Konsep Teori Lansia
Konsep Teori Lansia
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan
penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma,
penggunaan sendi berulang dan obesitas.
Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan
tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan
tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya
masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.
Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya
elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya
stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih tetap
normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes
melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar
glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah
raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia
berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak
berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang
lambat sembuh.
Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya
ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari.
Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya
riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes,
kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga
kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah.
Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami
perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini
mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi
normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan
sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab
kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia.
Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk
timbul kanker meningkat.
Tahap Kematian
Tahap – tahap ini tidak selamanya bruntutan secara tetapi dapat saling tindih. Kadang–
kadang klien lanjut usia melalui suatu tahap tertentu untuk kemudian kembali ketahap itu.
Lama setiap tahap dapt bervariasi, mulai dari beberapa jam sampai beberapa bulan. Apabila
tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa timbul kesan seolah – olah klien lanjut usia
melompati satu tahap, kecuali jika perawat memperhatikan seksama dan cermat.
(Nugroho:2008)
1. Tahap Pertama ( Penolakan )
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasany, sikap itu ditandai dengan komentar
“saya?tidak, itu tidak mungkin”. Selama tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan
bahwa maut menimpa semua orang, kecuali dirinya. Klien lanjut usia biasanya terpengaruh
oleh sikap penolakannya sehingga ia tidak memerhatikan fakta yang mungkin sedang
dijelaskan kepadanya oleh perawat. Ia bahkan menekan apa yg telah ia dengar atau mungkin
akan meminta pertolongan dari berbagai macam sumber profesional dan nonprofesional
dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa mau sudah diambang pintu.
2. Tahap kedua (marah)
tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi tidak terkendali. Klien lanjut usia itu berkata
“mengapa saya? ” sering kali klien lanjut usia akan selalu mencela setiap orang dalam segala
hal. Ia mudah marah terhadap perawat dan petugas kesehatan lainya tentang apa yang mereka
lakukan. Pada tahap ini, klien lanjut usia lebih menganggap hal ini merupakan hikmah,
daripada kutukan. Kemarahan disini merupakan mekanisme perthanan diri klien lanjut usia.
Akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dankehidupan. Pada
saat ini, perawat kesehatan harus berhati – hati dalam memberi penilaian sebagai reaksi yang
normal terhadap kemtian yang perlu diungkapkan.
3. Tahap ketiga (tawar – menawar )
Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata , “ya, benar aku, tapi...”
kemarahan biasnya mereda dan klien lanjut usia biasanya dapat menimbulkan kesan sudah
dapat menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya. Akan tetapi, pada tahap tawar
menawar ini banyak orang cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga mereka
sebelum mau tiba, dan akan menyiapkan beberpa hal, misalnya klien lanjut usia mempunyai
permintaan terkhir untuk melihat pertandingan olahraga, mengunjungi kerabat, melihat cucu
terkecil, atau makan direstoran. Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena
membantu klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya.
4. Tahap keempat (sedih/ depresi )
Pada tahap ini biasanya klien lanjut usia pada hakikatnya berkata “ya, benar aku” hal ini
biasanya merupakan saat yang menyedihkan karena lanjut usia sedang dalam suaana
berkabung. Di masa lampau, ia sudah kehilangan orang yang dicintainya dan sekarang ia
akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersamaan dengan itu, dia harus meninggalkan semua hal
menyenangkan yang telah dinikmatinya. Selam tahap ini, klien lanjut usia cenderung tidak
banyak bicara dan sering menangis. Saatnya perawat duduk dengan tenang disamping klien
lanjut usia yang melalui masa sedihnya sebelum meninggal
5. Tahap kelima (menerima/ asertif)
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian.menjelang saat ini, klien lanjut usia telah
membereskan segala urusan ysng belum selesesai dan mungkin tidak ingin berbicara lagi
karena sudah menyatakan segala sesuatunya. Tawar menawar sudah lewat dan tibalah saat
kedamaian dan ketenangan. Seseorang mungkin saja lama ada dalam tahap menerima, tetapi
bukan tahap pasrah yang berarti kekalahan . Dengan kata lain pasrah terhadap maut tidak
berarti menerima maut.