Anda di halaman 1dari 15

Paper Teori Akuntansi

Penilaian dan Pengakuan Kewajiban

Oleh

Gita Rahayu
(1410532054)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang

Seperti aset, kewajiban merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi
sematik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu aset dan
ekuitas atau pos-pos rinciannya.

Kewajiban merespresentasikan sebagian sumber dana dari aset badan usaha berupa
potensi jasa (manfaat) fisik dan non-fisik yang memampukannya untuk menyediakan barang dan
jasa. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengingat
atau atau peraturan perundangan. Tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau melakukan
sesuatu pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan perusahaan karena tindakan atau transaksi
sebelumnya.

Pengorbanan ekonomis dapat berbentuk penyerahan utang, aktifa lain jasa-jasa, atau
melakukan pekerjaan tertentu.tindakan atau transaksi sebelumnya itu dapat berupa uang, barang
atau jasa, diakuinya suatu beban atau kerugian

2.  Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:

   1)      Apa saja karakteristik dari kewajiban?

  2)  Bagaimana mengukur dan menentukan jumlah rupiah pada saat penanggungan,


peneusuran, dan pelunasan?

   3)     Apa saja atribut dalam penilaian kewajiban?

   4)    Apa saja kriteria pengakuan kewajiban?


3.  Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

   1)      Menyelesikan tugas kelompok dari mata kuliah “Teori Akuntansi”.

   2)      Untuk mengetahui karakteristik kewajiban.

 3)  Untuk mengetahui cara mengukur dan menentukan jumlah rupiah pada saat
penanggungan, peneusuran, dan pelunasan

  4)      Untuk mengetahui atribut dalam penilaian kewajiban.

   5)      Untuk mengetahui kriteria dari pengakuan kewajiban.


BAB II

PEMBAHASAN

1.  Pengertian

Menurut FASB (SFAC No. 6, Prg. 35) : Kewajiban adalah pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan
usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/ menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa
datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.

Menurut IASC : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber
daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.

Menurut AASB (SAC No. 4) : Kewajiban adalah pengorbanan masa depan atas potensi
jasa atau manfaat ekonomi masa depan bahwa entitas saat ini wajib kepada entitas lain sebagai
akibat transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu lainnya.

Menurut APB : Kewajiban adalah kewajiban ekonomi perusahaan yang diakui dan diukur
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban juga mencakup kredit
tangguhan tertentu yang tidak kewajiban tapi yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

Menurut IFRS (PSAK 57) : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul
dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari
sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.
2.  Karakteristik Utama Kewajiban

Pengorbanan Manfaat Ekonomik

Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau
tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi,
menunaikan atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti
dimasa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau
penggunaan aset kesatuan usaha.

Transfer manfaat ekonomik kepada pemilik (pemegang saham) tidak termasuk dalam
pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang membentuk kewajiban karena
untuk menjadi kewajiban pengorbanan tersebut harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar
kebijakan atau keleluasaan manajemen untuk memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah maupun
dalam saat transfer.

Secara umum, keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak dapat
menjadi kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti. Kesatuan usaha
tidak mempunyai keharusan untuk mentransfer aset ke pemilik kecuali dalam hal kesatuan usaha
dilikuidasi. Walaupun secara konseptual ekuitas juga merupakan kewajiban bagi perusahaan,
pengorbanan sumber ekonomiknya tidak cukup pasti baik dalam jumlah maupun saat sehingga
kewajiban harus dibedakan dan dilaporkan secara terpisah dengan ekuitas.

Keharusan Sekarang  

Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus
timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian “sekarang” dalam hal ini mengacu pada 2 hal:
waktu dan adanya.

Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya : pada tanggal neraca
kalau perlu atau kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional pengorbanan sumber
ekonomik harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada.

Keharusan kewajiban mencakupi keharusan kontraktual, keharusan konstruktif atau


bentukan, keharusan demi keadilan dan keharusan bergantung atau bersyarat.

a.      Keharusan Kontraktual
Keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang di dalam nya
kewajiban bagi suatu kesatuan usaha di nyatakan secara eksplit atau implicit dan
mengikat. Contoh : utang pajak, utang bunga, utang usaha, utang wesel, dan utang obligasi.

b.      Keharusan Konstruktif

Keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka menjalankan dan
memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik atau etika
bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.

Contoh : servis gratis sepeda motor yang dijanjikan oleh dealer sepeda motor,
pengembalian uang untuk barang yang ternyata cacat atau rusak, dan tunjangan hari raya 

c.       Keharusan Demi Keadilan

Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata-
mata karena panggilan etis atau moral karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat.

Contoh : kewajiban memberikan donasi untuk badan amal tiap akhir tahun dan kewajiban
member hadiah kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik karena ketidaknyamanan yang
ditimbulkannya.

d.      Keharusan Bergantung atau bersyarat

Keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa datang
atau terpenuhinya syarat – syarat tertentu dimana datang.

 Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu

Sama seperti definisi aset, kriteria ini sebenarnya menyempurkan kriteria keharusan
sekarang dan sekaligus sebagai tes pertama pengakuan suatu pos sebagai kewajiban tetapi tidak
cukup untuk mengakui secara resmi dalam system pembukuan. Untuk mengakui sebagai
kewajiban, selain definisi, kriteria yang lain seperti keterukuran, keberpautan, dan keterandalan
juga harus dipenuhi. Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi
tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa datang
tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban kesatuan usaha untuk dilaporkan
via statemen keuangan.
3.  Karakteristik Pendukung (Tidak membatalkan objek sebagai kewajiban)

FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang tersebut


di atas, yaitu:

1)      Keharusan membayar kas

Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan pembayaran kas. Keharusan


membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah tertentu di masa datang merupakan petunjuk yang
kuat atau jelas mengenai adanya kewajiban. Akan tetapi,  untuk menjadi kewajiban, penyerahan
aset ( kas ) bukan satu – satunya kriteria tetapi meliputi pula penyerahan jasa. Esensi kewajiban
lebih terletak pada pengorbanan manfaat ekonomik masa datang dari pada terjadinya
pengeluaran kas.

2)      Identitas terbayar jelas

Jika identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut hanya sekedar menguatkan bahwa
kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban identitas terbayar tidak harus dapat
ditentukan pada saat keharusan terjadi.

Jadi yang penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik di
masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar.

3)      Berkekuatan hukum

Memang ada pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat
ekonomik timbul akibat klaims yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa. Definisi kewajiban
sebenarnya merupakan bayangan cermin aset
4.  Pengakuan, Pengukuran, Penilaian, dan Pengungkapan

1. Pengukuran

Pengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban terukur dengan cukup pasti. Penentuan kos
kewajiban pada saat terjadi paralel dengan pengukuran asset. Terjadinya kewajiban pada
umumnya disertai dengan pemerolehan asset atau timbulmnya biaya. Pemerolehan asset dapat
berupa penguasaan barang dagangannya atau asset nonmoneter lainnya yang terjadi dari
transaksi pembelian. Pemerolehan asset dapat juga berupa kas yang terjadi dari transaksi
peminjaman (penerbitan obligasi) atau penerimaan uang muka untuk barang atau jasa. Oleh
karena itu pengukur yang paling objektif untuk menentuka kos kewajiban pada saat terjadinya
adalah penghargaan sepakatan (meansured considerations) dalam transaksi-transaksi tersebut
dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya untuk
kewajiban jangka panjang.

Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga
jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber
ekonimik (kas) masa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan
(financing cost) atau kos penundaan (bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap material.

Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang
(current value) kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya
kewajiban dilunasi pada saat terjadinya. Dengan demikian, bisnis pencatatan kewajiban adalah
nilai setara tunai bukan nilai nominal utang.

2. Pengakuan

Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi
yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus dievaluasi atas dasar kaidah
pengakuan (recognition rules). kriteria pengakuan lebih berkaitan dengan pedoman umum dalam
rangka memenuhi karakteristik kualitatif informasi sehingga elemen statemen keuangan hanya
dapat diakui bila kriteria definisi, keberpautan, keterandalan, dan keterukuran dipenuhi. Kriteria
umum ini tidak operasional sehingga diperlukan kaidah pengakuan sebagai penjabaran teknis
kriteria pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah pengakuan berkaitan dengan saat atau
apa yang menandai bahwa kewajiban dapan diakui (dibukukan). Kriteria pengakuan kewajiban:
1)      Ketersediaan dasar hukum

Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi. Faktur
pembelian (invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving report) merupakan dasar hukum
yang cukup meyakinkan untuk mengakui kewajiban. Telah disebutkan bahwa ketersediaan dasar
hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karateristik pendukung definisi
kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti
substantif adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.

2)      Keterterapan konsep dasar

Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan-keadaan tertentu


yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban.
Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian
dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera sedangkan aset tidak.

3)      Ketertentuan substansi ekonomik transaksi

Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang sewaguna (lease
obligations) dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer hak milik dalam
transaksi sewaguna tersebut. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui kalau
secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran (yaitu memenuhi
salah satu kriteria kapitalisasi).

4)      Keterukuran nilai kewajiban

Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan


informasi. Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti (probable) yang mengacu tidak
hanya pada terjadinya pengorbanan sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah
rupiahnya.

Kaidah Pengakuan Kewajiban

a.       Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah
mengikat. Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak
memanfaatkan/ menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya (to
perform).

b.      Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum
dicatat sebagai aset sebelumnya.

c.       Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk


menggunakan barang dan jasa diperoleh.

d.      Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.
Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual (accrued liabilities).

Kriteria Pengakuan Kewajiban Bergantung

a.       Aset cukup pasti turun nilainya

b.      Kewajiban cukup pasti timbul

c.       Kejadian yang menjadikan kewajiban bergantung cukup pasti terjadi

d.      Jumlah keharusan dapat diestimasikan dengan cukup layak

3. Penilaian

Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada saat terjadinya,
penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat terjadinya
kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban
akan makin mendekati nilai nominal.

Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi.

Atribut Penilaian Menurut FASB

1)      Nilai pasar sekarang (current market value)

2)      Nilai pelunasan neto (net settlement value)

3)      Nilai diskunan aliran kas masa datang (discounted value of future cash flows)
Basis (atribut) Penilaian Keterangan Contoh Pos Yang Berpaut

Kewajiban penerbit opsi


Berbagai kewajiban yang
sebelum jangka opsi habis
Harga pasar sekarang melibatkan komoditas dan
dan beberapa kewajiban
surat- surat berharga.
pedagang efek.
Berbagai kewajiban yang
melibatkan jumlah rupiah yang Utang usaha, utang garansi,
Nilai pelunasan neto cukup pasti tetap waktu dan utang wesel jangka
pelunasannya tidak cukup pendek.
pasti.
Kewajiban moneter jangka
Nilai diskunan aliran kas Utang obligasi, dan utang
panjang jumlah rupiah maupun
masa datang wesel jangka panjang.
saat pembayaran cukup pasti.

Penilaian Dalam Tahap Penelusuran

Penilaian kewajiban setiap saat dalam periode dari saat pengakuan sampai pelunasan.

Penentuan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik (keharusan sekarang) setiap saat


seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi. Penentuan niali pelunasan sekarang
(NPS)

Pelunasan

Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha
sehingga bebas dari kewajiban tersebut. Pelunasan biasanya pemenuhan secara langsung kepada
pihak yang berpiutang. Pelunasan menjadikan kewajiban tersebut hapus, tiada atau lenyap secara
langsung. Beberapa kewajiban menjadi batal atau kesatuan usaha menjadi bebas dari kewajiban
lantaran penghapusan seluruhnya/sebagian, kompromi, penimbulan/pengakuan kewajiban
baru/pengganti, pengambilalihan kewajiban oleh pihak lain atau restrukturisasi utang. FASB
menentukan kriteria lenyapnya suatu kewajiban sebagai berikut:
a.       Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang
berkaitan dengan utang.

b.      Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang
baik keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat dipastikan bahwa debitor tidak akan
diharuskan melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan utang.

c.       Debitor menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu
perwakilan yang semata-mata digunakan untuk pelunasan pembayaran bunga serta pokok suatu
pinjaman tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lagi melakukan
pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.

Kriteria pelenyapan kewajiban menurut SFAS No. 76, prg. 3:

a.       Transfer aset (finansial atau nonfinansial) sebagai pemenuhan tugas (duty) atau
keharusan

b.      Dibebaskan secara yuridis

c.       Pengambilalihan oleh pihak lain (obligor lain)

d.      Pembentukan dana pelunasan sampai titik pembebasan substantif

Penyajian Pengungkapan

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya


sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut urutan
likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban
jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1
menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka
pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah (a)
diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau (b)
jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
·         Penyajian Kewajiban Lancar, dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat
dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh
temponya. Karena singkatnya priode waktu yang terlibat, yang sering kali kurang dari satu tahun.
Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok
kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun
itu dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut
prefensi likuiditasnya.

·         Penyajian hutang jangka panjang, perusahaan yang mempunyai banyak terbitan


hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam neraca
dan mendukungnya  dengan komentar serta skedul dalam catatan yang menyertainya.
Pengungkapan catatan umumnya berisi dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi
penarikan, pembatasan yang dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan
sebagai  jaminan. 
BAB III

PENUTUP

4. Kesimpulan

Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu pengorbanan manfaat/ekonomi
masa datang, menjadi keharusan sekarang dan timbul akibat transaksi atau kejadian masa
lampau. Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian aset. Transaksi atau
kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang perolehan manfaat ekonomik masa
datang untuk aset sedangkan untuk kewajiban hal tersebutmenimbulkan keharusan sekarang
pengorbanan manfaat ekonomik masa datang
Daftar Pustaka

1. Suwardjono. 2010. Teori akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE.


Yogyakarta.
2. Maryanti, Dwi. 2009. Pokok Bahasan Teori Akuntansi Kewajiban.
3. Riahi, Ahmed. Teori Akuntansi 2, Ed 6. Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai