Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on detection, education, and
treatment of high blood pressure (JNC VII), hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah
sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan 90
mmHg.

II. ETIOLOGI

Berdasarkan penyebabnya, 80-90% penderita hipertensi digolongkan sebagai hipertensi primer


atau esensial dan 5-20% diigolongkan sebagai hipertensi sekunder. Hipertensi esensial yaitu ketika
penyebab hipertensi tidak dapat diidentifikasi atau idiopatik sebagian besar merupakan interaksi yang
kompleks antara genetik dan intereaksi lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari
adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa
sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitasvascular (terhadap
vasokonstriktor), dan resistensi insulin.
Sedangkan hipertensi sekunder yaitu yang diakibatkan adanya penyakit yang mendasari seperti
gangguan ginjal, gangguan adrenal, gangguan neurogenik, endokrin, dan obat-obatan. Paling sedikit ada 3
faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan garam (natrium) berlebihan,stress
psikis, dan obesitas.

III. KLASIFIKASI

Penentuan derajat hipertensi dilakukan berdasarkab rata-rata dari dua atau lebih pengukuran
tekanan darah yaitu dalam posisi duduk selama dua atau lebih kunjungan rawat jalan. Klasifikasi
hipertensi dapat dilihat pada Tabel 1

Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik


Klasifikasi
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 Atau ≥100

IV. FAKTOR RISIKO


Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang reversible (dapat
dikendalikan) dan irreversibel (tidak dapat dikendalikan). Faktor risiko yang reversibel adalah
usia, ras, dan riwayat keluarga yang memiliki hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang bersifat
reversible adalah prehipertensi, berat badan berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan yang
mengandung natrium tinggi, merokok, dan sindroma metabolik.
1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan
a. Usia
Risiko tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi
hipertensi pada usia 22-44 tahun sebesar 29%, pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada
usia >65 tahun sebsar 65%. Tekanan sistolik meningkat sesuai dengan usia, sedangkan
tekanan diastolik tidak berubah mulai dekade ke-5. Hipertensi sistolik isolasi meurpakan jenis
hipertensi yang paling ditemukan pada orang tua.

b. Ras Afrika-Amerika
Hipertensi lebih sering terdapat pada ras Afrika-Amerika dibandingkan dengan orang kulit
putih, dan pada kedua ras tersebut biasanya lebih banyak pada golongan sosioekonomi rendah.

c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi akan meningkatkan kejadi hipertensi terutama
pada hipertensi primer. Keluarga yang mengalami hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan
risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Bila terdapat kedua orang tua menderita hipertensi, kemungkinan
anaknya menderita hipertensi sebesar 45%, sedangkan jika hanya salah satu satu dari kedua
orangtuanya yang mengalami hipertensi makan kemungkinan anaknya menderita hipertensi sebesar
30%.

d. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemuinya kejadian bahwa
hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel
telur). Seseorang penderita yang mempunyai genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan
secara alamiah tanpa adanya intervensi terapi, akan menyebabkan hipertensi berkembang dan
sekitar 30-50 tahun akan timbul manifestasi klinis.

2. Faktor yang dapat dikendalikan

a. Merokok yang meghisap lebih dari


Seseorang yang menghisap lebih dari satu pak rokok dapat menigkatkan risiko kejadian
Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebaban kerusakan pada dinding arteri yang menyebabkan
penyempitan arteri sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.
Semakin tinggi berat badan, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan utrisi jaringan. Volume darah meningkat di dalam pembuluh darah dan
terjadi peningkatan tekanan dinding arteri.

Kurang Aktivitas

Orang yang kurang aktivitas cenderung memiliki denyut jantung yang lebih banyak. Semakin
tinggi denyut jantung, semakin berat jantung harus bekerja pada setiap kontraksi dan lebih kuat
tekanan pada arteri.
Konsumsi Tinggi Natrium

Konsumsi makanan yang mengandung banyak natrium dapat menyebabkan tertahannya air di

dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan tekanan darah. Kalium membantu menyeimbangkan

banyaknya natrium di dalam sel. Jika kurang mengkonsumsi natrium, maka akan banyak

terakumulasi natrium di dalam darah.

Sindroma Metabolik

Sindroma metabolik didefinsikan sebagai jika tiga dari criteria terpenuhi: lingkar perut
membesar (pria: > 100 cm, wanita: 90 cm), gula puasa darah terganggu (normal < 126 md/dl),
peningkatan tekanan darah 130/85 mmHg, trigliserida plasma 150 mg/dl, atau kolesterol HDL <40
mg/dL , <50 mg/dL pada wanita. Di hipotesiskan bahwa resistensi insulin mungkin merupakan
patofisiologi teradinya sindroma metabolik.

b. Hipertensi sekunder.

Prevalensinyahanya sekitar 5-8 %dariseluruh penderita hipertensi. Hipertensi ini


dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin
(hipertensiendokrin), obat, dan lain-lain.
Hipertensi renal dapat berupa:

1) Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi padaarteri ginjal sehingga menyebabkan
hipoperfusi ginjal.
2) Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulka ngangguan fungsi ginjal.Hipertensi
endokrin terjadi misalnya akibat kelainan korteksadrenal, tumor di medulla adrenal, akromegali, hipotiroidisme,
hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, dan lain-lain. Penyakit lain yang dapat menimbulkan hipertensi adalah koarktasioaorta,
kelainan neurogik, stres akut, polisitemia, dan lain-lain.

Penyakit ginjal

Penyakit ginjal adalah penyebab terbanyak pada hipertensi sekunder. Hipertensi dapat timbul
dari penyakit diabetes nefropati ataupun inflamasi glomerulus, penyakit intertisial tubulus, dan
polikista ginjal. Kebanyakan kasus berhubungan dengan peningkatan volume intravascular atau
peningkatan system renin-angiotensin-alodesteron.

Renal vascular hypertension

Arteri stenosis ginjal dapat muncul pada 1-2 % pasien hipertensi. Penyebabnya pada orang muda
adalah fibromuscular hyperplasia. Penyakit pembuluh darah ginjal yang lain adalah karena
aterosklerosis stenosis dari arteri renal proksimal. Mekanisme hipertensinya berhubungan dengan
peningkatan renin berlebih karena pengurangan dari aliran darah ke ginjal. Hipertensi pembuluh
darah ginjal harus dicurigai jika terdapat keadaan seperti berikut: (1) terdapat pada usia sebelum 20
tahun atau sesudah usia 50 tahun. (2) bruit pada epigastrik atau artery renal. (3) jika terdapat
penyakit atrerosklerosis dari arteri perifer, 15-25 % pasien dengan aterosklerosis tungkai bawah
yang simtomatik terdapat artery stenosis ginjal. (5) terjadi penurunan fungsi ginjal setelah
pemberian penghambat ACE.

Hiperaldosteron primer

Penyakit ini timbul karena sekresi yang berlebihan dari aldosteron oeh korteks adrenal. Pada
pasien hipertensi dengan hipokalemia, krn pengeluaran kalium yang berlebih melalui urin (biasanya
> 40 mEq/L).
Sindrom Cushing

Pada penderita sindroma Cushing, hipertensi timbul sekitar 75-85 %. Patogenesis tentang
terjadinya hipertensi pada sindroma Cushing masih tidak jelas. Mungkin dihubungkan dengan
retensi garam dan air dari efek mineralocorticoid karena glukokortikoid berlebih.

Pheochromocytoma

Tumor yang mensekresikan katekolamin yang berada di medulla adrenal dan menyebabkan
hipertensi sekitar 0,05 %.

III. Patofisiologi

Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam millimeter merkuri. Dua tekanan
darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS
diperoleh selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.

Gambar 1. Fisiologi pengaturan tekanan darah

Pengaturan tekanan darah sangat kompleks dan mencakup interaksi antara berbagai faktor genetik dan

lingkungan yang mempengaruhi dua variabel hemodinamik yakni curah jantung dan resistensi perifer. Curah

jantung dipengaruhi oleh volume darah yang sangat tergantung secara independen dengan konsentrasi natrium

serum. Resistensi perifer diatur pada tingkat arteriol dan dipengaruhi oleh faktor neuronal dan hormonal.

Tonus vaskulur normal dipengaruhi oleh zat vasokonstriktor (angiotensin II dan katekolamin) dan
Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attacks, defisit
neurologis
Jantung: Palpitasi,nyeri dada, sesak, bengkak di kaki

Ginjal: Poliuria, nokturia, hematuria


e. Riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya

2. Pemeriksaan Fisik
a. Memeriksa tekanan darah

Pengukuran rutin di kamar periksa

- Pasien diminta duduk dikursi setelah beristirahat selam 5 menit, kaki di lantai dan lengan
setinggi jantung

- Pemilihan manset sesuai ukuran lengan pasien (dewasa: panjang 12-13, lebar 35 cm)

- Stetoskop diletakkan di tempat yang tepat (fossa cubiti tepat diatas arteri brachialis)

- Lakukan penngukuran sistolik dan diastolic dengan menggunakan suara Korotkoff fase I
dan V

- Pengukuran dilakukan 2x dengan jarak 1-5 menit, boleh diulang kalau pemeriksaan pertama
dan kedua bedanya terlalu jauh.
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM)
- Hipertensi borderline atau yang bersifat episodic
- Hipertensi office atau white coat
- Hipertensi sekunder
- Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat antihipertensi

- Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan antihipertensi Pengukuran


sendiri oleh pasien

b. Evaluasi penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan hipertensi sekunder

Umumnya untuk penegakkan diagnosis hipertensi diperlukan pengukuran tekanan


darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah < 160/100 mmHg.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:

Tes darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit) Urinalisis

terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula

Profil lipid (total kolesterol (kolesterol total serum, HDL serum, LDL serum, trigliserida serum)
Elektrolit (kalium)

Fungsi ginjal (Ureum dan kreatinin) Asam


urat (serum)

Gula darah (sewaktu/ puasa dengan 2 jam PP)


Elektrokardiografi (EKG)
Beberapa anjurantest lainnya seperti:

Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran seperti adanya LVH Plasma rennin
activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin

Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)

Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal

Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak Funduskopi


untuk mengetahui kerusakan pada mata

Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin Foto thorax.

Gambaran kardiomegali dengan hipertensi pulmonal


VI. Penatalaksanaan
ALLHAT,(2002) melaporkan penggunaan a1-blocker doxazosin sebagai obat antihipertensi tunggal
meningkatkan insiden gagal jantung. Hal ini menyebabkan berbagai guideline tidak lagi
menganjurkan a1-blockers sebagai obat antihipertensi tunggal. Al-blockers disarankan kombinasi
dengan diuretik atau obat antihipertensi lainnya, kecuali pada pasien HT dengan dislipidemia atau
hipertrofi prostat.
Beberapa preparat a1-blockers yang beredar:

1) Prazosin (Minipress®) tersedia dalam 2 kemasan ( l mg dan 2 mg/tablet), diberikan peroral


2 x sehari. Dosis awal 0,5 - 1 mg/kali kemudran dititerasi. Doxazosin (Cardura®, 1 mg dan 2 mg/tablet) dan Terazosin
( Hytrin®, 1 mg dan 2 mg/tablet) bersifat long-acting diberikan satu kali sehari. Dosis awal 1-2 mg, dosis maksimal 4 mg.

Untuk menghindari first dose effect dan hipotensi ortostatik, maka a1-blocker sebaiknya
diberikan pada malam hari sebelum tidur.

VII. KOMPLIKASI

Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan kematian

pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari perubahan struktur dan fungsi yang
menyebabkan pembesaran jantung kiri disfungsi diastolik, dan gagal jantung.

Otak

Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan hemoragik

otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena hemoragik. Insiden dari stroke meningkat
secara progresif seiring dengan peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada
hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik ataupun stroke hemorgik.

Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering terjadi pada renal
insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah,
khususnya ketika ada proteinuria.

Anda mungkin juga menyukai