Anda di halaman 1dari 2

Nama : Anak Agung Gede Kemara Sukadharma

Npm : 1704742010112
Absen :5
Semester : Vl Khusus A

Selamat malam pak disini saya akan memberikan tanggapan terhadap artikel di
atas

Menurut saya August Comte telah berhasil melakukan perubahan yang


signifikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Konsep kebenaran rasional dan
empiris, serta standar keilmuan yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam, juga
digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Oleh karena itu, dengan perkembangan
positivisme ini, masyarakat telah melampaui tahap teologis, dan tahap metafisis,
dan beralih ke tahap positif. Konsep hukum positif di Indonesia juga menganut
konsep hukum dari para pemikir hukum positif sehingga tampak jelas adanya
pengaruh dari paham positivisme dalam hukum Indonesia, baik dalam konsep dan
pembentukan hukum maupun dalam praktik hukumnya.

Hukum dibuat untuk mengatur tingkahlaku manusia yang pada hakikatnya


bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat. Hukum
dan manusia tidak dapat dipisahkan, manusia yang membuat aturan dan manusia
juga yang dapat merubah tatanan undang-undang dalam hukum. Hukum yang
berada di negara Indonesia ini masih menunjukkan adanya ketidakefektifan dalam
berjalannya hukum. Proses penegakan hukum masih jauh dari harapan kita semua,
hukum tumpul keatas dan hukum tajam kebawah. Rasa keadilan tidak menyentuh
bagi kelas bawah, sedangkan mereka yang memiliki kelas sosial lebih tinggi maka
akan dengan mudah mendapatkan perlakuan yang lebih istimewa.

Seperti contoh dalam jurnal Kasus hukum nenek Asyani dengan “pencurian
tujuh kayu jati”, dalam pandangan hukum normatif atau hukum negara yang
berparadigma legalistik-positivistik, adalah tindakan pelanggaran hukum
sebagaimana yang diatur dalam No. 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perngrusakan Hutan (P3H), karena layak untuk diberi hukuman.
Namun dalam pandangan sosiologi hukum, kasus nenek Asyani adalah perkara
kecil dengan nilai meterial yang kecil, pun demikian dilakukan oleh kelompok
sosial yang marginal, warga miskin yang buta bukum, karena itu, hadirnya hukum
negara bukannya melahirkan keadilan hukum, justru sebaliknya menimbulkan
ketidakadilan hukum. Karena itu, kasus hukum yang menimpa masyarakat miskin
sebaiknya lebih menggunakan pendekatan yang lebih sosiologis dan humanis.

Anda mungkin juga menyukai