Disusun Oleh :
Lisa Violena
1041811060
1
DAFTAR ISI
COVER . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
1
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
3
1.2 RUMUSAN MASALAH . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .
4
1.3 TUJUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.4 MANFAAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 STRUKTUR BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6
2.1.1 BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 6
2.1.2 SIFAT-SIFAT BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7
2.1.3 JENIS-JENIS BAMBU . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
2.1.4 PEMAKAIAN BAMBU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN .. . . . . . . . . . .8
2.1.5 TEKNIK MENYAMBUNG BAMBU PADA BANGUNAN . . . . . . . . . . ..9
2.1.6 KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BAMBU . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .
10
2.2 LAMINASI BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .
11
2.2.1 KUAT TARIK SEJAJAR SERAT BAMBU LAMINASI . . . . . .. . . . . . . .
11
2.2.2 TEKNIK LAMINASI BAMBU LAMINASI . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .
12
2.2.3 PROSES PENGUJIAN TAHAP AWAL BAMBU LAMINASI . . . .. .. . . 12
2.3 STRUKTUR BAJA KONVENSIONAL (BAJA BERAT) . . . . . . . . . . . . . . . . .
14
2
2.3.1 BAJA KONVENSIONAL (BAJA BERAT) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
15
2.3.2 SPESIFIKASI BAJA KONVENSIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.3.3 KELEBIHAN BAJA KONVENSIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
15
2.3.4 KEKURANGAN BAJA KONVENSIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.3.5 PROFIL BAJA KONVENSIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.3.6 SIFAT-SIFAT BAJA KONVENSIONAL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .18
3.2 SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Bambu adalah material ringan yang berongga. Banyak orang mengira bahwa
rongga tengah bambu merupakan kelemahan bagi bambu, padahal hal ini tidak benar.
Bambu memang berongga, dan rongga tengah pada bambu sebenarnya merupakan
ciri khas kekuatan bambu dan berfungsi sebagai bracer. Bracer dapat memperkuat
bambu dan membuat elemen yang biasa digunakan sebagai struktur menjadi lebih
ringan dan tidak kaku. Bambu juga memiliki karakter elastis dan tidak mudah pecah
sehingga struktur bambu menjadi lebih dapat diandalkan.
Pemanfaatan material bambu untuk berbagai keperluan sudah sejak lama dilakukan.
Mulai dari bahan konstruksi, bahan bangunan, furnitur, alat musik hingga bahan baku
kerajinan tangan. Namun hingga saat ini penggunaan bahan bambu tersebut dimanfaatkan
dalam bentuk yang masih konvensional, yaitu potongan‐potongan yang berwujud silinder
dan berbuku disambung dengan bantuan komponen pengikat paku dan tali rotan.
Penangan seperti itu membuat desain produk‐produk barbahan bambu, khususnya produk
furnitur sangat sulit berkembang dan minim variasi. Bambu laminasi dan pengukuran
kualitas kekuatan material tersebut jika diperuntukkan sebagai bahan konstruksinya,
khususnya jika menggunakan konstruksi sambungan knock down.
Laminasi adalah proses penyatuan satu bagian bahan dengan bahan lain, baik itu
bahan yang sejenis maupun berbeda menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Definisi laminasi hampir sama dengan komposit. Perbedaan teknis terletak dalam hal
sistem penyatuan bahan-bahan dasarnya. Struktur balok laminasi (glued laminated
timber) mulai diperkenalkan di Eropa pada akhir abad ke 19, berupa lapisan-lapisan kayu
gergajian (lumbers) yang dilekatkan dengan resin tertentu sehingga semua lapisan
seratnya sejajar pada arah memanjang (Breyer, 1988). Produk laminasi ini dalam skala
besar dimulai di Amerika beberapa tahun sebelum perang dunia ke II seiring
berkembangnya teknologi dalam pembuatan resin sintetis.
Baja adalah logam paduan dengan besi (Fe) sebagai unsur dasar dan
karbon (C) sebagai unsur paduan utamanya. Baja merupakan bahan dasar vital
untuk industri otomotif, perkapalan, alat berat, perkakas hingga struktur
bangunan. Saat ini eksploitasi besi baja menduduki peringkat pertama di antara
barang tambang logam dan produknya melingkupi hampir 95 persen dari produk
barang berbahan logam. Pada konstuksi baja, terdapat dua tipe material baja yang
4
lazim digunakan sebagai komponen struktur yaitu baja canai panas (hot-rolled
steel) atau biasa disebut Baja Konvensional dan baja canai dingin (cold-formed
steel) atau biasa disebut baja ringan.
5
1.4 Manfaat Penulisan
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 BAMBU
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas
dibatangnya. Didunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan
paling cepat. Karena memilik isistem rhizoma-dependenunik, dalam sehari bambu dapat
tumbuh sepanjang 60cm(24inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan
klimatologi tempat ia ditanam.
7
2.1.2 SIFAT-SIFAT BAMBU
A. SIFAT FISIK
1.Bambu yang digunakan untuk bangunan harus kering, dengan kadar air 12%, untuk
negara tropis.
2.Kerapatan batang bambu berbeda antara yang berada pada ujung kaki dan ujung kepala.
3.Berat jenis bambu berbeda, tergantung jenis bambu dan bagian mana yang diperhatikan.
Berat jenis juga menurun sesuai proses pengeringan. Berat jenis bambu di Indonesia rata-
rata 700kg/m3.
B. SIFAT MEKANIK
KEKUATAN GESER
Kekuatan bambu dalam hal kemampuannya menahan gaya-gaya yang membuat suatu
bagian bambu bergeser. Batang tanpa ruas memiliki kekuatan geser 50% lebih tinggi
daripada bagian beruas.
KEKUATAN TEKAN
Kekuatan bambu untuk menahan gaya tekan berbeda pada bagian ruas dan bagian
antara ruas batang bambu.
KEKUATAN TARIK
Kekuatan bambu untuk menahan gaya-gayatarik berbeda beda pada bagian dinding
batang luar maupun dalam, garis tengah batang, dan bagian batang yang digunakan.
KEKUATAN LENTUR
Kekuatan bambu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan batang
bambu atau menahan muatan mati atau hidup.
8
2.1.3 JENIS-JENIS BAMBU
Diameter dari bambu jenis ini adalah 4-10 cm. Biasanya ini digunakan sebagai
tanaman pagar penghias. Batangnya juga dapat digunakan sebagai alat
pembuatan pegangan payung, peralatan memancing, kerajinan tangan seperti
rak buku, industri pulp, kertas, dan penghalau angin kencang (wind break).
9
2.1.5 TEKNIK MENYAMBUNG BAMBU PADA BANGUNAN
1. Teknik pertama, bambu disatukan dengan cara dipaku begitu saja. Sistem ini
sering digunakan pada bambu yang hanya dipakai untuk membuat tangga darurat
saat proses pembuatan bangunan sedang dikerjakan.
2. Untuk konstruksi bangunan, alat penyatunya berupa baut dengan ukuran minimal
12 mm. Agar tidak mudah pecah, sebelum baut dipasang, bambu diberi lubang
terlebih dahulu dengan cara dibor, baru kemudian baut dimasukkan dan
dilengkapi dengan mur. Baut dapat diganti dengan pasak. Selain lebih kuat, hasil
sambungan dengan cara ini juga lebih rapi.Kemudian, agar tampilannya terlihat
alami, hasil sambungan dapat ditutup dengan tali ijuk warna hitam atau tali dari
serabut kelapa.
3. Teknik ketiga adalah dengan cara membuat lubang pada satu bambu. Ukurannya
disamakan dengan diameter bambu lain yang ingin disatukan. Lubang tersebut
digunakan untuk memasukan bambu kedua agar tidak mengalami pergeseran.
Ada yang lubangnya hanya satu dan ada juga yang dua sekaligus sehingga posisi
bambu yang dimasukan jadi melintang. Agar posisinya makin kuat, teknik
penyambungan ini dapat dilengkapi dengan paku pasak.
4. Untuk proses penyatuan yang disusun secara berjajar, bisa digunakan batang
bambu yang ukurannya lebih besar. Caranya adalah dengan menyatukan dua
ujung bambu yang ingin disatukan dan disambung. Kemudian, bamboo tersebut
tinggal dimasukan ke dalam batang bambu lain yang ukurannya lebih besar.
Namun, lubang atau rongga yang ada pada bagian dalam harus punya ukuran
diameter yang sama dengan ukuran diameter luar bambu yang ingin disatukan
sehingga ujung bambu tersebut bisa masuk dan tetap merekat dengan erat dan
kencang.
10
Sambungan selongsong
dengan pipa bambu yang lebih besar.
A. Keunggulan Bambu
B. Kelemahan Bambu
11
2.2 BAMBU LAMINASI
Dalam pengujian kuat tarik sejajar serat ini dilakukan berdasarkan pedoman
ASTM D143 (ASTM 2008) yang dimodifikasi dengan ketebalan sama pada satu sisi
dengan ujung atas dan bawah dijepit langsung pada alat instrumen. Penelitian dengan
modifikasi tersebut sebelumnya telah dilakukan oleh Morisco (2006). Ukuran penampang
pada bagian tengah adalah 10mm x 25mm. Kecepatan crosshead 1 mm per menit. Untuk
mengukur perpanjangan digunakan Extensometer, yaitu ditempatkan pada pada bagian
sepanjang 50 mm pada tengah-tengah benda uji. Pengujian sampai beban ultimit dan
benda uji putus, regangan yang terbaca oleh extensometer terjadi harus diamati dari awal
pembebanan sampai pengujian selesai. Bambu laminasi memiliki kuat tarik yang tinggi
sejalan dengan nilai regangan yang besar pula.
12
2.2.2. TEKNIK LAMINASI BAMBU LAMINASI
Kayu laminasi atau glulam dibuat dengan merekatkan dua atau lebih lapisan atau
lamellae kayu dengan arah sejajar serat (Tsoumis, 1991). Hal yang sama dapat dilakukan
pada material bambu, yaitu hasil pembelahan material tersebut direkat dengan belahan
lainnya yang kemudian dipres. Bahan perekat yang digunakan dapat berasal dari bahan
organik seperti urea formaldehida, melamin formaldehida, phenol formaldehida, dan
resolcinol formaldehida. Pada proses pembuatan model‐model sambungan bambu
laminasi ini dilakukan pengelompokan dua karakteristik bambu yang menjadi dasar
pertimbangan yaitu karakteristik bambu yang berkaitan dengan kemampuannya untuk
dibentuk dengan teknik cetak laminasi, dan kemampuan bambu ketika dijadikan struktur
penguat dengan memanfaatkan sifat mekanisnya.
Pengujian material yang dilakukan pada bahan bambu laminasi ini akan
menggunakan metode pengujian model‐model konstruksi dan full scale test yang
mengukur kekuatan pada kondisi sebenarnya ketika material tersebut diaplikasikan pada
produk sesungguhnya. Pengujian material dilakukan hanya menggunakan pengujian
tekan saja karena aplikasi material bambu laminasi ini baru diperuntukan pada produk
furnitur yang nota bene lebih banyak mengalami beban‐beban tekan ketika digunakan.
Pengujian bambu laminasi dan bentuk struktur sambungan yang dilakukan antara lain :
a. Uji tekan pada beragam bentuk model laminasi, dilakukan terhadap modul‐modul
bambu lapis dengan bentuk lurus yang akan diberi beban tekan secara vetikal
(searah serat), beban tekan yang memotong serat dan menghadap lapisan, serta
beban tekan yang memotong serat dan melintang lapisan. Selain itu juga akan
dilakukan uji tekan terhadap modul bambu laminasi yang berbentuk lengkungan,
baik lengkungan 90o, lengkungan < 90o, lengkungan > 90o.
b. Uji tekan pada sambungan dowel dilakukan dengan tujuan mendapatkan
gambaran kekuatan model‐model sambungan yang memanfaatkan kekuatan yang
berasal dari perekatan dan komponen pengikat dowel.
c. Uji tekan sambungan knock down untuk menganalisis kekuatan tekan material
bambu laminasi yang diikat oleh komponen mur‐baut knock down, dan hasilnya
akan dikomparasi dengan hasil pengujian model sambungan yang menggunakan
komponen dowel.
d. Uji tekan pada bentuk lengkungan yang dilengkapi dengan komponen pengikat
dowel dengan bertujuan untuk membandingkan kekuatan konstruksi bambu
13
laminasi yang dilengkapi dengan komponen dowel dengan lengkungan yang tidak
diberi komponen pengikat tersebut.
14
2.3. STRUKTUR BAJA KONVENSIONAL (BAJA BERAT)
Baja adalah logam campuran yang tediri dari besi (Fe) dan karbon (C).
Jadi baja berbeda dengan besi (Fe), alumunium (Al), seng (Zn), tembagga (Cu),
dan titanium (Ti)yang merumakan logam murni. Dalam senyawa antaa besi dan
karbon (unsur nonlogam) terrsebut besi menjadi unsur yang lebih dominan
dibanding karbon. Kandungan kabon berkisar antara 0,2 – 2,1% dari berat baja,
tergantung tingkatannya. Secara sederhana, fungsi karbon adalah meningkatkan
kwalitas baja, yaitu daya tariknya (tensile strength) dan tingkat kekerasannya
(hardness). Selain karbon, sering juga ditambahkan unsur chrom (Cr), nikel (Ni),
vanadium (V), molybdaen (Mo) untuk mendapatkan sifat lain sesuai aplikasi
dilapangan seperti antikorosi, tahan panas, dan tahan temperatur tinggi.
Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM Tahun 1100
SM, Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400 tahun
dikuasai oleh bangsa asia barat, pada tahun tersebut proses peleburan besi mulai
diketahui secara luas. Tahun 1000 SM, Bangsa Yunani, Mesir, Jews, Roma,
Carhaginians dan Asiria juga mempelajari peleburan dan menggunakan besi
dalam kehidupannya. Penggunaan logam sebagai bahan struktural diawali dengan
besi tuang untuk bentang lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang
dibangun di Inggris pada tahun 1777-1779. Dalam kurun waktu 1780- 1820.
Dibangun lagi sejumlah jembatan dari besi tuang, kebanyakan berbentuk
lengkungan dengan balok-balok utama dari potongan-potongan besi tuang
indivudual yang membentuk batang-batang atau kerangka (truss) konstruksi. Besi
tuang juga digunakan sebagai rantai penghubung pada jembatan-jembatan
suspensi sampai sekitar tahun 1840.
15
2.3.2 SPESIFIKASI BAJA KONVENSIONAL
a) Baja konvensional relatif lebih mahal dari segi biaya sehingga pemakaiannya
lebih banyak diaplikasikan pada proyek tertentu yang mensyaratkan harus
menggunakan baja konvensional sebagai salah satu strukturnya.
b) Beban struktur lebih berat dibandingkan dengan rangka atap yang lain.
c) Pemasangan baja konvensional membutuhkan bantuan alat berat ditinjau dari
ukurannya yang besar dan bobotnya yang berat sehingga tidak
16
memungkinkan menggunakan tenaga manusia serta membutuhkan biaya
yang relatif besar untuk pengadaan alat berat tersebut.
Ada beberapa bentuk profil baja konvensional yang umum digunakan, antara lain
L (siku), 2L (double siku), C (canal), 2C (double canal), I beam, H beam.
17
Baja profil double siku biasanya digunakan untuk struktur rangka kuda-kuda
suatu bangunan. Selain itu juga sering digunakan sebagai balok.
e. Baja Profil Canal C
Baja profil canal C biasa digunakan untuk member pada truss.
f. Baja Profil Double Canal C
Baja profil double canal C biasa digunakan untuk member pada truss.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
19