dan pengukuran
kualitas kekuatan material tersebut jika diperuntukkan sebagai bahan konstruksinya,
khususnya jika menggunakan konstruksi sambungan knock down.

Laminasi adalah proses penyatuan satu bagian bahan dengan bahan lain, baik itu
bahan yang sejenis maupun berbeda menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Definisi laminasi hampir sama dengan komposit. Perbedaan teknis terletak dalam hal
sistem penyatuan bahan-bahan dasarnya. Struktur balok laminasi (glued laminated
timber) mulai diperkenalkan di Eropa pada akhir abad ke 19, berupa lapisan-lapisan kayu
gergajian (lumbers) yang dilekatkan dengan resin tertentu sehingga semua lapisan
seratnya sejajar pada arah memanjang (Breyer, 1988). Produk laminasi ini dalam skala
besar dimulai di Amerika beberapa tahun sebelum perang dunia ke II seiring
berkembangnya teknologi dalam pembuatan resin sintetis.

Baja adalah logam paduan dengan besi (Fe) sebagai unsur dasar dan
karbon (C) sebagai unsur paduan utamanya. Baja merupakan bahan dasar vital
untuk industri otomotif, perkapalan, alat berat, perkakas hingga struktur
bangunan. Saat ini eksploitasi besi baja menduduki peringkat pertama di antara
barang tambang logam dan produknya melingkupi hampir 95 persen dari produk
barang berbahan logam. Pada konstuksi baja, terdapat dua tipe material baja yang

4
lazim digunakan sebagai komponen struktur yaitu baja canai panas (hot-rolled
steel) atau biasa disebut Baja Konvensional dan baja canai dingin (cold-formed
steel) atau biasa disebut baja ringan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Bambu ?


2. Apa saja sifat-sifat Bambu?
3. Apa saja jenis-jenis Bambu?
4. Bagaimana pemakaian Bambu sebagai bahan bangunan?
5. Bagaimana teknik penyambungan Bambu pada bangunan?
6. Apa saja Keunggulan dan Kelemahan Bambu?
7. Apa itu Bambu Laminasi?
8. Bagaimana kuat tarik sejajar Bambu Laminasi?
9. Bagaimana teknik Bambu Laminasi?
10. Bagaimana proses pengujian tahap awal Bambu Laminasi?
11. Apa itu Baja Konvensional (baja berat)?
12. Apa saja spesifikasi Baja Konvensional?
13. Apa saja Kelebihan Baja Konvensional?
14. Apa saja Kekurangan Baja Konvensional?
15. Apa saja Profil Baja Konvensional?
16. Apa saja sifat-sifat Baja Konvensional?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu Bambu


2. Mengetahui sifat-sifat Bambu
3. Mengetahui jenis-jenis Bambu
4. Mengetahui pemakaian Bambu sebagai bahan bangunan
5. Mengetahui teknik penyambungan Bambu pada bangunan
6. Mengetahui keunggulan dan kelemahan Bambu
7. Mengetahui apa itu Bambu Laminasi
8. Mengetahui kuat tarik sejajar Bambu Laminasi
9. Mengetahui teknik Bambu Laminsai
10. Mengetahui proses pengujian tahap awal Bambu Laminasi
11. Mengetahui apa itu Baja Konvensional (baja berat)
12. Mengetahui spesifikasi Baja Konvensional
13. Mengetahui Kelebihan Baja Konvensional
14. Mengetahui Kekurangan Baja Konvensional
15. Mengetahui Profil Baja Konvensional
16. Mengetahui sifat-sifat Baja Konvensional

5
1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi dunia kontraktor maupun didunia pekerjaan memberikan suatu


informasi lebih mengenai bahan bangunan seperti Bambu, Bambu
Laminasi dan Baja Konvensional (baja berat).
2. Bagi dunia pendidikan sebagai wacana ilmu pengetahuan berkenaan
dengan Bambu, Bambu Laminasi dan Baja Konvensional (baja berat).

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 STRUKTUR BAMBU

2.1.1 BAMBU
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas
dibatangnya. Didunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan
paling cepat. Karena memilik isistem rhizoma-dependenunik, dalam sehari bambu dapat
tumbuh sepanjang 60cm(24inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan
klimatologi tempat ia ditanam.

7
2.1.2 SIFAT-SIFAT BAMBU

A. SIFAT FISIK

1.Bambu yang digunakan untuk bangunan harus kering, dengan kadar air 12%, untuk
negara tropis.
2.Kerapatan batang bambu berbeda antara yang berada pada ujung kaki dan ujung kepala.
3.Berat jenis bambu berbeda, tergantung jenis bambu dan bagian mana yang diperhatikan.
Berat jenis juga menurun sesuai proses pengeringan. Berat jenis bambu di Indonesia rata-
rata 700kg/m3.

B. SIFAT MEKANIK

 KEKUATAN GESER
Kekuatan bambu dalam hal kemampuannya menahan gaya-gaya yang membuat suatu
bagian bambu bergeser. Batang tanpa ruas memiliki kekuatan geser 50% lebih tinggi
daripada bagian beruas.
 KEKUATAN TEKAN
Kekuatan bambu untuk menahan gaya tekan berbeda pada bagian ruas dan bagian
antara ruas batang bambu.
 KEKUATAN TARIK
Kekuatan bambu untuk menahan gaya-gayatarik berbeda beda pada bagian dinding
batang luar maupun dalam, garis tengah batang, dan bagian batang yang digunakan.
 KEKUATAN LENTUR
Kekuatan bambu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan batang
bambu atau menahan muatan mati atau hidup.

8
2.1.3 JENIS-JENIS BAMBU

1. Bambu Batu / Petung

Pertumbuhan dari bambu ini dapat mencapai diameter 20 cm dan panjang 25


meter. Biasanya digunakan untuk tiang atau penyangga bangunan, bahan
industri  pulp dan kertas, kayu lapis, bangunan, mebel, anyaman, peralatan
pertanian, dan peternakan.

2. Bambu hitam, pring wulung, peri laka

Pertumbuhan dari bambu ini dapat mencapai diameter 14 cm dan panjang 20


meter. Biasanya digunakan untuk bahan pembuatan instrumen musik seperti
angklung, calung, gambang, dan celempung. Jenis ini juga berfungsi untuk
bahan industri kerajinan tangan dan pembuatan mebel karena tahan terhadap
hama.

3. Bambu apus, pring apus, peri

Diameter dari bambu jenis ini adalah 4-10 cm. Biasanya ini digunakan sebagai
tanaman pagar penghias. Batangnya juga dapat digunakan sebagai alat
pembuatan pegangan payung, peralatan memancing, kerajinan tangan seperti
rak buku, industri pulp, kertas, dan penghalau angin kencang (wind break).

2.1.4 PEMAKAIAN BAMBU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

1. Sebagai bekisting atau perkuatan dalam proses pencetakan struktur beton


bertulang sesuai dengan bentuk dan ukurannya.
2. Sebagai tiang/kolom rumah; untuk rumah bamboo, sebaiknya dipilih jenis yang
cukup kuat dan umurnya tua sehingga struktur kolom rumah bisa kuat dan tahan
lama.
3. Sebagai dinding rumah yang disebut juga dengan istilah gedeg; bentuknya berupa
anyaman kulit atau daging bambu yang sudah diiris dan dihaluskan.
4. Pada lantai bangunan dengan cara membelah bambu atau secara utuh ditata
sehingga membentuk lantai yang kuat.
5. Struktur rangka atap, seperti dalam pembuatan kuda-kuda bambu, reng bambu,
usuk bambu dan bagian lainnya sehingga membentuk struktur atap yang kokoh
6. Sebagai furnitur seperti kursi atau meja bambu.
7. Sebagai tiang yang ditancapkan agar tanaman di halaman rumah dapat berdiri
tegak.
8. Sebagai pagar rumah dengan cara membelah bambu, kemudian disambungkan
menggunakan alat sambung paku.
9. Sebagai pintu rumah.
10. Untuk plafon, dijadikan sebagai rangka sekaligus penutup langit-langit
menggunakan lembaran anyaman bambu.

9
2.1.5 TEKNIK MENYAMBUNG BAMBU PADA BANGUNAN

1. Teknik pertama, bambu disatukan dengan cara dipaku begitu saja. Sistem ini
sering digunakan pada bambu yang hanya dipakai untuk membuat tangga darurat
saat proses pembuatan bangunan sedang dikerjakan.
2. Untuk konstruksi bangunan, alat penyatunya berupa baut dengan ukuran minimal
12 mm. Agar tidak mudah pecah, sebelum baut dipasang, bambu diberi lubang
terlebih dahulu dengan cara dibor, baru kemudian baut dimasukkan dan
dilengkapi dengan mur. Baut dapat diganti dengan pasak. Selain lebih kuat, hasil
sambungan dengan cara ini juga lebih rapi.Kemudian, agar tampilannya terlihat
alami, hasil sambungan dapat ditutup dengan tali ijuk warna hitam atau tali dari
serabut kelapa.
3. Teknik ketiga adalah dengan cara membuat lubang pada satu bambu. Ukurannya
disamakan dengan diameter bambu lain yang ingin disatukan. Lubang tersebut
digunakan untuk memasukan bambu kedua agar tidak mengalami pergeseran.
Ada yang lubangnya hanya satu dan ada juga yang dua sekaligus sehingga posisi
bambu yang dimasukan jadi melintang. Agar posisinya makin kuat, teknik
penyambungan ini dapat dilengkapi dengan paku pasak.
4. Untuk proses penyatuan yang disusun secara berjajar, bisa digunakan batang
bambu yang ukurannya lebih besar. Caranya adalah dengan menyatukan dua
ujung bambu yang ingin disatukan dan disambung. Kemudian, bamboo tersebut
tinggal dimasukan ke dalam batang bambu lain yang ukurannya lebih besar.
Namun, lubang atau rongga yang ada pada bagian dalam harus punya ukuran
diameter yang sama dengan ukuran diameter luar bambu yang ingin disatukan
sehingga ujung bambu tersebut bisa masuk dan tetap merekat dengan erat dan
kencang.

10
Sambungan selongsong
dengan pipa bambu yang lebih besar.

2.1.6 KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BAMBU

A. Keunggulan Bambu

 Menurut penelitian, bambu lebih kuat dari beton dalam struktur


 Memiliki sifat fisis dan mekanik yang baik
 Mudah dibelah, dipotong, dan dibentuk
 Seratnya elastis, optimal menahan beban tarik, tekan, geser, dan tekuk
 Rupanya artistik
 Relatif murah
 Tidak bersifat polutif
 Ramah lingkungan karena memiliki siklus hidup kurang dari 6 tahun
 Mampu mencegah longsor, erosi, serta banjir
 Ringan

B. Kelemahan Bambu

 Rentan lapuk, reyot, tidak tahan air hujan dan api


 Rawan terkena hama jamur, lumut, rayap, bubuk, dan sejenisnya
 Umurnya relatif pendek
 Dalam pengerjaannya, ada beberapa hal sulit, seperti teknik penyambungan antar
bambu, atau penyambungan dengan material lain

11
2.2 BAMBU LAMINASI

Bambu Laminasi merupakan rekayasa struktur untuk memperbaiki sifat


mekanika bambu. Rekayasa ini dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan
bangunan untuk struktur bangunan. Bambu laminasi merupakan bahan bangunan
rekayasa yang dibentuk dengan sistem perekatan beberapa bilah bambu, sehingga
memiliki kelebihan dapat dibuat dalam berbagai ukuran dan sifat mekanika yang lebih
uniform dari bahan bambu alami. Sifat akhir akan banyak dipengaruhi oleh banyaknya
nodia atau ruas yang ada pada satu batang dan perekat yang dipergunakan.
Pemodelan yang baik dalam analisis struktur dan numerikal harus didukung
dengan data sifat mekanika yang valid dan tepat. ASTM D143 menguraikan cara secara
lengkap dalam mendapatkan sifat mekanika kayu, antara lain kontrol suhu dan kadar air,
identifikasi heartwood dan sapwood, uji lentur, uji tekan sejajar serat, uji impact bending,
uji keausan, uji tekan sejajar serat, uji kekerasan, uji geser sejajar serat, uji tarik sejajar
serat, uji tarik tegak lurus serat, uji belah, uji lentur paku, menganalisis berat jenis,
kerapatan, uji kembang susut radial dan tangensial, uji pengarus kadar air, ketentuan
variasi lainnya tentang kayu dan cara kalibrasi. Metode pengujian untuk mendapatkan
nilai sifat mekanika pada bambu laminasi ini mengacu pada ASTM D143 karena bambu
laminasi sendiri belum mempunyai standar tersendiri.

2.2.1 KUAT TARIK SEJAJAR SERAT BAMBU LAMINASI

Dalam pengujian kuat tarik sejajar serat ini dilakukan berdasarkan pedoman
ASTM D143 (ASTM 2008) yang dimodifikasi dengan ketebalan sama pada satu sisi
dengan ujung atas dan bawah dijepit langsung pada alat instrumen. Penelitian dengan
modifikasi tersebut sebelumnya telah dilakukan oleh Morisco (2006). Ukuran penampang
pada bagian tengah adalah 10mm x 25mm. Kecepatan crosshead 1 mm per menit. Untuk
mengukur perpanjangan digunakan Extensometer, yaitu ditempatkan pada pada bagian
sepanjang 50 mm pada tengah-tengah benda uji. Pengujian sampai beban ultimit dan
benda uji putus, regangan yang terbaca oleh extensometer terjadi harus diamati dari awal
pembebanan sampai pengujian selesai. Bambu laminasi memiliki kuat tarik yang tinggi
sejalan dengan nilai regangan yang besar pula.

Variasi pengujian dibuat dalam 2 tipe, yaitu:


1. Tipe pertama, benda uji tarik sejajar serat bambu laminasi dengan adanya nodia yang
diacak (tanpa dikontrol susunan, jumlah, dan posisinya). Benda uji dibuat dengan
kode benda uji Trk//-xx-NA (Nodia Acak).
2. Tipe kedua, benda uji tarik sejajar serat bambu laminasi dengan adanya nodia yang
dikontrol, baik jumlah, susunan, posisinya. Jumlah nodia dibuat dalam 6 variasi, yaitu
0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% terhadap luas daerah uji. Semua nodia dalam
variasi di atas ditempatkan segaris ditengah dan dalam derah uji sampel. Variasi 0%
artinya tanpa nodia, dan 100% adalah semua nodia penuh ditempatkan dalam satu
garis daerah uji. Kode benda uji TrkBL_nodiaXX% (tarik sejajar serat bambu
laminasi dengan nodia xx %).

12
2.2.2. TEKNIK LAMINASI BAMBU LAMINASI

Kayu laminasi atau glulam dibuat dengan merekatkan dua atau lebih lapisan atau
lamellae kayu dengan arah sejajar serat (Tsoumis, 1991). Hal yang sama dapat dilakukan
pada material bambu, yaitu hasil pembelahan material tersebut direkat dengan belahan
lainnya yang kemudian dipres. Bahan perekat yang digunakan dapat berasal dari bahan
organik seperti urea formaldehida, melamin formaldehida, phenol formaldehida, dan
resolcinol formaldehida. Pada proses pembuatan model‐model sambungan bambu
laminasi ini dilakukan pengelompokan dua karakteristik bambu yang menjadi dasar
pertimbangan yaitu karakteristik bambu yang berkaitan dengan kemampuannya untuk
dibentuk dengan teknik cetak laminasi, dan kemampuan bambu ketika dijadikan struktur
penguat dengan memanfaatkan sifat mekanisnya.

2.2.3 PROSES PENGUJIAN TAHAP AWAL BAMBU LAMINASI

Pengujian material yang dilakukan pada bahan bambu laminasi ini akan
menggunakan metode pengujian model‐model konstruksi dan full scale test yang
mengukur kekuatan pada kondisi sebenarnya ketika material tersebut diaplikasikan pada
produk sesungguhnya. Pengujian material dilakukan hanya menggunakan pengujian
tekan saja karena aplikasi material bambu laminasi ini baru diperuntukan pada produk
furnitur yang nota bene lebih banyak mengalami beban‐beban tekan ketika digunakan.
Pengujian bambu laminasi dan bentuk struktur sambungan yang dilakukan antara lain :

a. Uji tekan pada beragam bentuk model laminasi, dilakukan terhadap modul‐modul
bambu lapis dengan bentuk lurus yang akan diberi beban tekan secara vetikal
(searah serat), beban tekan yang memotong serat dan menghadap lapisan, serta
beban tekan yang memotong serat dan melintang lapisan. Selain itu juga akan
dilakukan uji tekan terhadap modul bambu laminasi yang berbentuk lengkungan,
baik lengkungan 90o, lengkungan < 90o, lengkungan > 90o.
b. Uji tekan pada sambungan dowel dilakukan dengan tujuan mendapatkan
gambaran kekuatan model‐model sambungan yang memanfaatkan kekuatan yang
berasal dari perekatan dan komponen pengikat dowel.
c. Uji tekan sambungan knock down untuk menganalisis kekuatan tekan material
bambu laminasi yang diikat oleh komponen mur‐baut knock down, dan hasilnya
akan dikomparasi dengan hasil pengujian model sambungan yang menggunakan
komponen dowel.
d. Uji tekan pada bentuk lengkungan yang dilengkapi dengan komponen pengikat
dowel dengan bertujuan untuk membandingkan kekuatan konstruksi bambu

13
laminasi yang dilengkapi dengan komponen dowel dengan lengkungan yang tidak
diberi komponen pengikat tersebut.

14
2.3. STRUKTUR BAJA KONVENSIONAL (BAJA BERAT)

2.3.1 BAJA KONVENSIONAL (BAJA BERAT)

Baja adalah logam campuran yang tediri dari besi (Fe) dan karbon (C).
Jadi baja berbeda dengan besi (Fe), alumunium (Al), seng (Zn), tembagga (Cu),
dan titanium (Ti)yang merumakan logam murni. Dalam senyawa antaa besi dan
karbon (unsur nonlogam) terrsebut besi menjadi unsur yang lebih dominan
dibanding karbon. Kandungan kabon berkisar antara 0,2 – 2,1% dari berat baja,
tergantung tingkatannya. Secara sederhana, fungsi karbon adalah meningkatkan
kwalitas baja, yaitu daya tariknya (tensile strength) dan tingkat kekerasannya
(hardness). Selain karbon, sering juga ditambahkan unsur chrom (Cr), nikel (Ni),
vanadium (V), molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat lain sesuai aplikasi
dilapangan seperti antikorosi, tahan panas, dan tahan temperatur tinggi.

Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM Tahun 1100
SM, Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400 tahun
dikuasai oleh bangsa asia barat, pada tahun tersebut proses peleburan besi mulai
diketahui secara luas. Tahun 1000 SM, Bangsa Yunani, Mesir, Jews, Roma,
Carhaginians dan Asiria juga mempelajari peleburan dan menggunakan besi
dalam kehidupannya. Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan
besi tuang untuk bentang lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang
dibangun di Inggris pada tahun 1777-1779. Dalam kurun waktu 1780- 1820.
Dibangun lagi sejumlah jembatan dari besi tuang, kebanyakan berbentuk
lengkungan dengan balok-balok utama dari potongan-potongan besi tuang
indivudual yang membentuk batang-batang atau kerangka (truss) konstruksi. Besi
tuang juga digunakan sebagai rantai penghubung pada jembatan-jembatan
suspensi sampai sekitar tahun 1840.

Baja Canai Panas (Baja Konvensional/Baja Berat) (hot-rolled steel)


adalah material baja yang dihasilkan dari proses pengerolan dalam suhu tinggi
untuk mendapatkan bentuk profil baja. Ketebalan pelat berkisar antara 0,18-25
mm sedangkan lebarnya berkisar antara 600-2060 mm. Penggunaan material baja
canai panas dalam konstruksi bangunan meliputi penulangan pada struktur beton
bertulang, komponen struktur utama bangunan serta rangka atap.

15
2.3.2 SPESIFIKASI BAJA KONVENSIONAL

a) Modulus Elastisitas (E) : 200.000 N/mm2


b) Modulus Geser : E/2 (1+µ) N/mm2 : 80.000 N/mm2
c) Nisbah Poisson (µ) : 0,3
d) Koefisien Pemuaian : 12 x 10−6 / º C
e) Berat Jenis ( ρ ) : 7.400 kg/m3
f) Tegangan Leleh (fy) : 2.400 kg/cm2
g) Kekuatan Tarik (fu) : 2.400 kg/cm2

2.3.3 KELEBIHAN BAJA KONVENSIONAL

a) Rangka atap baja konvensional merupakan salah satu konstruksi ramah


lingkungan sebagai pengganti rangka atap kayu.
b) Bobotnya yang berat dan strukturnya yang kuat menjadikan baja konvensional
menjadi pilihan utama dalam konstruksi bangunan yang memiliki bentang lebih
dari 20 meter, atau masuk dalam kategori bentang bebas.
c) Dengan kandungan karbon yang tinggi membuat baja konvensional memiliki
kekuatan tarik yang baik dan kekerasan yang lebih sehingga dapat menambah
beban berat dalam konstruksi bangunan.
d) Baja konvensional memiliki daya tahan lebih lama agar tidak terkena rayap dan
tidak lapuk sehingga masa waktu manfaatnya menjadi lebih lama.
e) Baja konvensional memiliki berbagai macam bentuk profil seukuran yang dapat
digunakan sebagai kebutuhan di lapangan.

2.3.4 KEKURANGAN BAJA KONVENSIONAL

a) Baja konvensional relatif lebih mahal dari segi biaya sehingga pemakaiannya
lebih banyak diaplikasikan pada proyek tertentu yang mensyaratkan harus
menggunakan baja konvensional sebagai salah satu strukturnya.
b) Beban struktur lebih berat dibandingkan dengan rangka atap yang lain.
c) Pemasangan baja konvensional membutuhkan bantuan alat berat ditinjau dari
ukurannya yang besar dan bobotnya yang berat sehingga tidak

16
memungkinkan menggunakan tenaga manusia serta membutuhkan biaya
yang relatif besar untuk pengadaan alat berat tersebut.

2.3.5 PROFIL BAJA KONVENSIONAL

Ada beberapa bentuk profil baja konvensional yang umum digunakan, antara lain
L (siku), 2L (double siku), C (canal), 2C (double canal), I beam, H beam.

a. Baja Profil H Beam


Baja profil H beam sesuai dengan namanya mempunyai bentuk seperti huruf
“H” dengan dimensi ukuran lebar dan kuping sama. Baja profil ini digunakan
sebagai bahan konstruksi rangka gedung, jembatan, pembuatan kapal dan lain-
lain. Fungsinya sebagai pasangan dari baja profil WF yang bisa dijadikan
kolom atau tiang pada struktur rangka bangunan gedung.
b. Baja Profil Siku
Baja profil siku biasa digunakan untuk member pada truss, bracing, balok, dan
struktur ringan lainnya.
c. Baja Profil I
Baja profil I biasa digunakan untuk balok, kolom, tiang pancong, top dan
bottom chord member pada rangka kuda-kuda, kantilever kanopi dan lain-lain.
d. Baja Profil Double Siku

17
Baja profil double siku biasanya digunakan untuk struktur rangka kuda-kuda
suatu bangunan. Selain itu juga sering digunakan sebagai balok.
e. Baja Profil Canal C
Baja profil canal C biasa digunakan untuk member pada truss.
f. Baja Profil Double Canal C
Baja profil double canal C biasa digunakan untuk member pada truss.

2.3.6 SIFAT-SIFAT BAJA KONVENSIONAL

Beberapa sifat - sifat baja secara umum adalah :


 Keteguhan (solidity)
Mempunyai ketahanan terhadap tarikan, tekanan atau lentur
 Elastisitas (elasticity)
Kemampuan / kesanggupan untuk dalam batas –batas pembebanan tertentu,
sesudahnya pembebanan ditiadakan kembali kepada bentuk semula.
 Kekenyalan / keliatan (tenacity)
Kemampuan/kesanggupan untuk dapat menerima perubahan perubahan bentuk yang
besar tanpa menderita kerugian-kerugian berupa cacat atau kerusakan yang terlihat
dari luar dan dalam untuk jangka waktu pendek
 Kemungkinan ditempa (maleability)
Sifat dalam keadaan merah pijar menjadi lembek dan plastis sehingga dapat dirubah
bentuknya
 Kemungkinan dilas (weklability)
Sifat dalam keadaan panas dapat digabungkan satu sama lain dengan memakai atau
tidak memakai bahan tambahan, tampa merugikan sifat-sifat keteguhannya
 Kekerasan (hardness)
Kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bambu adalah material ringan yang berongga. Banyak orang mengira


bahwa rongga tengah bambu merupakan kelemahan bagi bambu, padahal hal
ini tidak benar. Bambu memang berongga, dan rongga tengah pada bambu
sebenarnya merupakan ciri khas kekuatan bambu dan berfungsi
sebagai bracer. Bracer  dapat memperkuat bambu dan membuat elemen yang
biasa digunakan sebagai struktur menjadi lebih ringan dan tidak kaku.
Bambu juga memiliki karakter elastis dan tidak mudah pecah sehingga
struktur bambu menjadi lebih dapat diandalkan.

Bambu Laminasi merupakan rekayasa struktur untuk memperbaiki sifat


mekanika bambu. Rekayasa ini dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
bahan bangunan untuk struktur bangunan. Bambu laminasi merupakan bahan
bangunan rekayasa yang dibentuk dengan sistem perekatan beberapa bilah
bambu, sehingga memiliki kelebihan dapat dibuat dalam berbagai ukuran dan
sifat mekanika yang lebih uniform dari bahan bambu alami. Sifat akhir akan
banyak dipengaruhi oleh banyaknya nodia atau ruas yang ada pada satu batang
dan perekat yang dipergunakan

Penggunaan Baja Konvnsional sekarang ini banyak digunakan


sebagai pengganti kayu kerangka bangunan karena alasan lebih awet,
struktur yang kuat, efesien dan ekonomis dari pada kayu tetapi struktur
pengerjaanya lebih rumit karena menggunakan perhitungan serta bobotnya
yang berat. Selain itu tahan terhadap karat, rayap, dan perubahan cuaca
dan kelembaban.

3.2 Saran

Dalam pemilihan Bambu ataupun Bambu Laminasi harus dengan


kualitas yang bagus dan tidak cepat lapuk akibat cuaca, roboh ataupun
dimakan rayap. Begitupun dalam pemilihan Baja Konvensional (baja
berat) harus yang kualitas bagus agar tidak cepat roboh, tahan terhadap
berbagai beban maupun cuaca dan alasan lainnya.

19

Anda mungkin juga menyukai